Anda di halaman 1dari 3

Memahami dan Mengerti Arsitektur Perbankan Indonesia

Basel Core Principles


Core Principles for Effective Banking Supervision atau yang lebih dikenal dengan
nama the Basel Core Principles adalah prinsip-prinsip dasar sistem supervisi perbankan yang
disusun oleh the Basel Committee on Banking Supervision bersama dengan beberapa institusi
supervisor perbankan lainnya, merupakan suatu pedoman yang memuat syarat-syarat
minimum yang dibutuhkan oleh perbankan di dalam merespon berbagai kondisi dan risiko di
sistem keuangan suatu negara, sehingga the Basel Core Principles diharapkan dapat menjadi
rujukan dasar bagi institusi supervisor perbankan dan otoritas publik lainnya di seluruh
negara maupun secara internasional. The Basel Committee meyakini bahwa pengadopsian
prinsip-prinsip tersebut oleh semua negara menjadi langkah penting dalam proses
memperbaiki dan meningkatkan kualitas keuangan baik didalam negeri masing-masing
maupun dunia internasional (Dahlan Siamat, 2005 : 197).
Dikatakan sebelumnya bahwa the Basel Core Principles adalah prinsip-prinsip dasar
sistem supervisi perbankan, didalam the Basel Core Principles memuat dua puluh lima
prinsip dasar yang dapat dijadikan rujukan bagi pengawasan perbankan. Dari ke dua puluh
lima prinsip tersebut dikelompokkan lagi menjadi tujuh prinsip kelompok utama yaitu prinsip
prakondisi bagi pengawasan perbankan yang efektif, prinsip perizinan dan struktur, prinsip
ketentuan kehati-hatian dan persyaratan, prinsip metode pengawasan perbankan yang sedang
berjalan, prinsip akuntansi dan persyaratan informasi, prinsip pengawas bank, dan prinsip
lintas batas perbankan. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengadopsi produk yang
dihasilkan oleh the Basel Committee, mulai dari the Core Principles for Effective Banking
Supervision sampai dengan perkembangannya yang terakhir yaitu the New Basel Capital
Accord. Pengadopsian prinsip-prinsip yang dikeluarkan oleh the Basel Committee, dapat
dikatakan sebagai salah satu tindakan pembenahan diri yang mulai dilakukan oleh BI
terhadap metode yang selama ini digunakan dalam rangka pengawasan perbankan.
Basel III dan Stabilitas Sistem Keuangan
Basel III merupakan reformasi pengaturan di sektor perbankan sebagai respon krisis
keuangan dunia tahun 2008 yang diakibatkan oleh kurangnya kecukupan modal, tingginya
variasi ATMR antar Bank-bank, leverage yang sangat tinggi dan liquidity crunch.
Basel III juga termasuk bagian dari revisi Basel II yang memuat langkah- langkah
preventif untuk menghindari krisis perbankan. Sama seperti Basel II, Basel III terdiri atas tiga
pilar, yakni :
 meningkatkan kemampuan bank dalam meredam kejutan yang bersumber dari
tekanan keuangan dan ekonomi darimana pun sumbernya
 meningkatkan manajemen risiko dan tata kelola perbankan
 memperkuat transparansi dan pengungkapan bank.
Pengertian API
Arsitektur Perbankan Indonesia merupakan suatu kerangka dasar pengembangan
sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh untuk rentang waktu lima sampai
sepuluh tahun ke depan. API diharapkan akan dapat memberikan arah, bentuk, dan tatanan
industri perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan.
"Menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat yang mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang berkesinambungan"
Program ini bertujuan untuk memperkuat permodalan bank umum (konvensional dan
syariah) dalam rangka meningkatkan kemampuan bank mengelola usaha maupun risiko,
mengembangkan teknologi informasi, maupun meningkatkan skala usahanya guna
mendukung peningkatan kapasitas pertumbuhan kredit perbankan. Implementasi program
penguatan permodalan bank dilaksanakan secara bertahap. Upaya peningkatan modal bank-
bank tersebut dapat dilakukan dengan membuat business plan yang memuat target waktu,
cara dan tahap pencapaian.

Cara pencapaiannya melalui:

 Penambahan modal baru baik dari shareholder lama maupun investor baru;
 Merger dengan bank (atau beberapa bank) lain untuk mencapai persyaratan modal
minimum baru;
 Penerbitan saham baru atau secondary offering di pasar modal;
 Penerbitan subordinated loan

Enam Pilar API

Ada enam pilar API untuk merealisasikan pencapaian visi API tersebut, yaitu:

1. Menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat yang mampu memenuhi


kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang
berkesinambungan.
2. Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan
mengacu pada standar internasional.
3. Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang
tinggi serta memiliki ketahanan dalam menghadapi resiko.
4. Menciptakan good corporate governannce (GCG) dalam rangka memperkuat
kondisi internal perbankan nasional
5. Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mendukung terciptanya
industri perbankan yang sehat
6. Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan

Dalam waktu sepuluh sampai limabelas tahun ke depan program peningkatan permodalan
tersebut diharapkan akan mengarah pada terciptanya struktur perbankan yang lebih optimal,
yaitu terdapatnya:
 2 sampai 3 bank yang mengarah kepada bank internasional dengan kapasitas dan
kemampuan untuk beroperasi di wilayah internasional serta memiliki modal di atas Rp50
triliun;
 3 sampai 5 bank nasional yang memiliki cakupan usaha yang sangat luas dan beroperasi
secara nasional serta memiliki modal antara Rp10 triliun sampai dengan Rp50 triliun;
 30 sampai 50 bank yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen usaha tertentu sesuai
dengan kapabilitas dan kompetensi masing-masing bank. Bank-bank tersebut memiliki
modal antara Rp100 miliar sampai dengan Rp10 triliun;
 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan bank dengan kegiatan usaha terbatas yang memiliki
modal di bawah Rp100 miliar.

Anda mungkin juga menyukai