Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua dan hanya dengan kodrat dan iradat-Nyalah penulis
dapat menyelesaikan makalah Hukum ekonomi dan pembangunan “Surat Berharga”.

Adapun Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hulum
Surat Berharga. Semoga dengan penyusunan Makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman diri. Demi kesempurnaannya, penulis selalu
mengharapkan adanya saran dan masukan dari berbagai pihak.

Harapan penulis semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya


bagi penulis sendiri dan umumnya bagi semua pihak yang membacanya.

Rengat, 09 November 2022

Penulis

1
Daftar isi
COVER .....................................................................................................................1
Kata Pengantar...........................................................................................................2
Daftar isi.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4
1.1 Latar Belakang......................................................Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................5
2.1 Pengertian Surat Berharga..................................................................................5
2.2 Perbedaan Surat Berharga dan Surat yang Mempunyai Harga...........................5
2.3 Fungsi Surat Berharga.........................................................................................6
2.3.1 Sebagai Alat Pembayaran.............................................................................6
2.3.2 Pembawa hak................................................................................................6
2.3.3 Surat bukti hak tagih.....................................................................................6
2.4 Unsur-unsur Surat Berharga................................................................................7
2.4.1 Surat bukti tuntutan utang............................................................................7
2.4.2 Pembawa hak................................................................................................7
2.4.3 Muda dijual belikan......................................................................................7
2.5 Surat Berharga Sebagai Legitimasi.....................................................................7
2.5.1 Legitimasi Formil.........................................................................................7
2.5.2 Legitimasi Materiil.......................................................................................7
2.6 Jenis-jenis Surat Berharga...................................................................................8
2.6.1 Surat Berharga Dalam KUHD......................................................................8
2.6.2 Surat Berharga diluar KHUD.....................................................................10
BAB III Kesimpulan...................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................12
3.2 Saran..................................................................................................................12
Daftar Pustaka..........................................................................................................13

2
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia bisnis yang sangat cepat membuat para pebisnis memelukan
alat pembayaran yang cepat, sederhana dan aman. Di dalam dunia perusahaan dan
perdagangan, orang menginginkan segala sesuatunya bersifat praktis dan aman
khususnya dalam lalu lintas pembayaran. Artinya, orang tidak mutlak lagi
menggunakan alat pembayaran berupa uang, melainkan cukup dengan menerbitkan
surat berharga baik sebagai alat pembayaran kontan maupun sebagaialat pembayaran
kredit.

Dalam dunia perdagangan, kemungkinan pembayaran dengan uang tunai akan


memiliki banyak resiko. Selain menjadi incaran orang jahat terhadap barang
bawaannya, juga akan menyulitkan saat membawa uang tersebut karena terlalu berat
untuk mata uang tunai. Disamping itu dalam penghitungan mata uang tunai baik
logam atau tunai, akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu,
dalam dunia perdagangan, diperlukan bentuk pembayaran yang lebih mudah, lebih
lancar, dan lebih aman.

Penggunaan surat berharga dalam lalu lintas pembayaran mempertimbangkan


aspek praktis, keamanan , prestise(kebanggan), dan investasi. Praktis dalam setiap
transaksi, para pihak tidak perlu membawa mata uang dalam jumlah besar sebagai
alat pembayaran dalam suatu transaksi, melainkan cukup dengan membawa atau
mengantongi surat berharga saja. Aman, artinya tidak setiap orang yang tidak berhak
dapat menggunakan surat berharga itu, karena pembayaran dengan surat berharga
memerlukan cara-cara tertentu.

Secara hukum surat berharga merupakan sebuah dokumen yang diterbitkan oleh
penerbitnya sebagai pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran sejumlah uang
sehingga berfungsi sebagai alat bayar yang di dalamnya berisikan suatu perintah
untuk membayar kepada pihak-pihak yang memegang surat tersebut. Pada
kenyataannya surat berharga dapat dijadikan suatu alat transaksi yang mempunyai
nilai tertentu sesuai yang tertera dalam peraturan yang mengatur dan kesepakatan
yang mengeluarkanny.

I.2 Rumusan Masalah

1) Apa itu surat berharga ?


2) Apa saja jenis-jenis surat berharga ?
3) Apa perbedaan surat berharga dan surat yang berharga?
4) Apa saja unsur-unsur dari surat berharga?
5) Apa fungsi dari surat berharga?

3
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Surat Berharga

KUHD tidak menjelaskan secara implisit tentang apa yang disebut dengan surat
berharga. Oleh karena itu, untuk mengetahui definisi surat berharga perlu dirujuk
pendapat-pendapat para sarjana hukum tentang surat berharga.

Prof. Drs. C.S.T Kansil, S.H. mendefinisikan surat berharga ialah surat bernilai
uang yang diciptakan bagi keperluan efisiensi pembayaran yang diakui dan
dilindungi hukum bagi keperluan transaksi perdagangan, pembayaran, penagihan,
dan lain sejenisnya. Surat-surat yang demikian memberika hak kepada pemegang,
yang bermanfaat bagi yang menerima atau memilikinya.

Surat berharga (waarde papier) adalah surat yang oleh penerbitnya sengaja
diterbitkan sebagai pelaksana pemenuhan prestasi, yang berupa pembayaran
sejumlah uang. Akan tetapi, pembayaran itu tidak dilakukan dengan menggunakan
mata uang, melainkan mengantinya dengan alat bayar lain berupa surat yang
mengandung perintah kepada pihak ketiga, atau pernyataan sanggup membayar
kepada pemegang surat.

Abdulkadir Muhammad, bahwas surat berharga memiliki tiga fungsi utama,


yaitu:

1) Sebagai alat pembayaran (alat tukar uang)


2) Sebagai ala
3) untuk memindahkan hak tagih (diperjualbelikan dengan mudah atau
sederhana)
4) Sebagai surat bukti atas hak tagih (surat legitimasi)

Dapat diambilkan kesimpulan bahwa surat berharga adalah surat yang


didalamnya terkandung hak tagih berupa uang tunai, dapar di perjual belikan,dan di
pindah tangankan.

Adapun tujuan dari penerbitan surat berharga adalah sebagai pemenuhan


prestasi berupa pembayaran sejumlah uang.

II.2 Perbedaan Surat Berharga dan Surat yang Mempunyai


Harga

Beberapa para ahli diantaranya Abdulkadir Muhammad berpendapat bahwa surat


berharga ialah pelaksanaan pemenuhan suatu prestasi yang berupa pembayaran
sejumlah uang.Velt Meijer berpendapat bahwa surat berharga ialah alat bukti dari
suatu tagihan atas orang yang menandatangani. Dalam praktiknya, kita juga sering
mengenal istilah “Surat yang berharga/Surat yang mempunyai harga”. Terdapat
perbedaan antara Surat Berharga dengan Surat yang berharga. Surat berharga
diterbitkan sebagai instrumen pembayaran, berbeda halnya dengan surat yang
berharga yang diterbitkan hanya sebagai alat bukti bagi seseorang sebagaimana

4
identitas yang tertera di surat tersebut. Contohnya, Kartu Tanda Pengenal (KTP),
Surat Izin Mengemudi (SIM), Akta Ijazah, Sertifikat, Piagam, Tiket dan lainnya.
Perbedaan antara surat berharga dengan surat yang mempunyai harga adalah terletak
pada sifat mudah atau sukar diperjualbelikan. Surat berharga mudah untuk
diperjualbelikan dengan pihak manapun, sedangkan surat yang berharga sukar untuk
diperjualbelikan.

II.3 Fungsi Surat Berharga

surat berharga memiliki fungsi yang kedudukannya menggantikan uang,


selain itu fungsi surat berharga sebagai berikut :

II.3.1 Sebagai Alat Pembayaran.

Surat berharga sebagai sebuah dokumen penting memiliki fungsi yang setara
dengan uang, dalam artian memudahkan terjadinya kegiatan bisnis. Hal ini tentunya
sangat memberikan dampak yang penting bagi masyarakat, khususnya kaum
Pengusaha, karena mereka tidak perlu lagi untuk membawa uang tunai dalam jumlah
yang besar, tetapi hanya dengan menggunakan sebuah dokumen saja hal tersebut
dapat terlaksana dengan baik. Lembaran surat berharga tersebut antara lain, Wesel,
Cek, Bilyet Giro, dan lain sebagainya.

II.3.2 Pembawa hak

Surat berharga berfungsi sebagai pembawa hak, dalam artian bahwa


tanpa adanya pembuktian lebih lanjut lagi baik mengenai keabsahan
perikatannya, maupun ada tidaknya itikad baik dari pemegangnya. Setiap
orang yang dapat mendalilkan bahwa ia adalah pemegang surat berharga
tersebut adalah pemegang yang sah demi hukum.Siapa saja membawa surat
berharga tersebut dapat menukarkannya dengan sejumlah nilai uang tanpa
adanya pembuktian-pembuktian lebih lanjut lagi.

II.3.3 Surat bukti hak tagih

Pemegang surat berharga berhak atas sejumlah barang atau uang sebagaimana
yang tercantum dalam lembaran surat berharga tersebut. Meskipun pemegang surat
berharga tersebut tidak sama dengan nama yang tercantum dalam dokumen tersebut,
ia dapat mendalilkan hak tagihnya. Hal ini mungkin saja terjadi dikarenakan adnya
peralihan surat berharga yang dilakukan oleh Pemegang pertama kepada pihak lain.
Apabila memang terjadi peralihan tersebut maka peralihannya didasarkan dari
Endosemen dari pemegang pertama, yang disebut dengan legitimasi formil.

Penyerahan suatu surat berharga kepada seseorang yang berhak berdasarkan


peralihannya berarti, semua tagihan yang dicantumkan dalam surat tersebut
diperalihkan kepada pemegang surat berharga tersebut. Bahkan dalam pasal 116 dan
109 KUHD untuk wesel dan 119 KUHD untuk surat sanggup diatur mengenai
perlindungan kepada pemegang surat berharga.

5
II.4 Unsur-unsur Surat Berharga

II.4.1 Surat bukti tuntutan utang.

Surat adalah akta, sedangkan akta adalah suatu urat yang sudah ditandatangani
dan sengaja diterbitkan agar bisa digunakan sebagai suatu alat bukti. Untuk itu, akta
adalah tanda bukti dari adanya ikatan utang dari penandatangan.

Utang adalah suatu perikatan yang sudah seharusnya dilunasi oleh penanda
tangan akta atau debitur, dan pemegang akta atau krediutr memiliki hak untuk
menuntut kepada orang yang menandatangani akta tersebut. Tuntutan tersebut bisa
diperoleh dalam bentuk uang atau cek, berbentuk benda atau konsumen, dan juga
bisa berbentuk tuntutan atau charter party.

II.4.2 Pembawa hak

Dalam hal ini, hak adalah suatu hak untuk bisa menuntut sesuatu kepada pihak
debitur surat berharga, yang berarti hak tersebut akan terus ada pada akta surat
berharga. Jika suratnya hilang, maka haknya pun akan hilang. Sebagai contoh, jika
uang kertas hilang, maka Anda tidak bisa meminta uang kertas baru pada Bank
Indonesia.

II.4.3 Muda dijual belikan

Tujuan lain dari adanya penerbitan surat berharga adalah demi memenuhi prestasi
pembayaran sejumlah uang.

II.5 Surat Berharga Sebagai Legitimasi

Dalam hal ini, surat legitimasi diartikan sebagai bukti bagi para pemegang yang
sah atau orang yang memiliki hak atas penagihan yang ada di dalamnya. Asas
legitimasi digunakan untuk memperlancar peredaran surat berharga dalam lalu lintas
pembayaran yang sesuai dengan fungsi penerbitan surat berharga.

Berdasarkan KUHD, terdapat dua jenis surat legitimasi, yaitu:

II.5.1 Legitimasi Formil

Legitimasi formil adalah bukti bahwa surat berharga tersebut diklaim sebagai
seorang yang memiliki hak atas tagihan di dalamnya, karena jika pemegang surat
berharga tersebut tidak mampu membuktikannya secara formil sesuai peraturan UU,
maka tidak bisa dikatakan sebagai pemilik surat berharga yang sah.

II.5.2 Legitimasi Materiil

Legitimasi materil adalah suatu bukti pemegang surat berharga yang sebenarnya.
Kesimpulan dari adanya legitimasi ini adalah:

a) Pemilik surat berharga secara sah adalah mereka yang memiliki hak tagih
dengan tanpa mengesampingkan adanya nilai kebenaran materiil di dalamnya.

6
b) Pihak debitur tidak memiliki kewajiban dalam meneliti apakah pemegang
surat berharga tersebut adalah benar-benar yang memiliki hak.
c) Debitur hanya memiliki kewajiban dalam meneliti berbagai syarat yang
terkandung di dalam surat berharga yang diberikan kepadanya saat diminta
pembayaran.
d) Undang-undang akan lebih mengutamakan legitimasi formal untuk bisa
menjamin fungsi dan tujuan surat berharga.

II.6 Jenis-jenis Surat Berharga

Surat berharga sebagai salah satu dokumen yang penting dalam kelancaran lalu
lintas perdagangan, terdiri dari berbagai jenis dengan pengaturan yang berbeda-beda.
Pengaturan mengenai surat berharga ada yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang ( KUHD) dan di perundang-undangan lainnya.

II.6.1 Surat Berharga Dalam KUHD

Wesel

Wesel sebagai salah satu jenis surat berharga memiliki beragam istilah dari
berbagai negara. Dalam bahasa Belanda disebut wisselbrief, bahasa Inggris disebut
Bill of Exchange, dan dalam bahasa Jerman disebut wechsel. Dalam KUHD tidak
disebutkan apa yang dimaksudkan dengan pengertian Wesel, akan tetapi menurut
Pasal 100 KUHD dapat disimpulkan bahwa wesel ialah Suatu Surat yang berisikan
nama surat wesel yang dimuat di dalam teksnya sendiri dan diistilahkan dalam
bahasa surat ditulisnya; perintah tak bersyarat untuk sejumlah uang tertentu; nama
orang yang harus membayarnya (tertarik atau pembayar); penetapan hari bayarnya;
penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan; nama orang yang kepadanya
atau kepada orang lain yang ditunjuk olehnya, pembayaran harus dilakukan; tanggal
dan tempat surat wesel ditariknya, dan terakhir tandatangan orang yang
mengeluarkannya (penarik).

Jika tidak dipenuhinya salah satu syarat dari wasel maka surat itu tidak
berlaku sebagai surat wesel kecuai dalam hal-hal berikut:

1) Kalau tidak ditetapkan hari bayarnya maka wesel itu dianggap harus dibayar
pada hari ditunjukkannya (wesel tunjuk).
2) Kalau tidak ditetapkan tempat pembayaran tempat yang ditulis disamping
namavtertarik dianggap sebagai tempat pembayaran dari tempat dimana
tertarik berdomisili.
3) Kalau tidak disebutkan tempat wesel itu ditarik, maka tempat yang disebut
disamping nama penarik dianggap tempat ditariknya wesel itu.

Bagi surat wesel yang penyimpangannya tidak seperti tersebut diatas, maka
surat wesel itu bukan wesel yang sah, dan pertanggungan jawabnya dibebankan
kepada orang yang menandangani surat wesel itu.

7
b.Cek

Dalam KUHD tidak disebutkan secara tegas tentang apa yang disebutkan
mengenai pengertian Cek tersebut, namun pengatura mengenai Cek tersebut diatur
dalam Pasal 178 KUHD yang mengisyaratkan bahwa tiap-tiap cek berisikan : (a)
nama “cek” dimuatkan dalam teksnya sendiri dan diistilahkan dalam bahasa cek itu
ditulisnya; (b) perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu; (c)
nama orang yang harus membayarnya (tertarik atau pembayar) (d) penetapan hari-
bayarnya(e) penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan; (f) nama orang
yang kepadanya atau kepada orang lain yang ditunjuk olehnya. Pengertian Cek
secara umum yakni surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank yang
memelihara giro nasabah tersebut, untuk membayar sejumlah uang kepada pihak
yang disebutkan di dalamnya atau kepada pemegang cek tersebut. Cek merupakan
salah satu sarana yang ditawarkan oleh pihak bank kepada nasabahnya untuk
mengambil sejumlah uang di rekening giro. Cek juga digunakan sebagai alat untuk
pembayaran. Cek sebagai salah satu alat yang digunakan dalam melakukan
pembayaran terdiri atas : a. Cek atas nama b. Cek atas tunjuk c. Cek silang d. Cek
Mundur e. Cek Kosong.

c.Surat Sangub

Surat sanggup adalah surat berharga yang memuat kata "aksep” atau Promes
dalam mana penerbit menyanggupi untuk membayar sejumlah yang kepada orang
yang disebut dalam surat sanggup itu atau penggantinya atau pembawanya pada hari
bayar.Ada dua macam surat sanggup, yaitu surat sanggup kepada pengganti dan surat
sanggup kepada pembawa. Agar jangan tinggal keragu-raguan HMN Purwosutjipto,
menyebutkan surat sanggub kepada pengganti dengan "surat sanggup" saja,
sedangkan surat sanggup kepada pembawa disebutnya "surat promes".

Surat sanggup mirip dengan surat wesel, tetapi berapa syarat pada surat wesel
tidak berlaku pada surat sanggup, perbedaannya dengan surat wesel adalah:

1) Surat sanggup tidak mempunyai tersangkut.


2) Penerbit dalam surat sanggup tidak memberi perintah untuk membayar, tetapi
menyanggupi untuk membayar.
3) Penerbit surat sanggub tidak menjadi debitur regres, tetapi debitur surat
sanggup.
4) Penerbit tidalk menjamin seperti pada penerbit wesel, tetapi melakukan
pembayaran sendiri sebagai debitur surat sanggup.
5) Penerbit surat sanggup merangkap kedudukan sebagai akseptan pada wesel
yaitu mengikatkan diri untuk membayar.

Sebagaimana dengan surat wesel, Undang-Undang juga mengharuskan


adanya berapa syarat yang harus terdapat dalam surat sanggub supaya dapat
disebutkan surat seperti yang diatur dalam pasal 174 KUH Dagang yaitu :

1) Baik clausula: “sanggub”, maupun nama “surat sanggub” atau promes atas
pengganti yang dimuatkan didalam teks sendiri, dan dinyatakan dalam
bahasa dengan mana surat itu disebutkan Janji yang tidak bersyarat untuk
membayar suatu jumlah tertentu.

8
2) Penunjukan hari gugur.
3) Penunjukan tempat, dimana pembayaran harus terjadi.
4) Nama orang, kepada siapa atau kepada penggantinya pembayaran itu harus
dilakukan.
5) Penyebutan hari penanggalan, beserta tempat, dimana surat sanggub itu
ditanda tangani.
6) Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat itu.

d.Kwitansi-kwitansi dan promes atas tunjuk

` Kwitansi atas tunjuk yang dikemukakan oleh Mr. Chr Zevenbergen yang
dikutip oleh Emy Pangaribuan adalah suatu surat yang ditanggali, diterbitkan oleh
penanda tangannya terhadap orang lain untuk suatu pembayaran sejumlah uang yang
ditentukan didalamnya kepada penunjuk (atas tunjuk) pada waktu
diperlihatkan.Dalam kwitansi atas tunjuk tersebut tidak disyaratkan tentang selalu
adanya klausula atas tunjuk.

II.6.2 Surat Berharga diluar KHUD

Bilyet Giro

Menurut H.M.N. Purwosutjipto, S.H., bilyet giro adalah surat perintah tidak
bersyarat dari nasabah yang telah dibakukan bentuknya, kepada bank penyimpan danauntuk
memindahkan sejumlah dana dari rekening giro yang bersangkutan kepada pihak penerima
yang disebutkan namanya, kepada bank yang sama atau kepada bank lainnya.

Bilyet giro merupakan surat berharga yang tidak diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang, tetapi timbul dalam praktik karena kebutuhan dalam lalulintas pembayaran
dalam dunia perbankan. Dasar Hukum antara lain; SEBI No.8/7/1975; SEBI No.9/72/1975;
SEBI No.9/16/1976; SEBI No.5/85/1972;

b.Obligasi

Menurut Drs. Bambang Riyanto definisi obligasi adalah sebagai


berikut:“Obligasi adalah suatu pengakuan hutang yang dikeluarkan oleh pemerintah
atau perusahaan atau lembaga-lembaga lain sebagai pihak yang berhutang yang
mempunyainilai nominal tertentu dan kesanggupan untuk membayar bunga secara
periodik atasdasar persentase tertentu yang tetap”.

Khusus untuk obligasi yang diterbitkan pemerintah RI dalam rangka


Rekapitalisasi, secara khusus diatur dalam PBI No.1/10/PBI/1999 tentang Portfolio
Obligasi Pemerintah Bagi Bank Umum Peserta Program Rekapitalisasi tertanggal 3
Desember 1999, PBI No. 2/2/PBI/2000 tertanggal 21 Jauari 2000 dan SEBI No.
2/1/DPM tertanggal 21 Januari 2000 tentang Tata Cara Pencatatan Kepemilikan Dan
Penyelsaian Transaksi Obligasi Pemernitah.

c.Sertifikat Deposito

Berdasarkan UU Perbankan sertifikat deposito adalah deposito berjangka


yang bukti simpanannya dapat diperdagangkan. Sedangkan menurut Blacks Law
Dictionary yaitu: Pengakuan tertulis dari bank kepada penyimpan (deposan) dengan

9
janji untuk membayar kepada penyimpan, atau penggantinya. Dasar Hukum antara
lain: Surat Keputusan Direktur BI No.17/44/KEP/DIR tanggal 22 Oktober 1984
tentang Penerbitan Sertifikat Deposito oleh Bank Umum Dan Bank Pembangunan.

d.Sertifikat Bank Indonesia (“SBI”)

SBI adalah sertifikat yang diterbitkan BI dengan sistem true discount, yang
dibeli melalui lelang (primary market) atau melalui pasar uang (secondary market).
Dasar Hukum; SEBI No.16/8/UPUM tanggal 21 Januari 1984 tentang Ketentuan
Tentang Penerbitan SBI, dan SEBI No. 18/1/UPUM tanggal 30 Mei 1985 tentang
Penerbitan SBI.

e.Saham

Saham merupakan bukti penyertaan modal dalam suatu perseroan, yang


dibuktikan dengan surat saham, sebagai suatu surat legitimasi yang menyatakan
bahwa pemegang adalah orang yang berhak atas deviden, hak suara, dan manfaat
lainnya.Dasar Hukum; Undang-undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
(“UUPT”).Menurut Pasal 24 ayat 2 UUPT Jenis-jenis saham adalah:

1) saham atas tunjuk, yang dibuktikan dengan surat saham,


2) saham atas nama.

f.Sertifikat Reksadana

Sertifikat Reksadana atau juga lazim disebut Unit penyertaan yang dibuat atas
unjuk, adalah bukti yang menjelaskan jumlah dana yang berhasil dikumpulkan oleh
perusahaan reksa dana untuk kemudian akan dikelola dalam bentuk pembelian surat
berharga seperti saham, obligasi, atau disimpan dalam bentuk deposito
berjangka.Lazimnya, setiap 6 bulan selama jangka waktu penglelolaan dana, investor
atau pemodal akan memperoleh deviden, bunga, atau capital gain.Dasar Hukum;
Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.

g.Konosemen (Bill of Lading atau B/L)

Berdasarkan Pasal 506 KUHD, konosemen adalah suatu surat bertanggal


yang dibuat oleh pengangkut (dalam hal ini perusahaan pelayaran), yang
menerangkan bahwa ia telah menerima barang-barang (dari pengirim) untuk diangkut
ke suatu tempat tertentu dan selanjutnya menyerahkannya kepada orang tertentu
(penerima), surat mana di dalamnya juga menerangkan mengenai syarat-syarat
penyerahan barang-barang dimaksud. Dasar Hukum;Pasal 506 sampai dengan
Pasal517d KUHD; The Hague Rules tahun 1968, merupakan suatu kesepakatan
bersama para ahli hukum internasional, yang tergabung dalam International Law
Association dalam suatu konferensi di Den Haag, mengenai bentuk dan isi
konosemen.

10
BAB III
Kesimpulan
III.1 Kesimpulan

Surat berharga adalah sebuah dokumen yang di terbitkan sebagai pemenuhan


suatu prestasi berupa pembayaran sejumlah uang sehingga berfungsi sebagai alat
bayar kepada pihak yang memegang surat tersebut, baik pihak yang di berikan surat
berharga oleh penerbitnya atau pun pihak ketiga kepada siapa surat berharga tersebut
di alihkan
Surat berharga sering digunakan sebagai alat bayar dalam transaksi perdagangan
modern, khususnya di kalngan para pengusaha. Banyak pengusaha yang
menggunakan surat berharga sebagai alat bayar transaksi perdagangan karena
dinggap lebih aman, praktis dan memiliki gengsi “prestige” tersendiri.
Selain untuk mempermudah kegiatan transaksi, fungsi utama dari sebuah surat
berharga adalah sebagai surat legitimasi karena surat berharga tersebut ialah panduan
bagi si pemegang surat yang dinggap sebagai pihak yang dapat melakukan atau
memiliki hak tertentu.

III.2 Saran

Ada baiknya pada saat kita melaksanakan transaksi itu harus ada
buktitransaksinya yang bisa di sebut sebagai surat surat berharga di dalam hukum
bisnis, agar transaksi dapat dipertanggungjawabkan dan pula dapat dijadikan sebagai
tanda bukti jika terjadi hal-hal tertentu. Karena tidak tahu apa jadinya kita, bila
bertransaksi tanpa bukti transaksi dan sebagainya, ada saja kita ditipu dengan partner
sendiri atau bagaimana lainnya

11
Daftar Pustaka

Buku;
Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 7 – Hukum Surat
Berharga, Cetakan Ketiga, Djambatan, Jakarta, 1990;

Muhammad, Abdulkadir, Hukum Dagang tentang Surat-surat Berharga, Citra


Aditya Bhakti, Bandung, 1993;

Subekti, R, Prof, S.H dan Tjitrosudibio, R, 2001, Kitab Undang-undang Hukum


Perdata, Cetakan ke-31, PT Pradnya Paramita, Jakarta.

Subekti, R, Prof, S.H dan Tjitrosudibio, R, 1980, Kitab Undang-undang Hukum


Dagang, Cetakan ke-11, PT Pradnya Paramita, Jakarta.

Web;

https://www.bareksa.com/id/text/2019/03/27/ini-perbedaan-sbr-dengan-surat-
berharga-negara-lainnya/21921/news

https://lifepal.co.id/blog/surat-berharga/

http://www.bi.go.id/

http://repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/16697/1/Lengkap%20Hukum
%20Surat-surat%20Berharga%2Bcover.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai