Anda di halaman 1dari 9

Pengawasan Ketenagakerjaan

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1


angka 32 jo Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 tentang
Pengawasan Ketenagakerjaan, Pasal 1 angka 1, Pengawasan Ketenagakerjaan adalah kegiatan
mengawasi dan menegakkan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang
ketenagakerjaan.

Dalam rangka penegakan hukum ketenagakerjaan maka diperlukan Pengawasan


Ketenagakerjaan. Pengawasan ini bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dan menjamin
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Perlindungan tenaga kerja dilakukan untuk menjamin berlangsungnya sistem


hubungan kerja secara harmonis tanpa disertai adanya tekanan dari pihak yang kuat
kepada pihak yang lemah. Untuk itu pengusaha wajib melaksanakan ketentuan
perlindungan tenaga kerja sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Abdul
Khakim, 2009 : 105)
Fungsi Pengawasan Ketenagakerjaan (Manulang, 1995:125) adalah:

1) Mengawasi pelaksanaan Undang-Undang Ketenagakerjaan


2) Memberikan penerangan teknis dan nasihat kepada pengusaha dan tenaga kerja agar
tercapainya pelaksanaan Undang-Undang dan ketenagakerjaan secara efektif
3) Melaporkan kepada pihak berwenang atas kecurangan dan penyelewangan Undang-
Undang Ketenagakerjaan

Secara operasional Pengawasan Ketenagakerjaan meliputi (Abdul Khakim, 2009 : 211-212) :

1) Sosialisasi Norma Ketenagakerjaan


Sasaran kegiatan ini agar tercapai peningkatan pemahaman norma kerja bagi masyarakat
insudtri sehingga tumbuh persepsi positif dan mendorong kesadaran untuk melaksanakan
ketentuan ketenagakerjaan secara proporsional dan bertanggung jawab.
2) Tahapan Pelaksanaan Pengawasan
(a) Upaya Pembinaan (preventive educative)
Yang ditempuh dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat industri,
penyebarluasan informasi ketentuan ketenagakerjaan, pelayanan konsultasi, dan lain-
lain.
(b) Tindakan refresif nonyustisial
Tindakan tersebut ditempuh dengan memberikan peringatan tertulis melalui nota
pemeriksaan kepada pemimpin perusahaan apabila ditemui pelanggaran. Di samping
juga memberikan petunjuk secara lisan pada saat pemeriksaan.
(c) Tindakan refresif yustisial
Tindakan tersebut dijadikan sebagai alternative terakhir dan dilakukan melalui
lembaga peradilan. Upaya ini ditempuh apabila pegawai pengawas sudah melakukan
pembinaan dan memberikan peringatan, tetapi pengusaha tetap tidak mengindahkan
maksud pembinaan tersebut. Dengan demikian Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS) berkewajiban melakukan penyidikan dan menindaklanjuti sesuai dengan
prosedur hukum yang berlaku (KUHP).
(d) Pengawasan Ketenagakerjaan
Pengembangan pengawasan Ketenagakerjaan ditempuh dengan memberdayakan
kelembagaan yang ada, seperti LKS Bipartit di setiap perusahaan. Dalam hal ini
peranan serikat pekerja/serikat buruh sangatlah strategis dalam membantu
pengawasan pelaksanaan ketentuan ketenagakerjaan di semua sektor.

Dalam Pasal 2 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 tentang
Pengawasan Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa :

Pengawasan Ketenagakerjaan dilakukan dalam satu kesatuan sistem Pengawasan


Ketenagakerjaan yang terpadu, terkoordinasi, dan terintegrasi yang meliputi :
1) Unit kerja pengawasan ketenagakerjaan;
2) Pengawas Ketenagakerjaan;
3) Tata cara pengawasan Ketenagakerjaan.
4) Pengawasan Ketenagakerjaan dilaksanakan oleh unit kerja Pengawasan
Ketenagakerjaan pada instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di
bidang Ketenagakerjaan pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan
Pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana yang diatur dalam Pasal 178 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan jo. Pasal 3 ayat
(1) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 tentang
Pengawasan Ketenagakerjaan.

Pembinaan Ketenagakerjaan

Pemerintah melakukan pembinaan terhadap unsur-unsur dan kegiatan yang behubungan


dengan ketenagakerjaan. Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat mengikut
sertakan organisasi pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh, dan organisasi profesi terkait.
Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dan ayat (2), dilaksanakan secara terpadu
dan terkoordinasi.

Dalam Pasal 174 disebutkan bahwa pembinaan ketenagakerjaan, pemerintah, organisasi


pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh dan organisasi profesi terkait dapat melakukan kerja
sama internasional di bidang ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Selain itu, Pemerintah dapat memberikan penghargaan kepada orang atau lembaga yang
telah berjasa dalam pembinaan ketenagakerjaan. Penghargaan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dapat diberikan dalam bentuk piagam, uang, dan/atau bentuk lainnya.

Pembinaan pengawasan ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25


meliputi bidang :
a. Kelembagaan;
b. Sumber daya manusia Pengawas Ketenagakerjaan;
c. Sarana dan prasarana;
d. Pendanaan;
e. Administrasi;
f. Sistem informasi pengawasan ketenagakerjaan

Pembinaan pengawasan ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26


dilaksanakan melalui :
a. Bimbingan;
b. Konsultasi;
c. Penyuluhan;
d. Supervisi dan pemantauan;
e. Sosialisasi;
f. Pendidikan dan pelatihan;
g. Pendampingan pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan;
h. Kegiatan lain dalam rangka pembinaan.

Dalam pembagian urusan pemerintahan bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian


masing-masing diatur tersendiri. Pelaksanaan Pembinaan Pengawasan tenaga kerja dilakukan
oleh unit kerja tersendiri pada instansi yang bertanggung jawab di Pemerintah Pusat,
Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Unit kerja yang melakukan pengawasan di tingkat provinsi
dan kabupaten/kota wajib melaporkan mengenai pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan
kepada Menteri Tenaga Kerja.

Adapun tugas Dinas Tenaga Kerja bidang pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan


adalah merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis dibidang pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan. Fungsi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi bidang
pembinaan pengawasan ketenagakerjaan yaitu :

1) Perumusan kebijakan di bidang pembinaan pengawasan norma ketenagakerjaan, norma


kerja perempuan dan anak, keselamatan kerja dan kesehatan kerja;
2) Pelaksanaan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pembinaan pengawasan norma
ketenagakerjaan, norma kerja perempuan dan anak ,keselamatan kerja dan kesehatan
kerja;
3) Perumusan pedoman, standar, norma, kriteria, prosedur, dan evaluasi di bidang
pembinaan pengawasan norma ketenagakerjaan, norma kerja perempuan dan anak,
keselamatan kerja dan kesehatan kerja ;
4) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pembinaan pengawasan norma
ketenagakerjaan, norma kerja perempuan dan anak, keselamatan kerja dan kesehatan
kerja;
5) Pelaksanaan administrasi Direktorat Jendral.

Ketenagakerjaan penyidikan dan pengawasan

Peran Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Dinas Ketenagakerjaan Dalam Penegakan
Hukum Tindak Pidana Ketenagakerjaan di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Peran Penyidik Pegawai Negeri Sipil ( PPNS ) Dinas Ketenagakerjaan di Provinsi Nusa
Tenggara Barat pada umumnya menyelidiki kasus. Undang –undang sudah mengatur tentang
bagaimana peran Penyidik Pegawai Negeri Sipil. Namun pada pembahasan kali ini akan
membahas apakah peran dari Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) ketenagakerjaan sudah
sesuai berdasarkan ketentuan undang – undang.Peran Penyidik Pegawai Negeri Sipil
ketenagakerjaan berdasarkan kewenangan diatur dalam Pasal 182 ayat (1) dan(2) Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Disamping itu, tindakan lain dalam
penegakan hukum di bidang ketenagakerjaan yaitu pengawasan yang dilakukan oleh
pengawas ketenagakerjaan. Kegiatan mengawasi dan menegakkan bertujuan untuk menjamin
terlaksananya peraturan perundang – undangan ketenagakerjaan:

1. Tugas dan Fungsi: Pelaksanaan tugas dan fungsi

pengawasan ketenagakerjaan dilakukan pengawas dalam penegakan hukum tindak

pidana ketenagakerjaan. Fungsi pengawasan bersifat preventif edukatif, adapun

upaya yang dilakukan sebagai berikut :

a. Pembinaan,

b. Pemeriksaan,

c. Pengujian;

2. Melakukan penyelidikan ketenagakerjaan: Keberadaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil


(PPNS) telah ada sejak zaman kolonial Hindia Belanda yang diatur dalam Het Herziene
Inlands Reglement (HIR) Staatsblad Tahun 1941 Nomor 44 Pasal 1 sub 5 dan 6 Herziene
Inlands Reglement (HIR)memberikan wewenang pejabat yang diberi tugas mencari kejahatan
dan pelanggaran. Berdasarkan Permenaker Nomor 33 Tahun 2016 Tentang Tata Cara
Pengawasan Ketenagakerjaan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan melakukan pemeriksaan
sebagai bentuk penindakan terhadap pengusaha / pemilik tempat kerja yang melanggar
ketentuan Undang – Undang Ketenagakerjaan;

3. Melakukan Penyidikan Ketenagakerjaan: Penyidikan adalah tindakan terakhir yang


dilakukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam penegakan hukum di bidang
ketenagakerjaan. Penyidikan dilakukan sesuai dengan wewenang yang telah diatur oleh
undang – undang. Kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulkan alat bukti pada suatu tindak
pidana ketenagakerjaan serta menemukan tersangkanya.
Pelaksanaan penyidikan tindak pidana ketenagakerjaan dilakukan oleh Penyidik Pegawai
Negeri Sipil (PPNS) Ketenagakerjaan. Sebelum dilakukan penyidikan tindak pidana
ketenagakerjaan pengusaha / pemilik tempat kerja diberi pembinaan oleh pengawas
ketenagakerjaan, pembinaan tersebut termasuk dalam pemberian nota pemeriksaan 1 (satu)
dan 2 (dua) sebagai bentuk penindakan pelanggaran administratif tindak pidana
ketenagakerjaan.

Serangkaian tindakan penyidikan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil
Ketenagakerjaan telah sesuai dengan aturan yang berlaku. Hal ini dibuktikan dengan hasil
wawancara penyusun dengan Bapak Indra Kurniawan. SH selaku kepala Seksi Norma Kerja
dan K3 Disnakertrans mengenai pelaksanaan penyidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil
Ketenagakerjaan Keseluruhan rangkaian pelaksaan penyidikan tindak pidana ketenagakerjaan
yang dilakukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Ketengakerjaan telah sesuai dengan pedoman
manajemen penyidikan tindak pidana bidang ketenagakerjaan.”Adapun peran Penyidik
Pegawai Negeri Sipil Dinas Ketenagakerjaan dalam penanganan kasus yang dilakukan oleh
CV.langsung enak bakery. Upaya yang dilakukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil
ketenagakerjaan menurut Bapak Andi M.Noer Selaku PPNS Ketenagakerjaan adalah sebagai
berikut :

a. Melakukan Gelar Perkara Awal: Gelar perkara awal untuk menentukan status perkara
pidana atau bukan, merumuskan rencana penyidikan, menentukan unsur pasal yang
disangkakan, dan menentukan saksi;

b. Melakukan pemanggilan dan pemeriksaan saksi- saksi: “Pada pemeriksaan saksi,


keterangan dicatat berdasarkan semua keterangan yang dipergunakan oleh saksi. Kemudian
dibacakan oleh kami atau saksi untuk memastikan bahwa keterangan tersebut benar dan
ditanda tangani sebagai bentuk pesetujuan berita acara tersebut”; c. melakukan penyitaan
benda atau surat yang berhubungan dengan pemeriksaan perkara tindak pidana
ketenagakerjaan;

d. Melakukan gelar perkara hasil penyidikan: Pada tahap ini PPNS menetapkan tersangka
berdasarkan alat bukti yang cukup;

e. Koordinasi dengan penyidik POLDA NTB Koordinasi dilakukan guna memastikan


kelengkapan berkas dan Melimpahkan berkas ke Pengadilan;

f. Melimpahkan berkas ke pengadilan: Setelah proses penyidikan dirasa rampung


oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil Ketenagakerjaan selanjutnya dilakukan
penyerahan/ pelimpahan berkas perkara ke pengadilan dengan terlebih dahulu berkoordinasi
dengan Penyidik Polri sebagai Koordinator Pengawas : “Setelah

penyidikan dianggap selesai oleh penyidik pegawai negeri sipil Ketenagakerjaan, maka
penyidik pegawai negeri sipil Ketenagakerjaan melimpahkan berkas ke Pengadilan Negeri
Sumbawa dengan membawa saksi-saksi, barang bukti dan tersangka dan pada hari itu juga di
gelar Persidangan cepat dengan hakim tunggal,oleh karena perkara tindak pidana ringan
dalam hal ini PPNS ketenagakerjaan langsung bertindak atas kuasa Penuntut
umum .”Serangkaian tindakan diatas oleh PPNS Ketenagakerjaan merupakan penyidikan
tindak pidana ringan ketenagakerjaan dengan pemberian sanksi pidana denda kepada
tersangka. Kentuan mengenai tindak pidana ringan mengacu pada Kitab Undang – Undang
Hukum Acara Pidana ( KUHAP ) Pasal 205 Tentang Acara Pemeriksaan Tindak Pidana
Ringan.Proses penyidikan dalam penegakan hukum ketenagakerjaan dilakukan oleh PPNS
Ketenagakerjaan dengan adanya laporan tindak pidana
ketenagakerjaan oleh Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan, kemudian PPNS
mengirim Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) ke kepolisian.
Setelah PPNS selesai melakukan penyidikan (BAP), kemudian dilimpahkan kepada Jaksa
Penuntut Umum (JPU) melalui kepolisian. Setelah Jaksa Penuntut Umum menerima dan
menyatakan maka dilimpahkan ke persidangan untuk dilakukan persidangan. Dalam hal
melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan PPNS Ketenagakerjaan
meminta bantuan penyidik Polri.

Ketenagakerjaan pengawas
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 angka 32
jo Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan
Ketenagakerjaan, Pasal 1 angka 1, Pengawasan Ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi
dan menegakkan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.

Dalam rangka penegakan hukum ketenagakerjaan maka diperlukan Pengawasan


Ketenagakerjaan. Pengawasan ini bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dan menjamin
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Perlindungan tenaga kerja dilakukan untuk menjamin berlangsungnya sistem hubungan kerja
secara harmonis tanpa disertai adanya tekanan dari pihak yang kuat kepada pihak yang
lemah. Untuk itu pengusaha wajib melaksanakan ketentuan perlindungan tenaga kerja sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Abdul Khakim, 2009 : 105)

Fungsi Pengawasan Ketenagakerjaan (Manulang, 1995:125) adalah:

Mengawasi pelaksanaan Undang-Undang Ketenagakerjaan

Memberikan penerangan teknis dan nasihat kepada pengusaha dan tenaga kerja agar
tercapainya pelaksanaan Undang-Undang dan ketenagakerjaan secara efektif

Melaporkan kepada pihak berwenang atas kecurangan dan penyelewangan Undang-Undang


Ketenagakerjaan

Secara operasional Pengawasan Ketenagakerjaan meliputi (Abdul Khakim, 2009 : 211-212) :

Sosialisasi Norma Ketenagakerjaan

Sasaran kegiatan ini agar tercapai peningkatan pemahaman norma kerja bagi masyarakat
insudtri sehingga tumbuh persepsi positif dan mendorong kesadaran untuk melaksanakan
ketentuan ketenagakerjaan secara proporsional dan bertanggung jawab.

Tahapan Pelaksanaan Pengawasan

Upaya Pembinaan (preventive educative)

Yang ditempuh dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat industri, penyebarluasan


informasi ketentuan ketenagakerjaan, pelayanan konsultasi, dan lain-lain.

Tindakan refresif nonyustisial

Tindakan tersebut ditempuh dengan memberikan peringatan tertulis melalui nota pemeriksaan
kepada pemimpin perusahaan apabila ditemui pelanggaran. Di samping juga memberikan
petunjuk secara lisan pada saat pemeriksaan.

Tindakan refresif yustisial

Tindakan tersebut dijadikan sebagai alternative terakhir dan dilakukan melalui lembaga
peradilan. Upaya ini ditempuh apabila pegawai pengawas sudah melakukan pembinaan dan
memberikan peringatan, tetapi pengusaha tetap tidak mengindahkan maksud pembinaan
tersebut. Dengan demikian Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) berkewajiban melakukan
penyidikan dan menindaklanjuti sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku (KUHP).

Pengawasan Ketenagakerjaan
Pengembangan pengawasan Ketenagakerjaan ditempuh dengan memberdayakan
kelembagaan yang ada, seperti LKS Bipartit di setiap perusahaan. Dalam hal ini peranan
serikat pekerja/serikat buruh sangatlah strategis dalam membantu pengawasan pelaksanaan
ketentuan ketenagakerjaan di semua sektor.

Dalam Pasal 2 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 tentang
Pengawasan Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa :

Pengawasan Ketenagakerjaan dilakukan dalam satu kesatuan sistem Pengawasan


Ketenagakerjaan yang terpadu, terkoordinasi, dan terintegrasi yang meliputi :

Unit kerja pengawasan ketenagakerjaan;

Pengawas Ketenagakerjaan;

Tata cara pengawasan Ketenagakerjaan.

Pengawasan Ketenagakerjaan dilaksanakan oleh unit kerja Pengawasan Ketenagakerjaan


pada instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang Ketenagakerjaan pada
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana yang
diatur dalam Pasal 178 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan jo. Pasal 3 ayat (1) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2010 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan.

Anda mungkin juga menyukai