Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Tentang

POLA KEUANGAN PERKARA

Disusun oleh : kelompok V

Nur Intan komalasari (200204038)

M. Taufik Hidayat (200204045)

UIN MATARAM
PRODI ILMU FALAK FAKULTAS SYARIAH
TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kita atas kehhadirat allah swt. Atas
taufik dan hidayahnya sehingga kita dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya. Tidak lupa kita panjatkan shalawat serta salam kepadajunjungan alam nabi besar
Muhammad saw, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benderang.

Penulisan makalah ini dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap
jika para pembaca mendapatkan sudut pandang baru mengenai POLA KEUANGAN
PERKARA setelah membaca makalah ini.

Kami menyadari jika makalah ini masih memerlukan perbaikan, terutama pada bagian isi.
Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca agar makalah ini bias menjadi lebih
baik kedepannya.apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami mohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan, akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat

Wassalamualaikum wr.wb.

Mataram 20 oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 4


A. Latar Belakang ................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 5

A. Dasar Hukum ............................................................................................... 5


B. Buku Keuangan Perkara ............................................................................ 6
C. Buku Induk Keuangan Perkara ................................................................. 7

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 10

 Kesimpulan ...................................................................................................... 10
 Saran .................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasca Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Pengadilan agama yang
diharapkan di Indonesia adalah pengadilan agama dan pengadilan tinggi agama yang
mandiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam rangka melaksanakan tertib administrasi perkara di pengadilan agama
dan pengadilan tinggi agama serta dalam rangka penyelenggaraan administrasi
peradilan yang seragam baik dan tertib, ketua mahkamah agung RI dengan suratnya
tertanggal 24 januari 1991 Nomor; KMA/OOI/SK/1991 telah menetapkan pola-pola
pembinaan dan pengendalian administrasi perkara yang meliputi lima bidang

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dasar hukum dari pola keuangan perkara ?
2. Bagaimana buku keuangan perkara ?
3. Bagaimana buku induk keuangan perkara ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dasar hukum dari pola keuangan perkara
2. Untuk mengetahui buku keuangan perkara
3. Untuk mengetahui buku induk keuangan perkara

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum
Dasar hukum pola tentang keuangan perkara adalah ketentuan yang disebut
dalam pasal 121 ayat (4) dan pasal 145 (4) R.Bg, yaitu biaya perkara yang besarnya
ditentukan oleh ketua pengadilan (PA)
Kemudian suatu perkara di pengadilan baru dapat didaftarkan apabila biaya
sudah dibayar. Azas yang dianut oleh kedua peraturan tersebut adalah “Tidak Ada
Biaya Tidak Ada Perkara” , kecuali dalam perkara prodeo sebagaimana ditentukan
dalam pasal 237 HIR dan pasal 273 R.BG. 1
Mahkamah agung dalam RI dalam suratnya No.
43/TUAD/AG/III/UM/XI/1992 tanggal 23 november 1992 yang ditujukan kepada
ketua pengadilan tinggi agama dan pengadilan yang Agama seluruh Indonesia
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan biaya perkara menurut pasal 121 HIR dan
145 R.Bg adalah biaya kepaniteraan dan biaya proses.Biaya kepaniteraan meliputi
pungutan - pungutan sebagai pelayanan pengadilan yang harus disetor ke kas Negara
yang besarnya mengacu kepada Keputusan Menteri Agama No. 162 Tahun 1988 yaitu
kas Negara sebesar Rp. 2.000,- ditafsirkan sebagai biaya pencatatan atas pendaftaran
perkara. dan Redaksi atau leger sebesar Rp. 1.500,- dipungut pada saat diputusnya
perkara yang diajukan kepada Pengadilan. Menurut surat Mahkamah Agung RepubJik
Indonesia No. Mal KUMDIL/214/XII/k/1992 Tanggal 21 Desember 1992 dimana
dijelaskan bahwa hak-hak kepaniteraan tersebut meliputi sebagai berikut :
1. Biaya pendaftaran perkara tingkat pertama
2. Biaya Redaksi HHK.2Pola Keuangan Perkara
3. Biaya pencatatan permohonan banding
4. Biaya pencatatan permohonan kasasi
5. Biaya pencatatan permohonan peninjauan kembali
6. Biaya pencatatan permohonan Sita Konservatoir
7. Biaya pencatatan permohonan sita revindikatoir
8. Biaya pencatatan permohonan pencabutan sita
9. Biaya pencatatan pelaksanaan lelang

Biaya proses merupakan biaya-biaya pelaksanaan peradilan dalam rangka


menyelesaikan suatu perkara. Dalam pasal 90 ayat 1 Undang-undang No.7 Tahun
1989 dijelaskan bahwa biaya proses ini meliputi.2
1. Biaya panggilan Penggugat, TergugatPola Keuangan Perkara dan saksi-saksi.
2. Biaya panggilan saksi ahli jika diperlukan.
3. Biaya pengambilan sumpah
4. Biaya penyitaan

1
Mahkamah Agung RI. 1994. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor. 1 Tahun 1994 Tentang
Pengawasan Dan Pemeriksaan Administrasi Perkara. Tanggal 04 Januari 1994
2
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

5
5. Biaya eksekusi
6. Biaya pemeriksaan set em pat
7. Biaya untuk menyampaikan amar putusan
8. Biaya lain-lain atas perintah ketua pengadilan

B. Buku Keuangan Perkara


a. Buku Jurnal Perkara.
Buku Jurnal perkara mencatat tentang kegiatan penerimaan dan
pengeluaran uang perkara untuk setiap perkara, sehingga jurnal untuk setiap
perkara itu adalah merupakan rekening koran bagi pembayar panjar perkara
untuk tingkat pertama, banding. kasasi dan peninjauan kembali.
Jurnal keuangan perkara adalah merupakan pertanggungjawaban
panitera terhadap pihak ketiga selaku pembayar panjar perkara.
Setiap kegiatan penerimaan dan pengeluaran biaya perkara untuk
setiap perkara yang masuk harus dicatat dalam Pola Keuangan Perkara jurnal
keuangan perkara yang untuk satu perkara dengan perkara lainnya harus
dibuat secara berbeda dan terpisah, dan dibuat sejak perkara tersebut diterima
dan berakhir dengan menutup buku jurnal itu setelah perkara tersebut selesai
diputus. Penutupan buku jurnal untuk perkara cerai talak dilaksanakan sesudah
perkara tentang pernberian ijin ikrar talak tersebut diputus.3
Apabila permohonan ijin ikrar talak itu dikabulkan maka sisa uang
panjar, dipindahkan rnenjadi sisa awal dengan dipergunakan untuk biaya
pernanggilan sidang ikrat talak. Pada setiap awal buku jurnal keuangan
perkara ditulis jumlah halaman rangkap buku jurnal tersebut dan
ditandatangani oleh Ketua. Kemudian pada setiap halarnan diberi nornor urut,
pada halarnan pertarna dan terakhir dibubuhkan tanda tangan Ketua,
sedangkan pada setiap halaman cukup diparaf saja oleh Ketua Pengadilan
Agarna.
Buku Jurnal yang dipergunakan di Pengadilan Agama terdiri dari;
1. KI-PAI/P, Buku Jurnal Perkara Permohonan
2. KI-PAI/G, Buku Jurnal Perkara GugatanPola Keuangan Perkara
3. KI-PA2, Buku Jurnal Perkara Banding
4. KI-PA3, Buku Jurnal Perkara kasasi
5. KI-PA4, Buku Jurnal Perkara P.K.
6. KI-P AS, Buku Jurnal Biaya Eksekusi.

Buku jurnal yang dipergunakan di Pengadilan Tinggi Agama adalah :

K II PAl - Buku jurnal Banding.

3
Bursa Efek Indonesia. 2011. Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Code Of Corporate Governance)
Versi 1.0

6
Buku-buku Jurnal tersebut adalah bentuknya sarna, yaitu terdiri dari enarn
kolorn yaitu;
1. Nomor urut
2. Tanggal
3. Uraian
4. Jurnlah penerirnaan
5. Jumlah pengeluaran
6. KeteranganPola Keuangan Perkara

Di atas dari kolom tersebut dicantumkan perkara dan nama pembayar panjar
perkara beserta nama lawannya. Pada buku jurnalkeuangan perkara untuk
tingkat pertama pemberian nomor perkara dapat dilakukan secara berurutan,
karena pemberian nomor memang berurutan tetapi untuk perkara Banding dan
kasasi serta peninjauan kembali tidak perlu berurutan sebab penomorannya
tidak ditentukan oleh Pengadilan tingkat pertama. Oleh karena itu untuk
mengetahui letak keuangan perkara dalam buku jurnal tingkat banding, kasasi
dan peninjauan kembali harus dicatat secara jelas dalam kolom keterangan
dari jurnal tingkat pertama.4
Catatan
Apabila akan dilakukan pemanggilan kepada pihak berperkara untuk
persidangan pengucapan Ikrar talak, hendaknnya meja pertama dan meja
ketiga sebelum menetapkan Jurusita yang diberi tugas pemanggilan, agar
terlebih dahulu meneliti apakah berkas sudah selesai diminulasi.

C. Buku Induk Keuangan Perkara


Semua kegiatan yang terjadi dalam buku jurnal keuangan perkara, harus
disalin dalam buku induk keuangan perkara berupa buku tabelaris. Buku tabelaris ini
mencatat semua kegiatan penerimaan dan pengeluaran biaya perkara untuk semua
perkara yang masuk di Pengadilan dan dicatat setiap hari. Dengan demikian maka
dalam satu hari mungkin akan tercatat kegiatan penerimaan dan pengeluaran biaya
perkara untuk lebih dari satu perkara. Berbeda dengan jurnal keuangan perkara, maka
buku tabelaris pada dasarnya ditutup pada setiap akhir bulan oleh Panitera dan
diketahui oJeh Ketua Pengadilan. Akan tetapi apabila dipandang perlu, dalam rangka
pengawasan, Ketua Pengadilan atau Mahkamah Agung RI dapat menutup buku
tabelaris tersebut sewaktu-waktu tanpa menunggu akhir bulan.
Pada setiap penutupan buku induk keuangan tersebut, harus dijelaskan
keadaan uang menurut buku kas, keadaan uang yang ada dalam brankas atau yang
disimpan dalam Bank serta uraian yang terperinci jenis mata uang yang ada dalam
brankas. Apabila terdapat selisih harus dijelaskan alasan terjadi selisih tersebut. Ketua
Pengadilan Agama sebelum menanda tangani buku induk perkara, hendaknya meneliti

4
Ibid hal. 28

7
kebenaran keadaan yang ada menurut buku kas dan menurut keadaan yang nyata baik
dalam brankas maupun di bank, dengan disertai bukti-bukti yang ada.5
Penutupan buku induk keuangan perkara dalam rangka pengawasan,
hendaknya dilakukan minimal 3 (tiga) bulan sekali dan harus dibuat berita acara
penutupan kas. Buku induk yang berkenaan dengan keuangan perkara adalah sebagai
berikut :

1. Buku Induk Keuangan Perkara (KI-PA6)


2. Buku Keuangan Eksekusi (KI-PA7)
3. Buku Penerimaan Uang Hak-hak Kepaniteraan (KI-PA8).

Sedangkan di Pengadilan Tinggi Agama hanya ada dua buku induk keuangan
perkara
yaitu;

1. Buku Induk Keuangan Perkara (KII-P A2).


2. Buku Penerimaan Uang Hak-hak Kepaniteraan (KI-PA-3).

Sebagaimana dengan buku jurnal, maka banyaknya halaman buku induk


keuangan perkara tersebut harus dinyatakan dalam lembaran paling awal, sedangkan
pada setiap halaman pertama dan terakhir harus dibubuhkan tanda tangan Ketua
Pengadilan,
dan pada halaman lainnya cukup di paraf saja.
Buku tabelaris keuangan perkara merupakan pertanggung jawaban Panitera
mengenai uang perkara yang ada dalam pengawasannya berdasarkan pasal 101 ayat 1
Undang-undang No.7 Tahun 1989, dimana dijelaskan bahwa Panitera bertanggung
jawab
terhadap pengurusan semua biaya perkara. Khusus dalam hal eksekusi,
pertanggungjawaban biaya eksekusi adalah kepada pemohon eksekusi, sehingga
karenanya semua biaya eksekusi hams dibukukan dalam buku jumal eksekusi yang
khusus dibuat tersendiri dan semua kegiatan yang tersebut dalam jumal eksekusi hams
dimasukkan dalam buku tabelaris keuangan eksekusi yang khusus.6
Pemisahan buku tabelaris keuangan perkara dan tabelaris biaya eksekusi
didasarkan karena keuangan yang tersebut dalam buku tabelaris perkara adalah
merupakan keuangan perkara yang masih dalam proses, sedangkan keuangan biaya
eksekusi ditujukan kepada parkara yang sudah selesai, dan hanya berkenaan dengan
masalah eksekusi suatu putusan.
Buku penerimaan uang Hak-hak Kepaniteraan, merupakan buku pertanggung
jawab atas biaya kepaniteraan (Griffier Costen) terhadap negara, yang disetor kepada
bendahara rutin (UYHD) untuk selanjutnya disetor kepada negara.

5
FCGI. (2001). Peranan Dewan Komisaris Dan Komite Audit Dalam Pelaksanaan Corporate
Governance (Tata Kelola Perusahaan). Jilid II. FCGI. Edisi Ke-2.
6
Ibid hal. 50

8
Dalam melaksanakan tugas pengisian kegiatan buku induk penerimaan hak-
hak Kepaniteraan (KIP A5) untuk Pengadilan Agama dan KII PA3 untuk Pengadilan
Tinggi Agama), maka pemegang buku induk Pengadilan Agama segera memindahkan
ke buku induk HHK yakni buku KIP A5 dan untuk Pengadilan Tinggi Agama,
kegiatan dari buku KII.PA2 segera dipindahkan ke KII.PA3. Cara penyetoran ke
bendaharawan rutin dilakukan setiap satu minggu sekali, dengan memberi catatan
dalam kolom keterangan tentang tanggal, jumlah yang disetor. Setiap penyetoran
harus diparaf oleh bendaharawan rutin pada kolom keterangan buku penerimaan uang
Hak-hak kepaniteraan tersebut.7

7
Tjager, I.N., Alijoyo, F.A., Djemat , H.R., Dan Soembodo , B. (2003). Corporate Governance.
Jakarta: Prenhallindo

9
BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan
Pengungkapan keuangan perkara secara memadai dalam LK akan hal-hal yang
material dan relevan berkenaan/ mencakup bentuk, susunan, dan isi laporan keuangan,
serta catatan atas laporan keuangan. Sehingga pentingnya keseragaman format
( bentuk dan susunan), isi dan standar pengungkapan dalam catatan atas laporan
keuangan, sehingga memudahkan dalam kompilasi penyajian secra berjenjang
(tingkat pertama, banding, dirjen dan lembaga
Buku jurnal keuangan perkara mencatat transaksi penerimaan dan pengeluaran
uang setiap perkara, yang kemudian semua transaksi yang terjadi dalam buku jurnal
keuangan perkara, harus disalin dalm buku induk keuangan perkara berupa buku
tabelaris
Untuk peradilan agama tentang keharusan adanya biaya perkara diatur dalam
Stb. Tahun 1882 nomor 152 pasal 4; keputusan pengadilan agama dituliskan dengan
disetai alas an yang ringkas, juga harus diberi tanggal dan ditandatangani oleh para
pimpinan yang turut memberi keputusan. Dalam berperkara itu disebutkan pula
jumlah biaya yang dibebankan kepada pihak-pihak yang berperkara.
 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

Evans, Thomas G. 2002. Accounting Theory: Contemporary AccountingSouth Western


Educational Publishing

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. SA Seksi 431 [Pernyataan Standar Akuntans No. 10]
“Pengungkapan Memadai dalam Laporan Keuangan” paragraph 02. 2001. IAI.
[alengwee.files. wordpress.com/2011/10/sa-seksu-431.pdf

Mahkamah Agung RI. 2008. Surat Edaran Nomor.09 Tahun 2008 tentang Pelaporan
Penerimaan dan Penggunaan Biaya Perkara pada Pengadilan

Republic Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah nomor 71 tahun2010. Tentang Standar


Akuntansi Pemerintahan; Pernyataan no. 04 Catatan atas Laporan Keuangan Paragraph 36

11

Anda mungkin juga menyukai