Kelompok 2 :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah Peraturan Jabatan Notaris dan Kode Etik. Selain itu,
S.H.,M.Kn, selaku dosen mata kuliah Peraturan Jabatan Notaris dan Kode Etik
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................6
Daerah?.........................................................................................12
49/PUUX/2012.............................................................................16
BAB IV KESIMPULAN.................................................................................19
A. Kesimpulan...................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................20
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pembuktian sempurna. Akta otentik menurut ketentuan pasal 1868 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata adalah suatu akta yang sedemikian, yang dibuat dalam
bentuk yang ditentukan oleh Undang-undang oleh dan atau dihadapan pejabat
umum yang berwenang untuk itu, ditempat dimana akta itu dibuat.1
Akta Notaris adalah akta otentik yang memiliki kekuatan hukum dengan
jaminan kepastian hukum sebagai alat bukti tulisan yang sempurna (volledig
bewijs), tidak memerlukan tambahan alat pembuktian lain, dan hakim terikat
keputusan hakim yang tetap dan pasti (inkracht van gewijs) dan mempunyai
kekuatan Eksekutorial.2
Dalam persidangan akta notaris dapat menjadi alat bukti yang sah dan juga
sempurna khususnya mengenai perkara yang berkaitan dengan isi akta tersebut,
selama masih terjaga keautentikannya. Akta sebagai alat bukti surat memegang
1
Andi Prajitno, Pengetahuan Praktis Tentang apa dan Siapa Notaris di Indonesia, (Jakarta:PMN,
2010), hal.26
2
Pasal 1 ayat (11) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris yaitu: Grosse akta adalah salah satu salinan akta untuk pengakuan utang dengan kepala
akta “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”, yang
mempunyai kekuatan eksekutorial.
peranan sangat penting dalam suatu proses pembuktian, maka dari itu Notaris juga
memiliki peranan sebagai legal advice yang harus mampu melakukan verifikasi
terpenuhi atau belum sebelum dituangkan ke dalam isi akta. Akta Notaris
memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna dan juga mengikat untuk para
pihak yang mengikatkan dirinya dengan akta itu. Pembuktian sempurna berarti
akta tersebut saja sudah dapat membuktikan adanya peristiwa hukum walaupun
tidak dilengkapi bukti-bukti yang lain. Mengikat berarti isi dari akta dianggap
tentang Jabatan Notaris, maka pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris yang
kini berada di bawah wewenang Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia.
pengawasan Notaris adalah agar segala hak dan kewenangan maupun kewajiban
3
Arliman, L, Notaris Dan Penegakan Hukum Oleh Hakim, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2015)
hal. 4
2
diberikan oleh peraturan dasar yang bersangkutan, senantiasa dilakukan di atas
jalur yang telah ditentukan bukan saja jalur hukum tetapi juga atas dasar moral
dan etika profesi demi terjaminnya perlindungan dan kepastian hukum bagi
masyarakat
umum, maka perlu adanya mekanisme pengawasan yang terus menerus terhadap
Notaris didalam menjalankan tugas dan jabatannya, baik yang bersifat preventif
dan kuratif terhadap pelaksanaan tugas Notaris. Pada dasarnya yang mempunyai
adalah Menteri, dalam hal ini menjadi kewenangan Menteri Hukum dan Hak
tingkat Kabupaten/Kota.
tingkat Provinsi.
Kota Negara
4
Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif terhadap Notaris sebagai Pejabat Publik.
(Bandung:Refika aditama,2009), hal.131.
5
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadadap Undangundang Nomor 30
tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris Notaris), (Bandung:Refika Aditama, 2007), hal..176
3
Salah satu kewenangan MPD adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 66
Daerah berwenang:
pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris; dan
penyimpanan Notaris.6
prinsip equality before the low sebagaimana dijamin di dalam Pasal 27 ayat (1)
dan Pasal 28D ayat (1) UUD Tahun 1945 yaitu persamaan atau kesederajatan
warga negara dihadapan hukum dan pemerintahan, tak terkecuali juga bagi
Notaris, sehi ngga Mahkamah Konstitusi kemudian mencabut Pasal 66 ayat (1)
ayat (1) UUJN tersebut dimaksudkan untuk menghindari proses peradilan yang
4
minuta akta ataupun memberikanketerangan di Pengadilan. Inilah yang menjadi
jabatannya maka akan dikenaisanksi dan dapat dituntut oleh kliennya. Sebenarnya
peran MPD bagi Notaris adalah sebagai pembina dan pengawas kinerja para
Notaris, dengan dihapuskannya pasal tersebut maka Notaris merasa sudah tidak
B. Rumusan Masalah
5
6
BAB II
PEMBAHASAN
Implikasi Yuridis atau akibat hukum adalah suatu perbuatan hukum yang
mempunyai akibat dari adanya perbuatan hukum yang dilakukan. Akibat hukum
Notaris di Indonesia.
dilakukan secara berdaya dan berhasil guna oleh pimpinan unit/organisasi kerja
7
Sujanto, Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, (Jakarta: Ghalia Indonesia:, 1983), hal 12.
pada jenjang yang lebih tinggi, demi dicapainya tujuan yang telah
dirumuskan sebelumnya.8
pelaksanaan tugas atau kegiatan apakah sesuai dengan semestinya atau tidak. 9
Kota di setiap provinsi yang ada di wilayah Indonesia. Sebelum berlaku Undang-
terhadap Notaris dilakukan oleh badan peradilan yang ada pada waktu itu.
Pasal 50 PJN;
ii. Peradilan Umum dan Mahkamah Agung sebagaimana diatur dalam pasal 32
iii. Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1984
8
Hadari Nawawi, Pengawasan melekat di Lingkungan Aparatur Pemerintahan, (Jakarta:
Erlangga, 1995), hal 8
9
Sujamto, Aspek-Aspek Pengawasan di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 1987), hal 53.
7
Mahkamah Agung dan Menteri Kehakiman Nomor KMA/006/SKB/VII/1987
di lakukan oleh Pengadilan. Hal ini diatur dalam Pasal 50 Staatsblad 1860 Nomor
3 Peraturan Jabatan Notaris. Adapun isi Pasal 50 Peraturan Jabatan Notaris yaitu:
sebagai notaris, hal itu akan dilaporkan kepada pengadilan negeri oleh penuntut
umum yang di daerah hukumnya terletak tempat kedudukan notaris itu.(RO. 140.)
akan didengar mengenai hal itu. Di luar hal-hal yang dalam peraturan ini
a) teguran;
10
Habib Adjie, Majelis Pengawas Notaris Sebagai Pejabat Tata Usaha Negara, (Bandung:
Reflika Aditama, 2011), hal 1.
8
atau pemberhentian sementara tidak akan dilakukan dan usul pemecatan tidak
akan disampaikan sebelum notaris itu didengar atau dipanggil dengan sah terlebih
dilakukan oleh Pengadilan. Yang mana dahulu Pengadilan adalah salah satu
Ham). Hal ini didasarkan pada Undang-Undang Dasar 1945 tahun mulai tahun
akta notaris. Yang mana akta yang di periksa berupa salinan-salinan akta
11
Pasal 50 Staatsblad 1860 Nomor 3 Peraturan Jabatan Notaris
9
3. Eksistensi Lembaga Pengawas Notaris Dalam Undang-Undang No
30 Tahun 2004.
Pengawas. Hal ini didasarkan agar terciptanya efektifitas pengawasan yang baik
dan terciptanya pembinaan kepada para Notaris yang bermoral, beretika dalam
Pengawas Notaris dapat dilihat dari kewenangan tiap lembaga Pengawas yang
10
4. Perbandingan Pengawasan Menurut Undang-undang No 30 Tahun
dengan Staatsblad 1860 Nomor 3 Peraturan Jabatan Notaris dapat dilihat dari
a) Lembaga pengawasan;
b) Anggota pengawasan;
c) Sanksi pengawasan;
d) Kewenangan pengawasan;
Majelis Pengawasan Notaris lebih efektif. Hal ini dapat dilihat bahwa Majelis
Pengawas Notaris adalah organisasi Notaris yang tujuan nya dibentuk sebgai
pelanggaran Hukum yang dilakukan oleh masyarakat. Yang mana fungsi dan
tujuannya dalam organisasi Notaris tidak berfungsi efektif karena tujuan utama
11
B. Implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi No. 49/PUUX/2012
kode etik notaris di daerah. Disamping itu juga sebagai lembaga penegak disiplin
para Notaris agar dalam dunia profesinya berjalan sesuai dengan norma-norma
aturan hukum yang berlaku di Indonesia. Keberadaan MPD dapat dilihat Pada
Pasal 69 Kelembagaan organisasi Majelis Pengawas Daerah ini diatur dalam Pasal
c) Ketua dan wakil ketus Majelis Pengawas Daerah dipilih dari dan oleh
d) Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan anggota Majelis Pengawas Daerah
e) Majelis Pengawas Daerah dibantu oleh seorang sekeratis atau lebih yang
12
Pasal 69 Undang-undang No 30 Tahun 2004
12
Keberadaan Majelis Pengawas Daerah sangat diperlukan dalam dunia
Daerah otonomi yang diberikan kekuasaan oleh Pemerintah Pusat untuk mengatur
Daerah tersebut. Sebab didaerah Kabupaten atau Kota ini terjadi perkembangan
suatu Negara yang harus ditata. Eksistensi Majelis Pengawas Daerah dapat dilihat
Dari 3 Hal ini, maka kita dapat melihat Eksistensi Majelis Pengawas
Daerah dalam struktur organisasi Notaris yang diatur dalam sistem Peraturan
perundang-undang.
MPD terhadap kewenangan pasal 66 ini telah hilang dan tidak dapat di gunakan
Eksistensi MPD. Melainkan eksistensi MPD, hal ini dapat dilihat dari beberapa
hal :
13
a) Kedudukan atau keberadaan MPD yang masih ada didaerah sebagai
Lembaga Pengawas didaerah. Hal ini dapat dilihat di pasal 69 yang masih
berlaku.
Tahun 2004 pada Pasal 70 dan Peraturan Peraturan Menteri Hukum dan Hak
71.
Eksistensi MPD di organisasi Notaris masih ada dan berlaku sebagai lembaga
tentang MPD sebagai majelis pengawas dalam organisasi Notaris. Disamping itu
keberadaan MPD tidak ada lagi didalam organsiasi notaris. Melainkan MPD
masih tetap ada dan mempunyai kewenangan dan kewajiban. Hal ini dapat dilihat
masih adanya peran wewenang dan kewajiban MPD sebagai lembaga Pengawas
14
a) Melakukan pembinaan dan Pengawasan terhadap Notaris yang ada didaerah.
pelanggaran.
daerah.
g) Menunjuk notaris yang pengganti dan protokol notaris terhadap notaris yang
Disamping itu juga kewenangan MPD juga diatur dalam Peraturan Menteri
Tahun 2004, adapun kewenangan MPD pada Peraturan Menteri Hukum dan Hak
lain:
a) Dalam Pasal 13 ayat (1) dan (2) menegaskan bahwa, Kewenangan MPD
yang bersifat Administratif dilaksanakan oleh ketua, wakil ketua atau salah
15
b) Wewenang MPD yang bersifat administratif yang memerlukan keputusan
rapat MPD diatur dalam Pasal 14 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
mempunyai kekuatan hukum menetap maka ini berpengaruh pada protokol akta
Notaris. Hal ini didasarkan pada pasal 58 ayat 4 yang mengatakan: “Setiap
halaman dalam daftar diberi nomor unit dan diparaf oleh Majelis Pengawas
Daerah, kecuali pada halaman”. Artinya akta yang dibuat notaris harus dilaporkan
kepada MPD. Maka MPD secara lansung nantinya akan berbenah untuk
pengawas notaris.
16
Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 sehingga tidak memilik kekuatan hukum
- Pasal 28D ayat (1) UUD 1945: “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di
hadapan hukum.
17
“merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala
sebelum menjalankan jabatannya, hal tersebut diatur pada Pasal 4 ayat (2)
UUJN.
lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu
rupiah.”
18
19
BAB III
PENUTUP
i. Kesimpulan
Kewajiban Ingkar.
(MPD) tetap dengan kewenangan dan kewajiban yang sama, hanya saja
2004 tentang Jabatan Notaris tidak belaku lagi pada Majelis Pengawas
Daerah, dengan kata lain Majelis Pengawas Daerah tidak lagi mempunyai
(MPD) ini, Majelis Pengawas harus lebih serius dan selektif dalam
Habib Adjie. 2011. Majelis Pengawas Notaris Sebagai Pejabat Tata Usaha
Indonesia.
20