Selain itu, perkembangan regulasi dan hukum yang mengatur profesi notaris
juga menjadi faktor penting dalam konteks pertanggungjawaban notaris terhadap
konsumen yang lalai dalam pengesahan akta. Setiap negara memiliki peraturan dan
standar yang mengatur praktik notaris, termasuk tugas, kewajiban, dan tanggung
jawab notaris terhadap konsumen. Regulasi ini bertujuan untuk melindungi
kepentingan konsumen dan memastikan praktik notaris berjalan sesuai dengan etika
dan standar profesional. Dalam banyak yurisdiksi, pelanggaran terhadap peraturan
dan standar ini dapat menyebabkan sanksi disiplin, baik berupa teguran, denda, atau
bahkan pencabutan lisensi notaris. Oleh karena itu, notaris memiliki kepentingan
sendiri dalam memastikan mereka bertindak dengan cermat dan mematuhi aturan
yang ditetapkan untuk melindungi konsumen dan menjaga reputasi mereka sebagai
pemegang kepercayaan publik.
Akta notaris adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh notaris. Menurut
KUHPdt pasal 1870 dan HIR pasal 165 (Rbg 285) yang mempunyai kekuatan
pembuktian mutlak dan mengikat. Salah satu fungsi akta yang penting adalah
sebagai alat pembuktian. Akta otentik merupakan alat pembuktian yang sempurna
bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya serta sekalian orang yang mendapat hak
darinya tentang apa yang dimuat dalam akta tersebut. Akta otentik merupakan bukti
yang mengikat yang berarti kebenaran dari hal-hal yang tertulis dalam akta tersebut
harus diakui oleh hakim, yaitu akta tersebut dianggap sebagai benar selama
kebenarannya itu tidak ada pihak ain yang dapat membuktikan sebaliknya. Menurut
Pasal 1857 KUHPdt, jika akta dibawah tangan tanda tangannya diakui oleh orang
terhadap siapa tulisan itu hendak dipakai, maka akta tersebut dapat merupakan alat
pembuktian yang sempurna terhadap orang yang menandatangani serta para ahli
warisnya dan orang-orang yang mendapatkan hak darinya. Akta notaris sebagai
sebuah akta otentik memiliki fungsi yang penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Kebutuhan akan pembuktian tertulis, berupa akta otentik makin meningkat sejalan
dengan berkembangnya tuntutan akan kepastian hukum yang merupakan salah satu
prinsip dari negara hukum. Akta notaris merupakan alat pembuktian yang
sempurna, terkuat dan terpenuh sehingga selain dapat menjamin kepastian hukum,
akta notaris juga dapat menghindari terjadinya sengketa. Menuangkan suatu
perbuatan, perjanjian, ketetapan dalam bentuk akta notaris dianggap lebih baik
dibandingkan dengan menuangkannya dalam surat di bawah tangan, walaupun
ditandatangani di atas materai, yang juga diperkuat oleh tanda tangan para saksi.
Untuk dapat membuktikan adanya suatu perbuatan hukum, maka diperlukan alat
bukti yang mempunyai kekuatan pembuktian. Dalam hal ini agar akta sebagai alat
bukti tulisan mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, maka akta tersebut
harus memenuhi syarat otentisitas yang ditentukan oleh undangundang, salah
satunya harus dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang berwenang, yang antara lain
adalah Camat, Kantor Catatan Sipil, dan Notaris. Dalam hal harus dibuat oleh atau
dihadapan pejabat yang berwenang profesi Notaris memegang peranan yang sangat
penting dalam rangka pemenuhan syarat otentisitas suatu surat atau akta agar
mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna karena berdasarkan pasal 1
UndangUndang Nomor 2 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJNP),
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik.
Dari ketentuan di atas, dapat dipahami bahwa Notaris dalam membuat akta
autentik dituntut memiliki keterampilan yang mumpuni serta berkepribadian jujur
guna menegakkan kepastian hukum bagi masyarakat. Namun tidak menutup
kemungkinan adanya kesalahan dalam pembuatan akta tersebut.
Akan tetapi, Notaris sebagai pelaku turut serta dalam tindak pidana
pemalsuan surat apabila pada Notaris secara subjektif terdapat kesalahan dalam
bentuk kesengajaan untuk menyuruh menempatkan keterangan yang tidak benar
dalam akta yang dibuat. Eksistensi akta notaris apabila surat yang diajukan oleh
para penghadap terdapat cacat hukum yang nyata maka sepanjang tidak ada
masalah, sepanjang tidak ada yang mempersoalkannya. Namun, apabila ada pihak
yang mempersoalkan dan menggugat di pengadilan, maka pengadilan dapat
menjadikan dasar untuk membatalkannya atau setidaknya akta tersebut terdegradasi
menjadi akta di bawah tangan.”
RUMUSAN MASALAH
METODE PENELITIAN
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah pemahaman yang lebih baik
tentang pertanggungjawaban notaris terhadap isi akta otentik yang tidak sesuai
dengan fakta. Penelitian ini akan memberikan gambaran yang jelas tentang
kewajiban notaris dalam memastikan bahwa isi akta otentik sesuai dengan fakta
yang sebenarnya. Dengan demikian, penelitian ini dapat memberikan kontribusi
dalam meningkatkan perlindungan hukum bagi pihak-pihak yang terlibat dalam
transaksi yang melibatkan akta otentik.
Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi
perbaikan kebijakan dan regulasi terkait tanggung jawab notaris. Jika ditemukan
kelemahan dalam peraturan yang ada, hasil penelitian ini dapat menjadi pijakan
untuk merevisi atau mengembangkan regulasi yang lebih tepat guna. Hal ini akan
membantu meningkatkan kualitas layanan notaris dan menjaga kepercayaan
masyarakat terhadap profesi notaris. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan hukum dan praktek
notaris yang lebih baik di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Karsono, R. (2016). Tanggung Jawab Notaris dalam Pembuatan Akta Otentik yang
Merugikan Pihak Ketiga. Jurnal Lex Privatum, 4(2), 198-209.