Anda di halaman 1dari 9

HUKUM KETENAGAKERJAAN

DISUSUN OLEH:

Nama : Irfan Hijra

Nim : 2110113120

Dosen : Frenadin Adegustara


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah swt. Karena berkat rahmat dan karunia
NyaYang begiu besar dapat membantu penulis dalam menyelesaikan makalah mewujudkan
Kemanusiaan di masa pandemi. Dan tidak lupa,penulis berterima kasih kepada bapak
Frenadin Adegustara., Selaku Dosen matakuliah hukum ketenagakerjaan di Universitas
Andalas yang telah memberikan penulis tugas membuat makalah yang sangat bermanfaat ini.

Penulis berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta menambah pengetahuan pembaca mengenai hukum ketenagakerjaan. Penulis menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu masukan berupa kritikan dan
saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
BAB I

PEMBAHASAN

1.1 Pembahasan
A. Bentuk Pengawasan

Pengawasan ketenagakerjaan adalah suatu sistem pengawasan terhadap pelaksanaan


peraturan perundangan ketenagakerjaan. Sistem ini adalah suatu tata jaringan yang terdiri dari
unsur (sub sistem) yang mana satu dengan yang lainnya saling berkaitan, ketergantungan, dan
saling berhubungan dalam mencapai tujuan.

Hubungan dengan sistem pengawasan ketenagakerjaan ini terdapat beberapa subsitem yaitu
pola pendidikan, operasional, ketatalaksanaan serta mekanisme operasional pengawas
ketenagakerjaan. Pola pendidikan menyediakan pengawas ketenagakerjaan baik umum
maupun spesialis. Sedangkan pola operasional merupakan pengaturan interaksi antar pegawai
pengawas.

Kemudian ketatalaksanaan merupakan pendukung administrasi pelaksanaan pengawasan


ketenagakerjaan. Ada pun mekanisme operasional pengawasan adalah urutan pemeriksaan
atau pengawasan perusahaan di lapangan. Keseluruhan pola tersebut antara pola yang satu
dengan pola yang lainnya saling mempengaruhi dan saling ketergantungan. Katakanlah pola
operasional tidak dapat berjalan apabila pola pendidikan sebagai sarana pengadaan pegawai
pengawas tidak diselenggarakan karena tidak ada pegawai pengawas yang mengoperasikan
sistem. Begitu seterusnya. Dengan demikian tidak berjalan dengan baik salah satu sub sistem
akan berakibat tidak berjalan sistem itu sendiri.

Kaitannya dengan pengawasan ketenagakerjaan sebagaimana diketahui adalah perusahaan


dan tenaga kerja. Untuk dapat dilaksanakan 2 obyek tersebut secara tuntas maka pegawai
pengawas ketenagakerjaan sebagai pegangan adalah sistem pengawasan kaitan dengan
mekanisme operasional pengawasan ketenagakerjaan.

Berdasarkan temuan di lapangan, katakanlah masalah lowongan, PHK (pemutusan hubungan


kerja), sebagai seorang pegawai pengawas ketenagakerjaan yang memahami akan sistem
pengawasan tentu temuan-temuan tersebut akan ditidaklanjuti dengan cara mendistribusikan
ke Subdit (tingkat pusat).Ditemukannya lowongan akan didistribusikan ke pentakerja. Sedang
kasus PHK ke P4D. Begitu selanjutnya. Tergantung temuan yang didapat di lapangan.
Sedangkan kasus yang berkaitan dengan pengawasan misal upah lembur diselesaikan oleh
pegawai pengawas yang bersangkutan.

Kemudian untuk kasus-kasus yang belum ada pengaturannya didistibusikan ke biro hukum
guna pembahasan lebih lanjut untuk diterbitkan undang-undang atau peraturan lainnya. Di
sinilah bagi para pegawai pengawas ketenagakerjaan dituntut suatu kemauan akan
pelaksanaan sistem pengawas ketenagakerjaan.

Bila ini dipenuhi maka pegawai pengawas sebagai ujung tombak, mata hukum (law of eyes)
serta sumber data akan terwujud. Semoga pengawasan ketenagakerjaan di Indonesia
mengalami peningkatan.

1.2 Lembaga yang berwenang

Ringkasan Tugas

Bidang Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan mempunyai tugas perumusan kebijakan,


koordinasi, pembinaan, pengawasan, pemeriksaan dan pengujian pelaksanaan norma
ketenagakerjaan, norma keselamatan dan kesehatan kerja, serta pemberdayaan pengawasan
dan penegakan hukum ketenagakerjaan

Rincian Tugas

1. menyiapkan dan menyusun rencana kegiatan Seksi Norma Ketenagakerjaan;


2. menyiapkan bahan dan materi penyusunan petunjuk teknis pengawasan dan
pemeriksaan norma kerja dan hubungan kerja, norma jaminan sosial tenaga kerja,
norma penempatan dan pelatihan, norma kerja perempuan, norma kerja anak;
3. menyiapkan rencana pelaksanaan pembinaan, pengendalian, evaluasi koordinasi
pengawasan ketenagakerjaan dibidang norma kerja dan hubungan kerja, norma
jaminan sosial tenaga kerja,, norma penempatan dan pelatihan, norma kerja
perempuan, norma kerja anak;
4. melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan penerapan norma kerja dan hubungan
kerja, norma jaminan sosial tenaga kerja, norma kerja perempuan, norma kerja anak,
norma pelatihan, dan norma penempatan;
5. menyiapkan dan menyusun rencana kegiatan Seksi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja;
6. memeriksa serta menguji sarana kerja dibidang mekanik, pesawat uap dan bejana
tekan, konstruksi bangunan, instalasi listrik dan penanggulangan kebakaran,
kesehatan kerja dan lingkungan kerja;
7. menyiapkan rencana pelaksanaan pengawasan pemeriksaan dan pengujian sarana
keselamatan dan kesehatan kerja dibidang norma mekanik, pesawat uap dan bejana
tekan, konstruksi bangunan, instalasi listrik dan penanggulangan kebakaran,
kesehatan kerja dan lingkungan kerja serta pembinaan penerapan SMK3;
8. melaksanakan pembinaan, pengendalian, penerapan norma keselamatan dan
kesehatan kerja dibidang norma mekanik, pesawat uap dan bejana tekan, konstruksi
bangunan, instalasi listrik dan penanggulangan kebakaran, kesehatan kerja dan
lingkungan kerja serta pembinaan penerapan SMK3;
9. memproses perizinan kelaikan penggunaan sarana keselamatan dan kesehatan kerja
dibidang norma mekanik, pesawat uap dan bejana tekan, konstruksi bangunan,
instalasi listrik dan penanggulangan kebakaran, kesehatan kerja dan lingkungan kerja;
10. menyiapkan dan menyusun rencana kegiatan Seksi Pemberdayaan Pengawasan dan
Penegakan Hukum;
11. menyiapkan bahan penyusunan petunjuk teknis pemberdayaan pengawasan
ketenagakerjaan, ketatalaksanaan dan mekanisme koordinasi penegakan hukum
ketenagakerjaan;
12. penyusunan standar operasional prosedur pengawasan norma ketenagakerjaan;
13. melaksanakan sosialisasi kebijakan, program dan strategi pemberdayaan pengawasan
ketenagakerjaan dan penegakan hukum;
14. melaksanakan koordinasi pelaksanaan penegakan hukum ketenagakerja dengan
korwas, dan lembaga lain terkait.
1.3 Tindak lanjut hasil pengawasan

Proses penegakan hukum bidang ketenagakerjaan selama ini dilakukan melalui upaya atau
pendekatan persuasif-edukatif dengan mengedepankan sosialisasi serta informasi tentang
peraturan dan perundang-undangan bidang ketenagakerjaan. Dalam tahapan awal, pemerintah
memberdayakan para pengawas ketenagakerjaan untuk melakukan pembinaan dan sosialiasi
kepada perusahaan-perusahaan dan pekerja/buruh agar bisa menjalankan aturan-aturan
ketenagakerjaan.

Pasal 1 angka 32 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


mendefinisikan pengawasan ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan menegakkan
pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.

Pengawasan ketenagakerjaan dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan yang


mempunyai kompetensi dan bersifat independen guna menjamin pelaksanaan peraturan
perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan. Pegawai pengawas ketenagakerjaan
ditetapkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Pengawasan ketenagakerjaan
dilaksanakan oleh unit kerja tersendiri pada instansi yang mempunyai lingkup tugas dan
tanggung jawabnya di bidang ketenagakerjaan baik di lingkungan pemerintah pusat, maupun
di lingkungan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

Unit kerja pengawasan ketenagakerjaan pada pemerintah provinsi dan pemerintah


kabupaten/kota wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan
kepada Menteri.

Pegawai pengawas ketenagakerjaan dalam melaksanakan tugasnya wajib:

1. merahasiakan segala sesuatu yang menurut sifatnya patut dirahasiakan;


2. tidak menyalahgunakan kewenangannya.

Pengawas ketenagakerjaan selain bertugas melaksanakan pengawasan ketenagakerjaan juga


diberikan kewenangan sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Penyidik Pegawai Negeri Sipil berwenang:


1. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan tentang tindak
pidana di bidang ketenagakerjaan;
2. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana di
bidang ketenagakerjaan;
3. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum sehubungan
dengan tindak pidana di bidang ketenagakerjaan;
4. melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti dalam perkara
tindak pidana di bidang ketenaga kerjaan;
5. melakukan pemeriksaan atas surat dan/atau dokumen lain tentang tindak pidana di
bidang ketenagakerjaan;
6. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana di bidang ketenagakerjaan; dan
7. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti yang membuktikan
tentang adanya tindak pidana di bidang ketenagakerjaan.
BAB II
PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Pengawasan ketenagakerjaan adalah suatu sistem pengawasan terhadap pelaksanaan
peraturan perundangan ketenagakerjaan. Sistem ini adalah suatu tata jaringan yang terdiri dari unsur
(sub sistem) yang mana satu dengan yang lainnya saling berkaitan, ketergantungan, dan saling
berhubungan dalam mencapai tujuan.

2.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih
banyak yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Untuk kritik atau saran terhadap
penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah
dijelaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan menteri tenaga kerja No.PER-01/MEN/1999
UU No.13 th.2003
KEPPRES No. 107 th.2004
Sulaiman,Abdullah.2019.Hukum ketenagakerjaan. Jakarta:YPPSDM

Anda mungkin juga menyukai