Anda di halaman 1dari 4

Nama : Tri Rahmat

NIM : 217011040

Tugas : Hukum Perusahaan dan Kepailita

Dosen Pengampu :

1. Duduk perkara pada Putusan No. 18/Pdt.Sus.Pailit/2019/PN.Niaga Sby

Perkara kepailitan ini diajukan oleh Citra Rizkha Ekanita (Pemohon Pailit I), Asih

Nurbiah Hartini (Pemohon Pailit II) dan Rio Setiawan (Pemohon Pailit III). Ketiga Pemohon

Pailit tersebut diwakili oleh Tim Kuasa Hukum. Adapun yang menjadi Pihak Termohon

dalam kasus kepailitan yaitu Koperasi Serba Usaha Mitra Perkasa (Termohon I) dan Welly

Sukarto SE., MM (Termohon II).

Bahwa termohon pailit mempunyai utang kepada Pemohon Pailit I, pemohon pailit II

dan pemohon pailit III yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih. Dengan total tagihan

sebesar Rp. 508.823.526,-.

Bahwa dengan demikian berdasarkan penjelasan dan uraian tersebut diatas, maka

demi hukum termohon pailit mempunyai kewajiban hukum berupa “utang” kepada para

pemohon pailit yaitu berupa suatu kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam

jumlah uang baik dalam mata uang indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung

maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian

atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh termohon pailit dan bila tidak dipenuhi

memberi hak hukum kepada para pemohon pailit untuk mendapat pemenuhannya dari harta

kekayaan termohon pailit sesuai dengan definisi “utang” yang diatur dalam ketentuan pasal 1

angka 6 UU-Kpailit.

Termohon Pailit II menjadi Termohon dalam perkara ini adalah karena ditengarai

adanya aliran dana nasabah yang masuk dalam rekening pribadinya dan juga penggunaannya

yang tidak pernah diketahui oleh pengurus lain, baik dimana Termohon Pailit II menjabat
sebagai ketua sejak tahun 2016 dan juga sebelum menjabat sebagai ketua sejak tahun 2006

s/d 2016, maka sudah sepantasnya menjadi Termohon dalam permohonan ini dan harus

bertanggung jawab sesuai dengan Undang-undang Perkoperasian.

2. Analisa Putusan No. 18/Pdt.Sus.Pailit/2019/PN.Niaga Sby

Koperasi diakui sebagai badan hukum adalah suatu badan yang ada karena hukum dan

memang diperlukan keberadaanya sehingga disebut legal entity. Koperasi memperoleh status

badan hukum setelah akta pendirianya disahkan oleh Pemerintah yaitu Menteri Koperasi dan

UMKM. Menurut Sudikno Mertokusumo subyek hukum adalah segala sesuatu yang dapat

memperoleh hak dan kewajiban dari hukum. Yang dapat memperoleh hak dan kewajiban dari

hukum tidak hanya manusia saja tetapi juga badan hukum. Pengertian Badan Hukum tidak

ditemui dalam undang-undang, maka para ahli hukum mencoba membuat kriteria, badan

usaha yang dapat dikelompokkan sebagai Badan Hukum jika memiliki unsur-unsur :

1. Adanya pemisahan harta kekayaan antara perusahaan dan pemilik usaha;

2. Mempunyai tujuan tertentu

3. Mempunyai kepentingan sendiri

4. Adanya organisasi teratur.1

Dalam menjalankan amanah untuk mengelola koperasi, pengurus dibebani tanggung

jawab seperti diatur dalam Pasal 31 bahwa pengurus bertanggung jawab mengenai segala

kegiatan pengelolaan koperasi dengan usahanya kepada rapat anggota atau rapat anggota luar

biasa. Apabila pengurus dalam mengelola koperasi menimbulkan kerugian maka harus

bertanggung jawab untuk kerugian.2

1
Ismayani, Pertanggungjawaban Pengurus Koperasi Pegawai Negeri Kota Tanjung Balai Dalam Rapat
Anggota Koperasi, (Jurnal Tectum LPPM Universitas Asahan, Vol. 2, No. 1 November 2020), hal. 93.
2
Restu Dwi Kismawati, Tanggung Jawab Hukum Pengurus Koperasi Atas Kerugian Koperasi (Studi Kasus
Pada Kud Berkat Ridho Desa Kijang Makmur Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar Tahun 2005-2012
(JOM Fakultas Hukum Universitas Riau, Vol.VI, No 2, Juli-Desember 2019), hal. 2.
Dalam menjalankan amanah untuk mengelola koperasi, pengurus dibebani tanggung

jawab seperti diatur dalam Pasal 31 bahwa pengurus bertanggung jawab mengenai segala

kegiatan pengelolaan koperasi dengan usahanya kepada rapat anggota atau rapat anggota luar

biasa.3 Apabila pengurus dalam mengelola koperasi menimbulkan kerugian maka harus

bertanggung jawab untuk kerugian seperti yang diatur dalam Pasal 34 Undang-Undang

Perkoperasian. Tanggung jawab pengurus koperasi diatur dalam Pasal 34 Undang-Undang

Perkoperasian yang menyatakan bahwa :

(1) Pengurus, baik bersama-sama, maupun sendiri-sendiri, menanggung kerugian yang


diderita Koperasi, karena tindakan yang dilakukan dengan kesengajaan atau
kelalaiannya.
(2) Disamping penggantian kerugian tersebut, apabila tindakan itu dilakukan dengan
kesengajaan tidak menutup kemungkinan bagi penuntut umum untuk melakukan
penuntutan.4

Pertanggungjawaban dalam menjalankan suatu jabatan dapat pula disebut sebagai

Vicarious liability mengandung pengertian, majikan bertanggung jawab atas kerugian pihak

lain yang ditimbulkan oleh orang-orang/ karyawan yang berada di bawah pengawasannya.

Dengan demikian pada prinsipnya semua tanggung jawab atas pekerja karyawan Koperasi

adalah menjadi beban tanggung jawab badan usaha Koperasi tempat karyawan bekerja karena

pada dasarnya karywan bekerja untuk Koperasi.5

Pertanggungjawaban koperasi dalam menjalankan usahanya terbagi ke dalam dua

ruang lingkup, yaitu internal dan eksternal. Tanggung jawab koperasi dalam ruang

lingkup internal yaitu oleh pengurus dari koperasi itu sendiri yang bertugas menjalankan

kegiatan bisnis atau operasioanal, sedangkan tanggung jawab koperasi dalam ruang

lingkup eksternal yaitu oleh koperasi sebagai badan hukum dan pemiliknya.6

3
Restu Dwi Kismawati, Tanggung Jawab Hukum Pengurus Koperasi Atas Kerugian Koperasi, hal. 9.
4
Pasal 34 Undang-undang No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.
5
Ida Bagus Putu, dkk, Tanggung Jawab Koperasi Kertha Raharja Cabang Bali Sebagai Badan Hukum Atas
Perbuatan Karyawan Yang Merugikan Nasabah, (Jurnal Kerta Semaya, Vol. 2, No. 2, Februari 2014), hal 9.
6
Teguh Tresna Puja Asmara, Tanggung Jawab Pemilik Koperasi Pada Saat Terjadi Kredit Macet Ditinjau Dari
Teori Kepastian Hukum, (Jurnal IUS Kajian Hukum, Vol. VIII, No. 1, April 2020), hal. 121.
Pertanggungjawaban pengurus dapat terjadi apabila koperasi menderita kerugian.

Maka dalam hal ini ada dua kategori kesalahan yang dapat terjadi atas pengelolaan pengurus.

Pertama, apabila kerugian atas kesengajaan atau kelalaian pengurus sehingga menimbulkan

kerugian koperasi, maka dalam hal demikian dapat digunakan doktrin ultra vires. Kedua,

pengurus bertanggungjawab penuh secara pribadi apabila dalam menjalankan tugasnya

menimbulkan kerugian bagi koperasi dan tindakan pengurus di luar Anggaran Dasar dan

ketentuan lain yang berlaku di koperasi.7

Daftar Pustaka

Ida Bagus Putu, dkk, Tanggung Jawab Koperasi Kertha Raharja Cabang Bali Sebagai
Badan Hukum Atas Perbuatan Karyawan Yang Merugikan Nasabah, (Jurnal Kerta
Semaya, Vol. 2, No. 2, Februari 2014)

Ismayani, Pertanggungjawaban Pengurus Koperasi Pegawai Negeri Kota Tanjung Balai


Dalam Rapat Anggota Koperasi, (Jurnal Tectum LPPM Universitas Asahan, Vol. 2, No.
1 November 2020)

Restu Dwi Kismawati, Tanggung Jawab Hukum Pengurus Koperasi Atas Kerugian Koperasi
(Studi Kasus Pada Kud Berkat Ridho Desa Kijang Makmur Kecamatan Tapung Hilir
Kabupaten Kampar Tahun 2005-2012 (JOM Fakultas Hukum Universitas Riau, Vol.VI,
No 2, Juli-Desember 2019)

Teguh Tresna Puja Asmara, Tanggung Jawab Pemilik Koperasi Pada Saat Terjadi Kredit
Macet Ditinjau Dari Teori Kepastian Hukum, (Jurnal IUS Kajian Hukum, Vol. VIII, No.
1, April 2020).

Undang-undang No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.

7
Teguh Tresna Puja Asmara, Tanggung Jawab Pemilik Koperasi Pada Saat Terjadi Kredit Macet, hal. 122.

Anda mungkin juga menyukai