PENDAHULUAN
Kebebasan berserikat adalah hak mendasar yang dimiliki oleh buruh untuk membentuk, mendirikan
serikat pekerja serta menjalankan tugas dan fungsi serikat pekerja. begitu juga dengan para pengusaha
mempunyai hak untuk mendirikan serikat/organisasi bagi para pengusaha.
Terbukanya “kran” kebebasan berserikat khususnya bagi para pekerja/buruh dimulai pada saat
pengunduran Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998. Indonesia memulai era baru dalam hubungan
ketenagakerjaan. karena sebelumnya pada saat rezim Presiden Soeharto, Indonesia dikritik oleh
negara-negara di dunia karena praktek-praktek represip dalam ketenagakerjaan.
Pada saat Presiden Soeharto, di era orde baru hanya ada satu serikat pekerja nasional yang diakui
yaitu Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) dan para buruh yang berusaha untuk membuat serikat
pekerja baru atau memprotes upah dan kondisi kerja akan menghadapi intimidasi, integroasi, penjara,
kekerasan fisik atau bahkan lebih buruk[1].
Lengsernya Presiden Soeharto, yang digantikan oleh Pemerintahan Habibie, ingin mengubah keadaan
hubungan ketenagakerjaan di Indonesia, dari catatan buruh dunia internasional. Dalam beberapa bulan
Presiden Habibie, membuka “kran” kebebasan berserikat dengan mengizinkan serikat buruh diluar
SPSI berdiri dan kurang dari dua tahun Indonesia meratifikasi semua konvensi inti ILO.[2]
Setelah Indonesia meratifikasi Konvensi Inti ILO, dengan menghasilkan paket undang-undang dibidang
ketenagakerjaan yaitu; UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, UU No. 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan; UU No. 4 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial. Dan Paket UU Ketenagakerjaan tersebut, masih belum sepenuhnya mematuhi konvensi-
konvensi ILO inti yang sudah diratifikasi oleh Indonesia.
Surat Edaran Nomor; B/194/I/2013/Baharkam, Perihal; Satpam Bukan Anggota Serikat Pekerja (SPSI,
SBSI atau sejenisnya) tertanggal 28 Januari 2013 bukanlah merupakan peraturan perundang-
undangan. Hal tersebut dapat dilihat dalam UU No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (selanjutnya disebut UU Pembentukan Peraturan Per-UU).
Penutup
Dari uraian diatas, maka Satuan Pengamanan (Satpam) tidak ada larangan untuk membentuk serikat
pekerja, bahkan Pegawai Negeri sipil atau kepala daerah sendiri tidak ada larangan bagi mereka untuk
berserikat. Maka Pemerintahan Jokowi-JK saat ini harus memberikan jaminan bagi buruh untuk
berserikat, dan menindak tegas pengusaha-pengusaha nakal yang melakukan pelanggaran hukum
ketenagakerjaan khususnya pemberangusan terhadap serikat pekerja/buruh. Karena hal tersebut
merupakan suatu kejahatan, yang dapat dipidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama lima
tahun sesuai dengan Pasal 28 jo. Pasal 43 UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat
Buruh.
Penulis adalah Pengacara Publik LBH Jakarta