Anda di halaman 1dari 38

KELOMPOK 4

PENGEMBAGAN BAHAN AJAR PADA BUKU PAI KELAS VIII

“Bab V Jiwa Lebih Tenang Dengan Banyak Melakukan Sujud”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Bahan Ajar

Dosen Pengampu : Hakiman, S.Pd.I., M.Pd.

Disusun Oleh :

Oktavian Prabowo 193111167 PAI 5E

Ardina Novitasari 193111169 PAI 5E

Muflihatul Laela Sari 193111176 PAI 5E

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA

TAHUN 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu tugas pendidik adalah menyediakan suasana belajar yang
menyenangkan. Pendidik harus mencari cara untuk membuat pembelajaran
menjadi menyenangkan dan mengesampingkan ancaman selama proses
pembelajaran. Salah satu cara untuk membuat pembelajaran menjadi
menyenangkan adalah dengan menggunakan bahan ajar yang menyenangkan
pula, yaitu bahan ajar yang dapat membuat peserta didik merasa tertarik dan
senang mempelajari bahan ajar tersebut.
Terkait dengan pembelajaran, perlunya pengembangan bahan ajar, agar
ketersediaan bahan ajar sesuai dengan kebutuhan siswa, tuntutan kurikulum,
karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah belajar. Pengembangan
bahan ajar harus sesuai dengan tuntutan kurikulum, artinya bahan ajar yang
dikembangkan harus sesuai dengan Kurikulum 2013 yang mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan baik standar isi, standar proses dan standar
kompetensi lulusan. Kemudian karakteristik sasaran disesuaikan dengan
lingkungan, kemampuan, minat, dan latar belakang siswa.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengembagan bahan ajar bab V “jiwa lebih tenang dengan
banyak melakukan sujud” pada buku pai kelas VIII?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengembagan bahan ajar bab V “jiwa lebih tenang
dengan banyak melakukan sujud” pada buku pai kelas VIII.
BAB II

PEMBAHASAN

PENGEMBAGAN BAHAN AJAR BAB V “Jiwa Lebih Tenang Dengan Banyak


Melakukan Sujud” PADA BUKU PAI KELAS VIII

 Kopetensi Inti
KI-1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI-2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, bertanggung
jawab, peduli(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam
berinteraksi secara efektifdengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
KI-3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasaingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya yang terkaitdengan fenomena dan kejadian tampak
KI-4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai,merangkai, memodifikasi, dan membuat)
dan ranah abstrak (menulis, membaca,menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari disekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

 Kopetensi Dasar

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi


1.10 Menerapkan ketentuan sujud 1.10.1 Membiasakan sujud syukur, sujud
syukur, sujud tilawah dan sujud tilawah dan sujud syahwi berdasar
syahwiberdasarkansyariat Islam syariat Islam dalam kehidupan sehari-
hari
2.10 Melaksanakan sujud syukur, 2.10.1 Menunjukkan perilaku tertib sebagai
sujud tilawah, dan sujud sahwi implementasi dari sujud syukur, sujud
sebagai perintah agama tilawah, dan sujud sahwi
3.10 Memahami hikmah sujud syukur, 3.10.1 Menyebutkan macam-macam sujud
sujud sahwi, dan sujud tilawah 3.10.2 Menjelaskan pengertian sujud syukur,
sujud sahwi dan sujud tilawah
3.10.3 Menjelaskan ketentuan sujud syukur,
sujud sahwi dan sujud tilawah
3.10.4 Menunjukkan dalil tentang sujud
syukur, sujud sahwi dan sujud tilawah.
3.10.5. Menjelaskan hikmah sujud syukur,
sujud sahwi dan sujud
4.10 Mempraktikkan sujud syukur, 4.10.1 Melaksanakan tata cara sujud syukur,
sujud sahwi,dan sujud tilawah sujud tilawah dan sujud syahwi
berdasar syariat Islam

 Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menyebutkan macam-macam sujud dengan tepat
2. Siswa dapat menjelaskan pengertian sujud syukur, sujud sahwidan sujud
tilawah dengan benar
3. Siswa dapat menjelaskan ketentuan sujud syukur, sujud sahwi dan sujud
tilawah dengan benar
4. Siswa dapat menunjukan dalil tentang sujud dengan tepat
5. Siswa dapat menjelaskan hikmah sujud syukur, sujud sahwi, dan sujud
tilawah
6. Siswa dapat mempraktekkan tatacara sujud syukur, sujud sahwi dan
sujud tilawah dengan benar
A. MARI MERANGKUM
Mari kita renungkan, banyak orang
harus dibantu dengan tabung oksigen
untuk bernafas, dibantu dengan kaki
palsu dan tongkat untuk berjalan,
untuk berbicara meng g gunakan
bahasa isyarat, dan masih banyak lagi
contoh-contoh yang lainnya.
Pernahkah mereka berputus asa atau
menyesali dengan keadaan tersebut? Sumber: Dokumen Kemdikbud
Ternyata mereka tetap optimis dan Gambar 3.2 : Pemain sepak bola
mengungkapkan syukur dengan
selalu mensyukuri nikmat- nikmat bersujud
lain yang telah Allah berikan
kepadanya.
Pada gambar yang disediakan,
seharusnya ada kesesuaian
pembahasan dengan kalimat
penjelasan disamping gambar.

https://rsmargono.jatengprov.go.id/
readnews/36

Dengan contoh tersebut, orang yang terlahir dalam kondisi


lebih sempurna semestinya lebih mensyukuri nikmat yang Allah Swt.
Kita sudah diberi sepasang mata. Apakah sudah digunakan untuk melihat
hal-hal yang baik? Atau justru sebaliknya digunakan untuk berbuat maksiat.
Kita diberi sepasang telingga. Apakah sudah digunakan untuk mendengarkan
hal-hal yang baik pula? Sudahkah kita menjadi orang yang pandai untuk
bersyukur?
Mewujudkan ungkapan syukur dapat dilakukan kapan saja, di mana saja,
dan dengan berbagai cara. Kita dapat mengungkapkan rasa syukur sesaat setelah
menerima nikmat, setiap selesai śalat, setelah makan, ketika bangun tidur,
setelah selesai buang hajat, dan sebagainya. Kita juga dapat mengungkapkan
rasa syukur ketika berada di rumah, di jalan, di sekolah, bahkan ketika berada di
lapangan sepak bola pun kita dapat mengungkapkan rasa syukur. Cara
mengungkapkan rasa syukur juga bermacam-macam, seperti dengan
mengucapkan alhamdulillah, melakukkan sujud syukur, memberi sedekah, dan
memperbanyak ibadah.
Di samping itu, seseorang yang diberi nikmat berupa kesehatan bisa
mensyukurinya dengan cara menggunakan kesehatan tersebut untuk melakukan
amal kebaikan. Seseorang yang ingin bersyukur karena sudah dianugerahi
sepasang mata, sudah semestinya bersyukur dengan cara menggunakannya
untuk melihat yang baik-baik. Begitu juga seseorang yang ingin bersyukur
karena telah diberi sepasang telinga pasti digunakan untuk Mendengarkan hal-
hal yang baik juga. Apapun yang diberikan oleh Allah kepada kita itulah yang
terbaik buat kita. Kita wajib ikhlas dengan takdir Allah, meskipun kadang-
kadang takdir tersebut tidak kita sukai.
Wahai anak yang saleh. Menjadi orang yang pandai bersyukur itu sangat
penting. Tatkala kita diberi oleh Allah dengan berbagai nikmat dan kelebihan,
orang yang pandai bersyukur tidak akan terjerumus kepada kesombongan.
Ingatlah bahwa sehebat apapun manusia, dia tetaplah seorang hamba. Hamba
dari Allah Yang Maha Perkasa, Mahakuasa, Mahakaya, dan Mahatinggi. Oleh
karena itu, kita selalu diperintahkan untuk sujud dan merendahkan diri di
hadapan Allah Swt. Sujud itu dilakukan pada saat śalat, atau sujud-sujud yang
lain seperti sujud syukur, sahwi, dan tilawah. Semoga dengan bersujud hati dan
jiwa kita menjadi lebih tenang.
B. DIALOG ISLAMI

Suatu malam, saat pengajian remaja.


Farid : “Assalamu’alaikum, Ustāż. Saya mau tanya.”
Ustāż : “Wa’alaikum salam. Silakan, Farid.”
Farid : “Saya pernah lupa jumlah rakaat di tengah-tengah śalat. Lalu saya
batalkan dan saya ulangi lagi śalat saya dari awal, Ustāż. Apakah yang
saya lakukan itu sudah benar, Ustāż ?”
Ustāż : “Ya, nggak apa-apa, itu sudah terlanjur kamu lakukan. Lain kali kalau
lupa atau ragu jumlah rakaat di tengah-tengah śalat, jangan begitu
caranya.”
Farid : “Astagfirullah, lalu bagaimana caranya, Ustāż?”
Ustāż : “Begini caranya, misalnya kamu ragu sudah dapat dua rakaat atau
Satu rakaat, maka kamu putuskan yang lebih sedikit, yakni satu rakaat.”
Farid : “Wah, mudah sekali caranya, Ustāż.”
Ustāż : “Sebentar, tunggu dulu... Ustāż belum selesai menjelaskan. Teruslah
kamu lanjutkan Śalat sampai tahiyat akhir. Nah, sebelum salam kamu
lakukan sujud sahwi, baru kemudian salam”
Farid : “O.. begitu. Terus caranya sujud sahwi bagaimana, Ustāż?”
Ustāż : “Caranya juga mudah, coba kamu baca buku ini.”

Aktivitas peserta didik :

Cermati dan amatilah gambar-gambar tersebut kemudian diskusikan dan


tulislah komentar atau pertanyaan yang terkait dengan gambar tersebut.

Dialog islami ini lebih bagus lagi ketika diberikan link youtube, supaya
pembaca lebih tertarik dan lebih mudah memahami dari isi dialog islami
tersebut. Contohnya, https://youtu.be/l3bXlhEkqZ8

C. MUTIARA KHAZANAH ISLAM


Sujud merupakan satu bentuk kepasrahan dan penghambaan diri kepada
Allah Swt. Hanya kepada Allah sajalah manusia itu boleh bersujud. Adapun
kepada sesama manusia kita diperintahkan untuk saling menghormati saja. Pada
saat kita sujud maka dahi, telapak tangan, kaki, dan lutut semua menempel ke
tanah (alas sujud). Inilah posisi paling ideal sebagai bentuk kepasrahan,
ketundukan, dan kepatuhan total kepada Allah Swt.

Kata sujud dalam bahasa arab berasal dari tiga huruf. Yaitu " ‫“ س ج د‬. Dalam
KBBI memberikan pengertian sujud adalah "berlutut besertaan dengan itu orang
yang berlutut menempelkan dahinya di atas lantai.
Sujud sudah sangat lazim dilakukan di dalam śalat. Segala macam jenis
śalat pasti ada sujudnya, kecuali śalat jenazah. Di dalam śalat fardu, setiap rakaat
ada dua kali sujud. Dalam sehari semalam kita wajib śalat sebanyak 17 rakaat,
berarti kita telah melakukan sujud sebanyak 34 kali. Jika kita menambah dengan
bebagai macam amalan śalat sunnah, akan lebih banyak kita bersujud kepada
Allah Swt. Namun, yang akan kita bahas dalam uraian berikut ini adalah sujud-
sujud yang dilakukan di luar rukun śalat tersebut. Macam-macam sujud yang
dimaksud meliputi sujud syukur, sahwi, dan tilawah.
1. Sujud Syukur
a. Pengertian sujud Syukur
Syukur artinya berterima kasih kepada Allah Swt. Sujud syukur
ialah sujud yang dilakukan ketika seseorang memperoleh
kenikmatan dari Allah atau telah terhindar dari bahaya. Untuk
mengungkapkan syukur seringnya kita hanya dengan mengucapkan
kata “alhamdulillah”. Ternyata, di samping dengan menguncapkan
hamdalah, kita juga diajarkan cara lain untuk mengungkapkan rasa
syukur tersebut. Cara lain yang dimaksud adalah dengan sujud
syukur.
Ketika melakukan sujud syukur, ekspresi syukur itu tidak hanya
terucap dalam lisan saja, namun juga dalam bentuk tindakan berupa
sujud. Sungguh indah ajaran yang dicontohkan oleh Nabi
Muhammad saw. kepada kita.
Kata sujud merupakan bentuk serapan dari bahasa arab. Kata
tersebut sudah baku dalam KBBI, yang berarti berlutut serta
meletakkan dahi ke lantai (misalnya pada waktu salat) sambil
membaca tasbih dan pernyataan hormat dengan berlutut serta
menundukkan kepala sampai ke tanah.
Secara syar'i, yang dimaksud dengan sujud menurut jumhur ulama
adalah meletakkan 7 anggota badan ke tanah, yaitu wajah, kedua
telapak tangan, kedua lutut dan ujung kedua tapak kaki. Hal ini
sesuai dengan hadis dari Ibnu Abbas ra berkata,"Aku diperintahkan
untuk sujud di atas 7 anggota. (Yaitu) wajah (dan beliau menunjuk
hidungnya), kedua tangan, kedua lutut dan kedua tapak kaki. (HR.
Bukhari dan Muslim)
Dalam Bahasa Indonesia, syukur artinya rasa terima kasih kepada
Allah dan untunglah (pernyataan lega, senang, dan sebagainya).
Hakikat syukur adalah menampakkan pengaruh nikmat baik lewat
lisan, hati maupun anggota badan. Lisan menyebutkan, mengakui
dan memuji Allah, hati mengakui dan membenarkan, sedangkan
anggota badan merealisasikan dengan mengerjakan hal-hal yang
diridhai Allah. Sedangkan yang dimaksud dengan sujud syukur
secara istilah adalah sujud yang dilakukan karena mendapatkan
nikmat yang besar atau terhindar dari bencana.

b. Dasar Hukum Sujud Syukur


Adapun hukum melakukan sujud syukur adalah sunnah sebagaimana
hadis Rasulullah berikut :
‫اجذًا‬
ِ ‫ع‬ ُ َٚ ‫عهَّ َى كَاٌَ اِرَا اَحَاُِ ا َ ْي ٌش‬
َ ‫غ ُّشُِ ا َ ْٔبُش َْشٖ بِ ِّ َخ َّش‬ َ َٔ ِّ ْٛ َ‫عه‬
َ ُ‫ص َّهٗ هللا‬
َ َّٗ ‫ع ٍَْ اَبِٗ بَك َُشةَ ا ٌََّ انَُّ ِب‬
ِ‫شك ًْشا ِلل‬
ُ
Artinya :“Dari Abu Bakrah, “Sesungguhnya apabila datang kepada
Nabi saw. Sesuatu yang menggembirakan atau kabar suka, beliau
langsung sujud bersyukur kepada Allah.” (H.R. Abu Dawud dan
Tirmizi).

Hadits dasar hukum sujud syukur yang lain, Artinya: “Diriwayatkan


dari Abdurrahman bin „Auf ra., ia berkata: Rasulullah saw pernah
sujud dan lama sujudnya, kemudian beliau mengangkat kepalanya,
lalu bersabda: Sesungguhnya Malaikat Jibril telah datang
kepadaku (membawa kabar), dan kabar itu menggemberikan hatiku,
karena itu aku sujud sebagai tanda syukur kepada Allah.” [HR.
Ahmad dan dinyatakan shahih oleh al-Hakim]
c. Sebab-Sebab Melakukan Sujud Syukur
Sebab-sebab melaksanakan sujud syukur adalah :
1) Mendapatkan nikmat dari Allah Swt.
Apabila kita mendapatkan nikmat atau baru saja kita
mendapatkan kabar yang menggembirakan, seketika itu juga
ia melakukan sujud syukur tanpa menunda-nundanya lagi.
perhatikan kisah pak Hamdi dan Miftah berikut ini :

2) Terhindar dari bahaya (kesusahan yang besar)


Apabila kita terhindar dari bahaya atau bencana yang
ketika itu terjadi, maka segeralah untuk melakukan sujud
syukur tanpa menunda-nundanya lagi. Misalnya, ketika
terjadi gempa bumi, seisi rumah ternyata dapat
menyelamatkan diri semua. Maka saat itu disunnahkan untuk
melakukan sujud syukur.
Bagi para ulama mazhab yang mengatakan bahwa sujud syukur
itu hukumnya sunnah, maka hal-hal yang menjadi penyebab
sujud syukur ada beberapa hal, dimana intinya bila mendengar
kenikmatan yang mendatanginya, seperti :
1. Mendapat Anak
Maksudnya bila pasangan suami istri telah lama
menantikan datangnya seorang anak, dan hampir putus asa
menanti kedatangannya. Lalu tiba-tiba Allah SWT
mentaqdirkan mereka mendapatkan anak. Tentu ini
merupakan anugerah yang tidak ternilai harganya
2. Sembuh Dari Penyakit
Di antara anugerah yang layak untuk disyukuri adalah
ketika seorang yang sakit parah atau menderita dalam
waktu yang lama, pada akhirnya Allah SWT berikan
kesembuhan sehingga bisa kembali sehat wal afiat. Maka
saat itu disunnahkan untuk melakukan sujud syukur atas
pemberian Allah SWT.
3. Menemukan Harta Yang Hilang
Terkadang harta yang dimiliki oleh seseorang bisa
hilang atau diambil orang seperti dirampok, dicuri atau
dijambret. Kejadian ini tentu menyedihkan dan juga
merupakan musibah. Bila atas kehendak Allah SWT
ternyata setelah sekian lama harta itu kembali lagi atau
ditemukan, tentu hal ini patut untuk disyukuri, selain juga
rasa gembira yang tiada tara. Untuk itu disunnahkan bagi
yang bergembira untuk melakukan sujud syukur atas
karunia Allah itu.
4. Kemenangan Umat Islam
Kemenangan umat Islam dalam penaklukan negeri-
negeri kafir juga disyariatkan untuk disyukuri dengan
sujud syukur. Selain itu juga termasuk kemenangan umat
Islam dari penjajahan atas negerinya yang dilancarkan
oleh pihak musuh.
Menurut kelompok kami sebaiknya sebelum memasuki point
tata cara sujud syukur lebih baiknya jika ditambahkan point terkait
syarat sujud Syukur.
Syarat Sujud Syukur
Dalam menetapkan syarat yang harus dipenuhi dalam
melakukan sujud syukur, ada perbedaan pendapat di antara para
ulama. Sebagian mensyaratkan harus suci dari hadats kecil dan
besar, persis seperti syarat shalat. Namun sebagian yang lain tidak
mensyarakatnya.
1. Memenuhi Syarat sah Sholat
Mazhab Asy-Syafi'iyah dan mazhab Al-Hanabilah
mensyaratkan untuk sujud syukur sama dengan syarat shalat,
yaitu:
a. Suci Dari Najis
Imam Alauddin al-Mardawi (w. 885 H) pernah
menyebutkan bahwa Imam Nawawi (w. 676 H)
menyatakan jika sujud syukur dan tilawah itu harus suci
merupakan kesepakatan para ulama. Sebagaimana
berikut:
Imam Nawawi menceritakan bahwa ada kesepakatan
para ulama yang menyebut bahwa sujud tilawah dan
sujud syukur itu harus suci. Maka imam Syafi‟i
menyebutkan Imam Syafii berkata, Saya suka sujud
syukur... dan tidak sujud kecuali dalam keaadan suci.
b. Suci Dari Hadats
Orang yang sedang dalam keadaan berhadats, baik
hadats kecil apalagi hadats besar, adalah orang yang
tidak atau belum memenuhi syarat sah shalat. Oleh
karena itu, dia juga tidak sah kalau melakukan sujud
syukur.
Sebab dalam pandangan mazhab Asy-Syafi'iyah dan
Al-Hanabilah, sujud syukur itu sama ketentuan
persyaratannya dengan syarat-syarat shalat.
Maka untuk itu, bila masih dalam keadaan
berhadats dan ingin melakukan sujud syukur, wajiblah
atasnya berwudhu'. Maka orang yang tidak
mendapatkan air atau tanah, tidak perlu sujud syukur.
Hanya saja ada satu pendapat dari Ibnu
Taimiyyah, bahwa sujud tilawah dan sujud syukur itu
tak harus suci. Ibnu Taimiyyah menyebutkan “sujud
tilawah diluar shalat dan sujud syukur itu tak harus
wudhu, tapi jika dalam keadaan wudhu itu lebih baik.”
c. Menghadap kearah Kiblat
Kedua mazhab ini memandang sujud syukur itu
persis seperi shalat, dimana arah sujud harus mengarah
ke kiblat. Untuk itu, sebelum melakukan sujud syukur,
seseorang harus memastikan dulu arah kiblat yang
benar. Sebab bila tidak mengarah ke kiblat, sujud
syukur itu dianggap tidak sah.
d. Menutup Aurot
Dan sebagaimana umumnya ibadah shalat yang
mensyaratkan pelakunya menutup aurat, maka orang
yang melakukan sujud syukur pun juga harus menutup
auratnya terlebih dahulu sebelumnya.
2. Tidak Harus Memenuhi Syarat Sholat
Sebagian ulama dari kalangan mazhab Al Malikiyah
yang menerima pensyariatan sujud syukur mengatakan bahwa
inti dari sujud syukur adalah spontanitas begitu mendengar
sesuatu yang membahagiakan, segera dilaksanakan sujud.
Tetapi kalau sudah terlewat lama, karena harus berwudhu
atau mandi janabah terlebih dahulu, maka tidak ada sujud
syukur lagi. Sehingga mereka tidak mensyaratkan sujud syukur
dengan suci dari hadats atau najis.
Ibnu Taimiyah juga termasuk yang tidak mensyaratkan
sujud syukur dengan suci dari hadats.

e. Tata Cara Melakukan Sujud syukur


Tata cara sujud syukur cukup mudah untuk dipraktikkan
dan dilaksanakan. Adapun tata caranya adalah sebagai berikut :
1) Menghadap kiblat
2) Niat untuk sujud syukur

3) Sujud seperti sujud dalam śalat dengan membaca do‟a


sebagai berikut:
ِ ّٙ ‫ع ْب َحاٌَ هللاِ َٔا ْن َح ًْ ُذ ِللِ َٔ ََلا ِٰٕنَّ إِ ََّلهللاُ َٔهللاُ اَ ْكبَ ْش َٔ ََلح َْٕ َل َٔ ََل لُ َٕةَا ََِٕلبِاهللاِ ا ْنعَ ِه‬ ُ
‫ ِْى‬ٛ‫ا ْنعَ ِظ‬
Artinya : “Mahasuci Allah dan segala puji bagi Allah, tiada
Tuhan selain Allah, Allah Mahabesar, dan tiada kekuatan
serta daya upaya kecuali atas ijin Allah Yang Mahatinggi
dan Mahaagung.”
4) Duduk kembali
5) Salam
Secara keseluruhan, dapat ditambahkan link youtube tentang
praktek sujud syukur. https://youtu.be/fHjL5pBM43A

f. Hikmah Sujud Syukur


Hikmah melakukan sujud syukur, sebagai berikut :
1) Orang yang mendapatkan nikmat dan kelebihan kalau tidak
berhati- hati dapat lupa diri sehingga menjadi angkuh atau
sombong. Orang yang melakukan sujud syukur akan
terhindar dari sifat sombong atau angkuh tersebut.
2) Memperoleh kepuasan batin berkaitan dengan anugerah yang
diterima dari Allah Swt.
3) Merasa dekat dengan Allah sehingga memperoleh bimbingan
dan hidayah-Nya.
4) Memperoleh tambahan nikmat dari Allah Swt. dan selamat
dari siksa- Nya.
Masyru'iyah Sujud Syukur
Sujud syukur di Indonesia sudah menjadi hal yang
lumrah kita temui, baik pejabat jika menang pilkada, atlit
ketika menang perlombaan, atau saat pengumuman
kelulusan. Karena memang negara kita secara fiqih
kebanyakan bermazhab Syafi‟i, meski mereka tak begitu
menyadarinya.
Padahal ternyata para ulama dahulu mereka berbeda
pendapat tentang pensyariatan sujud syukur ini. Sebagian
mengatakan bahwa sujud syukur memang disyariatkan,
namun sebagian ulama lain mengatakan bahwa sujud syukur
tidak disyariatkan.
1. Disyari‟atkan
Mazhab Asy-Syafi'iyah, Imam Ahmad bin
Hanbal, Ishaq, Abu Tsaur dan Ibnul Mundzir, Ibnu
Rajab al Hanbali adalah ulama yang mengatakan
bahwa sujud syukur ini disyariatkan. Abu Yusuf dan
Muhammad, keduanya murid Imam Abu Hanifah,
termasuk yang setuju dengan pendapat ini.
Imam Syafi‟i mengatakan “Kita berkata bahwa
sujud syukur itu tak apa-apa dilakukan, bahkan kita
mengatakan hukumnya mustahab (disukai). Hal itu
karena telah diriwayatkan dari Nabi bahwa beliau
melakukan sujud syukur, Abu Bakar, Umar juga
melakukannya. Mazhab Hanbali dalam hal ini
berpendapat sama dengan mazhab Syafii. Ibnu
Qudamah al-Hanbali menuliskan “Disunnahkan
melakukan sujud syukur, ketika mendapatkan nikmat
dan terhindar dari mara bahaya.”
Dasar dalil yang mereka gunakan adalah hadits
Nabi shallaallahu alalihi wa sallam berikut ini: Dari
Abi Bakrah radhiyallahuanhu bahwa Nabi
shallaallahu alalihi wa sallam bila mendapatkan hal-
hal yang membuatnya bergembira atau diberi kabar
gembira, beliau bersujud syukur kepada Allah. (HR.
Abu Daud dan Tirmizy).
Hal yang demikian juga dilakukan oleh penerus
beliau, Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahuanhu.
Beliau melakukan sujud syukur ketika mendengar
Musailimah Al-Kadzzab, orang yang mengaku
menjadi nabi, mati terbunuh. Umar bin Khattab juga
sujud syukur saat Mesir takluk dalam genggaman
umat Islam. Ali bin Abi Thalib juga melakukan sujud
syukur ketika menemukan Dza Tsudayyah mati di
tengah korban dari pihak Khawarij.
2. Tidak Disyari‟atkan
Mazhab Al-Hanafiyah dan Al-Malikiyah
menyebutkan bahwa sujud syukur tidak disyariatkan,
didukung oleh Ibrahim An-Nakhai. Al-Hanafiyah
mengatakan bahwa sujud syukur itu hukumnya tidak
disukai (karahah) dan tidak melahirkan pahala.
Meninggalkan sujud syukur malah lebih utama.
Sebagaimana tertulis dalam kitab al-Fatawa
al Hindiyyah sebuah kitab yang menuliskan fatwa-
fatwa madzhab Hanafi “Sujud syukur itu tak dianggap
menurut Abu Hanifah, bahkan hukumnya makruh,
tidak mendapat pahala, dan lebih baik ditinggalkan”
Ibnu al-Qasim pernah bertanya kepada Imam
Malik bin Anas (w. 179 H) tentang sujud syukur:
“Ibnu Qasim pernah bertanya kepada Imam Malik
tentang sujud syukur ketika seseorang mendapatkan
kabar baik, beliau tidak menyukainya.”
Dasar pengambilan kesimpulan mereka bahwa
sujud syukur itu tak disyariatkan adalah bahwa begitu
banyak terjadi kemenangan (futuhat) Islam dalam
peperangan, namun Rasulullah shallaallahu alaihi wa
sallam dan para shahabat tidak melakukan sujud
syukur.

3. Sujud Sahwi
a. Pengertian Sujud Sahwi
Sujud sahwi adalah sujud yang dilakukan karena lupa atau ragu-
ragu di dalam śalat. Sujudnya dua kali dan dilakukan setelah
membaca tahiyat akhir sebelum salam.
Melansir dari buku Serba-serbi Sujud Sahwi karya Maharati
Marfuah, Lc, kata sahwi merupakan kata serapan dari bahasa Arab
yang artinya lupa atau lalai. Sementara itu, menurut ahli fiqih, sujud
sahwi adalah sujud yang dilakukan di akhir sholat atau setelahnya
karena adanya kekurangan, baik dengan meninggalkan apa yang
diperintahkan atau mengerjakan apa yang dilarang tanpa sengaja.

b. Dasar Hukum Sujud Sahwi


Adapun hukum melakukan sujud sahwi adalah sunnah
sebagaimana hadis Rasulullah saw. sebagai berikut:
ِّ ِ‫صالَح‬ َ ٗ‫ إِرَا شَكَّ أَََ َح ُذ ُك ْى ِف‬: ‫عهَّ َى‬ َ َٔ ِّ ْٛ َ‫عه‬
َ ُ‫صهَّٗ هللا‬َ ُّٙ ِ‫ لَا َل ان َُّب‬,َ‫ ِذ ا ْن ُخذ ِْسٖ لَال‬ْٛ ‫ع ِع‬ َ ِٗ‫ٌْ أَب‬
‫ ٍِْ لَ ْب َم‬َٛ‫غ ُج ُذ عَجْ َذح‬
ْ َٚ ‫ َمٍَ ث ُ َّى‬ْٛ َ ‫عخ‬ َ ٍِْ ‫َب‬ٛ‫َ ْط َشحِ انشَّكَّ َٔ ْن‬ٛ‫ َف ْه‬,‫ص َّهٗ ثَالَثًا أ َ ْو أ َ ْسبَعًا‬
ْ ‫عهَٗ َياا‬ َ ‫َذ ِْس َك ْى‬ٚ ‫فَهَ ْى‬
َ ُٚ ٌْ َ ‫أ‬
‫غ ِ ّه َى‬
Artinya: Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi saw bersabda,“Apabila
salah seorang di antara kamu ragu dalam śalat, apakah ia sudah
mengerjakan tiga atau empat rakaat, maka hendaklah dihilangkan
keraguan itu, dan diteruskan śalatnya menurut yang diyakini,
kemudian hendaklah sujud dua kali sebelum salam.” (HR. Ahmad
dan Muslim)

Hadits riwayat „Imron bin Hushain, beliau bercerita,


‫ُمَا ُل‬ٚ ‫ ِّ َس ُج ٌم‬ْٛ َ‫ث ث ُ َّى َد َخ َم َي ُْ ِضنَُّ فَ َما َو إِن‬
ٍ ‫د َس َك َعا‬ َ َ‫صهَّٗ ا ْنعَص َْش ف‬
ِ َ‫غهَّ َى ِفٗ ثَال‬ َ -‫ملسو هيلع هللا ىلص‬- ِ‫َّللا‬
َّ ‫عٕ َل‬ ُ ‫أٌََّ َس‬
ْ ‫غ‬
‫َ ُج ُّش‬ٚ ٌَ‫ضبَا‬ َ ‫ َٔ َخ َش َج‬.ُّ‫ َع‬ُِٛ‫ص‬ َ َُّ‫ فَزَك ََش ن‬.ِ‫َّللا‬ َّ ‫عٕ َل‬ ُ ‫ا َس‬َٚ ‫طٕ ٌل َفمَا َل‬
ُ ِّ ْٚ ‫ َذ‬َٚ ِٗ‫ق َٔكَاٌَ ف‬ ُ ‫نَُّ ا ْن ِخ ْشبَا‬
َ ‫صهَّٗ َس ْكعَتً ث ُ َّى‬
َ ‫عهَّ َى ث ُ َّى‬
‫ع َج َذ‬ َ َ‫ ف‬.‫ لَانُٕا ََعَ ْى‬.» ‫ق َْزَا‬ َ َ ‫اط فَمَا َل « أ‬
َ ‫ص َذ‬ ِ َُّ‫ِسدَا َءُِ َحخَّٗ ا َْخََٓٗ إِنَٗ ان‬
َ ‫ ٍِْ ث ُ َّى‬َٛ‫عَجْ َذح‬.
‫عهَّ َى‬
Artinya:
“Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam pernah shalat „Ashar lalu
beliau salam pada raka‟at ketiga. Setelah itu beliau memasuki
rumahnya. Lalu seorang laki-laki yang bernama al-Khirbaq (yang
tangannya panjang) menghadap Nabi shallallahu „alaihi wa sallam
seraya, “Wahai Rasulullah!” Lalu ia menyebutkan sesuatu yang
dikerjakan oleh beliau tadi.”
“Akhirnya, beliau keluar dalam keadaan marah sambil menyeret
rida‟nya (pakaian bagian atas) hingga berhenti pada orang-orang
seraya bertanya, “Apakah benar yang dikatakan orang ini?“ Mereka
menjawab, “Ya benar”. Kemudian beliau pun shalat satu rakaat
(menambah raka‟at yang kurang tadi). Lalu beliau salam. Setelah itu
beliau melakukan sujud sahwi dengan dua kali sujud. Kemudian
beliau salam lagi.” (HR. Muslim no. 574)
Adapun kisah Nabi Muhammad yang lupa jumlah rekaat shalat
seperti apa yang disampaikan hadis diatas, lebih jelasnya bisa scan
barcode youtube berikut ini:

c. Sebab-Sebab Sujud Sahwi


Sebab-sebab orang yang śalat melakukan sujud sahwi adalah:
1) Lupa meninggalkan salah satu rukun śalat seperti lupa
melakukan rukuk, iktidal, atau sujud.
2) Lupa atau ragu jumlah rakaat.
3) Lupa membaca do‟a qunut (bagi yang membiasakan qunut).
Qunut subuh adalah masalah khilafiyah, artinya para
ulama berbeda pendapat dalam hal itu. Mazhab Ahmad bin
Hanbal menyebutkan kesunnahan qunut Subuh ini hanya
pada momen nazilah, yaitu ketika umat muslim dilanda
musibah. Sedangkan bagi kalangan bermazhab Syafi‟i,
seperti kebanyakan diamalkan di Indonesia, membaca doa
qunut Subuh termasuk sunnah ab‟adl, yang jika ditinggalkan
maka dianjurkan melakukan sujud sahwi.
Para ulama kalangan mazhab Syafi‟i menyandarkan
pendapat perkara qunut ini salah satunya pada hadits yang
diriwayatkan dari Anas bin Malik sebagai berikut:
Rasulullah SAW senantiasa berqunut di shalat fajar (shalat
Subuh) sampai beliau meninggal dunia.” (HR. Ahmad)
Selain itu, pengamalan qunut Subuh ini juga dilakukan
para sahabat, seperti Umar bin Khattab. Namun bagi
sebagian ulama, hadits yang digunakan di atas masih perlu
dipahami latar belakangnya serta perlu dibandingkan dengan
hadits lain. Sebagaimana dikutip Ibnu Qudamah dalam al-
Mughni, berikut hadits perihal qunutnya Nabi di waktu
Subuh yang diriwayatkan dari Abu Hurairah:
Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah SAW tidak berqunut
ketika shalat fajar (shalat Subuh), kecuali ketika mendoakan
kebaikan atau keburukan untuk suatu kaum.” (HR. Muslim)
Hadits Anas bin Malik yang menjadi hujjah untuk
berqunut Subuh di atas dipahami ulama bukan sebagai doa,
melainkan maksud qunut di sana adalah berdiri lebih lama
dan membaca doa yang lebih umum. Kemudian terkait Umar
bin Khattab yang berqunut saat shalat Subuh, dipahami
sebagian ulama bahwa beliau melakukannya pada momen
musibah dan perang (nazilah) kala itu. Demikian kurang
lebih yang dicatat Ibnu Qudamah.
Imam Malik bin Anas dalam istilah fiqihnya membedakan
perkara yang dianjurkan antara sunnah dan mustahab. Qunut
menurut Imam Malik tergolong amalan yang mustahab, yaitu
hal yang dianjurkan namun Nabi tidak mengamalkannya
secara terus-menerus semasa hidup. Berdasarkan beberapa
riwayat hadits, disebutkan bahwa Nabi pernah berqunut
selama sekian hari, lantas beliau meninggalkannya.
Demikian beberapa hujjah yang menyebabkan beda
pengamalan qunut Subuh di masyarakat. Kini perdebatan
yang dulu memicu polemik di masyarakat ini tampak kian
lunak, utamanya di masyarakat kota. Kalangan Nahdliyin
yang biasa berqunut, biasa saja mengikuti jamaah Subuh
yang tanpa qunut. Begitu pula kalangan yang tidak biasa
berqunut, tidak keberatan membaca qunut dalam shalat
mengikuti lumrahnya masyarakat.
Kalau kita kembali kepada ilmu para ulama ada banyak
sebab perbedaan pendapat para ulama yang akan menjadikan
orang yang sadar akan semakin kagum dengan kinerja para
ulama terdahulu. Bahkan mereka senantiasa saling
menghormati tanpa harus mencela yang berbeda dengannya.
Bagi kita adalah mengikuti mereka, bukan mencela. Yang
mencela orang yang tidak berqunut itu sama artinya mencela
Imam Abu Hanifah, begitu sebaliknya yang mencela orang
yang berqunut itu sama artinya mencela Imam Syafi‟i.
Menyikapi hal itu kita harus bijak, jangan membuat
keanehan di masyarakat kita. Karena tidak semua orang
awam tahu perbedaan ini. Maka jika anda hidup di negeri
orang tidak berqunut seperti India, maka anda jangan
memaksa mereka mengikuti anda yang berqunut. Karena hal
itu akan membuat resah ummat. Begitu juga jika anda
pengikut Imam Abu Hanifah lalu anda ke Indonesia yang
masyarakatnya pengikut Imam Syafi‟i jangan anda membuat
resah mereka dengan anda memaksa mereka untuk tidak
berqunut.

4) Lupa melakukan tasyahud awal.


5) Kelebihan atau kekurangan dalam jumlah rakaat.
Dalam kasus rakaat kurang, apabila pada saat śalat ada yang
mengingatkan bahwa rakaat śalat kita kurang, maka harus segera
berdiri, takbir, dan melengkapi jumlah rakaatnya baru kemudian
melakukan sujud sahwi.
d. Tata Cara Sujud Sahwi
Cara melakukan sujud sahwi sebagai berikut :
Sujud sahwi dilaksanakan sebelum salam apabila orang yang
sedang śalat lupa akan bilangan śalat yang sedang dikerjakan atau
lupa tidak melakukan tahiyat awal dan kita baru ingat sebelum dia
salam.
1) Setelah selesai membaca tahiyat akhir, langsung sujud lagi
dengan membaca:
ْ َٚ ‫ََُا ُو َٔ ََل‬ٚ ‫ع ْب َحاٌَ َي ٍْ ََل‬
ُٕٓ ‫غ‬ ُ
Artinya: “Maha Suci Allah yang tidak tidur dan lupa”.
2) Bangun dari sujud disertai dengan mengucapkan takbir,
3) Kemudian duduk sebentar lalu takbir dan dilanjutkan sujud
lagi dengan doa yang sama dengan sujud pertama.
4) Duduk kembali dan diakhiri dengan salam.
Adapun contoh jelasnya terkait dengan tata cara sujud sahwi
bisa scan barcode youtube berikut ini:
e. Hikmah Melakukan Sujud Sahwi
Manusia tidak boleh berperilaku sombong dan angkuh karena
manusia adalah tempat salah dan lupa. Yang tidak pernah lupa
hanyalah Allah Swt. Orang yang berbuat salah, khilaf, dan lupa
harus segera memohon ampun kepada Allah dengan membaca
istigfar. Demikian halnya ketika kita bersalah dengan orang tua, guru
maupun teman harus segera meminta maaf kepada mereka.
Hikmah berikutnya adalah kita diajarkan untuk bisa memahami
bahwa orang lain juga bisa salah. Jika orang tersebut mengakui
kesalahannya dan minta maaf, maka sebagai umat Islam diajarkan
untuk segera memberi maaf. Ingatlah bahwa sifat takabur itu bisa
terjangkit kepada siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Perhatikan
kisah ini:
4. Sujud Tilawah
a. Pengertian Sujud Tilawah
Sujud tilawah adalah sujud yang dilakukan karena membaca ayat-
ayat sajdah dalam al-Qur‟ān ketika śalat maupun di luar śalat, baik
pada saat membaca/ menghafal sendiri atau pada saat
mendengarkannya.

Sujud tilawah merupakan gerakan sujud yang dilakukan saat


membaca ayat-ayat sajadah yang ada di dalam Alquran. Lalu, apa ayat
sajdah adalah ayat-ayat di dalam Alquran di mana ketika dibaca
disunnahkan bagi pembacanya atau yang mendengarkan melakukan
gerakan sujud tilawah.
Jika kita perhatikan, di Alquran ada tanda seperti tulisan kata
“sajdah” dengan huruf Arab di pinggir halaman di mana sebaris
dengan ayatnya. Atau kita bisa menemukan gambar seperti kubah
kecil di akhir ayat. Itulah yang dinamakan ayat sajdah.

b. Dasar Hukum Sujud Tilawah


Hukum melaksanakan sujud tilawah adalah sunnah, sebagaimana
hadis Rasulullah saw. berikut ini:
َّ ‫َُاا ْنمُ ْشآٌَ فَ ِئرَا َي َّش ِبان‬ْٛ ‫ع َه‬
‫غجْ َذ ِة‬ َ ُ ‫َ ْم َشأ‬ٚ ٌَ‫عهَّ َى كَا‬
َ َٔ ِّ ْٛ َ‫عه‬ َ َّٙ ‫ أٌََّ انَُّ ِب‬,َ‫ع ًَ َش لَم‬
َ ُ‫صهَّٗ هللا‬ ُ ٍِْ ‫ٌِ اب‬
ُّ‫ع َج ْذ ََا َي َع‬ َ َٔ ‫َك َّب َش‬
َ َٔ ‫ع َج َذ‬
Artinya :“Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Nabi saw. pernah
membaca al- Qur’ān di depan kami. Ketika bacaannya sampai pada
ayat sajdah, beliau takbir, lalu sujud, maka kami sujud bersama-sama
beliau.” (HR. Tirmidzi)
Dari Umar bin Khattab dia pada hari Jumat membaca di atas
mimbar surat an-Nahl. Hingga bila sampai pada ayat sajdah beliau
turun lalu sujud sehingga orang-orang pun sujud. Saat Jumat
berikutnya, beliau membaca lagi surat tersebut hingga sampai pada
ayat sajdah. Beliau berkata, „Wahai manusia, sesungguhnya kita
melewati ayat sajdah. Barang siapa bersujud sungguh ia telah benar,
dan barang siapa tidak bersujud maka tiada dosa baginya.‟ Dan Umar
sendiri tidak bersujud.” (HR. Bukhari)
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW
bersabda : “Jika anak adam membaca ayat as-sajdah kemudian ia
bersujud, maka setan menyendiri dan menangis. Ia berkata, 'Celaka,
anak Adam diperintah untuk bersujud dan ia pun bersujud maka
baginya surga. Dan aku telah diperintah untuk bersujud namun aku
menolak maka bagiku neraka," (H.R.Muslim)

c. Sebab-Sebab Sujud Tilawah


Sujud tilawah dilakukan karena pada saat membaca atau
mendengarkan bacaan al-Qur‟ān menemukan ayat-ayat sajdah baik
pada saat śalat maupun di luar śalat.
Adapun ayat-ayat sajdah yang ada di dalam al-Qur’ān berjumlah
15 yaitu:
1) Q.S. al-A‟rāf/7 ayat 206
ْ َٚ ّٗ َ‫غ ِبّ ُح ََْٕ ّٗ َٔن‬
ٕٓ٢ - ۩ ࣖ ٌَُْٔ ‫غ ُجذ‬ ْ َٚ ‫ٍَ ِع ُْ َذ َس ِّبكَ ََل‬ْٚ ‫اٌَِّ انَّ ِز‬
َ َُٚٔ ّٖ ِ‫غخ َ ْك ِب ُش ٌَْٔ ع ٍَْ ِعبَا َدح‬

2) Q.S. ar-Ra‟du/13 ayat 15


ٰ ْ َٔ ُِٔ ّ ‫ض َط ْٕعًا َّٔك َْشًْا َّٔ ِظ ٰههُ ُٓ ْى بِا ْنغُذ‬
ٔ١ - ۩ ‫اَلصَا ِل‬ ِ ‫ث َٔ ْاَلَ ْس‬
ِ ٰٕ ًٰ‫غ‬
َّ ‫غ ُج ُذ َي ٍْ ِفٗ ان‬
ْ َٚ ِ‫َٔ ِ هّلِل‬

3) Q.S. an-Nahl/16 ayat 50


١ٓ - ۩ ࣖ ٌَْٔ ‫ُؤْ َي ُش‬ٚ ‫ ْفعَهُ ٌَْٕ َيا‬َٚ َٔ ‫َ َخافُ ٌَْٕ َسبَّ ُٓ ْى ِ ّي ٍْ فَ ْٕلِ ِٓ ْى‬ٚ

4) Q.S. Al-Isrā‟/17 ayat 109


ِ ‫َ ِخ ُّش ٌَْٔ ِن ْالَ ْر َل‬َٚٔ
ٔٓ١ - ۩ ‫ ُذ ُْ ْى ُخش ُْٕعًا‬ْٚ ‫َ ِض‬َٚٔ ٌَُْٕ ‫َ ْبك‬ٚ ٌ‫ا‬

5) Q.S. al-Hajj/22 ayat 18


‫ظ َٔا ْنمَ ًَ ُش‬
ُ ًْ ‫ش‬ ِ ‫ث َٔ َي ٍْ فِٗ ْاَلَ ْس‬
َّ ‫ض َٔان‬ َّ ‫غ ُج ُذ نَ ّٗ َي ٍْ فِٗ ان‬
ِ ٰٕ ًٰ‫غ‬ ‫اَنَ ْى حَ َش اٌََّ ه‬
ْ َٚ َ‫َّللا‬
‫عهَ ْ‪ ِّ ٛ‬ا ْنعَزَ ِۗ ُ‬
‫اب‬ ‫ك َ‬ ‫شج َُش َٔانذ ََّٔ ۤا ُّ‬
‫ب َٔ َكثِ‪ٌْ ٛ‬ش ِ ّيٍَ انَُّ ِ ِۗ‬
‫اط َٔ َكثِ‪ٌْ ٛ‬ش َح َّ‬ ‫َٔانُُّ ُج ْٕ ُو َٔا ْن ِجبَا ُل َٔان َّ‬
‫َّللاَ ‪ْ َٚ‬فعَ ُم َيا ‪َٚ‬ش َۤا ُء ۩ِۗ ‪ٔ١ -‬‬ ‫َّللاُ فَ ًَا نَ ّٗ ِي ٍْ ُّيك ِْش ٍِۗو اٌَِّ ه‬
‫َٔ َي ٍْ ‪ ٍِ ِٓ ُّٚ‬ه‬

‫‪6) Q.S. Maryam/19 ayat 58‬‬


‫ٰۤ‬
‫عهَ‪ْ ِْٓ ٛ‬ى ِ ّيٍَ انَُّبِ ٖ‪ِ ٍَّٛ‬ي ٍْ رُ ِ ّس‪ِ َّٚ‬ت ٰا َد َو َٔ ِي ًَّ ٍْ َح ًَ ْهَُا َي َع َُ ْٕحٍ‬ ‫ٔن ِٕىكَ انَّ ِز ْ‪ ٍَٚ‬ا َ َْعَ َى ه‬
‫َّللاُ َ‬ ‫اُ‬
‫ع َش ۤا ِء ْ‪َ ٚ‬م َٔ ِي ًَّ ٍْ َْ َذ ْ‪َُٚ‬ا َٔاجْ خَبَ ْ‪ِۗ َُ ٛ‬ا اِرَا حُخْ ٰهٗ َ‬
‫عهَ‪ْ ِْٓ ٛ‬ى ٰا ٰ‪ٚ‬جُ‬ ‫َّٔ ِي ٍْ رُ ِ ّس‪ِ َّٚ‬ت اِب ْٰش ِْ ْ‪َ ٛ‬ى َٔاِ ْ‬
‫انشحْ ًٰ ٍِ َخ ُّش ْٔا ُ‬
‫ع َّجذًا َّٔبُ ِك ًّ‪ٛ‬ا ۩ ‪٨٥ -‬‬ ‫َّ‬

‫‪7) Q.S. al-Hajj/22 ayat 77‬‬


‫ع ُجذ ُْٔا َٔا ْعبُذ ُْٔا َسبَّ ُك ْى َٔا ْفعَهُٕا ا ْن َخ‪َْ ٛ‬ش َنعَهَّ ُك ْى‬ ‫ٰ ٰٓ‪ٚ‬اَ‪َُّٓٚ‬ا ا َّن ِز ْ‪ٰ ٍَٚ‬ا َيُُٕا ْ‬
‫اس َكعُ ْٕا َٔا ْ‬
‫ح ُ ْف ِه ُح ٌَْٕ ۚ۩ ‪٧٧ -‬‬

‫‪8) Q.S. al-Furqān/25 ayat 60‬‬


‫غ ُج ُذ ِن ًَا حَأ ْ ُي ُشََا َٔ َصا َد ُْ ْى‬ ‫هشحْ ًٰ ٍِ لَانُ ْٕا َٔ َيا َّ‬
‫انشحْ ًٰ ٍُ اَََ ْ‬ ‫َٔاِرَا لِ ْ‪َ ٛ‬م نَ ُٓ ُى ا ْ‬
‫ع ُجذ ُْٔا ِن َّ‬
‫َُفُ ْٕ ًسا ۩ ࣖ ‪٠٦ -‬‬

‫‪9) Q.S. an-Naml/ 27 ayat 26‬‬


‫َّللاُ َ َٰٓل ا ِٰنَّ ا ََِّل ْ َۙ َُٕ َس ُّ‬
‫ب ا ْنعَ ْش ِػ ا ْنعَ ِظ‪ِْ ٛ‬ى ۩ ‪ٕ٢ -‬‬ ‫َ ه‬

‫‪10) Q.S. al-Sajdah/32 ayat 15‬‬


‫اََِّ ًَا ‪ُٚ‬ؤْ ِيٍُ بِ ٰا ٰ‪ٚ‬خَُِا ا َّن ِز ْ‪ ٍَٚ‬اِرَا رُ ِ ّك ُش ْٔا بَِٓا َخ ُّش ْٔا عُجَّ ذًا َّٔ َ‬
‫عبَّ ُح ْٕا بِ َح ًْ ِذ َسبِّ ِٓ ْى َٔ ُْ ْى ََل‬
‫غخ َ ْكبِ ُش ٌَْٔ ۩ ‪٥٨ -‬‬
‫‪ْ َٚ‬‬

‫‪11) Q.S. Sad/38 ayat 24‬‬


‫غؤَا ِل ََ ْع َج ِخكَ ا ِٰنٗ َِ َع ِ‬
‫اج ٖ ِّۗ َٔاٌَِّ َك ِث ْ‪ً ٛ‬شا ِ ّيٍَ ا ْن ُخ َه َط ۤا ِء نَ َ‪ْ ٛ‬ب ِغ ْ‪ٙ‬‬ ‫لَا َل َنمَ ْذ َظهَ ًَكَ ِب ُ‬
‫ج َٔ َل ِه ْ‪ٌ ٛ‬م َّيا ُْ ِۗ ْى َٔ َظٍَّ د َٗأ ُد‬ ‫ص ِه ٰح ِ‬‫ط ا ََِّل انَّ ِز ْ‪ٰ ٍَٚ‬ا َيُُ ْٕا َٔع ًَِهُٕا ان ه‬ ‫ض ُٓ ْى ع َٰهٗ بَ ْع ٍ‬ ‫بَ ْع ُ‬
‫اب ۩ ‪٤٢ -‬‬ ‫اَََّ ًَا فَخَُهُّ فَا ْ‬
‫عخ َ ْغ َف َش َسبَّ ّٗ َٔ َخ َّش َسا ِكعًا َّٔاَََ َ‬

‫‪12) Q.S. Fussilat/41 ayat 38‬‬


‫عخ َ ْكبَ ُش ْٔا َفا َّن ِز ْ‪ِ ٍَٚ‬ع ُْ َذ َسبِّكَ ‪َ ُٚ‬‬
‫غبِّ ُح ٌَْٕ نَ ّٗ بِانَّ ْ‪ِ ٛ‬م َٔانَُّٓ ِ‬
‫َاس َٔ ُْ ْى ََل ‪ْ َٚ‬‬
‫غـَٔ ًُ ٌَْٕ ۩‬ ‫فَ ِا ٌِ ا ْ‬
ٖ١ -

13) Q.S. an-Najm/53 ayat 62


ْ ‫فَا‬
٢ٕ - ۩ ࣖ ‫ع ُجذ ُْٔا ِ هّلِلِ َٔا ْعبُذ ُْٔا‬

14) Q.S. al-Insyiqāq/84 ayat 21


ْ َٚ ‫ ِْٓ ُى ا ْنمُ ْش ٰاٌُ ََل‬َٛ‫عه‬
ٕٔ - ۩ ِۗ ٌَُْٔ ‫غ ُجذ‬ َ ‫َٔاِرَا لُ ِش‬
َ ‫ا‬

15) Q.S. al-„Alaq/96 ayat 19


ْ ‫ك َّ َِۗال ََل ح ُِط ْعُّ َٔا‬
ٔ١ - ࣖ ۩ ‫ع ُج ْذ َٔا ْلخ َ ِش ْب‬

d. Syarat Sujud Tilawah


Di dalam melaksanakan sujud tilawah harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
1) Suci dari hadas dan najis
2) Menghadap kiblat
3) Menutup aurat.
e. Rukun Sujud Tilawah
Adapun rukun sujud tilawah adalah:
1) Niat

2) Takbiratul ihram
3) Sujud satu kali dengan diawali bacaan takbir
4) Duduk setelah sujud dengan tuma‟ninah tanpa membaca
tasyahud
5) Salam
f. Tata Cara Sujud Tilawah
Tata cara sujud tilawah ada dua macam, yaitu:
1) Sujud tilawah yang dilakukan di luar śalat.
Adapun cara yang melakukan sujud tilawah di luar Śalat
sebagai berikut:
a) Berdiri menghadap kiblat
b) Berniat melakukan sujud tilawah
c) Takbiratul ihram
d) Sujud satu kali
Pada saat sujud membaca do‟a sebagai berikut:
ِّ ِ‫ع ًْعَُّ َٔبَص ََشُِ بِح َْٕ ِن ِّ َٔلُ َّٕح‬
َ َّ‫ع َج َذ َٔجْ ِٓٗ ِن َّهزِ٘ َخهَمَُّ َٔشَك‬
َ
Artinya: “aku bersujud kepada Tuhan yang
menjadikan diriku, Tuhan yang membukakan
pendengaran dan penglihatan dengan kekuasaan-
Nya.”
e) Duduk sejenak
f) Salam
2) Sujud tilawah yang dilakukan di dalam śalat.
Adapun cara melakukan sujud tilawah di dalam Śalat
sebagai berikut:
Pada saat kita sedang berdiri dalam Śalat membaca ayat
sajdah atau imam membaca ayat sajdah, kita langsung
melakukan sujud satu kali dengan membaca do‟a sujud
tilawah. Setelah selesai melakukan sujud tilawah tersebut kita
langsung berdiri lagi dan melanjutkan śalat kembali.

Adapun contoh jelasnya terkait dengan tata cara sujud tilawah


bisa scan barcode youtube berikut ini:
g. Hikmah Melakukan Sujud Tilawah
Hikmah melakukan sujud tilawah, yaitu:
1) Dijauhkan dari godaan setan.
2) Lebih menghayati bacaan dan makna al-Qur‟ān yang sedang
dibaca.
3) Mendekatkan Diri Kepada Allah SWT
D. Refleksi Akhlak Mulia
Nah, sekarang kalian tentunya menjadi semakin tahu, bukan? Bahwa
semua yang ada di bumi ini adalah ciptaan Allah Swt. Sudah menjadi kewajiban
bahwa mereka harus patuh dan taat kepada Allah Swt. Tidak hanya manusia,
seluruh makhluk seperti matahari, bintang, awan, pepohonan, dan hewan juga
bersujud kepada-Nya. Tentunya cara sujud mereka berbeda dengan sujud yang
dilakukan oleh manusia.
Ingatlah bahwa kepasrahan, ketaatan, dan kepatuhan kepada Allah dapat
berpengaruh terhadap akhlak kita dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
membantu kalian dalam menerapkan akhlak mulia ini, marilah kita lakukan
refleksi terhadap diri kalian masing-masing.
Tanggapilah pernyataan-pernyataan berikut sesuai dengan yang kamu
rasakan dengan cara memberi tanda silang pada gambar yang sesuai. (setuju),
(biasa saja), (tidak setuju):
1. Orang yang bekerja keras pasti hidupnya akan sukses. Jika dia sudah
sukses, maka sangat wajar kalau dia kemudian merayakan
kesuksesannya dengan cara sesuka hatinya.
2. Pada saat kegiatan kemah bakti, saya lupa membawa peralatan masak
yang ditugaskan oleh ketua regu. Saya merasa malu. Untuk menutupi
rasa malu itu saya bilang kepada ketua regu mengapa tidak
mengingatkan saya semalam. Seharusnya sebagai ketua regu dia
berhak mengingatkan saya sebelumya, sehingga saya tidak lupa.
3. Manusia adalah tempat lupa. Pada saat kita lupa akan bilangan śalat
yang kita lakukan, kita melaksanakan sujud sahwi tanpa mengulang
śalat dari awal lagi.
4. Musibah datang silih berganti. Saya percaya bahwa Allah tidak akan
menguji umat-Nya dengan berbagai macam cobaan. Sebagai orang
yang beriman kita tidak boleh putus asa menerima cobaan tersebut.
Begitu mendengar ayat-ayat sajdah, kita langsung sujud. Kebiasaan
melakukan sujud akan membuat kita menjadi orang yang rendah hati.
E. Kisah Teladan
Bersujud di Lapangan Hijau
Salah satu atraksi yang kerap diperlihatkan seorang pemain sepak bola
adalah selebrasi setelah mereka mencetak gol. Macam-macam gaya dan atraksi
dipertontonkan pemain bola ketika mereka melakukan selebrasi. Demikian pula
dengan pemain bola yang beragama Islam, mereka pun meluapkan kegembiraan
dengan gaya selebrasi yang khas dan unik.
Demba ba misalnya, dia adalah pemain sepak bola kelahiran Prancis
berkebangsaan Senegal. Pemain bola muslim yang taat ini terkenal dengan
selebrasi sujud usai membobol gawang lawan. Selebrasi sujud ini diperlihatkan
di manapun dia berlaga, baik pada saat membela timnas Senegal maupun ketika
membela klubnya.
Demikian juga, apa yang dilakukan Timnas Indonesia U-19 benar-benar
lain dari yang lain. Begitu rekan satu tim berhasil melesakkan gol ke gawang
lawan, secara spontan dan serempak mereka melakukan selebrasi sujud bersama-
sama.
Malam itu, Ahad 22 September 2013 mereka berhasil
mempersembahkan Piala AFF 2013 dengan mengalahkan Vietnam di babak
final. Sesaat setelah mereka memenangkan adu pinalti, mereka melakukan
selebrasi dengan sujud syukur bersama-sama.
Begitulah seharusnya sikap seorang muslim, senantiasa mensyukuri apa
yang mereka peroleh sebagai bagian dari wujud keimanan kepada sang Allah
Swt.
F. Rangkuman
1. Sujud merupakan satu bentuk kepasrahan dan penghambaan diri kepada
Allah Swt. Hanya kepada Allah sajalah manusia itu boleh bersujud.
2. Sujud syukur ialah sujud yang dilakukan ketika seseorang memperoleh
kenikmatan dari Allah atau telah terhindar dari bahaya.
3. Sujud sahwi adalah sujud yang dilakukan karena lupa atau ragu-ragu di
dalam śalat. Sujudnya dua kali dan dilakukan setelah membaca tahiyat
akhir sebelum salam.
4. Sujud tilawah adalah sujud yang dilakukan karena membaca ayat-ayat
sajdah dalam al-Qur‟ān ketika śalat maupun di luar śalat, baik pada saat
membaca/menghafal sendiri atau pada saat mendengarkannya. Hukum
melaksanakannya adalah sunnah.
G. Ayo Berlatih
A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang
paling tepat !
1. Amin sedang melaksanakan śalat berjema‟ah di masjid. Pada
rakaat kedua Amin mendengarkan bacaan ayat sajdah yang
dibaca oleh imamnya. Setelah ayat sajdah selesai dibacakan
Amin melakukan sujud....
a. Syukur
b. Tilawah
c. Sahwi
d. sajdah
2. Perhatikan ayat- ayat al-Qur’ān berikut :
1) Q.S. al-A’rāf/7 ayat 206
2) Q.S. ar-Ra’du/13 ayat 25
3) Q.S. an-Nahl/16 ayat 49
4) Q.S. Al-Isrā’/17 ayat 119
5) Q.S. al-Hajj/22 ayat 18
6) Q.S. Maryam/19 ayat 58
yang termasuk ayat-ayat sajdah adalah....
a. 1, 2, 3 dan 4
b. 2, 3, 4 dan 5
c. 1, 3, 5 dan 6
d. 3, 4, 5 dan 6
3. Hukum melakukan sujud tilawah yaitu....
a. Sunnah
b. Wajib
c. fardu kifayah
d. jaiz
4. Hasim sedang mengerjakan śalat, tiba-tiba teringat bahwa
bilangan rakaat yang dikerjakannya lebih, sebaiknya Hasim
melaksanakan sujud sahwi....
a. sebelum salam
b. setelah salam
c. sebelum takbir
d. setelah takbir
5. Di salah satu wilayah terjadi musibah banjir. Kebetulan salah
seorang saudara Bu Anita tinggal di wilayah tersebut. Dia
mendapat kabar bahwa saudaranya selamat dari musibah tersebut.
Bu Anita kemudian melakukan sujud....
a. Rukun
b. Sahwi
c. Tilawah
d. syukur
6. Perhatikan pernyataan berikut :
1) Lupa kelebihan rakaat śalat
2) Mendapatkan nikmat yang luar biasa
3) Mendengarkan ayat-ayat sajdah
4) Lupa tidak melaksanakan salah satu dari rukun śalat
5) Lupa kekurangan jumlah rakaat śalat
6) Terhindar dari musibah

Pernyataan yang merupakan penyebab untuk melaksanakan


sujud sahwi adalah....

a. 1, 2 dan 3
b. 2, 3 dan 4
c. 1, 4 dan 5
d. 4, 5 dan 6
ْ َٚ ‫ََُا ُو َٔ ََل‬ٚ ‫ع ْب َحاٌَ َي ٍْ ََل‬
7. ُٕٓ ‫غ‬ ُ
Lafal tersebut merupakan bacaan dari sujud....
a. Sahwi
b. Tilawah
c. Syukur
d. sajdah
8. Jumlah sujud yang dilakukan dalam sujud syukur sebanyak ...
kali.
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
9. Jumlah sujud yang dilakukan dalam sujud sahwi sebanyak ... kali.
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
10. Berikut adalah ketentuan sujud syukur kecuali....
a. dilakukan di luar śalat
b. dilakukan seorang diri
c. harus menghadap kiblat
d. tidak harus bersih dari hadas dan najis

B. Kerjakan Soal-Soal Berikut


1. Jelaskan perbedaan sujud syukur, sujud tilawah, dan sujud sahwi!
Dan berikan contoh masing-masing

2. Mengapa kita harus melakukan sujud syukur?


Dan jelaskam hikmah-hikmah melakukan sujud syukur

3. Sebutkan tata cara melaksanakan sujud tilawah!


Dan Hikmah melakukan sujud tilawah!

4. Jelaskan hikmah sujud sahwi dalam kehidupan sehari-hari?


Dan sebutkan tata cara melaksanakan sujud sahwi

5. Sebutkan 15 ayat sajdah!


Sebutkan ayatnya dan artinya!

C. Tugas
1. Buatlah naskah pidato dengan tema :
a. Mensyukuri nikmat Allah Swt.
b. Menjauhi sifat takabur.
c. Kemuliaan ajaran al-Qur‟ān.
Dan berikan salah ayat-ayat yang menjelaskan kemuliaan
ajaran Al-Quran.

2. Banyak manusia diberikan harta yang melimpah, jabatan yang


tinggi, rumah mewah, hidup serba berkecukupan, tetapi mereka
tetap kufur kepada Allah Swt. Tidak sedikitpun merasa bersyukur
kepada Allah sedangkan orang yang hidup serba pas-pasan dan
kadang masih kekurangan, mereka selalu bersyukur atas nikmat
yang diberikan- Nya. Ini merupakan salah satu masalah sosial
yang harus dicari jalan keluarnya.
Diskusikan cara untuk menyelesaikan masalah tersebut !
Dan sebutkan ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang
bersyukur!

3. Carilah data dan informasi dari teman-teman sekelasmu


mengenai macam-macam sujud yang pernah mereka lakukan.
Data dan informasi itu untuk menjawab masalah-masalah berikut
ini?
a. Berapa persen teman di kelasmu yang pernah melakukan
sujud syukur?
b. Berapa persen teman di kelasmu yang pernah melakukan
sujud sahwi?
c. Berapa persen teman di kelasmu yang pernah melakukan
sujud tilawah?
d. Bagi yang pernah melakukan, sujud syukur itu mudah
atau sulit caranya?
e. Bagi yang pernah melakukan, sujud sahwi itu mudah atau
sulit caranya?
f. Bagi yang pernah melakukan, sujud tilawah itu mudah
atau sulit caranya?
g. Bagi yang belum pernah melakukan, carilah alasannya!
Laporkan dan paparkan hasil penelusuran yang kamu lakukan
baik secara individu atau kelompok.
H. Catatan Untuk Orang Tua Peserta Didik
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah menelaah lebih dalam terkait bab V di buku PAI kelas VIII ini
dapat disimpulkan bahwasanya menurut kelompok kami masih banyak konten
materi yang kurang, selain itu kekurangan didalamnya juga terkait dengan
materi pembelajaran yang bersangkutan dengan teknologi.
B. SARAN
Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Karena tiada gading yang retak, semua
manuisa memiliki kekurgan. Oleh karenanya penulis sangat membutuhkan
masukan dan kritikan, agar kedepanya bisa menghasilkan penulisan makalah
yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahma, Hafidz. 2012. Ushul Fiqih, cet. ke- 2. Bogor : Al Azhar Press.

Al-Juzairi, Abdurrahman. 1996. Fiqi h Empat Majhab. Daarul Ulum Press: 1996).
Hal.182

Ar-Rahbawi, Abdul Qadir. 1994. Salat Empat Mazhab. Jakarta: PT Mitra Kerjaya
Indonesia. hal.377

Baiqi, Muhammad Fuad Abdul. 2012. Kumpulan Hadits Shahih Bukhari Muslim,
Diterjemahkan Oleh AhmadSunarto. Semarang: Pustaka Nuun. hal. 3

Departemen Agama RI. 2014. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro.

Hassan, Ahmad. 1999. Bulughul Maram. Diponegoro: Bandung. hal. 201

Karman, Supiana. 2003. Materi Pendidikan Agama Islam. Bandung: Pt Remaja


Rosdakarya. hal. 23-24

Labib. 2005. Tuntunan Sholat Lengkap. Jakarta: Sandro Jaya Jakarta. hal. 29-30

Rahman, Asymuni, Umar, Muin, dkk. 1985. Ushul Fiqh 1. Jakarta: Proyek Pembinaan
Prasarana dan sarana Perguruan Tinggi Agama /IAIN.

Rasjid, Sulaiman. 2017. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo. hal.105

Rosidah, Hanik Atul. 2019. Hukum Melakukan Sujud Antara Mendahulukan Tangan
Dan Mendahulukan Lutut (Telaah Ta‟arud Al-Adillah Atas Hadishadis Terkait).
Al-Mazahib. Vol.7, No.1, hal. 73-94

Sadili, Ahmad Nawawi. 2010. Panduan Praktis dan Lengkap Shalat Fardhu dan
Sunnah. Jakarta: AMZAH. hal. 212

Yusuf, Ali Anwar. 2003. Studi Agama Islam. Bandung: Pustaka Setia. hal. 50-51

Anda mungkin juga menyukai