Surat Berharga Kelompok 3
Surat Berharga Kelompok 3
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua dan hanya dengan kodrat dan iradat-Nyalah penulis
dapat menyelesaikan makalah Hukum ekonomi dan pembangunan “Surat Berharga”.
Adapun Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hulum
Surat Berharga. Semoga dengan penyusunan Makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman diri. Demi kesempurnaannya, penulis selalu
mengharapkan adanya saran dan masukan dari berbagai pihak.
Penulis
1
Daftar isi
COVER .....................................................................................................................1
Kata Pengantar...........................................................................................................2
Daftar isi.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4
1.1 Latar Belakang......................................................Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................5
2.1 Pengertian Surat Berharga..................................................................................5
2.2 Perbedaan Surat Berharga dan Surat yang Mempunyai Harga...........................5
2.3 Fungsi Surat Berharga.........................................................................................6
2.3.1 Sebagai Alat Pembayaran.............................................................................6
2.3.2 Pembawa hak................................................................................................6
2.3.3 Surat bukti hak tagih.....................................................................................6
2.4 Unsur-unsur Surat Berharga................................................................................7
2.4.1 Surat bukti tuntutan utang............................................................................7
2.4.2 Pembawa hak................................................................................................7
2.4.3 Muda dijual belikan......................................................................................7
2.5 Surat Berharga Sebagai Legitimasi.....................................................................7
2.5.1 Legitimasi Formil.........................................................................................7
2.5.2 Legitimasi Materiil.......................................................................................7
2.6 Jenis-jenis Surat Berharga...................................................................................8
2.6.1 Surat Berharga Dalam KUHD......................................................................8
2.6.2 Surat Berharga diluar KHUD.....................................................................10
BAB III Kesimpulan...................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................12
3.2 Saran..................................................................................................................12
Daftar Pustaka..........................................................................................................13
2
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia bisnis yang sangat cepat membuat para pebisnis memelukan
alat pembayaran yang cepat, sederhana dan aman. Di dalam dunia perusahaan dan
perdagangan, orang menginginkan segala sesuatunya bersifat praktis dan aman
khususnya dalam lalu lintas pembayaran. Artinya, orang tidak mutlak lagi
menggunakan alat pembayaran berupa uang, melainkan cukup dengan menerbitkan
surat berharga baik sebagai alat pembayaran kontan maupun sebagaialat pembayaran
kredit.
Secara hukum surat berharga merupakan sebuah dokumen yang diterbitkan oleh
penerbitnya sebagai pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran sejumlah uang
sehingga berfungsi sebagai alat bayar yang di dalamnya berisikan suatu perintah
untuk membayar kepada pihak-pihak yang memegang surat tersebut. Pada
kenyataannya surat berharga dapat dijadikan suatu alat transaksi yang mempunyai
nilai tertentu sesuai yang tertera dalam peraturan yang mengatur dan kesepakatan
yang mengeluarkanny.
3
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Surat Berharga
KUHD tidak menjelaskan secara implisit tentang apa yang disebut dengan surat
berharga. Oleh karena itu, untuk mengetahui definisi surat berharga perlu dirujuk
pendapat-pendapat para sarjana hukum tentang surat berharga.
Prof. Drs. C.S.T Kansil, S.H. mendefinisikan surat berharga ialah surat bernilai
uang yang diciptakan bagi keperluan efisiensi pembayaran yang diakui dan
dilindungi hukum bagi keperluan transaksi perdagangan, pembayaran, penagihan,
dan lain sejenisnya. Surat-surat yang demikian memberika hak kepada pemegang,
yang bermanfaat bagi yang menerima atau memilikinya.
Surat berharga (waarde papier) adalah surat yang oleh penerbitnya sengaja
diterbitkan sebagai pelaksana pemenuhan prestasi, yang berupa pembayaran
sejumlah uang. Akan tetapi, pembayaran itu tidak dilakukan dengan menggunakan
mata uang, melainkan mengantinya dengan alat bayar lain berupa surat yang
mengandung perintah kepada pihak ketiga, atau pernyataan sanggup membayar
kepada pemegang surat.
4
identitas yang tertera di surat tersebut. Contohnya, Kartu Tanda Pengenal (KTP),
Surat Izin Mengemudi (SIM), Akta Ijazah, Sertifikat, Piagam, Tiket dan lainnya.
Perbedaan antara surat berharga dengan surat yang mempunyai harga adalah terletak
pada sifat mudah atau sukar diperjualbelikan. Surat berharga mudah untuk
diperjualbelikan dengan pihak manapun, sedangkan surat yang berharga sukar untuk
diperjualbelikan.
Surat berharga sebagai sebuah dokumen penting memiliki fungsi yang setara
dengan uang, dalam artian memudahkan terjadinya kegiatan bisnis. Hal ini tentunya
sangat memberikan dampak yang penting bagi masyarakat, khususnya kaum
Pengusaha, karena mereka tidak perlu lagi untuk membawa uang tunai dalam jumlah
yang besar, tetapi hanya dengan menggunakan sebuah dokumen saja hal tersebut
dapat terlaksana dengan baik. Lembaran surat berharga tersebut antara lain, Wesel,
Cek, Bilyet Giro, dan lain sebagainya.
Pemegang surat berharga berhak atas sejumlah barang atau uang sebagaimana
yang tercantum dalam lembaran surat berharga tersebut. Meskipun pemegang surat
berharga tersebut tidak sama dengan nama yang tercantum dalam dokumen tersebut,
ia dapat mendalilkan hak tagihnya. Hal ini mungkin saja terjadi dikarenakan adnya
peralihan surat berharga yang dilakukan oleh Pemegang pertama kepada pihak lain.
Apabila memang terjadi peralihan tersebut maka peralihannya didasarkan dari
Endosemen dari pemegang pertama, yang disebut dengan legitimasi formil.
5
II.4 Unsur-unsur Surat Berharga
Surat adalah akta, sedangkan akta adalah suatu urat yang sudah ditandatangani
dan sengaja diterbitkan agar bisa digunakan sebagai suatu alat bukti. Untuk itu, akta
adalah tanda bukti dari adanya ikatan utang dari penandatangan.
Utang adalah suatu perikatan yang sudah seharusnya dilunasi oleh penanda
tangan akta atau debitur, dan pemegang akta atau krediutr memiliki hak untuk
menuntut kepada orang yang menandatangani akta tersebut. Tuntutan tersebut bisa
diperoleh dalam bentuk uang atau cek, berbentuk benda atau konsumen, dan juga
bisa berbentuk tuntutan atau charter party.
Dalam hal ini, hak adalah suatu hak untuk bisa menuntut sesuatu kepada pihak
debitur surat berharga, yang berarti hak tersebut akan terus ada pada akta surat
berharga. Jika suratnya hilang, maka haknya pun akan hilang. Sebagai contoh, jika
uang kertas hilang, maka Anda tidak bisa meminta uang kertas baru pada Bank
Indonesia.
Tujuan lain dari adanya penerbitan surat berharga adalah demi memenuhi prestasi
pembayaran sejumlah uang.
Dalam hal ini, surat legitimasi diartikan sebagai bukti bagi para pemegang yang
sah atau orang yang memiliki hak atas penagihan yang ada di dalamnya. Asas
legitimasi digunakan untuk memperlancar peredaran surat berharga dalam lalu lintas
pembayaran yang sesuai dengan fungsi penerbitan surat berharga.
Legitimasi formil adalah bukti bahwa surat berharga tersebut diklaim sebagai
seorang yang memiliki hak atas tagihan di dalamnya, karena jika pemegang surat
berharga tersebut tidak mampu membuktikannya secara formil sesuai peraturan UU,
maka tidak bisa dikatakan sebagai pemilik surat berharga yang sah.
Legitimasi materil adalah suatu bukti pemegang surat berharga yang sebenarnya.
Kesimpulan dari adanya legitimasi ini adalah:
a) Pemilik surat berharga secara sah adalah mereka yang memiliki hak tagih
dengan tanpa mengesampingkan adanya nilai kebenaran materiil di dalamnya.
6
b) Pihak debitur tidak memiliki kewajiban dalam meneliti apakah pemegang
surat berharga tersebut adalah benar-benar yang memiliki hak.
c) Debitur hanya memiliki kewajiban dalam meneliti berbagai syarat yang
terkandung di dalam surat berharga yang diberikan kepadanya saat diminta
pembayaran.
d) Undang-undang akan lebih mengutamakan legitimasi formal untuk bisa
menjamin fungsi dan tujuan surat berharga.
Surat berharga sebagai salah satu dokumen yang penting dalam kelancaran lalu
lintas perdagangan, terdiri dari berbagai jenis dengan pengaturan yang berbeda-beda.
Pengaturan mengenai surat berharga ada yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang ( KUHD) dan di perundang-undangan lainnya.
Wesel
Wesel sebagai salah satu jenis surat berharga memiliki beragam istilah dari
berbagai negara. Dalam bahasa Belanda disebut wisselbrief, bahasa Inggris disebut
Bill of Exchange, dan dalam bahasa Jerman disebut wechsel. Dalam KUHD tidak
disebutkan apa yang dimaksudkan dengan pengertian Wesel, akan tetapi menurut
Pasal 100 KUHD dapat disimpulkan bahwa wesel ialah Suatu Surat yang berisikan
nama surat wesel yang dimuat di dalam teksnya sendiri dan diistilahkan dalam
bahasa surat ditulisnya; perintah tak bersyarat untuk sejumlah uang tertentu; nama
orang yang harus membayarnya (tertarik atau pembayar); penetapan hari bayarnya;
penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan; nama orang yang kepadanya
atau kepada orang lain yang ditunjuk olehnya, pembayaran harus dilakukan; tanggal
dan tempat surat wesel ditariknya, dan terakhir tandatangan orang yang
mengeluarkannya (penarik).
Jika tidak dipenuhinya salah satu syarat dari wasel maka surat itu tidak
berlaku sebagai surat wesel kecuai dalam hal-hal berikut:
1) Kalau tidak ditetapkan hari bayarnya maka wesel itu dianggap harus dibayar
pada hari ditunjukkannya (wesel tunjuk).
2) Kalau tidak ditetapkan tempat pembayaran tempat yang ditulis disamping
namavtertarik dianggap sebagai tempat pembayaran dari tempat dimana
tertarik berdomisili.
3) Kalau tidak disebutkan tempat wesel itu ditarik, maka tempat yang disebut
disamping nama penarik dianggap tempat ditariknya wesel itu.
Bagi surat wesel yang penyimpangannya tidak seperti tersebut diatas, maka
surat wesel itu bukan wesel yang sah, dan pertanggungan jawabnya dibebankan
kepada orang yang menandangani surat wesel itu.
7
b.Cek
Dalam KUHD tidak disebutkan secara tegas tentang apa yang disebutkan
mengenai pengertian Cek tersebut, namun pengatura mengenai Cek tersebut diatur
dalam Pasal 178 KUHD yang mengisyaratkan bahwa tiap-tiap cek berisikan : (a)
nama “cek” dimuatkan dalam teksnya sendiri dan diistilahkan dalam bahasa cek itu
ditulisnya; (b) perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu; (c)
nama orang yang harus membayarnya (tertarik atau pembayar) (d) penetapan hari-
bayarnya(e) penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan; (f) nama orang
yang kepadanya atau kepada orang lain yang ditunjuk olehnya. Pengertian Cek
secara umum yakni surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank yang
memelihara giro nasabah tersebut, untuk membayar sejumlah uang kepada pihak
yang disebutkan di dalamnya atau kepada pemegang cek tersebut. Cek merupakan
salah satu sarana yang ditawarkan oleh pihak bank kepada nasabahnya untuk
mengambil sejumlah uang di rekening giro. Cek juga digunakan sebagai alat untuk
pembayaran. Cek sebagai salah satu alat yang digunakan dalam melakukan
pembayaran terdiri atas : a. Cek atas nama b. Cek atas tunjuk c. Cek silang d. Cek
Mundur e. Cek Kosong.
c.Surat Sangub
Surat sanggup adalah surat berharga yang memuat kata "aksep” atau Promes
dalam mana penerbit menyanggupi untuk membayar sejumlah yang kepada orang
yang disebut dalam surat sanggup itu atau penggantinya atau pembawanya pada hari
bayar.Ada dua macam surat sanggup, yaitu surat sanggup kepada pengganti dan surat
sanggup kepada pembawa. Agar jangan tinggal keragu-raguan HMN Purwosutjipto,
menyebutkan surat sanggub kepada pengganti dengan "surat sanggup" saja,
sedangkan surat sanggup kepada pembawa disebutnya "surat promes".
Surat sanggup mirip dengan surat wesel, tetapi berapa syarat pada surat wesel
tidak berlaku pada surat sanggup, perbedaannya dengan surat wesel adalah:
1) Baik clausula: “sanggub”, maupun nama “surat sanggub” atau promes atas
pengganti yang dimuatkan didalam teks sendiri, dan dinyatakan dalam
bahasa dengan mana surat itu disebutkan Janji yang tidak bersyarat untuk
membayar suatu jumlah tertentu.
8
2) Penunjukan hari gugur.
3) Penunjukan tempat, dimana pembayaran harus terjadi.
4) Nama orang, kepada siapa atau kepada penggantinya pembayaran itu harus
dilakukan.
5) Penyebutan hari penanggalan, beserta tempat, dimana surat sanggub itu
ditanda tangani.
6) Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat itu.
` Kwitansi atas tunjuk yang dikemukakan oleh Mr. Chr Zevenbergen yang
dikutip oleh Emy Pangaribuan adalah suatu surat yang ditanggali, diterbitkan oleh
penanda tangannya terhadap orang lain untuk suatu pembayaran sejumlah uang yang
ditentukan didalamnya kepada penunjuk (atas tunjuk) pada waktu
diperlihatkan.Dalam kwitansi atas tunjuk tersebut tidak disyaratkan tentang selalu
adanya klausula atas tunjuk.
Bilyet Giro
Menurut H.M.N. Purwosutjipto, S.H., bilyet giro adalah surat perintah tidak
bersyarat dari nasabah yang telah dibakukan bentuknya, kepada bank penyimpan danauntuk
memindahkan sejumlah dana dari rekening giro yang bersangkutan kepada pihak penerima
yang disebutkan namanya, kepada bank yang sama atau kepada bank lainnya.
Bilyet giro merupakan surat berharga yang tidak diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang, tetapi timbul dalam praktik karena kebutuhan dalam lalulintas pembayaran
dalam dunia perbankan. Dasar Hukum antara lain; SEBI No.8/7/1975; SEBI No.9/72/1975;
SEBI No.9/16/1976; SEBI No.5/85/1972;
b.Obligasi
c.Sertifikat Deposito
9
janji untuk membayar kepada penyimpan, atau penggantinya. Dasar Hukum antara
lain: Surat Keputusan Direktur BI No.17/44/KEP/DIR tanggal 22 Oktober 1984
tentang Penerbitan Sertifikat Deposito oleh Bank Umum Dan Bank Pembangunan.
SBI adalah sertifikat yang diterbitkan BI dengan sistem true discount, yang
dibeli melalui lelang (primary market) atau melalui pasar uang (secondary market).
Dasar Hukum; SEBI No.16/8/UPUM tanggal 21 Januari 1984 tentang Ketentuan
Tentang Penerbitan SBI, dan SEBI No. 18/1/UPUM tanggal 30 Mei 1985 tentang
Penerbitan SBI.
e.Saham
f.Sertifikat Reksadana
Sertifikat Reksadana atau juga lazim disebut Unit penyertaan yang dibuat atas
unjuk, adalah bukti yang menjelaskan jumlah dana yang berhasil dikumpulkan oleh
perusahaan reksa dana untuk kemudian akan dikelola dalam bentuk pembelian surat
berharga seperti saham, obligasi, atau disimpan dalam bentuk deposito
berjangka.Lazimnya, setiap 6 bulan selama jangka waktu penglelolaan dana, investor
atau pemodal akan memperoleh deviden, bunga, atau capital gain.Dasar Hukum;
Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.
10
BAB III
Kesimpulan
III.1 Kesimpulan
III.2 Saran
Ada baiknya pada saat kita melaksanakan transaksi itu harus ada
buktitransaksinya yang bisa di sebut sebagai surat surat berharga di dalam hukum
bisnis, agar transaksi dapat dipertanggungjawabkan dan pula dapat dijadikan sebagai
tanda bukti jika terjadi hal-hal tertentu. Karena tidak tahu apa jadinya kita, bila
bertransaksi tanpa bukti transaksi dan sebagainya, ada saja kita ditipu dengan partner
sendiri atau bagaimana lainnya
11
Daftar Pustaka
Buku;
Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 7 – Hukum Surat
Berharga, Cetakan Ketiga, Djambatan, Jakarta, 1990;
Web;
https://www.bareksa.com/id/text/2019/03/27/ini-perbedaan-sbr-dengan-surat-
berharga-negara-lainnya/21921/news
https://lifepal.co.id/blog/surat-berharga/
http://www.bi.go.id/
http://repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/16697/1/Lengkap%20Hukum
%20Surat-surat%20Berharga%2Bcover.pdf
12