Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH NOTARIAT DAN PPAT

DOSEN PENGAMPUH : SRI AYU

Dibuat Oleh : Lu’luul Maknun 210087420111

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BATANGHARI
KATA PENGANTAR

Segala puji kepada Allah subhanahu wata’ala, karena hanya dengan izin-Nya lah, Saya

dapat menyelesaikan makalah dengan judul “NOTARIAT DAN PPAT” dapat terselesaikan

dengan baik dan tepat waktu. Tak lupa Salam dan Salawat kepada Nabi Muhammad shallallahu

‘alihi wasallam.

Makalah ini telah Saya kerjakan dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu,

Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat

maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan

kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini. Akhirnya, Saya hanya dapat

berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan terkhusus bagi mahasiswa hukum

maupun pada bidang ilmu lainnya yang berkaitan dengan makalah ini, dan dapat menambah

khazanah ilmu pengetahuan bagi masyarakat.

Jambi,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.....................................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................4

C. MAKSUD DAN TUJUAN..............................................................................5

BAB II PEMABAHASAN..................................................................................4

A. PENGERTIAN PATEN..................................................................................4

B. UNSUR-UNSUR PEMBERIAN HAK PATEN.............................................6

C. JENIS-JENIS PATEN.....................................................................................8

D. PRINSIP DASAR PATEN..............................................................................9

E. PERMOHONAN PATEN................................................................................12

F. PENNDAFTARAN PATEN............................................................................13

G. NARASI KASUS TERKAIT HAK PATEN.................................................16

H. ARGUMEN .....................................................................................................18

BAB III KESIMPULAN.....................................................................................17

A. KESIMPULAN...............................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di dalam Undang-Undang Dasar Negara tahun 1945 dengan tegas dinyatakan bahwa Negara

Republik Indonesia adalah negara hukum, dengan demikian salah satu tugas terpenting bagi

pemerintah adalah memberikan dan menjamin adanya rasa kepastian hukum bagi para warga

anggota masyarakatnya.

Dalam bidang tertentu tugas tersebut oleh pemerintah melalui Undang-Undang diberikan dan

dipercayakan kepada Notaris dan sebaliknya masyarakat juga harus percaya bahwa Akta Notaris

yang dibuat itu memberikan kepastian hukum bagi para warganya, sesuai dengan bunyi Pasal 15

ayat 1 Undang-undang nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

“Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan

ketetapan yang diharuskan oleh peraturan dan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki

oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal

pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya

sepanjang pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau

orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang”.

Kepastian hukum tersebut selain otentiknya suatu akta yaitu mempunyai kekuatan

pembuktian, yaitu secara lahiriah, formil maupun materil termasuk juga etika seorang Notaris

dalam menjalankan jabatannya. Dalam melaksanakan tugas jabatannya para Notaris tidak hanya

menjalankan pekerjaan yang diamanatkan oleh undang-undang semata sekaligus menjalankan

suatu fungsi sosial yang sangat penting yaitu bertanggung jawab untuk melaksanakan
kepercayaan yang diberikan masyarakat umum yang dilayaninya, seorang Notaris harus

berpegang teguh kepada Kode Etik Notaris, namun dalam realitasnya, keselarasan pelaksanaan

hukum dilapangan masih ada Notaris yang melakukan pelanggaran kode etik Notaris tersebut.

Disamping itu, aturan demi aturan yang mengikat setiap anggotanya belum dijalankan

sebagaimana mestinya.

Kode Etik Notaris dibuat untuk menjaga kehormatan dan keluhuran martabat jabatan Notaris

yang memuat kaidah moral yang wajib ditaati oleh setiap anggota perkumpulan yang telah

diatur, baik dalam Staatsblad 1860 Nomor 3 maupun dalam Pasal 89 Undang-undang Jabatan

Notaris Nomor 30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris berikut sanksi-sanksi yang akan diberikan

bila anggota melalukan pelanggaran.

Adanya kode etik bertujuan agar suatu profesi dapat dijalankan dengan profesional dengan

motivasi dan orientasi pada keterampilan intelektual serta berargumentasi secara rasional dan

kritis serta menjunjung tinggi nilai- nilai moral.

Pelayanan jasa Notaris sebagai bagian pelayanan terhadap masyarakat harus berjalan sejajar

dengan perkembangan masyarakat dimasa depan. Kecermatan, kecepatan dan kecakapan Notaris,

tidak hanya semata-mata berlandaskan pada sikap pandang yang bersifat formalistik, akan tetapi

harus berlandaskan pada sikap pandang yang bersifat profesionalistik, sehingga usaha untuk

meningkatkan mutu pelayanan Notaris benar-benar membawa hasil yang positif bagi

masyarakat.

Untuk melindungi kepentingan masyarakat umum dan menjamin pelaksanaan jabatan

Notaris yang dipercayakan oleh undang-undang dan masyarakat pada umumnya, maka adanya

pengaturan secara hukum mengenai pengawasan terhadap pelaksanaan jabatan Notaris Sanga
tepat, karena dalam menjalankan jabatannya seorang Notaris tidak hanya menjalankan jabatan

yang diamanatkan oleh undang-undang, tetapi juga berfungsi sebagai pengabdi hukum yang

meliputi bidang yang Sangat luas. Dengan adanya kode etik, kepentingan masyarakat yang

dilayani akan terjamin sehingga semakin memperkuat kepercayaan masyarakat.

PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) ialah salah satu profesi yang di lakukan oleh orang

hukum yang berkaitan dengan dokumen resmi tentang tanah. Pengertian umum PPAT adalah

pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan

hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik satuan rumah susun. PPAT sendiri dibagi

menjadi tiga, yaitu PPAT Umum, PPAT Khusus, dan PPAT Sementara. PPAT khusus adalah

PPAT yang di tunjuk karena PPAT yang bersangkutan sedang dalam program pemerintah atau

mengerjakan tugas pemerintahan. PPAT Sementara merupakan PPAT yang melaksanakan tugas

untuk membuat PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT. Ada beberapa tugas yang

dilakukan oleh PPAT yaitu melakukan kegiatan seperti pendaftaran tanah dengan membuat akta

yang menjadi bukti telah dilakukan perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak

milik atas satuan rumah susun yang akan dijadikan dasar untuk pendaftaran tanah yang

diakibatkan oleh perbuatan hukum yang ada, Perbuatan hukum disini akan dijelaskan

sebagaimana maksudnya.

Fungsi PPAT adalah menjamin kebenaran materiil dan kebenaran fotmil dalam setiap akta

peralihan hak atas tanah dan bangunan serta berperan juga untuk memeriksa kewajiban-

kewajiban para pihak yang harus dipenuhi berkaitan dengan peralihan hak tersebut. Tanggung

jawab PPAT terhadap akta otentik hanya mencatat atau menuangkan suatu perbuatan hukum

yang dilakukan oleh pihak/penghadap ke dalam akta. Sejak berlakunya Peraturan Pemerintah

tentang Pendaftaran Tanah, maka jual beli juga harus dilakukan para pihak di hadapan PPAT
yang bertugas membuat akta. Dengan dilakukannya jual beli dihadapan PPAT, dipenuhi syarat

terang (bukan perbuatan hukum yang gelap, yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi). Untuk

dibuatkan akta jual beli tanah tersebut, pihak yang memindahkan hak, harus memenuhi syarat

yaitu berwenang memindahkan hak tersebut, sedangkan pihak yang menerima harus memenuhi

syarat subyek dari tanah yang akan dibelinya itu. Serta harus disaksikan oleh sekurang-

kurangnya dua orang saksi.


Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka masalah pokok yang hendak

dibahas dalam Makalah ini adalah:

1. Pengertian etika dan kode etik profesi ?

2. Apakah itu Profesi notaris ?

3. Seperti apakah Kode etik notaris itu ?

4. Penegakan hukum kode etik notaris ?

5. Pelanggaran terhadap kode etik notaris ?

6. Sanksi apakah jika seorang notaris melanggar kode etik ?

7. Apa wewenang dan tanggung jawab PPAT dalam pembuatan akta jual beli tanah

sudah dilaksanakan?

Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Untuk mengetahui tinjauan tentang profesi dan kode etik Notaris.

2. Untuk mengetahui pengaturan Notaris dalam Undang-Undang Jabatan

Notaris.

3. Untuk memahami pelanggaran yang dilakukan Notaris atas Kode Etik Notaris.

4. Untuk mengetahui pelaksanaan kewajiban PPAT dalam pemeriksaan status

tanah sebagai persiapan pembuatan akta jual beli tanah.

5. Untuk mengetahui kewajiban PPAT dalam meneliti persyaratan jual beli tanah
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Etika
Menurut Bertens (1994), Etika berasal dari bahasa Yunani kuno ethos dalam bentuk

tunggal yang berarti adat kebiasaaan, adat istiadat, akhlak yang baik. Arti etika adalah ilmu

tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan, dengan demikian, menurut

Bertens tiga arti Etika dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Etika dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi

seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini disebut juga

sebagai “sistem nilai” dalam hidup manusia perseorangan atau hidup bermasyarakat.

2. Etika dipakai dalam arti kumpulan asas-asas atau nilai moral, yang dimaksud disini

adalah kode etik, misalnya Kode Etik Notaris Indonesia.

3. Etika dipakai dalam arti ilmu tentang yang baik atau yang buruk. Arti Etika disini sama

dengan filsafat moral.

Pengertian Etika menurut Sumaryono (1995), Etika mempunyai arti adat istiadat atau

kebiasaan yang baik, bertolak dari pengertian ini kemudian etika berkembang menjadi studi

tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda,

yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya. Selain itu, etika juga

berkembang menjadi studi tentang kebenaran dan ketidak-benaran berdasarkan kodrat manusia

yang diwujudkan melalui kehendak manusia.


Etika moral berhubungan dengan kebiasaan berperilaku baik dan benar berdasarkan

kodrat manusia. Apabila Etika ini dilanggar timbul perbuatan yang tidak baik dan tidak benar.

Kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yang disebut moral.

Contoh Etika moral adalah:

a. Berkata dan berbuat jujur;


b. Menghargai hak orang lain;
c. Menghormati orang tua atau guru;
d. Membela kebenaran dan keadilan;
e. Menyantuni anak yatim/piatu

Berdasarkan pengertian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat dirumuskan


pengertian etika, yaitu:

1. Nilai-nilai dan norma-norma moral yang dipegang oleh seseorang atau sekelompok
orang dalam masyarakat untuk mengatur tingkah lakunya.

2. Etika juga berarti kumpulan asas atau nilai moral.

3. Etika bisa pula dipahami sebagai ilmu tentang yang baik dan yang buruk.

Etika adalah refleksi kritis, metodis,dan sistematis tentang tingkah laku manusia sejauh
berkaitan dengan norma-norma atau tentang tingkah laku manusia dari sudut baik dan buruk.

Dalam Ensiklopedia Indonesia, terbitan Ikhtisar Baru tahun 1984, dijelaskan bahwa etika
berasal dari bahasa Inggris Ethics yang berarti ilmu tentang kesusilaan yang menentukan
bagaimana seharusnya manusia hidup di dalam masyarakat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan tahun 1988, etika dirumuskan dalam 3 arti yaitu;

1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak).

2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.

3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat umum.

Dalam menjalankan jabatannya, Notaris harus mematuhi seluruh kaedah moral yang telah
hidup dan berkembang di masyarakat. Selain tanggung jawab dan etika profesi, integritas dan
moral yang baik merupakan persyaratan penting yang harus dimiliki oleh seorang Notaris,
karena tanggung jawab dan etika profesi mempunyai hubungan yang erat dengan integritas dan
moral.

“Etika Profesi adalah norma-norma, syarat-syarat dan ketentuan- ketentuan yang harus dipenuhi
oleh sekelompok orang yang disebut sebagai kalangan professional”.

Untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat, seorang profesional harus menjalankan jabatannya dengan menyelaraskan antara
keahlian yang dimilikinya dengan menjunjung tinggi kode etik profesi.

2.2. Kode Etik Profesi


Bertens dalam bukunya tentang etika menyatakan bahwa kode etik profesi merupakan
norma yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi, yang mengarahkan atau memberi
petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya dan sekaligus menjamin mutu moral itu di
mata masyarakat. Apabila salah satu anggota kelompok profesi itu berbuat menyimpang dari
kode etiknya, maka kelompok profesi tersebut akan tercemar di mata rnasyarakat. Oleh karena
itu, kelornpok profesi harus menyelesaikan berdasarkan kekuasaannya sendiri.
Kode etik profesi merupakan produk etika terapan karena dihasilkan berdasarkan
penerapan pemikiran etis atas suatu profesl", Kode etik profesi dapat berubah dan diubah seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga anggota kelompok profesi tidak
akan ketinggalan jaman. Kode etik profesi merupakan hasil pengaturan diri profesi yang
bersangkutan, dan ini perwujudan nilai moral yang hakiki, yang tidak dipaksakan dari luar. Kode
etik ini hanya berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam
lingkungan profesi itu sendiri. Kode etik profesi merupakan rumusan norma moral manusia yang
mengemban profesi itu. Kode etik profesi merupakan tolok ukur perbuatan anggota kelompok
profesi. Kode etik profesi merupakan upaya pencegahan berbuat yang tidak etis bagi anggotanya.
Kode etik perlu dirumuskan secara tertulis, menurut Sumaryono dalam bukunya tentang
Etika Profesi Hukum, Norma-Norma bagi Penegak Hukum mengemukakan alasannya :
1. sebagai sarana kontrol sosial
2. sebagai pencegah campur tangan pihak lain
3. sebagai pencegah kesaJahpahaman dan konflik
Kode etik profesi merupakan kriteria prinsip profesional yang telah digariskan, sehingga
dapat diketahui dengan pasti kewajiban profesional anggota lama, baru ataupun calon anggota
kelompok profesi. Dengan demikian dapat dicegah kemungkinan terjadi konflik kepentingan
antara sesama anggota kelompok anggota profesi atau antara anggota kelompok profesi dan
masyarakat. Anggota kelompok protesi atau anggota masyarakat dapat melakukan control
melalui rumusan kode etik profesi, apakah anggota kelompok protesi telah memenuhi kewajiban
profesionalnya sesuai dengan kode etik protesi.
Kode etik profesi telah menentukan standarisasi kewajiban profesional anggota kelompok
profesi. Dengan demikian, pemerintah atau masyarakat tidak perlu campur tangan untuk
menentukan bagaimana seharusnya anggota kelompok protest melaksanakan kewajiban
profesionalnya. Hubungan antara pengemban profesi dengan masyarakat, misalanya antara
Notaris dengan klien tidak perlu diatur secara detail dengan undang-undang oleh pemerintah atau
oleh masyarakat karena kelompok protesi telah menetapkan secara tertulis norma atau patokan
terentu berupa kode etik protesi.
Kode etik protesi pada dasarnya adalah norma perilaku yang sudah dianggap benar atau
yang sudah mapan dan tentunya akan lebih efektif lagi apabila norma berlaku tersebut
dirumuskan sedemikian baiknya, sehingga memuaskan pihak-pihak yang berkepentingan. Kode
etik profesi merupakan kristalisasi perilaku yang dianggap benar menurut pendapat umum
karena berdasarkan pertimbangan kepentingan protesi yang bersangkutan. Dengan demikian
kode etik profesi dapat mencegah kesalahpahaman dan konflik, dan sebaliknya berg una sebagai
bahan refleksi nama baik protesi. Kode etik protesi yang baik adalah yang mencerminkan nilai
moral anggota kelompok profesi sendiri dan pihak-pihak yang membutuhkan pelayanan protesi
yang bersangkutan.

2.3. Profesi Notaris


Dalam kehidupan bermasyarakat dibutuhkan suatu ketentuan yang mengatur pembuktian
terjadinya suatu peristiwa, keadaan atau perbuatan hukum, sehingga dalam hukum keperdataan
dibutuhkan peran penting akta sebagai dokumen tertulis yang dapat memberikan bukti tertulis
atas adanya suatu peristiwa, keadaan atau perbuatan hukum tersebut yang menjadi dasar dari hak
atau suatu perikatan.
Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan adanya pejabat umum dan atau suatu lembaga
yang diberikan wewenang untuk membuat akta otentk yang juga dimaksudkan sebagai lembaga
notariat. Lembaga kemasyarakatan yang dikenal sebagai "notariat' ini muncul dari kebutuhan
dalam pergaulan sesama manusia, yang menghendaki adanya alat bukti dalam hubungan hukum
keperdataan yang ada dan/atau terjadi diantara mereka.
Lembaga Notaris timbul karena adanya kebutuhan masyarakat di dalam mengatur
pergaulan hidup sesama individu yang membutuhkan suatu alat bukti mengenai hubungan
keperdataan di antara mereka".
Oleh karenanya kekuasaan umum (openbaar gezaag) berdasarkan perundang-undangan
memberikan tugas kepada petugas yang bersangkutan untuk membuatkan alat bukti yang tertulis
sebagaimana dikehendaki oleh para pihak yang mempunyai kekuatan otentik.
Notaris yang mempunyai peran serta aktivitas daJam prafesi hukum tidak dapat
dilepaskan dari persoalan-persoalan mendasar yang berkaitan dengan fungsi serta peranan
hukum itu sendiri, dimana hukum diartikan sebagai kaidah-kaidah yang mengatur segala
perikehidupan masyarakat, lebih luas lagi hukum berfungsi sebagai alat untuk pembaharuan
masyarakat.
Indonesia sebagai negara yang berkembang dan sedang membangun, maka peran serta
fungsi hukum bagi suatu prafesi hukum tidaklah lebih mudah daripada di negara yang maju,
karena terdapatnya berbagai keterbatasan yang bukan saja mengurangi kelancaran lajunya proses
hukum secara tertib dan pasti tetapi juga memerlukan pendekatan dan pemikiran-pemikiran yang
menuju kepada suatu kontruksi hukum yang adaptip yang dapat menyeimbangkan berbagai
kepentingan yang ada secara mantap.
Tanggung jawab notaris dalam kaitannya dengan prafesi hukum di dalam melaksanakan
jabatannya tidak dapat dilepaskan dari keagungan hukurn itu sendiri, sehingga terhadapnya
diharapkan bertindak untuk merefleksikannya di dalam pelayanannya kepada masyarakat",
Dua hal yang perlu mendapat perhatian di dalam rangka menjalankan profesinya tersebut:
Adanya kemampuan untuk menJunJung tinggi profesi hukurn yang mensyaratkan adanya
integritas pribadi serta kebolehan profesi dan itu dapat dijabarkan ;
• Kedalam, kemampuan untuk tanggap dan menjunjung tinggi kepentingan umum yaitu
memegang teguh standar profesional sebagai pengabdi hukurn yang baik dan tanggap.
berperilaku individual. mampu menunjukkan sifat dan perbuatan yang sesuai bagi
seorang pengabdi hukum yang baik,
• Keluar. kemampuan untuk berlaku tanggap terhadap perkembangan masyarakat dan
lingkungannya, menjunjung tinggi kepentingan urnurn, mampu mengakomodir,
menyesuaikan serta mengembangkan norma hukum serta aplikasinya sesuai dengan
tuntutan perkembangan masyarakat dan teknologi.
Untuk lebih menjelaskan hal tersebutdikutip tulisan dari David Mellinkoff (The
Conscience of Lawyer, 1973 ) " Lawyers are obliged to pursue their work according to certain
standards of competence, disspasion and faithful/ness, lawyers accept those standards because
that is the only way they may be lawyer"
Di Indonesia pengertian profesi itu sendiri dalam pelaksanaannya adalah menciptakan
dilakukannya suatu kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat yang berbekalkan keahlian yang
tinggi serta berdasarkan rasa keterpanggilan, jadi kerja tersebut tidak boleh disamakan dengan
kerja biasa, yang bertujuan mencari nafkah dalam jabatannya profesionalisme mensyaratkan
adanya tiga watak kerja:

1. Kerja itu merefleksikan adanya itikad untuk merealisasi kebajikan yang dijunjung
tinggi dalam masyarakat,
2. Bahwa kerja itu dilaksanakan berdasarkan kemahiran teknis yang bermutu tinggi yang
karena itu mensyaratkan adanya pendidikan dan pelatihan yang berlangsung bertahun-
tahun secara eksklusif dan be rat,
3. Kualitas teknik dan kualitas moral yang disyaratkan dalam kerja-kerja pemberian jasa
profesi dalam pelaksanaannya menundukkan diri pada kontrol sesama yang
terorganisasi berdasarkan kode-kode etik yang dikembangkan dan disepakati bersama
di dalam organisasi.

2.5. Kode Etik Notaris


Notaris dalam menjalankan jabatannya selain mengacu kepada Undang-Undang Jabatan
Notaris, juga harus bersikap sesuai dengan etika profesinya. Etika profesi adalah seikap etis yang
dituntut untuk dipenuhi oleh profesional dalam mengemban profesinya. Etika profesi berbeda-
beda menurut bidang keahliannya yang diakui dafam masyarakat. Etika profesi diwujudkan
secara formal ke dalam suatu kode etik. "Kode " adalah segala yang tertulis dan disepakati
kekuatan hukumnya oleh kelompok masyarakat tertentu sehingga kode etik dalam hal ini adalah
hukum yang berlaku bagi anggota masyarakat profesi tertentu dalam menjalankan profesinya .
Para Notaris yang berpraktek di Indonesia bergabung dalam suatu perhimpunan
organisasi yaitu Ikatan Notaris Indonesia (INI). INI merupakan kelanjutan dari De Nederlandsch-
Indische Notarieele Vereeniging, yang dahulu didirikan di Batavia pad a tanggal 1 Juli 1908
yang mendapat pengesahan sebagai badan hukum dengan Gouvernements Besluit (Penetapan
Pemerintah) tanggal 5 September 1908 Nomor 9. Nama Belanda kemudian diganti atau diu bah
menjadi Ikatan Notaris Indonesia yang hingga sekarang merupakan satu-satunya wadah
organisasi profesi di Indonesia.
Kemudian mendapat pengesahan dari pemerintah berdasarkan Keputusan Mentri
kehakiman RI pada tanggal 23 Januari 1995 Nomor C2-1011.HT.01.06 Tahun 1995, dan telah
diumumkan dalam Berita Negara RI tanggal 7 April 1995 Nomor 28 Tambahan Nomor 1/P-
1995, oleh karena itu sebagai dan merupakan organisasi Notaris sebagaimana dimaksud dalam
UUJN nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang diundagkan dalam Lembaran Negara
RI Tahun 2004 Nomor 117. Menurut Pasal 1 angka (5) UUJN, menyebutkan bahwa Organisasi
Notaris adalah organisasi profesi jabatan Notaris yang terbentuk perkumpulan yang berbadan
hukum.
Notaris dengan organisasi profesi jabatannya menjabarkan etika profesi terse but kedalam
Kode Etik Notaris. Kode Etik Notaris menurut organisasi profesi jabatan Notaris Hasil Kongres
Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia (INI) pada tanggal 28 Januari 2005 yang diadakan di
Bandung, diatur dalam Pasal 1 angka (2) adalah sebagai berikut
Seluruh kaedah moral yang ditentukan oteh Perkumpulan lkatan Notaris Indonesia yang
selanjutnya disebut "Perkumpulan" berdasar keputusan Kongres Perkumpulan dan/atau yang
ditentukan oleh dan dialur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur ten tang hal itu
dan yang berlaku bagi setie wajib ditaati oteh setieo dan semua anggota Perkumpulan dan semua
orang yang menja/ankan tugas jabatan sebagai Noieris, etrmasuk dida/amnya Pejabat Sementara
Noieris, Notaris Pengganti dan Notaris Pengganti Khusus.
Melaksanakan tugas jabatannya seorang Notaris harus berpegang teguh kepada Kode Etik
jabatan Notaris. Kode etik adalah tuntunan, bimbingan, pedoman moral atau kesusilaan untuk
suatu profesi tertentu atau merupakan daftar kewajiban dalam menjalankan suatu profesi yang
disusun oleh anggota profesi itu sendiri damn mengikat mereka dalam mempraktekkarinya.
Dengan demikian Kode etik Notaris adalah tuntunan, bimbingan, pedoman moral atau kesusilaan
Notaris baik selaku pribadi maupun pejabat umum yang diangkat oleh pemerintah dalam rangka
memberikan pelayanan kepada masyarakat umum khususnya dalam bidang pembuatan akta.
(lihat Liliana Tedjosaputro. Elika Profesi Notaris Da/am Penegakan Hukum Pidana, Bigraf
Publishing, Yogyakarta. 1995, him 29.
Pembahasan mengenai Kode etik tidak terlepas dari UndangUndang Jabatan Notaris
Nomor 30 tahun 2004. Dalam kode etik Notaris terdiri dari kewajiban, larangan maupun sangsi
serta penegakan hukum agar tujuan dari terbentuknya kode etik maupun Uridang-Undang
Jabatan Notaris dapat berjalan tertib.

Menurut Pendapat Prof. Abdulkadir Muhammad, uraian mengenai Kode Etik Notaris
meliputi antarlain: Etika Kepribadian Notaris, Etika melakukan tugas jabatan, etika
pelayanan terhadap klien, etika hubungan sesama rekan Notaris, dan etika pengawasan
terhadap Notaris
1. Etika Kepribadian Notaris

Sebagai pejabat umum, notaris harus:

a. Berjiwa Pancasila;

b. Taat pada hukum, sumpah jabatan dan Kode Etik Notaris;

c. Berbahasa Indonesia yang baik.

Sebagai profesional, Notaris harus:

a. Memiliki perilaku profesional;

b. Ikut serta pembangunan nasional di bidang hukum;

c. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Notaris.

Yang dimaksud dengan perilaku profesional ( Professional behaviour ), adalah


memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

a. Keahlian yang didukung oleh pengetahuan dan pengalaman tinggi;

b. Integritas moral artinya menghindari sesuatu yang tidak baik walaupun imbalan
jasanya tinggi, pelaksanaan tugas profesi diselaraskan dengan nilai-nilai
kemasyarakatan, sopan santun, dan agama;

c. Jujur tidak saja pada pihak kedua atau pihak ketiga, tetapi juga kepada diri sendiri;

d. Tidak semata-mata pertimbangan uang, melainkan juga pengabdian, tidak


membedakan antara orang mampu dan tidak mampu;

f. berpegang teguh pada kode etik profesi karena di dalamnya ditentukan segala perilaku
yang harus dimiliki oleh Notaris, termasuk berbahasa Indonesia yang sempurna.

2. Etika melakukan tugas jabatan


Notaris sebagai pejabat umum dalam melakukan tugas jabatan harus:

a. Menyadari kewajibannya, bekerja sendiri, jujur, tidak berpihak, dan penuh rasa
tanggung jawab;

b. Menggunakan satu kantor yang telah ditetapkan sesuai dengan undang-undang, tidak
mengadakan kantor cabang perwakilan, dan tidak menggunakan perantara;

c. Tidak menggunakan media massa yang bersifat promosi;

d. Harus memasang tanda papan nama menur ut ukuran yang berlaku.

3. Etika pelayanan terhadap klien

Sebagai pejabat umum, notaris harus:

a. Memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat yang memerlukan jasanya dengan


sebaik-baiknya;

b. Menyelesaikan akta sampai tahap pendaftaran pada Pengadilan Negeri dan


pengumuman dalam Berita Negara, apabila klien yang bersangkutan dengan tegas
mengatakan akan menyerahkan pengurusannya kepada Notaris yang bersangkutan dan
klien telah memenuhi syarat-syarat yang diperlukan;

c. Memberitahu kepada klien perihal selesainya pendaftaran dan pengumumam, dan atau
mengirim kepada atau menyuruh mengambil akta yang sudah didaftar atau Berita
Negara yang sudah selesai dicetak tersebut oleh klien yang bersangkutan;

d. Memberikan penyuluhan hukum agar masyarakat menyadari hak dan kewajiban


sebagai warga negara dan anggota masyarakat;

e. Memberikan jasa kepada anggota masyarakat yang kurang mampu dengan Cuma-
Cuma;

f. Dilarang menahan berkas seseorang dengan maksud memaksa orang itu membuat akta
pada Notaris yang menahan berkas itu;

g. Dilarang menjadi alat orang atau pihak lain untuk semata-mata menandatangani akta
buatan orang lain sebagai akta buatan Notaris yang bersangkutan;

h. Dilarang mengirim minuta kepada klien atau klien-klien untuk ditandatangani oleh
klien atau klien-klien yang bersangkutan;

i. Dilarang membujuk-bujuk atau dengan cara apapun memaksa klien membuat akta
padanya, atau membujuk-bujuk seseorang agar pindah dari Notaris lain;
j. Dilarang membentuk kelompok di dalam tubuh Ikatan Notaris Indonesia dengan tujuan
untuk melayani kepentingan suatu instansi atau lembaga secara khusus/ekslusif,
apalagi menutup kemungkinan anggota lain untuk berpartisipasi.

4. Etika hubungan sesama rekan Notaris

Sebagai sesama pejabat umum, Notaris harus:

a. Saling menghormati dalam suasana kekeluargaan;

b. Tidak melakukan persaingan yang merugikan sesama rekan Notaris, baik moral
maupun material;

c. Harus saling menjaga dan membela kehormatan dan nama baik korps Notaris atas
dasar rasa solidaritas dan sikap tolong menolong secara konstruktif.

Dalam penjelasan diatas, maksud menghormati dalam suasana kekeluragaan artinya,


Notaris tidak mengeritik, menyalahkan akta-akta yang dibuat rekan notaris lainnya dihadapan
klien atau masyarakat. Notaris tidak membiarkan rekannya berbuat salah dalam jabatannya dan
seharusnya memberitahukan kesalahan rekannya dan menolong memperbaikinya. Tidak
melakukan persaingan yang merugikan sesama rekan dalam arti tidak menarik karyawan Notaris
lain secara tidak wajar, tidak menggunakan perantara yang mendapat upah, tidak menurunkan
tarif jasa yang telah disepakati. Menjaga dan membela kehormatan dan nama baik, dalam arti
tidak mencampurkan usaha lain dengan jabatan Notaris, memberikan informasi atau masukkan
mengenai klien-klien yang nakal setempat.

2.6. Penegakan Hukum Kode Etik Notaris


Pengertian Penegakan hukum dapat dirumuskan sebagai usaha melaksanakan hukum
sebagaimana mestinya, mengawasi pelaksanaannya, dan jika terjadi pelanggaran memulihkan
hukum yang dilanqqar itu supaya ditegakkan kembali. Penegakkan hukum dilakukan dengan
penindakan hukum menurut urutan berikut:
a. Teguran peringatan supaya menghentikan pelanggaran dan jangan berbuat lagi
b. Pembebanan kewajiban tertentu (ganti kerugian, denda)
c. Penyisihan atau pengucilan (pencabutan hak-hak tertentu)
d. Pengenaan sanksi badan (pidana penjara, pidana mati) Dalam pelaksanaannya tugas
penegakan hukum, penegak hukurn wajib menaati norma-norma yang telah
ditetapkan.
Penegakan kode etik Notaris adalah usaha melaksanakan kode etik Notaris sebagaimana
mestinya, mengawasi pelaksanaannya supaya tidak terjadi pelanggaran, dan jika terjadi
pelanggaran memulihkan kode etik yang dilanggar itu supaya ditegakkan kembali.
Penegakan hukum Kode Etik Notaris tercantum dalam Bab IV dan V yaitu dari Pasal 6
sampai dengan Pasal 13. Yang meliputi :
Sanksi, Pengawasan, Pemeriksaan dan Penjatuhan sanksl, Pemeriksaan dan Penjatuhan
Sanksi Pada tingkat Pertama, Banding dan Terakhir, Eksekusi atas sanksi-sanksi dalarn
Pelanggaran Kode Etik.
2.8. Pelanggaran Terhadap Kode Etik Notaris
Beberapa contoh pelanggaran terhadap UUJN yang dilakukan oleh oknum Notaris dalam
pembuatan akta-akta Notaris, yaitu :
a. Akta dibuat tanpa dihadiri oleh saksl-saksl, padahal di dalam akta itu sendiri disebut dan
dinyatakan "denqan dihadiri saksi-saksi"
b. Akta yang bersangkutan tidak dibacakan oleh Notaris
c. Akta yang bersangkutan tidak ditandatangai di hadapan Notaris, bahkan min uta Akta
tersebut dibawa oleh orang lain dan ditandatangani oleh dan ditempat yang tidak diketahui
oleh Notaris yang bersangkutan
d. Notaris membuat akta diluar wilayah jabatannya, akan tetapi Notaris yang bersangkutan
mencantumkan dalam akta tersebut seolah-oleh dilangsungkan dalam wilayah hukum
kewenangannya atau seolah-oleh dilakukan di tempat kedudukan dari Notaris tersebut.
e. Seorang Notaris membuka kantor cabang dengan cara sertiap cabang dalarn . waktu yang
bersamaan melangsungkan dan memproduksi akta Notaris yang seolah-olah kesemua akta
tersebut dibuat di hadapan Notaris yang bersangkutan.
Akibat hukum terhadap akta yang dibuat oleh Notaris yang telah rnelakukan pelanggaran
terhadap Undang-Undang Jabatan Notaris, yaitu kata Notaris tersebut tidak otentik dan akta itu
hanya mempunyai kekuatan seperti akta yang dibuat di bawah tangan apabila ditandatangani
oleh para pihak yang bersangkutan.
Pelanggaran terhadap UUJN seperti yang dicontohkan di atas, sudah mengakibatkan
kerugian terhadap masyarakat atau pengguna jasa Notaris, bisa diajukan oleh masyarakat kepada
Majelis Pengawas Daerah. Yang kemudian mekanismenya disesuaikan dengan UUJN. Dalam
UUJN ditentukan sanksi-sanksi dalam Pasal 84 dan 85 bagi pelanggaran jabatan Notaris.
Kode etik Notaris yang diatur oleh organisasi Notaris yaitu !katan Notaris Indonesia (IN!)
merupakan salah satu organisasi profesi jabatan Notaris yang diakui dan telah mempunyai
cabang di seluruh Indonesia. Pelanggaran menurut Kode etik Notaris diatur dalam Pasal1 angka
(9) yaitu :
Pelanggaran adalah perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh Perkumpulan maupun
orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan nolaris yang melanggar ketentuan Kode
Etik dan/atu disiplin organisas;
2.9. Sanksi
Sanksi dalam Kode Etik tercantum dalam pasal 6 :
1. Sanks; yang dikenakan terhadap anggota yang melakukan pefanggaran Kode Etik dapat
berupa :

a. teguran
b. peringatan
c. schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan perkumpulan
d. onzetfing ( pemecatan) dari keanggotaan perkumpulan
e. Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan Perkumpulan

2. Penjatuhan senksi-senksi sebagaimana terurai di atas terhadap anggota yang melanggar


kode etik disesuaikan dengan kualitas pelanggaran yang dilakukan anggota.
Yang dimaksud sebagai sanksi adalah suatu hukuman yang dimaksudkan sebagai sarana,
upaya dan alat pemaksa ketaatan dan disiplin anggota perkumpulan maupun orang lain yang
memangku dan menjalankan jabatan Notaris dalam menegakkan kode etik dan disiplin
organisasi.
Penjatuhan sanksi terhadap anggota yang melakukan pelanggaran terhadap kode etik
Notaris dilakukan oleh Dewan Kehormatan yang merupakan alat perlengkapan perkumpulan
yang berwenang melakukan pemeriksaan atas pelanggaran kode etik termasuk didalamnya juga
menjatuhkan sanksi kepada pelanggarnya sesuai dengan kewenangan masing-masing (termuat
dalam Pasal B)
Terhadap pelanggaran Notaris dilakukan pengawasan oleh organisasi Notaris yaitu Ikatan
Notaris Indonesia (INI) terhadap anggotanya, yang secara langsung mengontrol Notaris yang
dilakukan oleh Dewan Kehormatan, yang dalam Pasal 1 angka (8) Kode Etik Notaris .
Dewan Kehormatan adalah alat perlengkapan Perkumpulan sebaga; suatu badan atau
lembaga yang mandiri dan bebas dari keberpihakan da/am Perkumpulan yang bertugas untuk:

a. melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan anggota dalam menjunjung


tinggi Kode Etik,
b. memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran ketentuan kode etii: yang
bersifat internal atau yang tidak mempunyai kaitan dengan kepentingan
rnasyarakatsecara~ngsung
c. rnemberikan saran dan pendapat kepada Majelis Pengawas atas dugaan pe/anggaran kode
etik dan jabatan Notaris

Dewan Kehormatan memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran


ketentuan kode etik yang sifatnya "internal" atau yang tidak mempunyai kaitan dengan
kepentingan masyarakat secara langsung (pasal 1 ayat 8 bagian a)
Pemeriksaan dan penjatuhan sanksi pada tingkat pertama dilaksanakan oleh Dewan
Kehormatan Daerah yang baru akan menentukan putusannya mengenai terbukti atau tidaknya
pelanggaran kode etik serta penjatuhan sanksi terhadap pelanggarnya, setelah mendengar
keterangan dan pembefaan diri dari keperluan itu. Bila dalam putusan sidang dewan kehormatan
daerah terbukti adanya pelanggaran kode etik, maka sidang sekaligus "menentukan sanksi"
terhadap pefanggarnya. (pasal 9 ayat (5). Sanksi teguran dan peringatan oleh Dewan Kehormatan
Daerah tidak wajib konsultasi dahulu demgan Pengurus Daerahnya, tetapi sanksi pemberhentian
sementara (schorsing) atau pemecatan (onzetting) adri keanggotaan diputusakan dahulu dengan
pengurus Dasarnya (Pasaf 9 ayat (8). Pemeriksaan dan penjatuhan sanksi pada tingkat banding
dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan Wilayah (Pasal 10). Putusan yang berisi penjatuhan
sanksi pemecatan sementara (schorsing) atau pemecatan (onzetting) dari keanggotaan
perkumpulan dapat diajukan/dimohonkan banding kepada Dewan Kehormatan Wilayah. Apabila
pemeriksaan dan penjatuhan sanksi dalam tingkat pertama telah dilakukan oleh Dewan
Kehormatan Wilayah, berhubung pada tingkat kepengurusan daerah yang bersangkutan belum
dibentuk Dewan Kehormatan Daerah, maka keputusan Dewan Kehormatan Wilayah tersebut
merupakan keputusan tingkat banding. Pemeriksaan dan Penjatuhan saksi pad a tingkat terakhir
dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan Pusat (pasal 11). Putusan yang berisi penjatuhan sanksi
pemecatan sementara (schorsing) atau pemecatan (onzetting) dari keanggotaan perkumpulan
yang dilakukan oleh Dewan Kehormatan Wilayah dapat diajukanl dimohonkan pemeriksaan
pada tingkat terakhir kepada Dewan Kehormatan Pusat. Eksekusi atas sanksi-sanksi dalam
pelanggaran kode etik berdasarkan putusan yang ditetapkan oleh dewan Kehormatan Daerah,
dewan Kehorrnatan Wilayah maupun yang ditetapkan oleh Dewan Kehormatan Pusat
dilaksanakan oleh Penqurus Daerah.
Dalam hal pemecatan sementara secara rind tertuang dalam pasal 13. Dalam hal
pengenaan sanksi pemecatan sementara (schor sing) demikian juga sanksi onzetting maupun
pemberhentian dengan tidak hormat sebagai anggota perkumpulan terhadap pelanggaran
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 13 diatas wajib diberitahukan oleh Pengurus Pusat
kepada Majelis Pengawas Daerah (MPD) dan tembusannya disampaikan kepada Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia.

Tugas Pokok dan Kewenangan Pejabat Pembuat Akta Tanah

Pejabat Pembuat Akta Tanah mempunyai peran yang sangat penting dalam pendaftaran tanah, yaitu
membantu Kepala Kontor Pertanahan Kabupaten/Kota untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu
dalam pendaftaran tanah. Kata “dibantu” dalam Pasal 6 Ayat (2) Peraturan Pemerintahan No.24 Tahun
1997 disini tidak berarti bahwa Pejabat Pembuat Akta Tanah merupakan bawahan dari Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota yang dapat diperintah olehnya, akan tetapi Pejabat Pembuat Akta Tanah
mempunyai kemandirian dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.8 Secara umum, Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT) mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan sebagian dari kegiatan
pendaftaran tanah yang di sertai dengan pembuatan akta untuk bukti bahwa telah melakukan
perbuatan hukum mengenai hak atas tanah kepemilikan. Adanya hal tersebut, Pejabat Pembuat Akta
Tanah ini dapat di jadikan dasar sebagai pendaftaran perubahan data atau untuk pendaftaran tanah
yang diakibatkan oleh perbuatan hukum. Perbuatan hukum yang di maksudkan mengenai hal atas tanah
yang bisa dilakukan oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah yang antara lain meliputi jual beli, memberi kuasa
beban hak tanggungan, hibah, tukar menukar, pembagian hak bersama, pemasukan ke dalam
perusahaan dan pemberian hak pakai atau guna bangunan atas tanah hak milik PPAT (Pejabat Pembuat
Akta Tanah) hanya mempunyai wewenang membuat akta mengenai hak atas tanah yang berada di
lingkup kerjanya. Mengenai tugas dari Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah sebagai berikut : a. Membuat
akta mengenai perbuatan hukum yang berhubungan dengan hak atas tanah dan hak tanggungan, b. Dari
akte-akte yang dibuatnya, oleh pejabat harus dibuat daftar akte serta jika seorang pejabat mempunyai
daerah kerja yang meliputi lebih dari satu Kecamatan, maka untuk tiap-tiap kecamatan harus dibuat
daftar akte tersebut ,9 c. Membantu pihak-pihak yang melakukan perbuatan hukum untuk mengajukan
permohonan ijin pemindahan hak dna permohonan penegasan konversi serta pendaftaran hak atas
tanah. Sedangkan mengenai wewenang dari PPAT adalah sebagai berikut: 1. Membuat akta otentik
mengenai semua perbuatan hukum, 2. PPAT dapat membuat akta mengenai perbuatan hukum
mengenai hak atas tanah (antara lain termasuk Hak Guna Usaha dan tanah bekas Hak Milik adat) atau
hak-hak atas tanah yang menurut sifatnya dapat dialihkan atau dibebani Hak Tanggungan atau membuat
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan.3. PPAT Khusus hanya berwenang membuat akta mengenai
perbuatan hukum yang disebutkan secara khusus dalam penunjukkannya. A.5. Pengangkatan dan
Pemberhentian Pejabat Pembuat Akta Tanah Mengenai penggangkatan dan pemberhentian Pejabat
Pembuat Akta Tanah diatur didalam Pasal 3 dan 4 Peraturan Menteri Agraria No.10 Tahun 1961 Tentang
Penunjukkan Pejabat yang dimaksudkan Dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintahan Nomor 10 Tahun 1961
Tentang Pendaftaran Tanah Serta Hak dan kewajibannya. (1) yang dapat diangkat sebagai Pejabat yaitu :
a. Notaris ; b. Pegawai-pegawai dan bekas pegawai dalam lingkungan departemen Agraria yang
dianggap mempunyai pengetahuan yang cukup tentang Peraturan-peraturan Pendaftaran Tanah dan
Peraturan-peraturan lainnya yang bersangkutan dengan peraturan peralihan hak atas tanah; c. Para
pegawai pamongpraja yang pernah melakukan tugas seorang pejabat; d. Orang-orang lain yang telah
lulus dalam ujian yang diadakan oleh Menteri Agraria. (2) Permohonan untuk diangkat menjadi pejabat
disampaikan kepada Menteri Agraria, dengan perantaraan Kepala Jawatan Pendaftaran Tanah.10
Pemberhentian seorang Pejabat Pembuat Akta Tanah dilakukan oleh Menteria Agraria. dalam Pasal 8 PP
No.37/1998, disebutkan PPAT berhenti menjabat karena :
a. meninggal dunia; atau b. telah mencapai usia 65 (enam puluh lima) tahun; atau c. diangkat dan
mengangkat sumpah jabatan atau melaksanakan tugas sebagai Notaris dengan tempat kedudukan di
Kabupaten/Kota Daerah Tingkat II yang lain daripada daerah kerjanya sebagai PPAT; atau d.
diberhentikan oleh Menteri sementara dalam ayat (2) pasal tersebut menyebutkan bahwa : 1. PPAT
Sementara dan PPAT Khusus berhenti melaksanakan tugas PPAT apabila tidak lagi memegang jabatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a dan b, atau diberhentikan oleh Menteri.

BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Notaris merupakan pejabat umum yang membuat akta otentik yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Diperlukan tanggung jawab terhadap jabatannya, sehingga diperlukan lembaga
kenotariatan untuk mengatur perilaku profesi notaris tersebut. Pada hakekatnya Kode Etik
Notaris adalah merupakan penjabaran lebih lanjut apa yang diatur dalam Undang-undang Jabatan
Notaris , mengingat Notaris dalarn melaksanakan jabatannya harus tunduk dan mentaati seqala
ketentuan dalam Undang-undang yang mengatur jabatannya.
Yang tercantum dalam kode etik notaris yang dibuat oleh organisasi INI yang merupakan
satu-satunya organisasi notaris yang berbadan hukum sesuai dengan UUJN. Artinya seluruh
notaris wajib tunduk kepada Kode Etik Notaris.

Anda mungkin juga menyukai