JURNAL ILMIAH
Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2020
LEMBAR PENGESAHAN JURNAL ILMIAH
IMPLEMENTASI HAK BERSERIKAT BAGI ANGGOTA
SATUAN PENGAMANAN SEBAGAI PEKERJA DALAM
HUKUM POSITIF INDONESIA
Oleh :
Menyetujui,
Pembimbing Pertama,
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
ABSTRAK
This work aims are to know and to analyze how is the implementation of rights to
associate as workers for the member of security unit in Indonesia positive law. Type
of this research is normative-empirical legal research. Based on research result,
security unit should be given the rights to develop and join worker association,
because it is in accordance with the hierarchy of laws. Thus, the binding power of
circular letter only as guidance. Also based on this research, from various company
in Mataram which using in house security service from third party in this matter is
security service company, there is no security worker association.
Keywords: rights to associate, legal implementati
i
I. PENDAHULUAN
Kebebasan berserikat adalah hak mendasar yang dimiliki oleh buruh untuk
membentuk, mendirikan serikat pekerja serta menjalankan tugas dan fungsi serikat
pekerja. Begitu juga dengan para pengusaha mempunyai hak untuk mendirikan
pekerja/buruh dimulai pada saat pengunduran Presiden Soeharto pada bulan Mei
sebelumnya pada saat rezim Presiden Soeharto, Indonesia dikritik oleh negara-negara
kerjanya”.
dimaksud dengan Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah
atau imbalan dalam bentuk lain. “Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan
Disamping itu pula, pengertian Pekerja diatur dalam Pasal 1 ayat 6 Undang-
Undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, yang sama
hak yang sama dengan pekerja yang lainnya. Bila mengacu kepada ketentuan hukum
ketenagakerjaan serta konvensi internasional, maka tidak ada perbedaan hak pekerja
yang jabatannya sebagai satuan pengamanan dengan jabatan yang lainnya. Semuanya
adalah mempunyai hak yang sama. Salah satu hak normatif pekerja adalah hak untuk
Meskipun di dalam satu perusahaan terdapat lebih dari satu serikat pekerja, masing-
masing serikat pekerja tersebut juga berhak menyalurkan aspirasi anggotanya dalam
Mabes Polri, atas nama Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia melalui
Satpam Bukan Anggota Serikat Pekerja (SPSI, SBSI atau sejenisnya) yang ditujukan
kepada Para Kepala Kepolisian Daerah, yang pada pokoknya bahwa Satpam bukanlah
anggota serikat pekerja dan tidak dibenarkan menjadi anggota organisasi serikat
pekerja.
1
Dalinama Telaumbanua, Hukum Ketenagakerjaan, Deepublish, Yogyakarta, 2019, hlm.14
iii
Bukan Anggota Serikat Pekerja (SPSI, SBSI atau sejenisnya) yang dikeluarkan oleh
surat edaran tersebut penulis ingin melakukan analisis terhadap surat edaran tersebut
berserikat anggota satuan pengamanan di Kota Mataram. Jenis penelitian ini adalah
penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris, dan menggunakan tiga
2
Amirudin dan Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2016
iv
II. PEMBAHASAN
Buruh.
Industrial.
Dalam setiap pekerja/buruh melekat hak-hak yang telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Salah satu hak pekerja yaitu “Hak Untuk
Bekerja” dimana perlindungan terhadap setiap orang untuk bekerja bersumber pada
tersebut termuat dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi “Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dan Pasal 28 D ayat (2)
menyebutkan bahwa “Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
Kemudian hak untuk bekerja diatur juga secara khusus dalam Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dalam Pasal 1 ayat (2), yaitu
“Tenaga kerja dialah orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat”. Selain itu hak untuk bekerja diatur juga dalam Pasal 5 dan Pasal 6
pasal 5 berbunyi “Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa
Kemudian terdapat pula hak pekerja untuk berserikat dimana pada hakekatnya
hak untuk berserikat bagi pekerja telah mendapatkan perlindungan baik secara
universal maupun secara nasional, seperti yang telah dibahas sebelumnya yaitu Pasal
Undang Dasar 1945 Pasal 28 E, dan hukum nasional International Covenant on Civil
Internasional Tentang Hak-Hak Sipil dan Politik) Pasal 21 dan Pasal 22,
dan Budaya) Pasal 8, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia Pasal 24 ayat (1) dan Pasal 39, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
vi
Tentang Ketenagakerjaan Pasal 104 ayat (1) dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun
Ketentuan tersebut menunjukan hak untuk berserikat telah dijamin dan dilindungi
serta memperoleh tempat yang penting dalam konstitusi maupun secara universal,
sehingga setiap pekerja berhak untuk berserikat. Oleh karena posisinya lemah, baik
secara ekonomi maupun dari segi kedudukan terhadap pengusaha, maka SATPAM
mengorganisasi dirinya dalam suatu wadah untuk mencapai tujuannya. Wadah inilah
yang disebut dengan serikat pekerja/serikat buruh sebagaimana yang telah diatur
Buruh. Peran serikat pekerja dalam menciptakan hubungan industrial yang harmonis
adalah dengan cara mencari jalan terbaik bagi pemenuhan dua kepentingan tersebut
maupun di luar perusahaan yang bersifat bebas terbuka, mandiri, demokratis, dan
3
Muhammad Sadi & Sobandi, Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Kencana, Jakarta, 2020,
hlm.163
vii
berserikat bagi pekerja tersebut merupakan perwujudan dari hak-hak dasar manusia
Dalam pengaturan kebebasan hak berserikat tersebut ada dua tujuan pokok yang
akan dicapai, pertama hak asasi manusia harus dilindungi sebagai hak dasar, kedua
harus ada jaminan bahwa hak dan kebebasan orang lain dapat terlaksana dengan baik.
Pekerja mempunyai hak asasi untuk membentuk dan mendirikan serikat pekerja dan
siapapun tidak boleh melarang dan menghalang-halanginya.5. Untuk itu agar tujuan
tersebut dapat diwujudkan, hak atas kebebasan berserikat dibatasi oleh dua klausa
SATPAM sebagai pekerja tidak mendapatkan haknya untuk berserikat dengan adanya
Nomor:B/194/2013/Baharkam.
Tahun 2006 tentang Pedoman Pembinaan Badan Usaha Jasa Pengamanan, satuan
4
Suratman,Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, PT. RajaGrafindo, Depok, 2018, hlm.106
5
Darwis Anatami, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, Deepublish, Yogyakarta, 2016, hlm.52
viii
Dengan adanya hubungan kerja serta perjanjian kerja antara SATPAM dengan
pengusaha atau pemberi kerja atas suatu pekerjaan yang dilakukan dengan menerima
upah dari pengusaha/pemberi kerja, sehingga memenuhi unsur dalam hubungan kerja
yaitu adanya pekerjaan, upah, perintah dan berdasarkan ketentuan yang berlaku
mengenai pekerja/buruh, serta tidak ada peraturan pemerintah maupun peraturan lain
Ketenagakerjaan.
Dalam Pasal 2b konvensi ILO Nomor 98 Tahun 1949 tentang Dasar-Dasar dari
pada Hak untuk Berorganisasi dan untuk Berunding Bersama menyebutkan bahwa
pekerja atau karena turut serta dalam tindakan-tindakan serikat pekerja di luar jam-
jam pekerja atau dengan persetujuan majikan dalam waktu jam bekerja” 6.
Dalam hal ini sudah secara jelas diatur bahwa tindakan yang menyebabkan
pemberhentian atau merugikan pekerja karena menjadi anggota serikat pekerja adalah
tidak dibenarkan. Selain itu dalam petunjuk polisi tentang larangan anggota
“Dalam Keputusan bersama menteri tenaga kerja Republik Indonesia dan kepala
Kep/04/V/1989 tanggal 22 mei 1989 tentang pengaturan jam kerja, shieft, dan jam
6
Lanny Ramli, Hukum Ketenagakerjaan, Airlangga university press, Surabaya, 2008, hlm.63
ix
istirahat serta pembinaan tenaga kerja SATPAM. Menteri Tenaga Kerja Republik
sebagai unsur penertib dan pengaman perusahaan atau badan hukum lainnya,
Hal tersebut telah menunjukan bahwa SATPAM sebagai pekerja pembinaan dan
anggota SATPAM ditampung dalam Asosiasi Profesi Indonesia (APSI) atau Asosiasi
Badan Usaha Jasa Pengamanan (ABUJAPI). Yang bisa menjadi anggota APSI atau
dengan POLRI dan Masyarakat. Dengan uraian tersebut APSI dan ABUJAPI
pekerja.
x
yang artinya apabila ada peraturan yang lebih tinggi dan peraturan yang lebih rendah
mengatur hal yang sama maka yang berlaku adalah peraturan yang lebih tinggi,
karena sifar dari surat edaran dan surat telegram hanyalah sebatas memberitahukan,
menjelaskan dan/atau berisi petunjuk tentang cara melaksanakan hal tertentu yang
tidak berlaku dan seharusnya tunduk pada ketentuan yang lebih tinggi yaitu Undang-
Jumlah total BUJP yang ada di Provinsi NTB yaitu, 52 BUJP yang tersebar di
berbagai daerah di NTB. Kota Mataram merupakan sentral dimana perusahaan BUJP
berkumpul, terdapat sekitar 20 BUJP baik lokal maupun luar yang mendirikan
Sebagai contoh terdapat salah satu BUJP di kota mataram yaitu PT. Sri Candra
Dwipa yang telah memiliki anggota SATPAM sejumlah 104 orang yang telah
ditempatkan bekerja di berbagai perusahaan mitra kerja PT. Sri Candra Dwipa di
xi
berbagai wilayah di Kota Mataram, dimana jumlah anggota SATPAM yang terdaftar
keadilan serta hak-hak SATPAM sebagai pekerja harus diperhatikan. Menurut Surat
harus bersikap netral dalam lingkungan kerjanya. Namun dari sejumlah BUJP atau
Nusa Tenggara Barat, tidak ada yang telah mendirikan serikat pekerja.
Sedangkan menurut himbauan dari POLRI seluruh anggota SATPAM yang terdaftar
telah memiliki wadah untuk menyampaikan aspirasi yaitu Asosiasi Profesi Satpam
Indonesia (APSI). Namun hanya sekedar mendampingi jika ada suatu masalah
berwenang. Dan APSI tidak bisa intervensi terlalu dalam ke pihak perusahaan
pengguna jasa SATPAM, jadi kurang tepat jika dikatakan APSI merupakan wadah
III. PENUTUP
Kesimpulan
yang lebih tinggi. (2) Penerapan hak berserikat SATPAM di Kota Mataram
mengenai hak berserikat dan pihak pengusaha atau pemberi kerja yang
Saran
xiii
Adapun saran yang penulis berikan, yaitu (1) bagi aparat kepolisian lebih
hak berserikat bagi pekerja. Penggunaan hak hanya boleh dibatasi oleh
harus diberikan hak berserikat dan dikemudian hari diharapkan ada penelitian
lebih lanjut yang mengatur regulasi terjadinya hak berserikat bagi anggota
SATPAM.
DAFTAR PUSTAKA
Amirudin dan Asikin, 2016, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
Peraturan Perundang-Undangan