PENDAHULUAN
Pada kesempatan kali ini kami akan membahas beberapa contoh kasus tentang pelanggaran
ketenaga kerjaan, baik pelanggaran yang dilakukan oleh perushaan maupun intansi
pemerintahan, serta hukuman apa yang akan diberikan dan bagimana cara
menyelesaikannya.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Dalam pasal 3,4,6,9, dan 11 Undang-undang No. 14 Tahun 1969 yang merupakan Undang-
undang pokok mengenai Tenaga Kerja, mengatur hak-hak Tenaga kerja tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi
kemanusiaan
Salah satu tujuan penting dari masyarakat Pancasila adalah memberikan kesempatan
bagi tiap tenaga kerja untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang
memberikan kesejahteraan. Hal ini sesuai d maksud pasal 27 ayat (2) UUD 1945.
2. Tiap tenaga kerja memilih dan atau pindah pekerjaan sesuai dengan bakat dan
kemampuannya.
Di samping jaminan hidup yang layak tenaga kerja juga menginginkan kepuasan
yang datangnya dari pelaksanaan pekerjaan yang ia sukai dan yang dapat ia lakukan
dengan sebaik mungkin untuk mana ia mendapat penghargaan.
3. Tiap tenaga kerja berhak atas pembinaan keahlian dan kejujuran untuk memperoleh
serta menambah keahlian dan keterampilan kerja, sehingga potensi dan daya
kreasinya dapat dikembangkan dalam rangka mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan kerja sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembinaan
bangsa.
4. Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan,
kesusilaan, pemeliharaan, moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat
manusia dan moral agama.
Maksudnya supaya aman di dalam melakukan pekerjaan sehari-hari dalam rangka
meningkatkan produksi dan produktivitas nasional, maka tenaga kerja harus
dilindungi dari berbagai persoalan di sekitarnya yang dapat mengganggu dalam
pelaksanaan pekerjaannya.
5. Tiap tenaga kerja berhak mendirikan dan menjadi anggota perserikatan tenaga kerja.
Perserikatan tenaga kerja atau yang sekarang disebut serikat pekerja perlu diadakan
untuk melindungi dan memperjuangkan kepentingan tenaga kerja.
3
B. Contoh Kasus
a. Telat membayar Upah Karyawan dan tidak mengikut sertakan karyawan peserta
Jamsostek
JAKARTA - Akibat tidak membayar upah pekerja dan tidak mengikutsertakan pekerjanya
sebagai peserta Jamsostek, satu perusahaan di Kota Pontianak Kalimantan Barat akhirnya
harus berurusan dengan hukum dan dibawa ke Pengadilan Negeri Pontianak.
Proses hukum terhadap perusahaan itu dilakukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
Ketenagakerjaan Dinas Sosial Tenaga kerja (Dinsosnaker) Kota Pontianak, Kalimantan
Barat setelah diketahui adanya pelanggaran ketenagakerjaan tersebut.
"Saat ini kasusnya sedang ditangani oleh Pengadilan Negeri Pontianak dengan dakwaan
melakukan tindak pidana pelanggaran aturan ketenagakerjaan. Sidang pengadilan akan
segera dilakukan dalam waktu dekat ini," kata Direktur Bina Penegakan Hukum
Kemnakertans Bakhtiar di kantor Kemenakertrans, Jakarta, Jumat (17/2/2012).
Upaya penegakan hukum ini kata Bakhtiar, bisa menjadi percontohan yang baik agar
perusahaan-perusahaan lainnya di Indonesia tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran
serupa.
“Penegakan hukum dalam bidang ketenagakerjaan tersebut telah sesuai dan telah diatur
dalam Undang-Undang (UU) Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang-
undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, UU Nomor 3 Tahun 1992 tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja,“ jelas Bakhtiar.
Bakhtiar mengatakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, setiap pelanggaran yang
dilakukan oleh perusahaan maka harus segera diberikan “nota pertama” sebagai peringatan
untuk memperbaiki kesalahannya.
“Kalau masih saja mengabaikan peringatan tahap kedua dan ketiga, maka harus segera
ditindaklanjuti dengan Surat Perintah Dimulainya Penyidikan (SPDP) untuk membuat
Berita Acara Pemeriksaan (BAP) untuk kepentingan pengadilan," tegas Bakhtiar.
Angka pelanggaran terhadap Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia,
masih terbilang cukup tinggi. Menurut data Kemenakertrans pada tahun 2011, jumlah
perusahaan yang mendapat peringatan berupa nota pemeriksaan tahap I sebanyak 7.468
perusahaan dan jumlah perusahaan yang mendapat peringatan keras berupa nota
pemeriksaan tahap II berjumlah 1.472 perusahaan.
Para pengawas ketenagakerjaan yang saat ini tengah bertugas terdiri dari pengawas umum,
1.460 orang, pengawas spesialis 361 orang, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PNS) 563
orang.
Analisis :
1. Jenis Pelanggaran :
3. Tanggapan Pemerintah :
5
Pemerintah mempunyai kewajiban untuk memberikan kepastian hukum dan penegakan
hukum terhadap pelaksanaan aturan ketenagakerjaan, di perusahaan-perusahaan sesuai
dengan peraturan yag tertera dalam undang-undang. Bila terjadi pelanggaran-pelanggaran
maka pemerintah tak segan-segan untuk memberikan sanksi tegas dan bahkan membawa
perkara ini ke ranah hokum.
4. Pendapat Saya :
Jika kasus ini harus segera ditindak lanjuti dan perusahaan yang bersangkutan harus diberi
sangsi, karena jika tidak akan banyak perusahan yang akan melakukan pelanggaran
tersebut. Hal ini jelas merugikan para tenaga kerja yang sudah berkerja keras demi
perusahaan tersebut.
Dua pekan terakhir, aktivitas kilang Balongan, Indramayu, Jawa Barat tidak berjalan
maksimal. Sebab, ribuan buruh di seluruh wilayah kilang milik Pertamina tersebut, mogok
kerja menuntut persamaan hak.
"Totalnya 2.000 buruh yang mogok. Mereka semua buruh outsourcing yang sudah kerja 10-
30 tahun tapi masih kontrak, tidak ada kejelasan. Mereka menuntut persamaan hak dengan
pekerja tetap," ungkap pengurus pusat Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI)
Sunar kepada merdeka.com, Kamis (28/6).
Dia mengatakan, pekerja yang mogok merupakan pekerja yang sehari-hari menjalankan
roda produksi minyak di Kilang Balongan. Mulai dari pekerja pengeboran sumur migas di
laut, bagian produksi, bagian pengolahan, hingga bagian pengiriman.
Walaupun Kilang Balongan masih beraktivitas dan memproduksi minyak, namun tidak
maksimal. Padahal, produksi minyak dari Kilang Balongan, selama ini termasuk yang
terbesar di Indonesia. "Aktivitasnya jadi tidak maksimal pasti,"
Dia menuturkan, beberapa waktu lalu sempat ada perundingan untuk menghentikan aksi
mogok buruh. Namun belum menghasilkan titik temu. Dalam waktu dekat, kata dia,
Pertamina Pusat akan menggelar perundingan untuk menyelesaikan persoalan ini.
PT Pertamina menyatakan aksi anarkis ratusan buruh Pertamina Balongan, meminta
penghapusan sistem kerja kontrak atau outsourcing membuat Pertamina harus memperkecil
produksi kilang di Balongan.
6
Vice President Communication Corporate Pertamina Ali Mundakir mengatakan, aksi
demonstrasi yang berbuntut pada jebolnya pagar kilang ini membuat Pertamina
memperkecil produksi kilang Balongan. "Produksi yang harusnya full, namun karena
karena masyarakat takut kenapa-kenapa kita kecilin produksinya sekitar 1.000 barel per
hari," kata Ali.
Menurut Ali, hal tersebut dilakukan Pertamina karena prinsip dalam operasi migas harus
mengedepankan keselamatan yang tinggi. Oleh sebab itu, pihaknya meminta kepada para
buruh untuk berdemonstrasi dengan tertib karena jika anarkis, akan merugikan bagi diri
sendiri dan negara. "Pertamina mengaku berat jika harus mengangkat seluruh karyawan
outsourcing menjadi pegawai Pertamina mengingat mereka bekerja untuk perusahaan
outsourcing bukan kepada Pertamina," tegasnya
Dia menegaskan masalah sistem kerja kontrak ini bukan hanya menimpa Pertamina, namun
juga seluruh perusahaan nasional. Pertamina mengontrak pekerjaan kepada perusahaan
outsourcing dan pekerja kontrak masih diperbolehkan oleh Undang-Undang.
Walaupun outsourcing, pihaknya tetap menjamin kesejahteraan para pegawai kontrak
tersebut tetap diperhatikan oleh Pertamina dengan cara memberlakukan syarat yang berat
bagi perusahaan outsourcing yang ingin mengikuti tender di Pertamina.
"Yang jelas yang bisa kami pastikan tenaga outsourcing di Pertamina upahnya diatas UMR,
ini yang kita perhatikan. kemudian persyaratan perusahaan ikut tender, kita pastikan
membayar jamsostek dan tunjangan, itu hal terbaik yang bisa Pertamina lakukan," jelasnya.
Analisis :
Outsourcing merupakan kegiatan yang tidak melanggar hukum, dasar hukum
outsourcing adalah Undang-undang No.13 Tahun 2013 tentang ketenagakerjaan. Pada kasus
ini sesuai Undang-undang No.13 Tahun 2013 pasal 65 dan pasal 66. Dari pemberitaan
diatas di beritakan setidaknya ada 2000 buruh yang mengikuti “mogok”. Dari sini dapat
dilihat secara kasat mata bahwa sebagian besar pekerja Pertamina di kilang balongan
merupakan pekerja outsource. Jikalau melihat jumlahnya yang cukup banyak, sulit rasanya
untuk mempercayai jikalau pekerja-pekerja ini dikatakan pekerja yang melakukan kegiatan
penunjang perusahaan secara keseluruhan, seperti pekerja catering, cleaning service,
security, administrasi pembayaran pensiun, program konseling/bantuan karyawan, dan
7
lain-lain. Dengan didukung pernyataan dari pengurus pusat Kongres Aliansi Serikat Buruh
Indonesia (KASBI), Sunar, yang menyatakan bahwa pekerja yang mengikuti demo ini
merupakan pekerja yang sehari-hari menjalankan roda produksi minyak di Kilang
Balongan, mulai dari pekerja pengeboran sumur migas di laut, bagian produksi, bagian
pengolahan jelas sudah bahwa pekerja outsource yang dipekerjakan perusahaan sudah tidak
sesuai dengan peraturan yang ada. Artinya disini Pertamina telah menyalahi aturan UU
No.13 Tahun 2013.
Pekerja Outsource juga hendaknya diberikan kesempatan yang sama dalam hal pemenuhan
kebutuhan personel. Mengisi posisi yang lowong dengan kandidat dari dalam (termasuk
juga pekerja outsurce, tidak hanya pekerja tetap) dan memberikan kesempatan menjadikan
pegawai tetap karena mereka juga merupakan pekerja yang sudah bertahun-taun berada di
perusahaan.
Untuk menghindari kejadian seperti kasus diatas (kasus mogok kerja di kilang Balongan),
hendaknya para pemegang kekuasaan (terutama untuk pekerja outsource) dapat berpikir
relevan dan bijaksana atas kerja yang dilakukan nya (pekerja outsource).
Selain itu hendaknya perusahaan melakukan perhitungan perencanaan kebutuhan karyawan
dengan tepat. Melakukan perekrutan dan seleksi secara tepat. Dan juga berkomitmen untuk
meningkatkan kompetensi dari tiap-tiap pekerja. Salah satu cara yang dapat ditempuh
adalah dengan melakukan pelatihan. Selain peningkatan kompetensi yang dilakukan
perusahaan terhadap karyawan. Karyawan juga harus lebih berfikir relevan dan bijaksana,
sehingga dapat meningkatkan kompetensi dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing
individu secara mandiri.
Jikalau terdapat perselisihan antara outsource dan manajemen, manajemen tidak boleh
membalas menentang karyawan yang akan memperumit dan memperparah keadaan. Dan
4etika dalam bisnis harus dijunjung tinggi
Pelanggaran etika banyak terjadi di mana-mana, contohnya dalam dunia bisnis. Kasus
pelanggaran dalam etika bisnis menjadi hal yang wajar pada masa kini, sering kita
menyaksikan berita di televisi atau saat membaca koran ada saja berita tentang pelanggaran
etika yang dilakukan oleh pembisnis yang mengabaikan etika, rasa keadilan, kurang terpuji
dan tidak bertanggung jawab.
8
Salah satu contoh kasus tentang pelanggaran etika adalah kasus PHK sepihak yang
menimpa Mantan karyawan PT Siemens Indonesia, Stephen Michael Young. Stephen telah
bekerja selama 13 tahun secara terus menerus tanpa putus, namun dia tidak diakui sebagai
karyawan tetap oleh perusahaan tersebut. Pada tanggal 30 September 2011 perusahaan
melakukan pemutusan/pengakhiran hubungan kerja (PHK) terhadap stephen tanpa
pemberitahuan, tanpa alasan, tanpa adanya kesalahan, dan tanpa adanya penetapan dari
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Bukan hanya itu, gajinya juga tidak
dibayar. Oleh karena itu Stephen Michael Young menggugat perusahaan tempatnya
bekerja, Gugatan itu didaftarkan No: 85/PHI.G/2012/PN. JKT.PST tertanggal 14 Mei 2012
di Pengadilan Hubungan Industrial di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat.
Analisis :
Dalam hal perusahaan yang melakukan PHK tanpa ada kesalahan pekerja bukanlah
tindakan yang baik secara moral bagi pegawai karena membuat mereka kehilangan hak
untuk mendapatkan kehidupan yang layak tanpa ada sebab utama dilakukanya PHK tetapi
dari sudut pandang utilitarisme, PHK dapat diterima apabila tujuannya baik, walaupun
dengan cara yang tidak baik (PHK). Contoh, jika dengan melakukan pemutusan hubungan
kerja 50% karyawan dapat menyelamatkan kondisi perusahaan dan dapat menjaga
keberlangsungan kerja 50% karyawan sisanya, maka menurut etika utilitarisme hal ini
adalah baik. Tetapi, jika tujuan karyawan mem-PHK 50% karyawannya untuk mengurangi
cost dan mendapatkan untung sebesar-besarnya, maka menurut utilitarisme, hal ini tidaklah
baik karena hanya menguntungkan perusahaan dan melanggar prinsip “ mendatangkan
keuntungan sebesar mungkin bagi sebanyak mungkin orang”. Kelemahan pandangan ini
adalah hak sekelompok minoritas tertentu dikorbankan demi kepentingan pihak mayoritas,
yang secara moral, hal ini bukanlah nilai yang utama.
Ketika perusahaan melakukan PHK, perusahaan tetap harus melakukan tanggung jawabnya
yaitu tanggung jawab legal, tanggung jawab moral dan tanggung jawab sosial. Secara legal,
perusahaan harus mengikuti peraturan yang berlaku seperti misalnya harus memperoleh
penetapan Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (LPPHI), dan wajib
membayar uang pesangon (UP) dan atau uang penghargaan masa kerja (UPMK) dan uang
penggantian hak (UPH) yang seharusnya diterima yang dihitung berdasarkan upah
karyawan dan masa kerjanya.
Namun, dalam kasus PHK sepihak yang menimpa Mantan karyawan PT Siemens Indonesia
yaitu Stephen Michael Young, pihak PT Siemens Indonesia yang diwakili kuasa hukumnya
menolak dalil yang disampaikan penggugat dalam gugatannya yang dinilai tidak logis dan
keliru. Dikatakan bahwa dalil tentang selama masa kerja penggugat di tergugat telah
melewati batas 3 tahun, kemudian oleh penggugat dianggap sebagai karyawan tetap, adalah
sesuatu yang keliru. Sebab, meski hubungan kerja antara penggugat dan tergugat
menggunakan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT), bukan berarti harus tunduk pada
ketentuan PKWT, sebagaimana diatur dalam UU Ketenagakerjaan. Hal itu, mengingat
perjanjian dimaksud berdasarkan kesepakatan bersama, dan tidak melanggar ketentuan
perundang-undangan Indonesia. Oleh karena itu, menurut dalil tergugat, berdasarkan
perjanjian kerja dan peraturan UU Ketenagakerjaan, maka PT Siemens Indonesia (tergugat)
tidak pernah memiliki kewajiban hukum apapun. Baik untuk pemberitahuan,
9
peringatan/teguran, uang pesangon, uang penghargaan maupun uang penggantian hak
sebagaimana dituntut Stephen Michael Young.
Menurut saya, perlunya pengetahuan tentang perjanjian kerja dan ketelitian seseorang
sebelum memutuskan untuk bekerja di salah satu perusahaan untuk kebaikan dirinya juga
perusahaan sesuai dengan ketentuan yang telah di setujui karena perjanjian menjadi salah
satu bukti hokum atau peraturan hokum yang sangat kuat.
C. Cara Penanggulangan
Agar pelanggaran terhadap tenaga kerja ( Hak Buruh ) dapat berkurang dan kerja
sama antara pemilik perusahaan dan pekerja dapat menghasilkan sesuatu yang saling
mengutungkan tanpa ada yang dirugikan bagi kedua belah pihak.
D. Penyelesaian Masalah
11
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
pelanggaran hak buruh adalah suatu jenis pelanggaran, yang seringa dilakukan oleh
para pengusaha atau pun pemilik perusahaan dikarenakan kurang tegasnya para penegak
hukum yang membuat maraknya pelanggaran hak buruh, baik dari segi upah, jamsostek,
atau pu pesangon.
Intinya seorang pegawai harus mengetahui peraturan mengenai hak buruh agar
tindak pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan dapat diminimalisir, sehingga
perusahaan tidak semena-semena terhadap hak buruh.
12
Daftar Pustaka
https://bukusaku.wordpress.com/
https://docs.google.com/document/d/
1kdLLQ8FVTRFOJiVZag7zD5XcTYRqcnCF1ifuWod8NEc/edit
http://kabar24.bisnis.com/read/20120626/16/83192/kasus-phk-mantan-karyawan-gugat-siemens
Sumber : http://www.merdeka.com/uang/sudah-dua-pekan-buruh-kilang-balongan-mogok-
kerja.html
13