Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH HUKUM DAGANG LANJUTAN

“SURAT BERHARGA TENTANG CEK”

DOSEN : Zulfi Chairi, SH.M.Hum

DISUSUN OLEH :

NAMA : MUHAMMAD ABDI


NIM : 180200092
GRUP : E

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini mengenai SURAT
BERHARGA tentang CEK.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada Dosen Hukum Dagang Lanjutan kami yang telah membimbing dalam
menulis makalah ini.

Medan, 18 Maret 2020

Hormat penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................. i

Daftar Isi ........................................................................................... ii

Bab I - PENDAHULUAN ............................................................... 1

1. Latar Belakang ................................................................ 1

Bab II - PEMBAHASAN .................................................................. 2

1. Pengertian Cek .................................................................. 1


2. Dasar Hukum Dan Syarat Formil Dari Cek ....................... 2
3. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Transaksi Yang
Menggunakan Cek................................................................ 3
4. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Cek........................ 4
5. Jenis-Jenis Cek.................................................................... 5
6. Beberapa Istilah Yang Berkaitan Dengan Cek...................... 6

Bab III – PENUTUP ........................................................................... 3

1. Kesimpulan ....................................................................... 1
2. Daftar Pustaka.................................................................... 2
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Perkembangan dunia bisnis yang sangat cepat membuat para pebisnis


memelukan alat pembayaran yang cepat, sederhana dan aman. Di dalam dunia
perusahaan dan perdagangan, orang menginginkan segala sesuatunya bersifat
praktis dan aman khususnya dalam lalu lintas pembayaran. Artinya, orang tidak
mutlak lagi menggunakan alat pembayaran berupa uang, melainkan cukup dengan
menerbitkan surat berharga baik sebagai alat pembayaran kontan maupun sebagai
alat pembayaran kredit.
Penggunaan surat berharga dalam lalu lintas pembayaran
mempertimbangkan aspek praktis, keamanan , prestise(kebanggan), dan investasi.
Praktis dalam setiap transaksi, para pihak tidak perlu membawa mata uang dalam
jumlah besar sebagai alat pembayaran dalam suatu transaksi, melainkan cukup
dengan membawa atau mengantongi surat berharga saja. Aman artinya tidak
setiap orang yang tidak berhak dapat menggunakan surat berharga itu, karena
pembayaran dengan surat berharga memerlukan cara-cara tertentu. Sedangkan jika
menggunakan mata uang apalagi dalam jumlah besar banyak sekali kemungkinan
timbulnya bahaya atau kerugian, misalnya pencurian, kebakaran atau perampokan,
dan lain-lain.
Penggunaan surat berharga menjadi pilihan bagi para pebisnis dalam duania
perdagangan untuk mempercepat, mempermudah lalu lintas pembayaran dengan
aman.
Seperti yang diatur dalam KUH Dagang terlebih dahulu perlu dibedakan
dua macam surat, yaitu :1

1
http://ayusuliestya.wordpress.com/2011/03/06/surat-beharga-cek/
1. Surat berharga, terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda
“waarde papier” di negara anglo saxon di kenal dengan istilah “negatible
instruments”.
2. Surat yang mempunyai harga atau nilai, terjemahan dari istilah aslinya
dalam bahasa Belanda “papier van waarde” dalam bahasa Inggris “letter of
value”.

Surat berharga adalah surat pengakuan hutang, wesel, saham, obligasi,


sekuritas kredit atau setiap derivatif dan surat berharga atau kepentingan lain atau
suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam
pasar modal maupun pasar uang.2

Surat berharga adalah surat yang oleh penerbitnya sengaja diterbitkan


sebagai pelaksanaan pemenuhan suatu prestasi, yang berupa pembayaran sejumlah
uang. Tetapi pembayaran itu tidak dilakukan dengan menggunakan mata uang,
melainkan dengan menggunakan alat bayar lain. Alat bayar itu berupa surat yang
didalamnya mengandung suatu perintah kepada pihak ketiga, atau pernyataan
sanggup untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang surat itu.

Surat berharga itu mempunyai tiga fungsi utama, yaitu :


1. Sebagai alat pembayar (alat tukar uang)
2. Sebagai alat untuk memudahkan hak tagih (diperjualbelikan secara mudah
dan sederhana).
3. Sebagai surat bukti hak tagih (surat legitimasi).

Ketentuan-ketentuan megenai surat berharga diatur dalam Buku I titel 6 dan titel
7 KUHD yang berisi tentang :3
1. Wesel
2. Surat sanggup
3. Cek
4. Kwitansi-kwitansi dan promes atas tunjuk
2
UU No. 7/1992 tentang Perbankan
3
 http://kholil.staff.uns.ac.id/files/2010/03/surat-surat-berharga-ppt.ppt.
5. Dan lain-lain

Penggunaan cek sebagai salah satu media pembayaran transkasi telah


dikenal sejak zaman sebelum perang dunia ke II. Saat itu Indonesia sebagai negara
tujuan perdagangan utama memandang cek sebagai sebuah alat pembayaran yang
paling mudah digunakan. Menurut Keputusan Presiden nomor 470 tahun 1961
alat pembayaran bisa berupa uang Kartal, seperti uang logam dan uang kertas,
serta uang giral, seperti cek.4

Cek merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk menarik atau
mengambil uang direkening giro. Fungsi lain dari cek adalah sebagai alat untuk
melakukan pembayaran. Pengertian cek adalah surat perintah tanpa syarat dari
nasabah kepada bank yang memelihara rekening giro nasabah tersebut, untuk
membayar sejumlah uang kepada pihak yang disebutkan di dalamnya atau kepada
pemegang cek tersebut.5

4
http://vhaleandraputrii.blogspot.com/2012/09/cek-bilyet-giro-inkasso-wesel.html
5
http://cokicepe.blogspot.com/2012/06/pengertian-cek-wesel-bilyet-giro-dan.html
BAB 2
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN CEK

Cek adalah surat berharga yang memuat kata cek/cheque dalam mana
penerbitannya memerintahkan kepada bank tertentu untuk membayar sejumlah
uang kepada orang yang namanya disebut dalam cek, penggantinya, pembawanya
pada saat ditunjukkan. Cek juga merupakan surat perintah dari nasabah, dalam hal
ini pemilik dana pada rekening giro (current account), kepada tertarik, dalam hal
ini bank, untuk membayar tanpa syarat sejumlah dana kepada pemegang pada saat
diunjukkan, yang berfungsi sebagai alat pembayaran tunaiDalam pasal 178
KUHD ditentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi suatu cek dan kalau
salah satu syarat dalam pasal, tersebut tidak dipenuhi, maka kertas itu tidak dapat
diperlakukan sebagai cek.

Tenggang waktu pengunjukan cek

Untuk cek yang diterbitkan dan dibayarkan di Indonesia, harus diunjukkan dalam
tenggang waktu 70 hari, sejak tanggal penerbitannya (Pasal 206 KUHD)
ditambah 6 bulan tenggang waktu sebelum kadaluwarsa (Pasal 229 KUHD).
2. DASAR HUKUM

Antara lain:

1. Pasal 178-229d KUHD;


2. SEBI No.8/7/UPPB tertanggal 16 Mei 1975 tentang Cek/Bilyet Giro
Kosong (“SEBI No.8/7/1975”);
3. SEBI No.9/72/UPPB tertanggal 10 Januari 1977 tentang Penulisan Nilai
Nominal Cek/Bilyet Giro dalam Angka dan Huruf (“SEBI
No.9/72/1975”);
4. SEBI No.9/16/UPPB tertanggal 31 Mei 1976 tentang Larangan
Menerbitkan Cek/Bilyet Giro dalam Valuta Asing (“SEBI
No.9/16/1976”);
5. SEBI No.5/85/UPPB/PbB tertanggal 11 September 1972 tentang
Pembuatan/Penerbitan Cek/Bilyet Giro dan Alat-alat Lalu Lintas
Pembayaran Giral Lainnya (“SEBI No.5/85/1972”);

SYARAT FORMIL

Cek harus memenuhi syarat formal sebagai berikut (berdasarkan Pasal 178
KUHD) : 

1. Nama dan nomor "Cek" harus termuat dalam teks; 


2. Nama bank terkait
3. Perintah bayaran tanpa syarat sejumlah uang tertentu; 
4. Nama pihak yang harus membayar (tertarik); 
5. Jumlah dana dalam angka dan huruf;
6. Penunjukan tempat dimana pembayaran harus dilakukan; 
7. Pernyataan tanggal dan tempat penarikan Cek; 
8. Tanda tangan orang yang mengeluarkan Cek (penarik).
Syarat lainnya yang dapat ditetapkan oleh bank :

1. Tersedianya dana
2. Adanya materai yang cukup
3. Jika ada coretan atau perubahan harus ditandatangani oleh si pemberi cek
4. Jumlah uang yang terbilang dan tersebut harus sama
5. Memperlihatkan masa kadaluarsa cek yaitu 70 hari setelah
dikeluarkannya cek tersebut
6. Tanda tangan atau cap perusahaan harus sama dengan speciment/contoh
7. Tidak diblokir pihak berwenang
8. Endorsment cek benar (jika ada)
9. Kondisi cek sempurna
10. Rekening belum ditutup
11. Dan syarat-syarat lainnya

Keterangan yang ada didalam suatu cek :

1. Ada tertulis kata-kata Cek atau Cheque


2. Ada tertulis Bank Penerbit (Bank Matras)
3. Ada nomor cek
4. Ada tanggal penulisan cek (di bawah nomor cek)
5. Ada perintah membayar " bayarlah kepada....... atau pembawa"
6. Ada jumlah uang (nominal angka dan huruf)
7. Ada-tanda tangan dan atau cap perusahaan pemilik cek

3. PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT DALAM TRANSAKSI YANG


MENGGUNAKAN CEK

1. Penarik (drawee) adalah giran yang menerbitkan cek atau pihak yang
memiliki kewajiban pembayaran;
2. Pemegang (namer, holder), dalam hal ini adalah kreditur atau pemilik
piutang;
3. Tertarik (betrokkene, drawee, payee), adalah pihak lain (biasanya bank)
yang memperoleh perintah dari Penarik untuk membayar kepada
Pemegang atau Pembawa atau Pengganti dari Pemegang;
4. Pembawa (toonder, bearer), adalah siapapun yang memegang cek dengan
klausula kepada pembawa;
5. Pengganti (order), adalah adalah siapapun yang namanya tercantum dalam
cek dengan klausula kepada pengganti;
6. Endosant (Indorser) adalah pemegang cek dengan klausula kepada
pengganti yang mengalihkan hak tagih kepada pihak lain yang namanya
tercantum sebagai pengganti

Alur transaksi cek yaitu:

1. Penerbit menuliskan jumlah nominal uang yang akan dibayarkannya pada


cek. Penerbit juga menuliskan nomor rekening dari pemegang cek,
disertai nama bank dari pemegang cek. Penerbit menandatangani cek
bilyet tersebut. Cek bilyet itu tentu didapatkan oleh penerbit dari bank
penerbit.

2. Penerbit menyerahkan cek bilyet itu kepada pemegang cek.

3. Pemegang cek menyerahkan cek bilyet tadi kepada bank di tempat


pemegang cek memiliki rekening. Pemegang menginstruksikan kepada
banknya agar memproses cek bilyet itu ke rumah kliring.

4. Bank pemegang cek membawa cek itu ke rumah kliring. Umumnya yang
disebut rumah kliring adalah bank sentral di negara atau daerah tersebut.
Perlu dicatat bahwa data elektronik dari cek tersebut dikirim secara
elektronik terlebih dahulu ke bank sentral, sebelum pengiriman cek fisik.
Oleh bank pemegang, pada cek tersebut juga ditambahkan informasi di
rekening bank mana cek itu ditujukan. Mesin yang dipergunakan untuk
membaca dan mengirim data cek dari bank ke rumah kliring disebut
Magnetic Ink Cheque Reader & Encoder (MICRE).
4. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM CEK

1. Dalam cek tidak berlaku tanggal efektif, sehingga pembayaran wajib


dilakukan pada saat diunjukkan;
2. Apabila tempat pembayaran tidak ditulis dalam cek, maka nama tempat di
samping nama bank pembayar dianggap sebagai tempat pembayaran
(Pasal 179 KUHD);
3. Bila ada beberapa tempat yang ditulis, maka nama tempat yang ditulis
terdahululah yang dianggap sebagai tempat pembayaran (Pasal 179
KUHD);
4. Jika petunjuk-petunjuk dalam butir 1, 2 dan 3 di atas tidak ada, maka
pembayaran dianggap di kantor pusat bank pembayar (Pasal 179 KUHD);
5. Jika tempat dimana cek itu diterbitkan tidak tertulis, maka tempat yang
tertulis di samping nama penerbit dianggap sebagai tempat diterbitkannya
warkat cek (Pasal 179 KUHD);
6. Tiap-tiap cek harus ditarik di bank yang mengelola dana untuk keperluan
penerbit atau giran (Pasal 180 KUHD);
7. Cek tidak boleh diaksep, karena berfungsi sebagai alat pembayaran tunai,
sehingga apabila cek diaksep maka akseptasi tersebut dianggap tidak ada
(Pasal 181 KUHD);
8. Cek dapat diterbitkan untuk keperluan penerbit sendiri

5. JENIS-JENIS CEK

Berdasarkan Pasal 182 KUHD dan dikaitkan dengan mekanisme pengalihannya


cek dapat dibagi menjadi:

1. Cek Atas Nama


Cek yang nama pemiliknya dituliskan pada cek tersebut dan bank hanya
akan membayar kepada orang atau badang tersebut. Contoh: jika di dalam
cek tertulis perintah bayarlah kepada Tn. Sigit Pramono sejumlah Rp
1.000.000 atau bayarlah kepada PT APB Indonesia uang sejumlah Rp
1.000.000, cek inilah yang disebut cek atas nama, namun dengan catatan
kata "atau pembawa" di belakang nama yang diperintahkan dicoret.

2. Cek Atas Unjuk


Kebalikan dari cek atas nama. Di dalam cek atas unjuk tidak tertulis nama
seseorang atau badan hukum tertentu, jadi siapa saja dapat mencairkan cek
atau, dengan kata lain, cek dapat diuangkan oleh si pembawa cek. Contoh:
Di dalam cek tersebut tertulis bayarlah tunai, atau cash, atau tidak ditulis
kata-kata apa pun.
3. Cek Tunai atau Cash Cheque 
Cek yang dapat dicairkan secara tunai kepada bank, baik cek atas nama
maupun atas unjuk.
4. Cek Silang atau Cross Cheque
Cek yang disilang dengan dua garis pada pojok kiri atas penariknya
(drawer) dengan tujuan sehingga fungsi cek yang semula tunai berubah
menjadi non tunai atau sebagai pemindahbukuan.

5. Cek Mundur atau Postdated Cheque 


Cek yang tanggal jatuh temponya mundur atau diberi tanggal kemudian.

6. Cek Kosong
Cek yang dananya kurang atau tidak ada dana yang tersedia pada saat
dicairkan atau dipindahbukukan. Contoh: Tn. Sigit Pramono menarik cek
senilai Rp 10.000.000 yang tertulis di dalam cek tersebut, tetapi dana yang
tersedia di rekening giro tersebut hanya Rp 5.000.000. Ini berarti ada
kekurangan dana sebesar Rp 5.000.000 apabila nasabah menariknya. Jadi,
jelas cek tersebut kurang jumlahnya dibandingkan dengan jumlah dana
yang ada.
7. Cek atas bawa adalah cek kepada pembawa atau kepada orang yang disebut
namanya dengan tambahan klausula “atau kepada pembawa” atau cek
tanpa penyebutan nama penerimanya, maka pengalihannya cukup dengan
penyerahan fisik cek saja

6. BEBERAPA ISTILAH YANG BERKAITAN DENGAN CEK :

1. Tanggal penarikan adalah tanggal ditandatanganinya warkat cek;


2. Post dated cheque adalah cek yang tanggal penarikannya setelah tanggal
ditandatanganinya warkat oleh si penarik;
3. Crossed cheque adalah cek yang digunakan sebagai media
pemindahbukuan (tidak dapat dibayarkan tunai);
4. Stop payment, merupakan perintah Penarik untuk membatalkan penarikan
yang disebabkan oleh hilangnya cek;
5. Counter cheque adalah media penarikan dana dalam rekening giro dalam
hal pemilik rekening tidak membawa buku cek atau bilyet giro;
6. Inkaso (Pasal 183a KUHD) adalah perintah atau kuasa untuk menagihkan
sejumlah uang yang tertera dalam cek;
7. Cerukan (overdraft) adalah kondisi yang mana bank tertarik melakukan
pembayaran atas instruksi pendebetan atau penarikan yang dilakukan
penarik atau nasabah, walalupun dana pada rekening giro tersebut tidak
mencukupi;
8. Cek kosong (blanked cheque) adalah tolakan terhadap cek yang ditarik,
dikarenakan: (i) saldo rekening tidak cukup, (ii) rekening telah ditutup,
dan (iii) alasan lain;
9. SP adalah surat peringatan yang diberikan oleh bank pengelola rekening,
dengan tembusan ke BI, perihal penarikan cek kosong oleh penarik,
dengan tahap sebagai berikut:

(i)         SP I untuk penarikan cek kosong pertama;

(ii)        SP II untuk penarikan cek kosong kedua;


(iii)       SP III untuk penarikan cek kosong ketiga, sekaligus penutupan rekening 
dan pencantuman penarik dalam Daftar Hitam BI (“DHBI”);

(iv)      SP III langsung, tanpa SP I dan II, apabila menarik cek kosong 3 lembar
atau lebih dalam waktu 6 bulan atau 1 lembar cek dengan nominal minimal Rp.1
miliar.
BAB 3
PENUTUP

KESIMPULAN :
Cek merupakan salah satu jenis surat berharga yang sering digunakan oleh
pebisnis dalam lalu lintas pembayaran karena cepat, sederhana dan aman.

Beberapa kelebihan dari cek sehingga banyak digunakan oleh pebisnis, antara
lain:

1. Mudah dialihkan/dipindahtangankan;
2. Praktis, tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah banyak;
3. Aman karena terhindar dari hal-hal berbahaya ketika membawa uang tunai
dalam jumlah banyak, spt: pencurian;
4. Tidak memerlukan waktu yang lama bagi pemegang cek untuk
memperoleh uang dalam cek tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

1. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 7 – Hukum


Surat Berharga, Cetakan Ketiga, Djambatan, Jakarta, 1990;
2. Muhammad, Abdulkadir, Hukum Dagang tentang Surat-surat Berharga,
Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1993;
3. Subekti, R, Prof, S.H dan Tjitrosudibio, R, 2001, Kitab Undang-undang
Hukum Perdata, Cetakan ke-31, PT Pradnya Paramita, Jakarta.
4. Subekti, R, Prof, S.H dan Tjitrosudibio, R, 1980, Kitab Undang-undang
Hukum Dagang, Cetakan ke-11, PT Pradnya Paramita, Jakarta.
5. Kansil, C.S.T. Christine. C.S.T. Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum
Dagang Indonesia. Cet. Ke-4. Sinar Grafika.2008. Jakarta. Hal. 153

Anda mungkin juga menyukai