Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
FAKULTAS HUKUM
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Notaris merupakan suatu profesi yang menempati posisi sebagai pejabat umum.
Pejabat umum merupakan seseorang yang mengemban suatu jabatan yang diangkat dan
diberhentikan oleh negara, serta diberikan kewenangan dan kewajiban untuk dapat
memenuhi kepentingan anggota masyarakat di bidang hukum keperdataan. Notaris
sebagai Pejabat Umum, menurut Pasal 1 butir 1 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 jo.
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 mengatakan bahwa tugas pokok dari seorang Notaris
ialah membuat akta-akta otentik. Pengertian akta otentik telah ditetapkan dalam Pasal 1868
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Berdasarkan ketentuan pasal
tersebut, dapat ditarik 3 (tiga) unsur penting yang wajib dipenuhi agar suatu akta dapat
dinyatakan sebagai akta otentik, yaitu:
1. Mengenai bentuknya telah ditentukan oleh undang-undang;
2. Mengenai pembuatannya wajib dirumuskan oleh pejabat yang memiliki
kewenangan; dan
3. Dibuat di wilayah kewenangan dari pejabat yang membuat akta itu.
Notaris adalah pejabat umum yang diberikan kewenangan dalam pembuatan akta otentik
tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat umum lainnya. Pembuatan akta otentik ini diharuskan
oleh peraturan perundang-undangan dalam rangka untuk menciptakan kepastian, ketertiban, dan
perlindungan hokum. Selain itu, pembuatan akta juga karena dikehendaki oleh pihak yang
berkepentingan untuk memastikan hak dan kewajiban para pihak demi kepastian, ketertiban,
dan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan sekaligus bagi masyarakat secara
keseluruhan. Notaris juga dituntut untuk memiliki nilai moral yang tinggi, karena dengan
adanya moral yang tinggi maka notaris tidak akan menyalahgunakan wewenang yang ada,
sehingga notaris akan dapat menjaga martabatnya sebagai seorang pejabat umum yang
memberikan pelayanan yang sesuai dengan aturan yang berlaku dan tidak merusak citra notaris
itu sendiri.
Adapun bentuk lembaga notariat dibagi dalam dua kelompok utama, yaitu :
1. notariat fonctionnel, yaitu dalam mana wewenang-wewenang pemerintah didelegasikan
(gedelegeerd), diduga mempunyai kebenaran isinya, mempunyai kekuatan bukti formal dan
mempunyai daya/kekuatan eksekusi. Di negara-negara yang menganut notariat fonctionnel
ini terdapat pemisahan keras antara wettelijk dan niet wettelijke werkzaamheden, yaitu
pekerjaan-pekerjaan yang berdasarkan undang-undang/hukum dan yang tidak/bukan dalam
notariat;
Dalam menjalankan tugas dan jabatannya notaris wajib tanggap, peka dan mempunyai
ketajaman dalam berfikir, serta dapat memberikan analisis yang baik terhadap fenomena
hukum yang ada pada masyarakat. Hal tersebut agar seorang notaris memiliki keberanian
untuk mengambil tindakan dan keputusan yang tepat dalam melakukan pekerjannya sesuai
dengan peraturan-perundang-undangan yang berlaku melalui produk yang dibuatnya, yaitu
akta otentik. Notaris juga harus memiliki keberanian untuk menolak dengan tegas apabila
dalam pembuatan aktanya mengandung unsur yang bertentangan dengan hukum, etika, dan
moral. Jabatan profesi notaris merupakan cerminan kepercayaan masyarakat terhadap hasil
pekerjaan berupa akta yang dibuat oleh notaris tersebut. Dari konteks ini jabatan notaris
sering pula disebut dengan jabatan kepercayaan. Notaris wajib memberikan pelayanan jasa
di bidang hukum perdata kepada masyarakat yang membutuhkannya. Pelayanan diartikan
dalam konteks yang luas tidak hanya membuat akta, melakukan legalisasi akta di bawah
tangan, memberikan konsultasi atau penyuluhan hukum yang menyangkut bidang
kenotariatan, tetapi di samping itu, notaris juga bertugas terkait dengan sejumlah aspek
pemberian kemudahan masyarakat mendapatkan informasi tentang persyaratan untuk
pembuatan akta otentik serta keramahan notaris beserta pegawainya dalam melayani klien.
III. Tujuan
1. Mencari tahu apa itu profesi notaris
2. Untuk mengetahui bagaimana tugas dan kewenangan profesi notaris
3. Memudahkan pembaca untuk mengetahui informasi tentang profesi notaris
IV. Manfaat
1. Pembaca bisa mendapatkan informasi tentang profesi notaris serta kewenangannya
2. Menambah wawasan untuk belajar tentang kode etik seorang notaris
3. Mengetahui larangan untuk seorang notaris dan sanksi untuk seorang notaris bagi yang
melanggar
BAB II
PEMBAHASAN
Notaris merupakan suatu Jabatan (Publik) mempunyai karakteristik yaitu sebagai berikut:
a. Sebagai Jabatan, Jabatan Notaris merupakan suatu lembaga yang diciptakan
oleh Negara.
b. Notaris Mempunyai Kewenangan tertentu yang diatur dalam Pasal 15 Ayat (1), (2), dan (3)
UUJN.
c. Notaris diangkat dan diberhentikan oleh Pemerintah, namun Notaris dalam menjalankan
tugas jabatannya harus tetap:
a) Bersifat Mandiri (autonomos)
b) Tidak Memihak kepada Siapapun (impartial)
c) Tidak bergantung kepada siapapun (Independent)
d) Tidak Menerima Gaji atau uang Pensiun dari pemerintah. Notaris hanya menerima
honorarium dari masyarakat yang memakai jasanya dan dapat memberikan pelayanan
cuma-cuma untuk mereka yang tidak mampu secara materil.
Adapun asas-asas dalam pelaksanaan tugas jabatan Notaris yang dikatakan baik, yaitu ( Ibid.,
hlm. 34-38) :
a. Asas Persamaan
Dalam melaksanakan jabatannya dengan memberikan pelayanan kepada masyarakat dan tidak
membeda-bedakan satu pihak dengan pihak yang lainnya baik berdasarkan sosial-ekonomi atau
alasan lainnya. Bahkan dalam ketentuan pasal 37 UUJN menyatakan bahwa : “Notaris wajib
memberikan jasa hukum dibidang kenotariatan secara cuma-cuma kepada orang yang tidak
mampu.”
b. Asas Kepercayaan
Ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf f UUJN menjelaskan bahwa Notaris
memiliki kewajiban untuk : “Merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan
segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan sumpah/janji jabatan,
kecuali Undang-Undang menentukan lain.”
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 15 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan
Notaris, Kewenangan Notaris adalah sebagai berikut :
a. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan
mendaftar dalam buku khusus;
b. Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
c. Membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian
sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan;
d. Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya;
e. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta;
f. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau
g. Membuat kata risalah lelang.
Sebagai notaris dalam menjalankan jabatannya tidak pernah lepas dari kewajiban yang harus
dipenuhi serta untuk memaksimalkan kinerjanya, notarispun harus dapat menghindari
ketentuan-ketentuan tentang larangan dalam jabatannya.( Prof. Dr. H. Muchsin, SH., Makalah
Kedudukan Notaris dan Akta Notaris di Hadapan Penegak Hukum, Jakarta, 12 Februari 2011)
Dalam menjalankan jabatannya, Notaris memiliki kewajiban yang diatur dalam Pasal 16 ayat
(1) Undang-undang Jabatan Notaris, yaitu :
a. bertindak amanah, jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak
yang terkait dalam perbuatan hukum;
b. membuat Akta dalam bentuk Minuta Akta dan menyimpannya sebagai bagian dari Protokol
Notaris;
c. melekatkan surat dan dokumen seta sidik jari penghadap pada Minuta Akta;
d. mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta, atau Kutipan Akta berdasarkan Minuta Akta;
e. memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam Undang undang ini, kecuali ada
alasan untuk menolaknya;
f. merahasiakan segala sesuatu mengenai Akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang
diperoleh guna pembuatan Akta sesuai dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang
menentukan lain;
g. menjilid Akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi buku yang memuat tidak lebih
dari 50 (lima puluh) Akta, dan jika jumlah Akta tidak dapat dimuat dalam satu buku, akta
tersebut dapat dijilid menjadi lebih dari satu buku, dan mencatat jumlah Minuta Akta,
bulan, dan tahun pembuatannya pada sampul setiap buku;
h. membuat daftar dari Akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak diterimanya surat
berharga;
i. membuat daftarAkta yang berkenaan dengan wasiat menurut urutan waktu pembuatan Akta
setiap bulan;
Tan Thong Kie, Studi Notariat Serba Serbi Praktek Notaris, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van
Prof. Dr. H. Muchsin, SH., Makalah Kedudukan Notaris dan Akta Notaris di Hadapan Penegak
Hakim, S. H. (2015). Prinsip Kehati-hatian Notaris pada Proses Take Over Pembiayaan Kprs
Habib Adjie. Penafsiran Tematik Hukum Notaris Indonesia Berdasarkan UndangUndang Nomor 2