Anda di halaman 1dari 15

TANGGUNG JAWAB NOTARIS TERHADAP PENYIMPANAN MINUTA

AKTA

PROPOSAL TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat


Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan

Oleh :
Felix Richardo
NPM 2306178303

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA
2023
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Akta itu dibedakan menjadi dua jenis, yaitu akta dibawah tangan dan
akta otentik. Akta dibawah tangan dibuat oleh para pihak atau pihak ketiga
dalam bentuk yang bebas dan sesuai kehendak para pihak dengan memuat unsur
subjektif dan objektif sahnya sebuah perjanjian menurut Pasal 1320 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata. Sedangkan pengertian akta otentik dalam
Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, mengatakan: “akta otentik
adalah akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat
oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat
dimana akta dibuatnya”
Dalam hal ini akta otentik yang dimaksud adalah Akta Notaris, yang
dibuat oleh ataupun dihadapan Notaris sebagai pejabat umum serta memiliki
tugas dan wewenang menurut undang-undang. Akta otentik tersebut memuat
keterangan seorang pejabat yang menerangkan tentang apa yang dilakukan atau
dilihat dihadapannya.1
Notaris merupakan profesi hukum dan dengan demikian profesi Notaris
adalah suatu profesi yang mulia (nobile officium). Dikarenakan profesi Notaris
sangat erat hubungannya dengan kemanusiaan.2 Dalam melaksanakan tugas dan
wewenang profesinya Notaris berpedoman pada Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disingkat UUJN).
Notaris dalam menjalankan tugas dan jabatannya wajib berpedoman
secara normatif kepada aturan hukum yang berkaitan dengan segala tindakan
yang akan diambil untuk kemudian dituangkan dalam akta. Bertindak
berdasarkan aturan hukum yang berlaku tentunya akan memberikan kepastian
hukum kepada para pihak, bahwa akta yang dibuat dihadapan atau oleh Notaris

1
Husni Thamrin, Pembuatan Akta Pertanahan oleh Notaris, (Yogyakarta: Laksbang Pressindo, 2011),
hlm. 11.

2
Ira Koesoemawati dan Yunirman Rijan, Notaris, (Jakarta: Raih Asa Sukses, 2009), hlm. 86.
telah sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, sehingga jika terjadi
permasalahan Akta Notaris dapat menjadi pedoman oleh para pihak3
Notaris memiliki peranan penting dalam membantu menciptakan
kepastian dan perlindungan hukum yang lebih bersifat preventif atau bersifat
pencegahan terjadinya masalah hukum, dengan cara membuat akta otentik sesuai
dengan wewenangnnya yang mengatur status hukum, hak dan kewajiban
seseorang dalam hukum, dan lain sebagainya, yang befungsi sebagai alat bukti
yang paling sempurna di pengadilan, dalam hal terjadi sengketa hak dan
kewajiban yang terkait. Notaris adalah satu-satunya pejabat umum yang berhak
membuat akta otentik sebagai alat pembuktian yang sempurna.4
Notaris sebagai pejabat umum yang yang berwenang untuk membuat
akta otentik dalam menjalankan tugasnya harus menjunjung tinggi martabat
profesinya sebagai jabatan kepercayaan dan terhormat. Notaris sebagai pejabat
umum yang diangkat oleh negara dan bekerja untuk pelayanan kepentingan
umum.
Pelayanan kepentingan umum tersebut adalah dalam arti bidang
pelayanan pembuatan akta dan tugas-tugas lain yang melekat kepada Notaris
sebagai pejabat umum yang diangkat oleh negara dalam ruang lingkup tugas dan
kewenangan Notaris menurut UUJN yang memberikan jaminan adanya
kepastian hukum bagi masyarakat sebagai penghadap ataupun yang memiliki
kepentingan atas akta notariil tersebut. Sehingga masyarakat juga harus
memberikan kepercayaan kepada Notaris sebagai pejabat umum yang memiliki
tugas dan wewenang yang diatur dalam UUJN. Adanya kewenangan yang
diberikan oleh undang-undang dan kepercyaan dari masyarakat yang dilayani
menjadi dasar tugas dan fungsi Notaris dalam lalu lintas hukum.
Dalam menjalankan tugas jabatannya, Notaris memiliki kewajiban dalam
bidang administrasi yaitu menyimpan dan memelihara segala dokumen termasuk
diantaranya minuta akta dan berbagai dokumen lainnya yang biasa dikenal

3
Habib Adjie, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia (Kumpulan tulisan tentang Notaris
dan PPAT), (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2009), hlm. 185.

4
Pengurus Ikatan Notaris Indonesia, Jati Diri Notaris Indonesia Dulu Sekarang dan Dimasa Yang Akan
Datang, (Jakarta: Gramedia,2008), hlm. 34.
dengan Protokol Notaris. Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (13) UUJN,
disebutkan bahwa Protokol Notaris adalah kumpulan dokumen yang merupakan
arsip negara yang harus disimpan dan dipelihara oleh Notaris.
Penjelasan Pasal 62 UUJN, menyatakan bahwa Protokol Notaris terdiri atas:
a. minuta akta;
b. buku daftar akta atau repertorium;
c. buku daftar akta dibawah tangan yang penandatangannya dilakukan
dihadapan Notaris atau akta dibawah tangan yang didaftar;
d. buku daftar nama penghadap atau klapper;
e. buku daftar protes;
f. buku daftar wasiat; dan
g. buku daftar lain yang harus disimpan oleh Notaris berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Sebagaimana yang dijelaskan, minuta akta sebagai bagian dari Protokol
Notaris merupakan arsip negara menurut Pasal 1 ayat (13) UUJN. Minuta akta
adalah asli Akta yang mencantumkan tanda tangan para penghadap, saksi, dan
Notaris, yang disimpan sebagai bagian dari Protokol Notaris. Oleh karenanya
minuta akta haruslah diperlakukan laiknya dokumen negara yang harus disimpan
dan dijaga agar tetap otentik. Dengan demikian minuta akta sebagai asli Akta
Notaris menurut Pasal 1 ayat (8) UUJN yang harus selalu disimpan dan
dipelihara dalam keadaaan apapun meskipun Notaris sedang menjalankan cuti
maupun meninggal dunia.
Notaris mempunyai kewajiban untuk menyimpan dengan baik Minuta
Akta/Protokol Notarus selama Notaris menjabat. Namun dalam hal-hal terntentu
Minuta Akta/Protokol Notaris harus diserahkan kepada penerima Protokol
Notaris. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 62 UUJN, bila Notaris yang
bersangkutan:
a. Meninggal dunia;
b. Telah berakhir masa jabatannya;
c. Minta sendiri;
d. Tidak mampu secara rohani dan/atau jasmani untuk melaksankan tugas
jabatannya sebagai Notaris secara terus menerus lebih dari 3(tiga) tahun;
e. Diangkat menjadi pejabat Negara;
f. Pindah wilayah jabatan;
g. Diberhentikan sementara; atau
h. Diberhentikam dengan tidak hormat.
Pasal 63 ayat (5) UUJN menyebutkan bahwa: Protokol Notaris dari
Notaris lain yang pada waktu penyerahannya berumur 25 (dua puluh lima) tahun
atau lebih diserahkan oleh Notaris penerima Protokol Notaris kepada Majelis
Pengawas Daerah (disingkat MPD). Dan dalam kewenangannya, MPD dalam
Pasal 70 UUJN menentukan tempat penyimpanan Protokol Notaris yang pada
saat terima Protokol Notaris telah berumur 25 (dua puluh lima) tahun atau lebih.
Namun dalam pelaksanaannya sampai dengan saat ini ketentuan tersebut tidak
terlaksana sebagaimana mestinya. Protokol Notaris yang telah berumur 25 (dua
puluh lima) tahun atau lebih yang diterima oleh penerima Protokol Notaris tidak
diserahkan kepada Majelis Pengawas Daerah Notaris.
Ketua Bidang Informasi Teknologi Pengurus Pusat Ikatan Notaris
Indonesia (PP-INI) Ismiati Dwi Rahayu tak yakin ketentuan ini bisa
dilaksanakan. Bagaimana mungkin MPD mampu menyimpan ribuan Protokol
Notaris yang telah berumur 25 (dua puluh lima) tahun atau lebih di kantor MPD
apabila Majelis Pengawas itu sendiri tidak memiliki kantor. Padahal, MPD telah
berdiri sejak 2004 lalu. Lantaran MPD tak punya kantor, protokol-protokol
Notaris tersebut kini disimpan di kantor Notaris yang bersangkutan. Artinya
ketentuan Pasal 63 ayat (5) UUJN tak dapat dijalankan sebagaimana mestinya,
begitu juga dengan ketentuan Pasal 1 angka 3 UUJN. Serta beberapa Notaris
menyerahkan kewajiban penyimpanan Minuta Akta/Protokol Notaris kepada
karyawan kantor Notaris dan kelalaian karyawan kantor Notaris menyebabkan
kerusakan atau kehilangan Minuta Akta/Protokol Notaris yang merupakan arsip
negara yang harus disimpan dan dipelihara oleh Notaris.
Sebagai pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik menurut
UUJN haruslah memberikan kepastian hukum bagi masyarakat sebagai
penghadap dalam Aktanya, kepastian hukum yang diberikan Notaris bersifat
preventif yaitu membuatkan alat bukti berupa Akta Notaris atas hubungan
hukum atau perbuatan hukum yang terjadi sehingga penghadap merasa aman.
Kehilangan Minuta Akta yang karena kelalaian Notaris seperti yang terjadi pada
Notaris Sylvia Gunawan di Sidoarjo yang menghilangkan 90 Minuta Akta.
Kehilangan Minuta Akta karena kelalaian Notaris merupakan tanggung jawab
Notaris karena penyimpanan Minuta Akta merupakan kewajiban Notaris yang
diamanatkan dalam UUJN, namun yang terjadi adalah Notaris tidak secara benar
menyimpan Minuta Akta sehingga mengakibatkan kerusakan, kehilangan dan
musnah serta Akta Notaris yang seharusnya memiliki kekuatan pembuktian
sempurna dapat dibatalkan oleh Pengandilan karena dianggap cacat hukum dan
tidak ada kekuatan hukum sebagai akta otentik, bahkan terjadi gugatan secara
perdata terhadap Notaris karena kesalahannya sehingga menyebabkan kerugian
salah satu penghadap yang Minuta Aktanya hilang seperti yang terjadi pada
Notaris Ny. Yani Indrawati, S.H di Padang yang Minuta Akta atas Akta
Persetujuan dan Pernyataan.
Kejadian tersebut dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap
profesi Notaris, padahal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menyatakan secara tegas bahwa Republik Indonesia adalah negara
hukum (rechtstaat).
Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan
hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Dimana kepastian, ketertiban
dan perlindungan hukum menuntut antar lain bahwa lalu lintas hukum dalam
kehidupan bermasyarakat memerlukan adanyan alat bukti yang menentukan
dengan jelas hak dan kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam
masyarakat. Namun dalam prakteknya, minuta akta yang merupakan bagian dari
Protokol Notarisdan juga merupakan arsip negara mengalami kerusakan,
kehilangan dan musnah yang diperlukan dalam proses pembuktian apabila
terjadi sengketa atas hubungan hukum atau perbuatan hukum yang termuat
dalam Akta Notaris. Berdasarkan uraian yang telah Penulis sampaikan diatas,
maka Penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan yang terjadi dalam uraian
tersebut dalam judul tesis “TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM
PENYIMPANAN MINUTA AKTA”
B. Penelitian Terdahulu/Tinjauan Pustaka 07 1,25
a. Tinjauan Umum Tentang Notaris
Notaris berasal dari kata Notarius, yang diberikan pada zaman romawi
kepada orang-orang yang melakukan pekerjaan menulis. Terdapat banyak
perbedaan fungsi antara Notarius dan Notaris di era sekarang ini.
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
memberikan definisi yaitu, Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk
membuat akta autentik dan kewenangan lainnya, sebagaimana dimaksud dalam
undang undang ini. Kewenangan Notaris diatur pada Pasal 15 ayat (1), (2), (3)
UUJN. Notaris berwenang membuat akta autentik mengenai semua perbuatan,
perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan
dan atau yang dikehendaki oleh yang berkepentungan untuk dinyatakan dalam
akta autentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta,
memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang
pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain
atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.
b. Tinjauan Umum Tentang Tanggung Jawab Notaris Mengenai Protokol Notaris
Notaris memiliki tanggungjawab dalam menyimpan, mengarsip dan
menjaga protokol notaris, hal ini diatur dalam Pasal 1 ayat (13) Undang-Undang
Jabatan Notaris yang menyatakan “Protokol Notaris adalah kumpulan dokumen
yang merupakan arsip negara yang harus disimpan dan dipelihara oleh Notaris”
Protokol Notaris terdiri atas : minuta akta, buku daftar akta atau
repertorium, buku daftar akta dibawah tangan, buku daftar nama atau klapper,
buku daftar lain yang harus disimpan oleh notaris. Minuta Akta adalah asli Akta
yang mencantumkan tanda tangan para penghadap, saksi dan Notaris, yang
disimpan sebagai bagian dari Protokol Notaris. Oleh karena itu Minuta akta
harus diperlakukan layaknya dokumen negara dan dijaga agar tetap otentik.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis sampaikan, penelitian ini
memfokuskan pada tiga permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana tanggung jawab Notaris terhadap Minuta Akta yang mengalami
kerusakan, kehilangan dan musnah dan akibat hukum salinan Akta Notaris
yang Minuta Aktanya mengalami kerusakan, kehilangan dan musnah?
2. Bagaimana akibat hukum Minuta Akta Notaris yang tidak diserahkan ke
Majelis Pengawas Daerah Notaris serta Majelis Pengawas Daerah Notaris
tidak menerima untuk menyimpan Minuta Akta yang telah berumur 25 (dua
puluh lima) tahun atau lebih?
3. Apakah yang menyebabkan Protokol Notaris dari Notaris yang akan
memasuki masa pensiun tidak ada yang bersedia menerima Protokol Notaris
tersebut?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan Masalah yang menjadi fokus penelitian ini, maka
tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui dan menganalisa tanggung jawab Notaris terhadap
Minuta Akta yang mengalami kerusakan, kehilangan dan musnah dan akibat
hukum salinan Akta Notaris yang Minuta Aktanya mengalami kerusakan,
kehilangan dan musnah.
2. Untuk mengetahui dan menganalisa akibat hukum Minuta Akta Notaris yang
tidak diserahkan ke Majelis Pengawas Daerah Notaris serta Majelis
Pengawas Daerah Notaris tidak menerima untuk menyimpan Minuta Akta
yang telah berumur 25 (dua puluh lima) tahun atau lebih.
3. Untuk mengetahui dan menganalisa penyebab Protokol Notaris dari Notaris
yang akan memasuki masa pensiun tidak ada yang bersedia menerima
Protokol Notaris tersebut.

Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat baik


secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoritis
Secara teori hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi
pengembangan ilmu pengetahuan hukum dan memberikan sumbangan
pemikiran yaitu mengenai profesi jabatan Notaris yang berhubungan dengan
wewenang, kewajiban dan tanggung jawab Notaris dalam menjalankan
profesi jabatannya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Memperluas wawasan dan mendalami lebih jauh tentang Ilmu hukum
khususnya mengenai profesi jabatan Notaris serta wewenang, kewajiban dan
tanggung jawabnya
b. Bagi Masyarakat
Memberi masukan dan informasi yang berguna untuk masyarakat terkait
dengan profesi jabatan Notaris serta wewenang, kewajiban dan tanggung
jawabnya serta peraturan perundang-undang mengenai profesi jabatan
Notaris.
c. Bagi Pemerintah
Dapat dijadikan sebagai referensi bagi pemerintah dalam mengambil
kebijakan dan mengimplementasikan peraturan perundang-undang terkait
profesi jabatan Notaris khususnya mengenai penyimpanan minuta akta
sebagai arsip negara.
E. Kerangka Teori
1. Teori Tanggung Jawab
Teori hukum yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori tentang tanggung
jawab hukum oleh Hans Kelsen. Satu konsep yang berhubungan dengan
konsep kewajiban hukum adalah konsep tanggung jawab hukum. Bahwa
seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu
atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, subjek berarti bahwa dia
bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan.
Tanggung jawab yang dimaksud adalah tanggung jawab seorang Notaris
terhadap penyimpanan minuta akta yang telah dibuat apakah disimpan dan
dipelihara dengan baik dan benar.

F. Definisi Operasional
1. Notaris
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik
mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang
berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian
tanggal pembuatan akta, menyimpan akta memberikan grosse, salinan dan
kutipan akta, semuanya sepanjang pembuatan akta tersebut tidak ditugaskan
atau dikecualikan kepada pejabat atau orang lain yang ditetapkan oleh
undang-undang kewenangan lainnya.
2. Protokol Notaris
Protokol Notaris adalah kumpulan dokumen yang merupakan arsip negara
yang harus disimpan dan dipelihara oleh Notaris. Protokol Notaris terdiri
atas : minuta akta, buku daftar akta atau repertorium, buku daftar akta
dibawah tangan, buku daftar nama atau klapper, buku daftar lain yang harus
disimpan oleh notaris.
3. Akta
Notaris dalam menjalankan jabatannya selalu berkaitan dengan Akta,
dikarenakan Notaris ditunjuk oleh negara untuk melaksanakan fungsi negara
di bidang keperdataan yang berkaitan dengan perjanjian-perjanjian yang
mengikat para pihak. Minuta Akta yang menjadi bagian dari proposal
penelitian ini merupakan bagian daripada Akta.
G. Metode Penelitian
Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan terencana dilakukan dengan
metode ilmiah bertujuan untuk mendapatkan data baru guna membuktikan
kebenaran atau ketidakbenaran dari suatu gejala atau hipotesa yang ada.5
Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah,
sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati-hati, tekun dan tuntas
terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia, maka metode
penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian.6
1. Bentuk Penelitian/Jenis Penelitian/Metode Pendekatan

5
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika,1991), hlm. 2.

6
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cet 3, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 43.
Bentuk/Jenis/Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini yaitu
yuridis normatif, yaitu meneliti bahan kepustakaan sekunder yang mencakup
penelitian: perbandingan hukum dan sejarah hukum, asas-asas hukum
khususnya tentang peraturan jabatan Notaris dan yang berkaitan dengan
judul penelitian diatas. Pendekatan Yuridis Normarif adalah pendekatan
dalam penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sistem norma.
Sistem norma yang dimaksud adalah asas-asas, norma, kaidah dari peraturan
perundang-undangan, putusan pengadilan, perjanjian serta doktrin (ajaran)7
2. Sifat/Tipologi/Spesifikasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengkategorikan sebagai penelitian yang
bersifat deskriptif. Bersifat deskriptif maksudnya penelitian yang bertujuan
untuk melukiskan keadaan obyek atau peristiwa juga akan mengambil
simpulan secara umum dari masalah yang dibahas.
3. Sumber Data/ Jenis Data Bahan Hukum
a. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan
dikarenakan bahan-bahan yang digunakan adalah bersumber dari bahan
kepustakaan maupun hasil wawancara dengan informan sebagai penunjang
bahan kepustakaan. Bahan kepustakaan yang digunakan dapat bersumber
dari buku-buku yang terkait dengan judul yang diteliti. Selain buku-buku,
bahan kepustakaan yang digunakan adalah bersumber dari perundang-
undangan yang berkaitan dengan jabatan Notaris dan kewajiban Notaris,
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata maupun dokumen-dokumen lainnya
yang berkaitan dengan penelitian ini.
Data sekunder adalah data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai data
utama yang hendak digunakan dalam penyusunan penelitian ini. Sumber
sekunder berupa teori yang digunakan oleh para ahli, buku-buku di bidang
kenotariatan, dan juga penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
b. Data Tersier

7
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis Dan Disertasi,
(Jakarta: PT Raja Grafindo, 2013), hlm. 13.
Sumber tersier berupa kamus hukum, dimana penulis hendak menggunakan
kamus hukum untuk membantu dalam memahami istilah-istilah yang asing
bagi penulis demi kelancaran penelitian hukum ini.
4. Teknik Pengumpulan Data/Alat Pengumpulan Data/Metode Pengumpulan
Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik, yaitu
Studi kepustakaan (library research) pengumpulan data dengan menelaah
bahan kepustakaan yang meliputi :
a. Bahan Hukum Primer yaitu Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentan
Jabatan Notaris, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Kode Etik
Notaris dan peraturan pelaksana perundang-undangan yang berkaitan
dengan penelitian ini.
b. Bahan Hukum Sekunder yaitu Buku-buku tentang ilmu hukum
kenotariatan, hasil-hasil seminar, karya ilmiah berupa jurnal dan lainnya
yang berhubungan dengan permasalahan penelitian ini.
c. Bahan Hukum tersier yaitu kamus hukum terkait permasalahan yang
diteliti
5. Metode Analisis Data/Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan metode analisis kualitatif, yaitu suatu tata cara
penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis. Data deskriptif analisis
adalah data yang terkumpul tidak menggunakan angka-angka dan
pengukuran, sehingga apa yang dinyatakan responden secara tertulis atau
lisan dan yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.
Pada penelitian normatif, pengolahan data hakikatnya adalah kegiatan untuk
mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis.
Sistematisasi berarti membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum
tertulis.sistematisasi berarti membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan
hukum tertulis untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi.
Kegiatan tersebut antar lain adalah:
1. Memilih peraturan perundang-undangan dari bahan primer, sekunder dan
tertier yang berisi kaidah-kaidah hukum yang mengatur dan berkaitan
dengan penyimpanan Minuta Akta.
2. Bahan hukum primer, sekunder dan tertier yang dikumpulkan
selanjutnya dianalisis untuk menemukan jawaban yang tepat untuk
menjawab permasalahan yang menjadi pokok penelitian.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan adalah uraian mengenai susunan penelitian secara
berurutan. Penelitian ini terdiri dari 4 (empat) bab, dimana antara bab yang lain
saling berkaitan dan merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dengan
sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan pendahuluan yang memuat alasan dilakukannya
penelitian hukum, dalam bab ini diuraikan tentang Latar Belakang Penelitian,
Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian serta
Sistematika Penulisan yang memuat uraian singkat mengenai masing-masing
bab dari proposal ini.

BAB II TANGGUNG JAWAB NOTARIS TERHADAP PENYIMPANAN


MINUTA AKTA

Dalam bab ini memiliki dua sub-bab, yang pertama menjelaskan


mengenai landasan teori/peraturan yang berkaitan dengan topik penelitian yang
menjadi dasar analisis rumusan masalah. Teori yang digunakan, tinjauan umum
mengenai jenis akta, akta otentik, pejabat yang berwenang, tanggung jawab
notaris, tinjauan mengenai protokol notaris

BAB III ANALISIS MENGENAI TANGGUNG JAWAB NOTARIS


TERHADAP PENYIMPANAN MINUTA AKTA

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan atas


perumusan masalah terkait dengan pelaksanaan tanggung jawab notaris dalam
penyimpanan minuta akta. Dilakukan analisis akibat hukum yang terjadi apabila
Notaris lalai dalam melakukan penyimpanan minuta akta yang merupakan
bagian daripada Protokol Notaris. Analisis tersebut dilakukan dengan
berpedoman pada teori hukm dan peraturan perundang-undangan yang berlaku

BAB IV PENUTUP ( KESIMPULAN DAN SARAN)

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan - kesimpulan dari penelitian


serta memuat saran – saran tentang hal-hal yang menurut Penulis perlu
dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU.

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta,

1991.

Husni Thamrin, Pembuatan Akta Pertanahan oleh Notaris, Laksbang

Pressindo, Yogyakarta, 2011.

Habib Adjie, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia

(Kumpulan tulisan tentang Notaris dan PPAT),PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2009.

Ira Koesoemawati dan Yunirman Rijan, Notaris, Raih Asa Sukses, Jakarta,

2009.

Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, Editor Anke Dwi Saputra, Jati Diri

Notaris Indonesia Dulu, Sekarang dan Dimasa Yang Akan Datang,

Gramedia, Jakarta, 2008.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986.

Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada

Penelitian Tesis Dan Disertasi, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013.

Anda mungkin juga menyukai