Anda di halaman 1dari 14

TUGAS HUKUM KEPAILITAN

" TInjauan Yuridis mengenai tugas hakim pengawasan dalam kepailitan"

DOSEN PENGAMPUH : RACHMAT TAIBU, SH., MH

DISUSUN OLEH

Kelompok 1

LA ODE AMDAR
RUSLAN
IRWAN
FIKRAM SURYA SAPUTRA
AGUSTIN RIKSI MANSUR
DINDA WIJANA KUSUMA

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN

BAUBAU
Kata Pengantar

Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya
sehingga tugas makalah kami, dapat terselesaikan, dengan judul " TInjauan
Yuridis mengenai tugas hakim pengawasan dalam kepailitan"

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih


melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas
kesalahan dan ketidak sempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini.
Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila
menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Bau-bau, 04 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..

DAFTAR ISI………………..…………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….

A. Latar Belakang……………………………………………………….....
B. Rumusan Masalah……………………………………………………….
C. Tujuan Masalah…….……………………………………………….....
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………..
A. kedudukan hakim pengawas dalam perkara kepailitan..........................
B. Bagaimana tugas dan kewajiban hakim pengawas dan kurator dalam
pengurusan harta pailit........................................................................
BAB III PENUTUP........................................................................................
A. KESIMPULAN..................................................................................
B. SARAN..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...

.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Pendahuluan
DiIndonesia hukum kepailitan diatur dalam undang-undang
Failissenemtsverordening kemudian diubah dengan Perpu No. 1 Tahun 1998
tentang Perubahan atas Undang-undang tentang Kepailitan yang kemudian
ditetapkan sebagai Undang-undang No 4 Tahun 1998. Sehubungan dengan
perkembang kebutuhan hukum masyarakat pada tanggal 18 Oktober 2004
ditetapkan Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

Hukum Kepailitan diperlukan untuk mengeksekusi dan membagi harta


debitur atas pelunasan utangnya kepada kreditor-kreditor secara adil dan
seimbang. Dalam pasal 1 ayat (1) Undang-undang Kepailitan, kepailitan adalah
sita umum atas semua kekayaan debitur pailit yang pengurusan dan
pemberesannya dilakukan oleh Kurator dibawah pengawasan Hakim Pengawas.
Adapun dalam Pasal 69 ayat (1) UU Kepailitan dinyatakan: “Tugas kurator adalah
melakukan pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit”. Pengangkatan kurator
adalah wewenang hakim Pengadilan Niaga (Pasal 15 ayat (1) UU Kepailitan).

Apabila seorang debitor diputuskan menjadi debitor pailit oleh pengadilan


niaga akan membawa konsekuensi hukum, yaitu pada debitor akan dijatuhkan sita
umum terhadap seluruh harta debitor pailit dan hilangnya kewenangan debitor
pailit untuk menguasai dan mengurusi harta pailitnya. Sementara itu, bagi kreditor
akan mengalami ketidakpastian tentang hubungan hukum yang ada antara debitor
pailit dan kreditor. Maka dari itu,, Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (UK & PKPU)
menentukan pihak yang akan mengurusi persoalan antara kreditor dan debitor
pailit dengan mengangkat seorang kurator yang nantinya akan melakukan
pengurusan dan pemberesan harta pailit debitor serta menyelesaikan hubungan
hukum antara debitor pailit dan para kreditornya
B. rumusan masalah

1. Bagaimana kedudukan hakim pengawas dalam perkara kepailitan?

2. Bagaimana tugas dan kewajiban hakim pengawas dan kurator dalam


pengurusan harta pailit?

C. Tujuan

1. agar dapat mengetahui kedudukan hakim pengawas dalam perkara kepailitan.

2. agar dapat mengetahui Bagaimana tugas dan kewajiban hakim pengawas dan
kurator dalam pengurusan harta pailit.
BAB II

PEMBAHASAN

A. kedudukan hakim pengawas dalam perkara kepailitan

Hakim Pengawas adalah hakim yang ditunjuk oleh Pengadilan Niaga


dalam putusan pailit atau putusan penundaan kewajiban pembayaran utang
(“PKPU”). Secara khusus, ketentuan mengenai Hakim Pengawas dapat Anda
temukan Bab II Kepailitan, Bagian Ketiga Pengurusan Harta Pailit, yakni Pasal 65
sampai dengan Pasal 68 UU 37/2004.

Pada dasarnya, Hakim Pengawas mengawasi pengurusan dan pemberesan harta


pailit. Selain itu, Pengadilan Niaga wajib mendengar pendapat Hakim Pengawas,
sebelum mengambil suatu putusan mengenai pengurusan atau pemberesan harta
pailit. Hakim Pengawas berwenang juga untuk mendengar keterangan saksi atau
memerintahkan penyelidikan oleh para ahli untuk memperoleh kejelasan tentang
segala hal mengenai kepailitan. Kemudian, secara khusus ketentuan mengenai
PKPU diatur dalam Bab III Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, pada Pasal
222 sampai dengan Pasal 294 UU 37/2004, di mana kewenangan Hakim
Pengawas adalah diatur sebagai berikut antara lain:

1. Hakim Pengawas menunjuk 2 surat kabar harian untuk selanjutnya Pengurus


wajib segera mengumumkan putusan PKPU dalam Berita Negara Republik
Indonesia yang juga harus memuat nama Hakim Pengawas, nama dan alamat
pengurus, nama debitor, undangan pada para kreditor dan debitor untuk hadir,
tanggal, tempat dan waktu sidang, serta rencana perdamaian apabila telah
diajukan.

2. Apabila diminta oleh Pengurus, Hakim Pengawas dapat mendengar saksi atau
memerintahkan pemeriksaan oleh ahli untuk menjelaskan keadaan yang
menyangkut PKPU.
3. Hakim Pengawas berdasarkan prakarsanya sendiri dapat setiap waktu dalam
proses PKPU Tetap, memasukkan ketentuan yang dianggap penting untuk
kepentingan kreditor.

4. Hakim Pengawas dapat mengangkat satu atau lebih ahli untuk melakukan
pemeriksaan dan menyusun laporan tentang keadaan harta debitor dalam jangka
waktu tertentu berikut perpanjangannya yang ditetapkan oleh Hakim Pengawas.

5. Hakim Pengawas menentukan imbalan jasa bagi ahli dan harus dibayar lebih
dahulu dari harta debitor.

6. Hakim Pengawas dapat memperpanjang jangka waktu laporan pengurus


mengenai keadaan harta debitor yang dilaksanakan setiap 3 bulan sejak putusan
PKPU diucapkan.

7. Hakim Pengawas dapat memberikan persetujuan kepada debitor jika hendak


melakukan pinjaman dari pihak ketiga dengan memberikan agunan dari harta
debitor.

8. Hakim Pengawas dapat meminta kepada Pengadilan untuk mengangkat sita


yang telah diletakkan atas benda yang termasuk harta Debitor.

9. Hakim Pengawas harus menentukan jumlah tagihan yang sudah ada dan belum
dibayar sebelum PKPU yang bukan merupakan tagihan dengan hak untuk
diistimewakan.

10. Hakim Pengawas dapat meminta PKPU diakhiri dengan alasan tertentu.

11. Apabila rencana perdamaian telah diajukan kepada Panitera, Hakim Pengawas
harus menentukan:

a. hari terakhir tagihan harus disampaikan kepada pengurus;

b. tanggal dan waktu rencana perdamaian yang diusulkan itu akan


dibicarakan dan diputuskan dalam rapat kreditor yang dipimpin oleh Hakim
Pengawas.
12. Hakim Pengawas memutuskan perselisihan yang timbul antara Pengurus dan
kreditor konkuren tentang hak suara kreditor.

13. Hakim Pengawas menentukan kreditor yang tagihannya dibantah, untuk dapat
ikut serta dalam pemungutan suara dan menentukan batasan jumlah suara yang
dapat dikeluarkan oleh kreditor tersebut.

14. Hakim Pengawas dan Panitera Pengganti harus menandatangani Daftar


Kreditor yang dibuat Pengurus dan harus melampirkannya pada berita acara rapat
yang bersangkutan.

15. Apabila rencana perdamaian diterima, Hakim Pengawas wajib menyampaikan


laporan tertulis kepada Pengadilan pada tanggal yang telah ditentukan untuk
keperluan pengesahan perdamaian.

16. Apabila rencana perdamaian ditolak, Hakim Pengawas wajib segera


memberitahukan penolakan itu kepada Pengadilan dengan cara menyerahkan
salinan rencana perdamaian serta berita acara rapat

Selain kewenangan di atas, yang sudah pasti berlaku baik dalam PKPU maupun
kepailitan adalah Hakim Pengawas menjadi ketua dan membuka setiap rapat
kreditor.

Selain dalam UU 37/2004, Anda juga dapat melihat peran dan kewenangan
Hakim Pengawas dalam Keputusan Ketua MA Nomor 109/KMA/SK/IV/2020.

Jadi, menjawab pernyataan Anda mengenai Hakim Pengawas yang cuek, perlu
kami luruskan, Hakim Pengawas tidak bersikap cuek dalam proses PKPU,
melainkan Hakim Pengawas menempatkan diri sebagai instrumen pengadilan
yang memang memiliki kewenangan untuk mengawasi.

Adapun yang seharusnya berperan aktif dalam proses PKPU adalah para kreditor
yang memiliki kepentingan pengembalian piutang, dan juga debitor yang juga
memiliki kepentingan pembayaran utang dan menjaga kelangsungan bisnisnya.
B. Bagaimana tugas dan kewajiban hakim pengawas dan kurator dalam
pengurusan harta pailit

Kurator adalah Balai Harta Peninggalan atau orang perseorangan yang


diangkat oleh pengadilan untuk mengurus dan membereskan harta debitur pailit di
bawah pengawasan hakim pengawas. Demikian bunyi Pasal 1 angka 5 UU
37/2004.

Sedangkan hakim pengawas adalah hakim yang ditunjuk oleh pengadilan dalam
putusan pailit atau putusan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (“PKPU”).

Deskripsi tugas kurator dan hakim pengawas dalam kepailitan tersebar di


berbagai pasal dalam UU 37/2004. Namun yang paling fundamental, tugas kurator
adalah melakukan pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit. Sementara tugas
hakim pengawas adalah mengawasi pengurusan dan pemberesan harta pailit.

Dalam melakukan tugasnya, kurator maupun hakim pengawas memiliki


satu visi utama, yaitu mengambil keputusan yang terbaik untuk
memaksimalisasikan nilai harta pailit.

Tugas Kurator

Setidaknya ada 3 jenis penugasan yang dapat diberikan kepada kurator dalam hal
proses kepailitan dan PKPU, yaitu:

1. Kurator Sementara

Kurator sementara ditunjuk dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan debitur


melakukan tindakan yang mungkin dapat merugikan hartanya, selama jalannya
proses beracara pada pengadilan sebelum debitur dinyatakan pailit. Tugas utama
kurator sementara adalah untuk mengawasi:

a. pengelolaan usaha debitur; dan

b. pembayaran kepada kreditur, pengalihan atau pengagunan kekayaan debitur


yang dalam kepailitan merupakan wewenang kurator.
2. Pengurus

Pengurus ditunjuk dalam hal adanya PKPU. Tugas pengurus hanya sebatas
menyelenggarakan pengadministrasian proses PKPU, misalnya melakukan
pengumuman, mengundang rapat-rapat kreditur, ditambah dengan pengawasan
kegiatan pengelolaan usaha yang dilakukan oleh debitur dengan tujuan agar
debitur tidak melakukan hal-hal yang mungkin dapat merugikan hartanya.

Pengurus yang diangkat harus independen dan tidak memiliki benturan


kepentingan dengan debitur atau kreditur. Yang dapat menjadi pengurus adalah:

a. orang perseorangan yang berdomisili di wilayah Negara Republik Indonesia,


yang memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus harta
debitur; dan

b. terdaftar pada Kementerian Hukum dan HAM.

Pengurus bertanggung jawab terhadap kesalahan atau kelalaiannya dalam


melaksanakan tugas pengurusan yang menyebabkan kerugian terhadap harta
debitur.

3. Kurator

Kurator diangkat pada saat debitur dinyatakan pailit. Sebagai akibat dari
keadaan pailit, sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan, debitur
kehilangan hak untuk menguasai dan mengurus harta kekayaannya yang termasuk
dalam harta pailit, dan oleh karena itu kewenangan pengelolaan harta pailit jatuh
ke tangan kurator.

Dari berbagai jenis tugas kurator dalam melakukan pengurusan dan pemberesan,
dapat disarikan tugas utama kurator adalah sebagai berikut.

1. Melakukan Tugas Administrasi

Tugas kurator terkait proses administratif misalnya melakukan pengumuman,


mengundang rapat-rapat kreditur, mengamankan harta kekayaan debitur pailit,
melakukan inventarisasi harta pailit, serta membuat laporan rutin kepada hakim
pengawas.

Dalam menjalankan kapasitas administratifnya, kurator berwenang untuk


melakukan penyegelan, bila perlu untuk mengamankan harta pailit.

2. Mengurus Harta Pailit

Berdasarkan Pasal 24 dan Pasal 69 UU 37/2004, sejak putusan pailit diucapkan


semua wewenang debitur untuk menguasai dan mengurus harta pailit termasuk
memperoleh keterangan mengenai pembukuan, catatan, rekening bank, dan
simpanan debitur dari bank yang bersangkutan beralih kepada kurator.

3. Melakukan Penjualan-Pemberesan

Tugas yang paling utama bagi kurator adalah melaksanakan tugas


pengurusan dan/atau pemberesan atas harta pailit sejak tanggal putusan pailit
diucapkan meskipun terhadap putusan tersebut diajukan kasasi atau peninjauan
kembali. Maksudnya pemberesan di sini adalah penguangan aktiva untuk
membayar atau melunasi utang.

Tugas Hakim Pengawas

Dalam putusan pernyataan pailit, selain kurator, harus juga diangkat seorang
hakim pengawas yang ditunjuk dari hakim pengadilan. Apa saja tugas hakim
pengawas?

1. Hakim pengawas memberikan pendapat sebelum pengadilan mengambil suatu


putusan mengenai pengurusan atau pemberesan harta pailit, dan itu wajib
didengar.

2. Mengingat putusan pernyataan pailit berakibat segala penetapan pelaksanaan


pengadilan terhadap kekayaan debitur sebelum kepailitan harus dihentikan
seketika, maka semua penyitaan yang telah dilakukan menjadi hapus dan jika
perlu hakim pengawas harus memerintahkan pencoretannya. Misalnya pencoretan
terhadap penyitan tanah atau kapal terdaftar.
3. Hakim pengawas berwenang untuk mendengar keterangan saksi atau
memerintahkan penyelidikan oleh para ahli untuk memperoleh kejelasan tentang
segala hal mengenai kepailitan.

4. Dalam rapat kreditur, tugas hakim pengawas bertindak sebagai ketua. Hakim
pengawas menentukan hari, tanggal, waktu, dan tempat rapat kreditur pertama,
yang harus diselenggarakan dalam jangka waktu paling lambat 30 hari setelah
tanggal putusan pailit diucapkan.

5. Dalam hal pencocokan piutang, paling lambat 14 hari setelah putusan


pernyataan pailit diucapkan, hakim pengawas harus menetapkan:

a. batas akhir pengajuan tagihan;

b. batas akhir verifikasi pajak untuk menentukan besarnya kewajiban pajak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan;

c. hari, tanggal, waktu, dan tempat rapat kreditur untuk mengadakan pencocokan
piutang.

Demikian jawaban dari kami terkait tugas kurator dan hakim pengawas secara
umum, semoga bermanfaat.

Dasar Hukum:

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan


Kewajiban Pembayaran Utang.
BAB III
Penutup
a. Kesimpulan

Pada dasarnya, Hakim Pengawas mengawasi pengurusan dan pemberesan


harta pailit. Selain itu, Pengadilan Niaga wajib mendengar pendapat Hakim
Pengawas, sebelum mengambil suatu putusan mengenai pengurusan atau
pemberesan harta pailit. Hakim Pengawas berwenang juga untuk mendengar
keterangan saksi atau memerintahkan penyelidikan oleh para ahli untuk
memperoleh kejelasan tentang segala hal mengenai kepailitan. Kemudian, secara
khusus ketentuan mengenai PKPU diatur dalam Bab III Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang, pada Pasal 222 sampai dengan Pasal 294 UU 37/2004.

Pengurus ditunjuk dalam hal adanya PKPU. Tugas pengurus hanya sebatas
menyelenggarakan pengadministrasian proses PKPU, misalnya melakukan
pengumuman, mengundang rapat-rapat kreditur, ditambah dengan pengawasan
kegiatan pengelolaan usaha yang dilakukan oleh debitur dengan tujuan agar
debitur tidak melakukan hal-hal yang mungkin dapat merugikan hartanya.

B. saran

kami sangat menyadari bahwa makala ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca dan
pendengar, agar kami dapat memperbaiki pembuatan makala kami di waktu yang akan
datang
DAFTAR PUSTAKA

Jono, Hukum Kepailitan (Jakarta: Sinar Grafika, 2017), hlm. 4

Imran Nating, Peranan dan Tanggug Jawab Kurator dalam Pengurusan dan
Pemberesan Harta Pailit, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 57

https://www.hukumonline.com/klinik/a/kewenangan-hakim-pengawas-dalam-
pkpu-dan-kepailitan-lt621f1b4a461f1

https://www.hukumonline.com/klinik/a/tugas-kurator-dan-hakim-pengawas-
dalam-kepailitan-cl738/

Anda mungkin juga menyukai