Tentang
UIN MATARAM
PRODI ILMU FALAK FAKULTAS SYARIAH
TAHUN AJARAN 2022/2023
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kita atas kehhadirat allah swt. Atas
taufik dan hidayahnya sehingga kita dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya. Tidak lupa kita panjatkan shalawat serta salam kepadajunjungan alam nabi besar
Muhammad saw, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benderang.
Penulisan makalah ini dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap
jika para pembaca mendapatkan sudut pandang baru mengenai POLA KEUANGAN
PERKARA setelah membaca makalah ini.
Kami menyadari jika makalah ini masih memerlukan perbaikan, terutama pada bagian isi.
Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca agar makalah ini bias menjadi lebih
baik kedepannya.apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami mohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan, akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat
Wassalamualaikum wr.wb.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kesimpulan ...................................................................................................... 10
Saran .................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasca Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Pengadilan agama yang
diharapkan di Indonesia adalah pengadilan agama dan pengadilan tinggi agama yang
mandiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam rangka melaksanakan tertib administrasi perkara di pengadilan agama
dan pengadilan tinggi agama serta dalam rangka penyelenggaraan administrasi
peradilan yang seragam baik dan tertib, ketua mahkamah agung RI dengan suratnya
tertanggal 24 januari 1991 Nomor; KMA/OOI/SK/1991 telah menetapkan pola-pola
pembinaan dan pengendalian administrasi perkara yang meliputi lima bidang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dasar hukum dari pola keuangan perkara ?
2. Bagaimana buku keuangan perkara ?
3. Bagaimana buku induk keuangan perkara ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dasar hukum dari pola keuangan perkara
2. Untuk mengetahui buku keuangan perkara
3. Untuk mengetahui buku induk keuangan perkara
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar Hukum
Dasar hukum pola tentang keuangan perkara adalah ketentuan yang disebut
dalam pasal 121 ayat (4) dan pasal 145 (4) R.Bg, yaitu biaya perkara yang besarnya
ditentukan oleh ketua pengadilan (PA)
Kemudian suatu perkara di pengadilan baru dapat didaftarkan apabila biaya
sudah dibayar. Azas yang dianut oleh kedua peraturan tersebut adalah “Tidak Ada
Biaya Tidak Ada Perkara” , kecuali dalam perkara prodeo sebagaimana ditentukan
dalam pasal 237 HIR dan pasal 273 R.BG. 1
Mahkamah agung dalam RI dalam suratnya No.
43/TUAD/AG/III/UM/XI/1992 tanggal 23 november 1992 yang ditujukan kepada
ketua pengadilan tinggi agama dan pengadilan yang Agama seluruh Indonesia
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan biaya perkara menurut pasal 121 HIR dan
145 R.Bg adalah biaya kepaniteraan dan biaya proses.Biaya kepaniteraan meliputi
pungutan - pungutan sebagai pelayanan pengadilan yang harus disetor ke kas Negara
yang besarnya mengacu kepada Keputusan Menteri Agama No. 162 Tahun 1988 yaitu
kas Negara sebesar Rp. 2.000,- ditafsirkan sebagai biaya pencatatan atas pendaftaran
perkara. dan Redaksi atau leger sebesar Rp. 1.500,- dipungut pada saat diputusnya
perkara yang diajukan kepada Pengadilan. Menurut surat Mahkamah Agung RepubJik
Indonesia No. Mal KUMDIL/214/XII/k/1992 Tanggal 21 Desember 1992 dimana
dijelaskan bahwa hak-hak kepaniteraan tersebut meliputi sebagai berikut :
1. Biaya pendaftaran perkara tingkat pertama
2. Biaya Redaksi HHK.2Pola Keuangan Perkara
3. Biaya pencatatan permohonan banding
4. Biaya pencatatan permohonan kasasi
5. Biaya pencatatan permohonan peninjauan kembali
6. Biaya pencatatan permohonan Sita Konservatoir
7. Biaya pencatatan permohonan sita revindikatoir
8. Biaya pencatatan permohonan pencabutan sita
9. Biaya pencatatan pelaksanaan lelang
1
Mahkamah Agung RI. 1994. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor. 1 Tahun 1994 Tentang
Pengawasan Dan Pemeriksaan Administrasi Perkara. Tanggal 04 Januari 1994
2
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
5
5. Biaya eksekusi
6. Biaya pemeriksaan set em pat
7. Biaya untuk menyampaikan amar putusan
8. Biaya lain-lain atas perintah ketua pengadilan
3
Bursa Efek Indonesia. 2011. Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code Of Corporate Governance)
Versi 1.0
6
Buku-buku Jurnal tersebut adalah bentuknya sarna, yaitu terdiri dari enarn
kolorn yaitu;
1. Nomor urut
2. Tanggal
3. Uraian
4. Jurnlah penerirnaan
5. Jumlah pengeluaran
6. KeteranganPola Keuangan Perkara
Di atas dari kolom tersebut dicantumkan perkara dan nama pembayar panjar
perkara beserta nama lawannya. Pada buku jurnalkeuangan perkara untuk
tingkat pertama pemberian nomor perkara dapat dilakukan secara berurutan,
karena pemberian nomor memang berurutan tetapi untuk perkara Banding dan
kasasi serta peninjauan kembali tidak perlu berurutan sebab penomorannya
tidak ditentukan oleh Pengadilan tingkat pertama. Oleh karena itu untuk
mengetahui letak keuangan perkara dalam buku jurnal tingkat banding, kasasi
dan peninjauan kembali harus dicatat secara jelas dalam kolom keterangan
dari jurnal tingkat pertama.4
Catatan
Apabila akan dilakukan pemanggilan kepada pihak berperkara untuk
persidangan pengucapan Ikrar talak, hendaknnya meja pertama dan meja
ketiga sebelum menetapkan Jurusita yang diberi tugas pemanggilan, agar
terlebih dahulu meneliti apakah berkas sudah selesai diminulasi.
4
Ibid hal. 28
7
kebenaran keadaan yang ada menurut buku kas dan menurut keadaan yang nyata baik
dalam brankas maupun di bank, dengan disertai bukti-bukti yang ada.5
Penutupan buku induk keuangan perkara dalam rangka pengawasan,
hendaknya dilakukan minimal 3 (tiga) bulan sekali dan harus dibuat berita acara
penutupan kas. Buku induk yang berkenaan dengan keuangan perkara adalah sebagai
berikut :
Sedangkan di Pengadilan Tinggi Agama hanya ada dua buku induk keuangan
perkara
yaitu;
5
FCGI. (2001). Peranan Dewan Komisaris Dan Komite Audit Dalam Pelaksanaan Corporate
Governance (Tata Kelola Perusahaan). Jilid II. FCGI. Edisi Ke-2.
6
Ibid hal. 50
8
Dalam melaksanakan tugas pengisian kegiatan buku induk penerimaan hak-
hak Kepaniteraan (KIP A5) untuk Pengadilan Agama dan KII PA3 untuk Pengadilan
Tinggi Agama), maka pemegang buku induk Pengadilan Agama segera memindahkan
ke buku induk HHK yakni buku KIP A5 dan untuk Pengadilan Tinggi Agama,
kegiatan dari buku KII.PA2 segera dipindahkan ke KII.PA3. Cara penyetoran ke
bendaharawan rutin dilakukan setiap satu minggu sekali, dengan memberi catatan
dalam kolom keterangan tentang tanggal, jumlah yang disetor. Setiap penyetoran
harus diparaf oleh bendaharawan rutin pada kolom keterangan buku penerimaan uang
Hak-hak kepaniteraan tersebut.7
7
Tjager, I.N., Alijoyo, F.A., Djemat , H.R., Dan Soembodo , B. (2003). Corporate Governance.
Jakarta: Prenhallindo
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengungkapan keuangan perkara secara memadai dalam LK akan hal-hal yang
material dan relevan berkenaan/ mencakup bentuk, susunan, dan isi laporan keuangan,
serta catatan atas laporan keuangan. Sehingga pentingnya keseragaman format
( bentuk dan susunan), isi dan standar pengungkapan dalam catatan atas laporan
keuangan, sehingga memudahkan dalam kompilasi penyajian secra berjenjang
(tingkat pertama, banding, dirjen dan lembaga
Buku jurnal keuangan perkara mencatat transaksi penerimaan dan pengeluaran
uang setiap perkara, yang kemudian semua transaksi yang terjadi dalam buku jurnal
keuangan perkara, harus disalin dalm buku induk keuangan perkara berupa buku
tabelaris
Untuk peradilan agama tentang keharusan adanya biaya perkara diatur dalam
Stb. Tahun 1882 nomor 152 pasal 4; keputusan pengadilan agama dituliskan dengan
disetai alas an yang ringkas, juga harus diberi tanggal dan ditandatangani oleh para
pimpinan yang turut memberi keputusan. Dalam berperkara itu disebutkan pula
jumlah biaya yang dibebankan kepada pihak-pihak yang berperkara.
Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. SA Seksi 431 [Pernyataan Standar Akuntans No. 10]
“Pengungkapan Memadai dalam Laporan Keuangan” paragraph 02. 2001. IAI.
[alengwee.files. wordpress.com/2011/10/sa-seksu-431.pdf
Mahkamah Agung RI. 2008. Surat Edaran Nomor.09 Tahun 2008 tentang Pelaporan
Penerimaan dan Penggunaan Biaya Perkara pada Pengadilan
11