DISUSUN OLEH :
KELAS EKSEKUTIF
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara hukum di dunia yang menganut sistem hukum
Eropa Kontinetal. Oleh sebab itu, segala sesuatu harus dilaksanakan pada hukum tertulis.1
Sebagai negara hukum maka hal yang ingin dicapai dari hal tersebut adalah adanya
Perlindungan Hukum. Perlindungan hukum adalah jaminan hak dan kewajiban untuk
manusia dalam rangka memenuhi kepentingan sendiri maupun didalam hubungan manusia.2
Perlindungan hukum bagi tenaga kerja merupakan perwujudan dari usaha untuk
harus berlandaskan filosofis, yakni Pancasila dan landasan yuridis konstitusional, yakni
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai hukum dasar serta landasan yuridis opersional, yakni
hukumnya. Disamping itu, yang tidak kalah penting adalah landasan sosiologis, yakni sesuai
dengan tata nilai budaya yang berlaku di masyarakat sehingga dapat menampung segala
kenyataan hidup masyarakat dewasa ini. Hal tersebut dimaksudkan, bahwa pembangunan
dilaksanakan untuk mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil,
1
Dikutip dari http://www.fsps.or.id/2016/01/dasar-hukum-ketenagakerjaan.html, Dasar Hukum
Ketenagakerjaan [Diakses Pada 15 April 2018 Pukul 20:00 WIB].
2
Sudikno Mertukusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty,1991), hal.40.
3
Ujang Charda S., Mengenal Hukum Ketenagakerjaan Indonesia : Sejarah, Teori & Praktiknya di Indonesia,
(Subang: Fakultas Hukum UNSUB, 2014), hal. 25.
3
tidak hanya berhubungan dengan kepentingan tenaga kerja yang akan, sedang, dan telah
melakukan hubungan kerja, tetapi bagaimana caranya agar semua orang mendapatkan
pekerjaan dan kelayakkan kehidupan bagi kemanusiaan, seperti diamanatkan Pasal 27 ayat
(2) dan Pasal 28D (2) Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang intinya menyatakan
bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan tanpa adanya diksriminatif dalam pelaksanaan hubungan kerja.4 Negara sebagai
badan hukum publik sebagai korporasi harus mampu memposisikan dirinya sebagai regulator
yang bijak melalui sarana pembentukan dan pelaksanaan hukum ketenagakerjaan karena
hukum ketenagakerjaan akan menjadi sarana utama untuk menjalankan kebijakan pemerintah
jawaban dari permasalahan yang mengatur di bidang ketenagakerjaan dan mempunyai tujuan
sedemikian rupa sehingga terpenuhi hak-hak dan perlindungan yang mendasar bagi tenaga
kerja. Peningkatan kualitas manusia tidak mungkin tercapai tanpa memberikan jaminan
hidup, sebaliknya jaminan hidup tidak dapat tercapai apabila manusia tidak mempunyai
pekerjaan, dimana dari hasil pekerjaan itu dapat diperoleh imbalan jasa untuk membiayai
dirinya dan keluarganya.6 Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bagi para
4
Dikutip dari http://ejournal.sthb.ac.id/index.php/jwy/article/download/86/68.html, Jurnal Hukum Karakteristik
Undang-Undang Ketenagakerjaan Dalam Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja [Diakses pada 15
April 2018 Pukul 21:00 WIB], hal. 4.
5
Ibid. hal. 1.
6
Dikutip dari http://ojs.unm.ac.id/PSN-HSIS/article/download/2186/1112.html, Jurnal Hukum Membangun
Kesadaran Hukum Hak-Hak Pekerja Perempuan Dalam Dunia Kerja Sebagai Bagian Revolusi Mental
Menyosong MEA [Diakses pada 16 April 2018 Pukul 20:00 WIB], hal. 80.
4
tenaga kerja juga dapat dilihat sebagai suatu upaya untuk membangun budaya hukum di
masyarakat. Membangun suatu budaya hukum di masyarakat memiliki kaitan yang sangat
erat dan tidak terlepas dengan tingkat kesadaran hukum. Menurut Scholten, maka yang
dimaksud dengan kesadaran hukum itu adalah kesadaran yang ada pada setiap manusia
tentang apa hukum itu, apa seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari hidup kejiwaan
kita dengan mana kita membedakan antara hukum dan tidak hukum (onrecht), antara yang
seyogyamya dilakukan dengan tidak seyogyanya dilakukan.7 Maka kesadaran hukum tersebut
berarti kesadaran tentang apa yang seyogyamya kita lakukan atau perbuat atau yang
seyogyanya tidak kita lakukan atau perbuat terhadap orang lain. Ini berarti kesadaran akan
kewajiban hukum kita masing-masing terhadap orang lain. Menurut Leopold Pospisil untuk
mencapai tujuan dari kesadaran hukum ada faktor-faktor yang menentukan, yaitu pertama;
Pengetahuan tentang Hukum, kedua; Pengakuan terhadap Hukum, ketiga; Penataan terhadap
ketentuan-ketentuan hukum.8 Dengan demikian, maka dengan adanya kesadaran hukum dari
para tenaga kerja maupun pengusaha, maka hukum atau peraturan perundang-undangan
Indojaya Agrinusa Medan adalah salah satu pelaku usaha di Indonesia di bidang
pakan ternak yang merupakan bagian dari Japfa Group. Dimana dalam melakukan suatu
usaha maka didalamnya juga terdapat tenaga kerja. Maka apabila bercermin pada salah satu
perselisihan hubungan industrial yang dihadapi oleh PT.Indojaya Agrinusa sendiri yakni
kesadaran hukum dari para tenaga kerja mengakibatkan para tenaga kerja tidak paham atas
7
Dikutip dalam Artikel Hukum Sudikno Mertukusumo.
8
Radisman F.S. Sumbayak, Beberapa Pemikiran Kearah Penegakan Hukum, (Jakarta: Penerbit Ind-Hill, 1995),
hal. 53.
5
apa yang sebenarnya menjadi hak dan kewajibannya, dan cenderung menggunakan hukum
atau peraturan perundang-undangan yang ada hanya untuk suatu kepentingan saja. Disisi lain
pengusaha cenderung hanya mengganggap hukum tersebut sebagai peraturan semata yang
baru akan berjalan dan diterapkan dengan semestinya apabila sudah ada perkara yang
kesadaran hukum juga berkaitan juga terhadap bagaimana kepatuhan terhadap hukum atau
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam penulisan ini permasalahan
1. Apakah yang menjadi korelasi dari kesadaran hukum dengan munculnya perselisihan
2. Bagaimana tindak lanjut dari para Penggugat dan Tergugat atas putusan tersebut ?
6
BAB II
PEMBAHASAN
Indojaya Agrinusa adalah sebuah perusahaan atau pelaku usaha di bidang pakan
ternak di Indonesia. Maka sebagai suatu pelaku usaha secara langsung akan berhubungan
dengan tenaga kerja. Di dalam melakukan suatu usaha di negara Indonesia ada suatu dasar
hukum yang mengaturnya, maka dalam hal ini terkait dengan hukum ketenagakerjaan yang
diatur sedemikian rupa di dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Maka sebagai
pelaku usaha dan tenaga kerja kedua belah pihak terikat atas peraturan tersebut. Berdasarkan
perselisihan hubungan industrial yang sering terjadi di PT.Indojaya Agrinusa itu sendiri pada
umumnya selalu berkaitan dengan pembayaran upah, pemutusan hubungan kerja, dan tentang
perjanjian kerja.
tenaga kerja borongan yang selama ini merasa sebagai pegawai tetap dari PT.Indojaya
Agrinusa, yang kemudian para Penggugat menuntut apa yang menjadi hak mereka kepada
pihak perusahaan yang pada kenyataannya bahwa apa yang menjadi tuntutan dan asumsi
mereka adalah salah. Dimana pada putusan perkara disebutkan bahwa sebenarnya para
Penggugat adalah pegawai outsorching, karena tidak adanya bukti bahwa ada suatu perjanjian
penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat tertulis. Maka sebenarnya pihak Indojaya sendiri
juga dapat melakukan kerja sama dengan pihak lain. Tapi para Penggugat tidak tau bahwa
sebenarnya mereka bekerja kepada Tergugat II yakni PT. Bangun Sari Gemilang sebagai
perusahaan penyedi pekerja/buruh. Selain itu bukti-bukti yang diajukan oleh para Penggugat
Menurut penulis semua hal yang menjadi dasar putusan tersebut karena para
Penggugat memiliki kesadaran hukum yang rendah karena para tenaga kerja sendiri tidak
mengerti kepada siapa sebernarnya dia seharusnya menuntut hak dan melakukan
kewajibannya. Dan semestinya pihak perusahaan juga dari awal hubungan kerja dapat lebih
tegas dalam menjalankan peraturan perundang-undangan yang ada dan berlaku, dalam hal ini
adalah UU nomor 13 Tahun 2003. Karena pada kenyataannya dasar gugatan yang sama sudah
pernah terjadi sebelumnya,dengan pihak yang sama dan dengan tuntutan yang sama juga.
Berdasarkan putusan maka apa yang menjadi gugatan para Penggugat sepenuhnya
telah ditolak seluruhnya dan para Penggugat harus membayar biaya perkara yang ada. Maka
menurut putusan tersebut sampai saat ini yang menjadi tindak lanjut dari para Penggugat
adalah menerima putusan tersebut dan tidak ada melakukan upaya hukum selanjutnya. Dan
dari pihak Tergugat sendiri dalam hal ini adalah PT.Indojaya Agrinusa selalu berusaha untuk
memperbaiki hubungan industrialnya, terutama dengan para tenaga kerja. Tetapi menurut
penulis sampai saat ini pihak perusahaan belum dengan seoptimal mungkin menjalankan
peraturan perundang-undangan yang ada. Karena peraturan yang ada cenderung hanya
dipandang sebelah mata saja. Dan banyak tenaga kerja yang merasa telah melakukan
kewajibannya dengan semestinya tetapi tidak mendapatkan apa yang semestinya menjadi
haknya.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
peraturan yang ada sebenarnya sudah baik dan bagus, tetapi pada kenyataannya para tenaga
kerja dan pelaku usaha memiliki kesadaran hukum yang rendah. Tenaga kerja cenderung
menuntut apa yang menjadi hak mereka tanpa mengerti apa yang menjadi kewajiban mereka
dan mereka juga tidak mengerti tentang peraturan tersebut. Dan dari sisi pihak pengusaha itu
B. SARAN
Sebaiknya pihak perusahaan dapat menjalankan peraturan yang ada dengan lebih
baik lagi dan semestinya dilakukan sosialisasi atas peraturan yang ada baik peraturan
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Charda S., Ujang. 2014. Mengenal Hukum Ketenagakerjaan Indonesia : Sejarah, Teori &
Praktiknya di Indonesia. Fakultas Hukum UNSUB: Subang.
Sumbayak, Radisma. 1995. Beberapa Pemikiran Kearah Penegakan Hukum. Penerbit Ind-
Hill: Jakarta.
WEBSITE
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN