Anda di halaman 1dari 10

1

RELASI AKIBAT RENDAHNYA KESADARAN


HUKUM BAGI PARA TENAGA KERJA DAN
PENGUSAHA DIPANDANG DARI PUTUSAN
PERKARA PHI NO:168/Pdt.Sus-PHI/2017/PN
Mdn PADA PT.INDOJAYA AGRINUSA MEDAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : SHEREN MURNI UTAMI SAGALA


NIM : 17705136

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akademik Mata Kuliah SOSIOLOGI


HUKUM Tahun Ajaran 2018-2019

KELAS EKSEKUTIF

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS HUKUM
MEDAN
2018
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara hukum di dunia yang menganut sistem hukum

Eropa Kontinetal. Oleh sebab itu, segala sesuatu harus dilaksanakan pada hukum tertulis.1

Sebagai negara hukum maka hal yang ingin dicapai dari hal tersebut adalah adanya

Perlindungan Hukum. Perlindungan hukum adalah jaminan hak dan kewajiban untuk

manusia dalam rangka memenuhi kepentingan sendiri maupun didalam hubungan manusia.2

Perlindungan hukum bagi tenaga kerja merupakan perwujudan dari usaha untuk

mengungkapkan kesejahteraan umum. Perlindungan serta pembangunan ketenagakerjaan

harus berlandaskan filosofis, yakni Pancasila dan landasan yuridis konstitusional, yakni

Undang-Undang Dasar 1945 sebagai hukum dasar serta landasan yuridis opersional, yakni

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan bidang ketenagakerjaan sebagai dasar

hukumnya. Disamping itu, yang tidak kalah penting adalah landasan sosiologis, yakni sesuai

dengan tata nilai budaya yang berlaku di masyarakat sehingga dapat menampung segala

kenyataan hidup masyarakat dewasa ini. Hal tersebut dimaksudkan, bahwa pembangunan

ketenagakerjaan dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan

pembangunan masyarakat seluruhnya. Oleh karena itu, pembangunan ketenagakerjaan

dilaksanakan untuk mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil,

makmur dan merata, baik materiil maupun spiritual.3

1
Dikutip dari http://www.fsps.or.id/2016/01/dasar-hukum-ketenagakerjaan.html, Dasar Hukum
Ketenagakerjaan [Diakses Pada 15 April 2018 Pukul 20:00 WIB].

2
Sudikno Mertukusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty,1991), hal.40.
3
Ujang Charda S., Mengenal Hukum Ketenagakerjaan Indonesia : Sejarah, Teori & Praktiknya di Indonesia,
(Subang: Fakultas Hukum UNSUB, 2014), hal. 25.
3

Pembangunan ketenagakerjaan pada prinsipnya mempunyai banyak dimensi yang

tidak hanya berhubungan dengan kepentingan tenaga kerja yang akan, sedang, dan telah

melakukan hubungan kerja, tetapi bagaimana caranya agar semua orang mendapatkan

pekerjaan dan kelayakkan kehidupan bagi kemanusiaan, seperti diamanatkan Pasal 27 ayat

(2) dan Pasal 28D (2) Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang intinya menyatakan

bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan tanpa adanya diksriminatif dalam pelaksanaan hubungan kerja.4 Negara sebagai

badan hukum publik sebagai korporasi harus mampu memposisikan dirinya sebagai regulator

yang bijak melalui sarana pembentukan dan pelaksanaan hukum ketenagakerjaan karena

hukum ketenagakerjaan akan menjadi sarana utama untuk menjalankan kebijakan pemerintah

di bidang ketenagakerjaan itu sendiri. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 merupakan

jawaban dari permasalahan yang mengatur di bidang ketenagakerjaan dan mempunyai tujuan

yang luhur bagi tenaga kerja Indonesia.5

Pembangunan ketenagakerjaan yang berkualitas dan berkarakter harus diatur

sedemikian rupa sehingga terpenuhi hak-hak dan perlindungan yang mendasar bagi tenaga

kerja. Peningkatan kualitas manusia tidak mungkin tercapai tanpa memberikan jaminan

hidup, sebaliknya jaminan hidup tidak dapat tercapai apabila manusia tidak mempunyai

pekerjaan, dimana dari hasil pekerjaan itu dapat diperoleh imbalan jasa untuk membiayai

dirinya dan keluarganya.6 Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bagi para

4
Dikutip dari http://ejournal.sthb.ac.id/index.php/jwy/article/download/86/68.html, Jurnal Hukum Karakteristik
Undang-Undang Ketenagakerjaan Dalam Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja [Diakses pada 15
April 2018 Pukul 21:00 WIB], hal. 4.
5
Ibid. hal. 1.
6
Dikutip dari http://ojs.unm.ac.id/PSN-HSIS/article/download/2186/1112.html, Jurnal Hukum Membangun
Kesadaran Hukum Hak-Hak Pekerja Perempuan Dalam Dunia Kerja Sebagai Bagian Revolusi Mental
Menyosong MEA [Diakses pada 16 April 2018 Pukul 20:00 WIB], hal. 80.
4

tenaga kerja juga dapat dilihat sebagai suatu upaya untuk membangun budaya hukum di

masyarakat. Membangun suatu budaya hukum di masyarakat memiliki kaitan yang sangat

erat dan tidak terlepas dengan tingkat kesadaran hukum. Menurut Scholten, maka yang

dimaksud dengan kesadaran hukum itu adalah kesadaran yang ada pada setiap manusia

tentang apa hukum itu, apa seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari hidup kejiwaan

kita dengan mana kita membedakan antara hukum dan tidak hukum (onrecht), antara yang

seyogyamya dilakukan dengan tidak seyogyanya dilakukan.7 Maka kesadaran hukum tersebut

berarti kesadaran tentang apa yang seyogyamya kita lakukan atau perbuat atau yang

seyogyanya tidak kita lakukan atau perbuat terhadap orang lain. Ini berarti kesadaran akan

kewajiban hukum kita masing-masing terhadap orang lain. Menurut Leopold Pospisil untuk

mencapai tujuan dari kesadaran hukum ada faktor-faktor yang menentukan, yaitu pertama;

Pengetahuan tentang Hukum, kedua; Pengakuan terhadap Hukum, ketiga; Penataan terhadap

ketentuan-ketentuan hukum.8 Dengan demikian, maka dengan adanya kesadaran hukum dari

para tenaga kerja maupun pengusaha, maka hukum atau peraturan perundang-undangan

dibidang ketengakerjaan akan dapat berjalan dengan semestinya.

Indojaya Agrinusa Medan adalah salah satu pelaku usaha di Indonesia di bidang

pakan ternak yang merupakan bagian dari Japfa Group. Dimana dalam melakukan suatu

usaha maka didalamnya juga terdapat tenaga kerja. Maka apabila bercermin pada salah satu

perselisihan hubungan industrial yang dihadapi oleh PT.Indojaya Agrinusa sendiri yakni

berdasarkan putusan PHI No:168/Pdt.Sus-PHI/2017/PN-Mdn, bahwa pada kenyatannya

kesadaran hukum dari para tenaga kerja mengakibatkan para tenaga kerja tidak paham atas

7
Dikutip dalam Artikel Hukum Sudikno Mertukusumo.
8
Radisman F.S. Sumbayak, Beberapa Pemikiran Kearah Penegakan Hukum, (Jakarta: Penerbit Ind-Hill, 1995),
hal. 53.
5

apa yang sebenarnya menjadi hak dan kewajibannya, dan cenderung menggunakan hukum

atau peraturan perundang-undangan yang ada hanya untuk suatu kepentingan saja. Disisi lain

pengusaha cenderung hanya mengganggap hukum tersebut sebagai peraturan semata yang

baru akan berjalan dan diterapkan dengan semestinya apabila sudah ada perkara yang

dihadapinya, yakni permasalahan dibidang ketenagakerjaan yang dihadapinya. Rendahnya

kesadaran hukum juga berkaitan juga terhadap bagaimana kepatuhan terhadap hukum atau

peraturan perundang-undanagan tersebut baik secara langsung, maupun tidak langsung.

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam penulisan ini permasalahan

yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Apakah yang menjadi korelasi dari kesadaran hukum dengan munculnya perselisihan

hubungan industrial di PT.Indojaya Agrinusa?

2. Bagaimana tindak lanjut dari para Penggugat dan Tergugat atas putusan tersebut ?
6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Korelasi Dari Kesadaran Hukum Dengan Munculnya Gugatan

Indojaya Agrinusa adalah sebuah perusahaan atau pelaku usaha di bidang pakan

ternak di Indonesia. Maka sebagai suatu pelaku usaha secara langsung akan berhubungan

dengan tenaga kerja. Di dalam melakukan suatu usaha di negara Indonesia ada suatu dasar

hukum yang mengaturnya, maka dalam hal ini terkait dengan hukum ketenagakerjaan yang

diatur sedemikian rupa di dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Maka sebagai

pelaku usaha dan tenaga kerja kedua belah pihak terikat atas peraturan tersebut. Berdasarkan

perselisihan hubungan industrial yang sering terjadi di PT.Indojaya Agrinusa itu sendiri pada

umumnya selalu berkaitan dengan pembayaran upah, pemutusan hubungan kerja, dan tentang

perjanjian kerja.

Apabila bercermin atau didasarkan kepada gugatan yang akhirnya memunculkan

putusan No:168/Pdt.Sus-PHI/2017/PN-Mdn, maka yang menjadi Penggugat adalah para

tenaga kerja borongan yang selama ini merasa sebagai pegawai tetap dari PT.Indojaya

Agrinusa, yang kemudian para Penggugat menuntut apa yang menjadi hak mereka kepada

pihak perusahaan yang pada kenyataannya bahwa apa yang menjadi tuntutan dan asumsi

mereka adalah salah. Dimana pada putusan perkara disebutkan bahwa sebenarnya para

Penggugat adalah pegawai outsorching, karena tidak adanya bukti bahwa ada suatu perjanjian

kerja antara para Penggugat dengan pihak perusahaan.

Berdasarkan Pasal 64 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan menyatakan bahwa “Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan

pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau


7

penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat tertulis. Maka sebenarnya pihak Indojaya sendiri

juga dapat melakukan kerja sama dengan pihak lain. Tapi para Penggugat tidak tau bahwa

sebenarnya mereka bekerja kepada Tergugat II yakni PT. Bangun Sari Gemilang sebagai

perusahaan penyedi pekerja/buruh. Selain itu bukti-bukti yang diajukan oleh para Penggugat

juga tidak ada.

Menurut penulis semua hal yang menjadi dasar putusan tersebut karena para

Penggugat memiliki kesadaran hukum yang rendah karena para tenaga kerja sendiri tidak

mengerti kepada siapa sebernarnya dia seharusnya menuntut hak dan melakukan

kewajibannya. Dan semestinya pihak perusahaan juga dari awal hubungan kerja dapat lebih

tegas dalam menjalankan peraturan perundang-undangan yang ada dan berlaku, dalam hal ini

adalah UU nomor 13 Tahun 2003. Karena pada kenyataannya dasar gugatan yang sama sudah

pernah terjadi sebelumnya,dengan pihak yang sama dan dengan tuntutan yang sama juga.

B. Tindak Lanjut dari Para Penggugat dan Tergugat atas Putusan

Berdasarkan putusan maka apa yang menjadi gugatan para Penggugat sepenuhnya

telah ditolak seluruhnya dan para Penggugat harus membayar biaya perkara yang ada. Maka

menurut putusan tersebut sampai saat ini yang menjadi tindak lanjut dari para Penggugat

adalah menerima putusan tersebut dan tidak ada melakukan upaya hukum selanjutnya. Dan

dari pihak Tergugat sendiri dalam hal ini adalah PT.Indojaya Agrinusa selalu berusaha untuk

memperbaiki hubungan industrialnya, terutama dengan para tenaga kerja. Tetapi menurut

penulis sampai saat ini pihak perusahaan belum dengan seoptimal mungkin menjalankan

peraturan perundang-undangan yang ada. Karena peraturan yang ada cenderung hanya

dipandang sebelah mata saja. Dan banyak tenaga kerja yang merasa telah melakukan

kewajibannya dengan semestinya tetapi tidak mendapatkan apa yang semestinya menjadi

haknya.
8

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bahwa yang menjadi kesimpulan dari pembahasan di atas adalah sebenarnya

peraturan yang ada sebenarnya sudah baik dan bagus, tetapi pada kenyataannya para tenaga

kerja dan pelaku usaha memiliki kesadaran hukum yang rendah. Tenaga kerja cenderung

menuntut apa yang menjadi hak mereka tanpa mengerti apa yang menjadi kewajiban mereka

dan mereka juga tidak mengerti tentang peraturan tersebut. Dan dari sisi pihak pengusaha itu

sendiri bahwa selalu melihat peraturan tersebut dengan sebelah mata.

B. SARAN

Sebaiknya pihak perusahaan dapat menjalankan peraturan yang ada dengan lebih

baik lagi dan semestinya dilakukan sosialisasi atas peraturan yang ada baik peraturan

perundang-undanagn ketenagakerjaan, yang kemudian selanjutnya dengan hal tersebut dapat

meminimalisir perselisihan hubungan industrial.


9

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Charda S., Ujang. 2014. Mengenal Hukum Ketenagakerjaan Indonesia : Sejarah, Teori &
Praktiknya di Indonesia. Fakultas Hukum UNSUB: Subang.

Mertukusumo, Sudikno. 1991. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Liberty: Yogyakarta.

Sumbayak, Radisma. 1995. Beberapa Pemikiran Kearah Penegakan Hukum. Penerbit Ind-
Hill: Jakarta.

WEBSITE

http://ejournal.sthb.ac.id/index.php/jwy/article/download/86/68.html, Jurnal Hukum


Karakteristik Undang-Undang Ketenagakerjaan Dalam Perlindungan Hukum Terhadap
Tenaga Kerja [Diakses pada 15 April 2018 Pukul 21:00 WIB].

http://ojs.unm.ac.id/PSN-HSIS/article/download/2186/1112.html, Jurnal Hukum Membangun


Kesadaran Hukum Hak-Hak Pekerja Perempuan Dalam Dunia Kerja Sebagai Bagian
Revolusi Mental Menyosong MEA [Diakses pada 16 April 2018 Pukul 20:00 WIB].

http://www.fsps.or.id/2016/01/dasar-hukum-ketenagakerjaan.html, Dasar Hukum


Ketenagakerjaan [Diakses Pada 15 April 2018 Pukul 20:00 WIB].

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan


10

Anda mungkin juga menyukai