Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan
untuk mengambil alih saham Perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas Perseroan
tersebut. Pengambilalihan dilakukan dengan cara pengambilalihan saham yang telah dikeluarkan
dan/atau akan dikeluarkan oleh Perseroan melalui Direksi Perseroan atau langsung dari pemegang
saham. Akuisisi saham secara harfiah adalah membeli atau mendapatkan sesuatu/objek untuk
ditambahkan pada sesuatu/objek yang telah dimiliki sebelumnya.
Mengacu pada UU Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 126, terdapat beberapa persyaratan yang dapat
diacu bagi proses pengambilan saham, yaitu:
Disamping persyaratan di atas, suatu pengambilalihan saham (Akuisisi) juga harus tunduk pada
persyaratan yang diatur dalam pada Pasal 4, Pasal dan Pasal 6 PP No.27/1998 mengenai Syarat-
syarat pengambilalihan dengan mengacu pada pasal-pasal tersebut adalah sebagai berikut :
Meskipun begitu pada dasarnya semua persyaratan yang diatur dalam PP No.27/1998 ini sudah
mencakup persyaratan yang diatur dalam UU No.40 /2007.
Dalam hal Pengambilalihan dilakukan melalui Direksi, pihak yang akan mengambil alih
menyampaikan maksudnya untuk melakukan Pengambilalihan kepada Direksi Perseroan yang
akan diambil alih. Akan tetapi Dalam hal pengambilalihan saham dilakukan langsung dari
pemegang saham, ketentuan ini tidak berlaku.
Direksi Perseroan yang akan diambil alih dan Direksi Perseroan yang akan mengambil alih
dengan persetujuan Dewan Komisaris masing-masing menyusun rancangan Pengambilalihan
yang memuat sekurang-kurangnya:
1. nama dan tempat kedudukan dari Perseroan yang akan mengambil alih dan Perseroan
yang akan diambil alih;
2. alasan serta penjelasan Direksi Perseroan yang akan mengambil alih dan Direksi
Perseroan yang akan diambil alih;
3. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf a untuk tahun
buku terakhir dari Perseroan yang akan mengambil alih dan Perseroan yang akan diambil
alih;
4. tata cara penilaian dan konversi saham dari Perseroan yang akan diambil alih terhadap
saham penukarnya apabila pembayaran pengambilalihan dilakukan dengan saham;
5. jumlah saham yang akan diambil alih;
6. kesiapan pendanaan;
7. neraca konsolidasi proforma Perseroan yang akan mengambil alih setelah
Pengambilalihan yang disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia;
8. cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap Pengambilalihan;
9. cara penyelesaian status, hak dan kewajiban anggota Direksi, Dewan Komisaris, dan
karyawan dari Perseroan yang akan diambil alih;
10. perkiraan jangka waktu pelaksanaan Pengambilalihan, termasuk jangka waktu pemberian
kuasa pengalihan saham dari pemegang saham kepada Direksi Perseroan;
11. rancangan perubahan anggaran dasar Perseroan hasil Pengambilalihan apabila ada.
Meskipun begitu Dalam hal pengambilalihan saham dilakukan langsung dari pemegang saham,
ketentuan ini tidak berlaku
c. Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS) atas Rencana Pengambialihan
(Akuisisi)
Berdasarkan Pasal 125 ayat (1) UU No.40/2007 dijelaskan bahwa Dalam hal Pengambilalihan
yang dilakukan oleh badan hukum berbentuk Perseroan, Direksi sebelum melakukan perbuatan
hukum pengambilalihan harus terlebih dahulu berdasarkan keputusan RUPS yang memenuhi
kuorum kehadiran dan ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS.
Adapun Kuorum yang dimaksud disini sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 89 ayat (1) UU
No.40/2007 adalah 3/4(tiga perempat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir
atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui paling sedikit 3/4 (tiga
perempat) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali anggaran dasar menentukan
kuorum kehadiran dan/atau ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS yang
lebih besar.
Paling Lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum Pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham
Direksi wajib menyemapaikan dengan surat tercatat Rancangan Pengambilalihan kepada seluruh
Kreditor Perseroan.
Setiap perubahan yang diakibatkan oleh Pengambilalihan (akuisis) baik yang berhubungan
dengan data-data Pemegang Saham maupun, data yang berhubungan dengan data-data Perseroan
wajib dilaporkan pada kantor tempat pendaftaran perusahaan oleh pemilik atau pengurus
perusahaan.
Dasar Hukum: