Makalah
KELOMPOK 1
PROGRAM PASCASARJANA
2024
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Daftar Isi ii
B. Dasar Hukum 3
C. Istilah Kenotariatan 5
D. Kode Etik 9
Kesimpulan 13
Daftar Pustaka 14
ii
A. Pengertian Pejabat Umum dan Notaris Sebagai Pejabat Umum
dalam pengartiannya ini dibagi menjadi dua kata yaitu “openbare” artinya “publik” dan
adalah pejabat yang mempunyai tugas yang bertalian dengan kepentingan publik,
sehingga tepat jika openbare ambtenaren diartikan sebagai pejabat publik. Pejabat
umum merupakan suatu jabatan yang diberikan kepada mereka yang diberi wewenang
oleh aturan hukum dalam pembuatan akta otentik untuk melayani kebutuhan publik.
bahwa :
“suatu akta otentik ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan
oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang
untuk itu di tempat di mana akta itu dibuat.”
Pejabat Umum diartikan sebagai pejabat yang diserahi tugas untuk membuat akta
otentik yang melayani kepentingan publik dan dari kualifikasi itu hanya diberikan
kepada Notaris. Notaris masuk di Indonesia diawali pada permulaan abad ke-17 yang
dikenal dengan nama “Republik der Verenigde Nederlanden” dengan hadirnya “Oost
sekretaris College van Schenpenen, yang bertugas menjadi seorang Notaries Publicus.
Eropa dan Timur Asing dalam membutan dokumen legal di Ibu Kota. Kepadanya
ditugaskan untuk menjalankan pekerjaan itu sesuai dengan sumpah setia yang
1
M. Syahrul Borman, 2019. Kedudukan Notaris Sebagai Pejabat umum Dalam Perspektif Undang-
Undang Jabatan Notaris. Jurnal Hukum dan Kenotariatan. 3 (1). hlm. 77.
1
Notaris dalam bahasa Inggris disebut dengan notary, sedangkan dalam bahasa
belanda disebut dengan van notaris. Notaris mempunyai penaran yang sangat penting
dalam lalu lintas hukum, khususnya dalam bidang hukum keperdataan, karena notaris
akta dan kewenangan lainnya.2 Notaris itu bersifat “nota literaria” artinya tanda tulisan
kalimat yang disampaikan nara sumber. Tanda atau karakter yang dimaksud adalah
“Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik
Jabatan Notaris hakikatnya adalah sebagai pejabat umum (private notary) yang
ditugaskan oleh kekuasaan umum untuk melayani kebutuhan masyarakat akan alat
Sehingga, sepanjang alat bukti otentik tetap diperlukan oleh sistem hukum negara maka
Persoalan dalam ranah hukum privat di Indoensia ditangani oleh pejabat umum
bukan pejabat negara ataupun pejabat pemerintahan. Apabila dilihat dari segi
yang dipangku oleh Non Pegawai Negeri Sipil (Non PNS) dan yang dipangku oleh
PNS. Notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan Pejabat Lelang Kelas II
2
Salim H.S., 2015. Teknik Pembuatan Suatu akta (konsep Teoritis, Kewenangan Notarism bentuk dan
Minuta Akta). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. hlm 33.
3
M. Syahrul Borman, Loc.Cit.
2
merupakan pejabat umum yang dijabat oleh Non PNS, sedangkan Pejabat Lelang Kelas
I (Pejabat Direktorat Keuangan Negara) dan catatan sipil disandang oleh PNS.4
B. Dasar Hukum
akta otentik. Pejabat umum yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, mengartikan bahwa Notaris sebagai
kewenangannya ditentukan dalam Pasal 15 ayat (1) UUJN yang menyatakan bahwa :
“pejabat umum”. Merujuk pada rumusan UUJN tersebut, maka dapat dipahami bahwa
pejabat umum adalah orang yang menjalankan fungsi publik dari negara, khususnya di
bidang hukum perdata. Pejabat umum merupakan seseorang yang diangkat dan
diberhentikan oleh pemerintah dan diberi wewenang dan kewajiban untuk melayani
publik dalam hal-hal tertentu karena ikut serta melaksanakan suatu kekuasaan yang
bersumber pada kewibawaan dari pemerintah. Dalam jabatannya tersimpul suatu sifat
atau ciri khas yang membedakannya dengan jabatan-jabatan lainnya dalam masyarakat.
Notaris sebagai pejabat publik yang menjalankan profesi dalam pelayanan hukum
kepada masyarakat, guna memberi perlindungan dan jaminan hukum demi tercapainya
4
Rusdianto Sesung, 2017. Pemisahan Jabatan Pejabat Umum Di Indonesia. Universitas Narotama. 22
(3). hlm. 203
3
Pemberian kualifikasi Notaris sebagai Pejabat Umum berkaitan dengan
wewenang Notaris. Menurut Pasal 15 ayat (1) UUJN bahwa Notaris berwenang
membuat akta otentik, sepanjang pembuatan akta-akta tersebut tidak ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat atau orang lain. Pemberian wewenang kepada pejabat atau
instansi lain, seperti Kantor Catatan Sipil, tidak berarti memberikan kualifikasi sebagai
Pejabat Umum tapi hanya menjalankan fungsi sebagai Pejabat Umum saja ketika
membuat akta-akta yang ditentukan oleh aturan hukum, dan kedudukan mereka tetap
fungsi publik dari negara dan bekerja untuk pelayanan kepentingan umum khususnya
dalam bidang hukum perdata, walaupun diangkat oleh Menteri notaris bukanlah
pegawai negeri yang menerima gaji dari negara. Pelayanan dalam kepentingan umum
memuat pelayanan dalam bidang pembuatan akta dan tugas-tugas lain yang dibebankan
kepada notaris, yang melekat predikat sebagai pejabat umum dalam lingkup tugas dan
wewenang notaris.
Akta notaris yang diterbitkan oleh notaris memberikan kepastian hukum bagi
masyarakat. Menurut Nusyirwan notaris adalah orang semi swasta, karena ia tidak bisa
martabatnya, oleh karena itu ia diperkenankan menerima uang jasa (honorarium) untuk
setiap pelayanan yang diberikan.5 “Honorarium” berasal dari kata latin yaitu honor
pengertian balas jasa para nasabah atau klien kepada dokter, akuntan, pengacara, dan
notaris.6 Balas jasa inilang yang seringkali menjadi ujian utama dari kewenangan
5
Nusyirwan, 2000. Membedah Profesi Notaris. Bandung: Universitas Padjadjaran. hlm. 3-4.
6
Ensiklopedia Nasiona Indonesia, 2004. Jakarta: Delta Pamungkas. hlm 472
4
notaris, karena balas jasa ini lebih identik dengan pembayaran yang dispakati dari awal
C. Istilah Kenotariatan
Dalam konstruksi hukum kenotariatan, salah satu tugas jabatan notaris adalah
akta otentik, dengan memperhatikan aturan hukum yang berlaku. Bahwa notaris tidak
memihak tetapi mandiri dan bukan sebagai salah satu pihak dan tidak memihak kepada
mereka yang berkepentingan. Itulah sebabnya dalam menjalankan tugas dan jabatannya
selaku pejabat umum terdapat ketentuan undang-undang yang demikian ketat bagi
orang tertentu, tidak diperbolehkan sebagai saksi atau sebagai pihak berkepentingan
syarat, yaitu: ia adalah pegawai pemerintah, menjabat sebagai pimpinan, dan tugasnya
1. Sebagai Jabatan
Jabatan Notaris yang artinya satu-satunya aturan hukum dalam bentuk undang-
undang yang mengatur Jabatan Notaris di Indonesia. Segala hal yang berkaitan
sebagai jabatan merupakan suatu bidang pekerjaan atau tugas yang sengaja dibuat
5
oleh aturan hukum untuk keperluan dan fungsi tertentu (kewenangan tertentu)
Setiap wewenang yang diberikan kepada jabatan harus ada aturan hukum
yang mengaturnya sebagai suatu batasan supaya jabatan tersebut dapat berjalan
dengan baik dan tidak berbenturan dengan wewenang jabatan lainnya. Dengan
demikian jika seorang pejabat (notaris) melakukan suatu tindakan diluar dari
wewenang yang telah ditentukan, maka pejabat tersebut dapat dikategorikan telah
oleh pemerintah, dalam hal ini menteri yang membidangi hukum. Notaris
Pemerintah yang mengangkat notaris dalam hal ini adalah menteri hukum
dan hak asasi manusia. Notaris hanya menerima honorarium atas jasa hukum
6
5. Akuntabilitas atas Pekerjaannya kepada Masyarakat
pelaksanaan tugas jabatan Notaris yang baik, yang dikenal asas-asas sebagai berikut :7
1. Asas Persamaan
Alasan-alasan seperti ini tidak dibenarkan untuk dilakukan oleh Notaris dalam
melayani masyarakat, hanya alasan hukum yang dapat dijadikan dasar bahwa
2. Asas Kepercayaan
mereka yang menjalankan tugas jabatan Notaris sebagai orang yang dapat
dipercaya. Salah satu bentuk dari Notaris sebagai jabatan kepercayaan, maka
yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai
normatif kepada aturan hukum yang berkaitan dengan segala tindakan yang akan
7
Habib Adjie, 2008. Hukum Notaris Indoensia (Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004
Tentang Jabatan Notaris). Bandung: Refika Aditama. hlm. 34-38.
7
hukum yang berlaku akan memberikan kepastian kepada para pihak, bahwa akta
yang dibuat di hadapan atau oleh Notaris telah sesuai dengan aturan hukum yang
berlaku.
4. Asas Kecermatan
pada aturan hukum yang berlaku. Meneliti semua bukti yang diperlihatkan
kepada Notaris dan mendengarkan keterangan atau pernyataan para pihak wajib
dilakukan sebagai bahan dasar untuk dituangkan dalam akta. Asas kecermatan ini
Setiap akta yang dibuat di hadapan atau oleh Notaris harus mempunyai
alasan dan fakta yang mendukung untuk akta yang bersangkutan atau ada
dilakukan oleh Notaris di luar dari wewenang yang telah ditentukan. Jika Notaris
membuat suatu tindakan diluar wewenang yang telah ditentukan, maka tindakan
Notaris dapat disebut sebagai tindakan penyalahgunaan wewnang dan sudah tentu
para pihak dapat dituangkan dalam bentuk akta Notaris atau tidak. Sebelum
sampai pada keputusan seperti itu, Notaris harus mempertimbangkan dan melihat
semua dokumen yang diperlihatkan kepada Notaris. Dalam hal ini Notaris
8
mempunyai peranan untuk menentukan suatu tindakan dapat dituangkan dalam
bentuk akta atau tidak, dan keputusan yang diambil harus didasarkan pada alasan
8. Asas Proporsionalitas
Dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a UUJN, Notaris dalam menjalankan tugas
jabatannya wajib bertindak menjaga kepentingan para pihak yang terkait dalam
para pihak agar tindakannya dituangkan dalam bentuk akta Notaris, sehingga
9. Asas profesionalitas
sesuai dengan ketentuan dalam UUJN, kecuali ada alasan untuk menolaknya.
melayano masyarakat dan akta yang dibuat di hadapan atau oleh Notaris.
D. Kode Etik
Dalam prakteknya, setiap orang yang memiliki suatu jabatan tertentu itu diatur
atau memiliki pedoman moral yang mengikat kepada dirinya dan ditentukan oleh suatu
kelompok atau perkumpulan tertentu yang disebut sebagai kode etik. Kode etik
ersebut bersifat mengikat dalam prakteknya. Etika profesi adalah sikap etis yang
9
dituntut untuk dipenuhi oleh profesional dalam mengemban profesinya. Etika profesi
berbeda-beda menurut bidang keahliannya yang diakui dalam masyarakat. Etika profesi
Setiap organisasi profesi mempunyai kode etik yang dibutuhkan sebagai pedoman
anggotanya dalam berperilaku, dalam hal ini kode etik notaris adalah sebuah pedoman
moral dan kesusilaan baik secara pribadi maupun dalam jabatannya dalam upaya
Etik Notaris yang berlaku adalah kode etik yang dibuat oleh suatu organisasi yang
bernama Ikatan Notaris Indonesia atau “INI” dan peraturan jabatan notaris yang berasal
dari reglement op het Notaris.8 Dalam menjalankan tugas jabatannya, notaris memiliki
dalam pasal 3 kode etik Ikatan Notaris Indonesia, kewajiban tersebut adalah:9
4. Bertindak jujur, mandiri, tidak berpihak (netral), penuh rasa tanggung jawab
Notaris yang melaksanakan profesi harus tunduk pada suatu peraturan yang
bersifat internal yang masih berlaku dalam suatu organisasi profesi tertentu, disamping
itu kode etik notaris juga menjadi suatu sarana kontrol sosial. Dalam pelaksaaan tugas
jabatan notaris ini, terdapat beberapa hal yuridis yang menjadi pertimbangan untuk
8
Liliana Tedjosaputro, Etika Profesi Notaris Dalam Penegakan Hukum Pidana, (Bandung: Bayu
Grafika, 1995). Hlm. 9.
9
Sukaman Purba, et al, Etika Profesi: Membangun Profesionalisme Diri, (Medan: Yayasan Kita
Menulis, 2020), Hlm. 40.
10
Notaris merupakan pejabat publik yang mempunyai tugas untuk melaksanakan
hukum
3. Kode etik ini diharapkan akan selalu menjadi pengingat agar senantiasa
peraturan perundang-undangan.
Landasan Kode Etik Notaris seharusnya dilandasi oleh landasan moral, praktis
memiliki nilai juang, notaris sebagai pengemban profesi adalah orang yang memiliki
jasa yang diberikan oleh seorang notaris itu memlikiki beban tanggung jawab secara
langsung kepada notaris itu sendiri secara pribadi. Terjadi hubungan personal, antara
seorang notaris itu dengan kliennya dimana hal ini membangun hubungan personal-
proffesional dan hubungan formal-yuridis antar subjek hukum. Namun hal ini tidak
serta merta dilandasi oleh suatu hubungan atas dasar percaya, karena seoarng klien itu
tidak memiliki pilihan lain selain memberikan kepercayaannya kepada seorang notaris
yang belum dia kenal. Walau demikian, notaris itu tentu harus mengemban profesinya
intergrasi.
10
Fitria Dewi Navisa, Sunardi, Peraturan Jabatan Dan Etika Profesi Notaris, (Gresik: Thalibul Ilmi Publishing &
Education, 2023), Hlm 145-146
11
Tanggung jawab merupakan suatu prinsip profesionalisme yang merupakan
wujud dari sebuah komitmen yang harus dimiliki oleh notaris terhadap pelaksanaan
Dalam doktrin yang ada mengenai tanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan
terhadap orang lain dapat dibedakan dalam tiga teori, yaitu :11
makna yang luas yang juga mencakup sifat melanggar hukumnya perbuatan,
orang yang menimbulkan kerugian pada orang lain bertanggung jawab sejauh
kerugian itu merupakan akibat pelanggaran suatu norma dan pelakunya dapat
maka disini pelanggaran norma dianggap ada dan selanjutnya mewajibkan pelaku
melanggar hukum.
3. Teori tanggung jawab risiko seorang atasan bertanggung jawab atas kerugian
Tanggung jawab notaris muncul dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas serta
kewajiban yang telah dibebankan kepada notaris yang didasarkan oleh wewenang yang
sudah diberikan oleh hukum. Tanggung jawab yang dimiliki oleh notaris berpatokan
pada konsep tanggung jawab berdasarkan kesalahan (based of fault of liability). Konsep
11
Wiwin Musdiyanti, et al, Etika dan Pertanggungjawaban Moral Profesi Notaris (Kajian Undang-Undang No. 2
Tahun 2014 dan Kode Etik Notaris Tahun 2015, Otentik’s: Jurnal Hukum Kenotariatan Volume 4 Nomor 1, Hlm
22
12
tanggung jawab didasarkan pada kesalahan harus terpenuhi empat unsusr utama,
diantaranya:
1. Terdapat perbuatan
Namun dalam realita yang terjadi di lapangan, terdapat masih banyak Notaris
yang melakukan pelanggaran Kode Etik Notaris tersebut, atau notaris-notaris tersebut
melanggar hukum ini, bukanlah sekedar perbuatan yang langsung melanggar hukum,
akan tetapi juga termasuk perbuatan yang secara langsung melanggar peraturan lain,
diantaranya peraturan yang terdapat diranah kesusilaan, keagamaan, serta sopan santun
dalam masyarakat dan paling tidak akan menyebabkan kerugian bagi orang yang
D. Kesipulan
pengecualian, yang mengkategorikan Notaris sebagai pejabat publik, dalam hal ini
publik yang bermakna hukum. Notaris sebagai pejabat publik tidak berarti sama dengan
Pejabat Publik dalam bidang pemerintahan yang dikategorikan sebagai Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara, hal ini dapat dibedakan dari produk masing-masing Pejabat
Publik tersebut. Notaris sebagai Pejabat Publik produk akhirnya yaitu akta otentik, yang
13
Daftar Pustaka
Habib Adjie, 2008. Hukum Notaris Indoensia (Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun
M. Syahrul Borman, 2019. Kedudukan Notaris Sebagai Pejabat umum Dalam Perspektif
Narotama. 22 (3).
Salim H.S., 2015. Teknik Pembuatan Suatu akta (konsep Teoritis, Kewenangan Notarism
14