Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS KASUS KEWAJIBAN PERUSAHAAN

Dosen Pengampu : Dra. Sri Kussujaniatun MS,i

OLEH:

NAMA : 1. Ganda Bestian

2. Mayindra Wijaya

3. Ardian Sri Bintang Barus

4. Romualdus Diova

5. Rofif Zainul A

6. Arief Kurniawan

KELAS : EM – D

PROGRAM STUDI EKONOMI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul "
ANALISIS KASUS KEWAJIBAN PERUSAHAAN " dapat dikumpul tepat pada
waktunya dan diselesaikan dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya.  Dan juga kami berterima kasih pada ibu Atun selaku Dosen mata
kuliah Manajemen Koperasi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan kita mengenai kedisiplinan terutama dalam hal belajar pada mahasiswa.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang
II

LATAR BELAKANG

Etika bisnis adalah segala sesuatu yang berhubungan

dengan cara melakukan kegiatan bisnis yang mencakup seluruh

aspek yang masih berkaitan dengan personal, perusahaan

ataupun masyarakat. atau bisa juga diartikan pengetahuan

tentang tata cara ideal dalam pengaturan dan pengelolaan bisnis

yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara

universal secara ekonomi maupun sosial.

Kewajiban perusahaan terhadap karyawan yang tidak

terpenuhi merupakan salah satu pelanggaran etika pada

kewajiban perusahaan kepada karyawan dan permasalahan ini

harus diatasi agar tidak terjadi lebih lagi.analisis ini bertujuan

untuk memberikan masukan dan saran untuk mengatasi masalah

kewajiban perusahaan membayar gaji para karyawannya dan

membayar jaminan kesehatan para karyawannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

kewajiban perusahaan kepada karyawan merupakan hal penting yang

harus dilakukan agar perusahaan berjalan lancar, yang akan kita ketahui dari

kewajiban perusahaan dan contoh kasus kewajiban perusahaan kepada karyawan :

a. Manfaat kewajiban perusahaan kepada karyawan?


b. Bagaiman pengertian kewajiban perusahaan kepada karyawan?

c. Masukan dan saran dari analisis kasus tentang kewajiban perusahaan

kepada karyawan dari kasus PT Freeport dan sebuah perusahaan di

Kalimantan?

1.3 TUJUAN ANALISIS

Adapun maksud dan tujuan dari makalah ini adalah memberi masukan dan

saran untuk mengatasi masalah kewajiban perusahaan kepada karyawan pada PT

Freeport dan Perusahaan di kalimantan dan diharapkan dapat membantu Proses

Pengambilan keputusan bagi perusahaan yang mengalami kasus pelanggaran

kewajiban perusahaan terhadap karyawan. sehingga dalam pengambilan

keputusan pun bisa menjadi lebih mudah oleh pihak yang berkepentingan.
BAB II

PEMBAHASAN

Kewajiban Perusahaan terhadap Kayawan

Kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual.

Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan. Ada

hubungan timbal balik antara hak dan kewajiban artinya setiap kewajiban

seseorang berkaitan denganhak orang lain dan sebaliknya setiap hak seseorang

berkaitan dengan kewajiban orang lain untuk memenuhi hak tersebut. Sama

seperti halnya perusahaan yang memiliki kewajiban terhadap karyawan-

karyawannya yaitu salah satunya memberikan gaji bulanan sesuai aturan

pembagian gaji serta jaminan keselamatan tenaga kerja yang berlaku di setiap

perusahaan.

Adapun manfaat jika perusahaan memenuhi kewajibannya terhadap

karyawan yaitu apabila hak karyawan terpenuhi maka rasa loyalitas karyawan

terhadap perusahaan akan semakin meningkat, dengan begitu karyawan pun akan

semakin produktif dan inovatif dalam urusan pekerjaannya. Akan tetapi ada

sebagian perusahaan yang tidak memenuhi kewajibannya terhadap keryawan,

berikut adalah contoh kasus yang berkaitan dengan hal tersebut


1. Kasus Pelanggaran Etika Bisnis Sebuah Perusahaan di Kalimantan
yang tak bayar Upah Pekerja dan Jamsostek
Akibat tidak membayar upah pekerja dan tidak mengikutsertakan pekerjanya
sebagai peserta Jamsostek, satu perusahaan di Kota Pontianak Kalimantan Barat
akhirnya harus berurusan dengan hukum dan dibawa ke Pengadilan Negeri
Pontianak.
Proses hukum terhadap perusahaan itu dilakukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS) Ketenagakerjaan Dinas Sosial Tenaga kerja (Dinsosnaker) Kota
Pontianak, Kalimantan Barat setelah diketahui adanya pelanggaran
ketenagakerjaan tersebut.
"Saat ini kasusnya sedang ditangani oleh Pengadilan Negeri Pontianak dengan
dakwaan melakukan tindak pidana pelanggaran aturan ketenagakerjaan. Sidang
pengadilan akan segera dilakukan dalam waktu dekat ini," kata Direktur Bina
Penegakan Hukum Kemnakertans Bakhtiar di kantor Kemenakertrans, Jakarta,
Jumat (17/2/2012).
Upaya penegakan hukum ini kata Bakhtiar, bisa menjadi percontohan yang baik
agar perusahaan-perusahaan lainnya di  Indonesia tidak melakukan pelanggaran-
pelanggaran yang serupa.
“Penegakan hukum dalam bidang ketenagakerjaan tersebut telah sesuai dan telah
diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, UU Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja,“ jelas
Bakhtiar.
Bakhtiar mengatakan  sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, setiap pelanggaran
yang dilakukan oleh perusahaan maka harus segera diberikan “nota pertama”
sebagai peringatan untuk memperbaiki kesalahannya.
“Kalau masih saja mengabaikan peringatan tahap kedua dan ketiga, maka harus
segera ditindak lanjuti dengan Surat Perintah Dimulainya Penyidikan (SPDP)
untuk membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP) untuk kepentingan pengadilan,"
tegas Bakhtiar.
Bakhtiar mengatakan, dalam upaya penegakan hukum, pihak
Kemenakertrans telah mengembangkan koordinasi dan kerja sama dengan aparat
penegak hukum yakni, Polri, Kehakiman, Kejaksaan Agung dan kalangan
pengacara.
“Pemerintah mempunyai kewajiban untuk memberikan kepastian hukum dan
penegakan hukum terhadap pelaksanaan aturan ketenagakerjaan, di perusahaan-
perusahaan. Bila terjadi pelanggaran-pelanggaran maka pemerintah tak segan-
segan untuk memberikan sanksi tegas dan bahkan membawa perkara ini ke ranah
hukum," paparnya.
Salah satu upaya yang dilakukan dalam penegakan hukum adalah meningkatkan
kinerja dan profesionalitas petugas pengawasan ketenagakerjaan, terutama
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang berwenang melakukan penyidikan
terhadap kasus-kasus pelanggaran ketenagakerjaan. Dalam
menegakkan pengawasan  ketenagakerjaan para petugas pengawas menberikan
pengawasan secara ketat terhadap penerapan waktu kerja upah, Jamsostek, TKI,
Tenaga Kerja anak serta tenaga kerja asing di perusahaan-perusahaan. Selain itu,
pengawasan pun dilakukan terhadap sektor norma Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3), kelembagaan K3, keahlian K3, serta Sistem manajemen K3 yang ada
di perusahaan-perusahaan.
Angka pelanggaran terhadap Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
Indonesia, masih terbilang cukup tinggi. Menurut data Kemenakertrans pada
tahun  2011, jumlah perusahaan yang mendapat peringatan berupa nota
pemeriksaan tahap I sebanyak 7.468 perusahaan dan jumlah perusahaan yang
mendapat peringatan keras berupa nota pemeriksaan tahap II berjumlah 1.472
perusahaan.
Sementara itu, perusahaan yang telah dinyatakan melakukan pelanggaran aturan
ketenagakerjaan dan  norma K3  mencapai 3.848 perusahaan sedangkan jumlah
perusahaan yang telah disidik dan di nota untuk diajukan ke pengadilan berjumlah
78 perusahaan. Saat ini jumlah pengawas ketenagakerjaan tercatat sebanyak 2.384
orang, untuk menangani sekitar 216.547 perusahaan.
Para pengawas ketenagakerjaan yang saat ini tengah bertugas terdiri
dari pengawas umum, 1.460 orang, pengawas spesialis 361 orang, Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (PNS) 563 orang.
"Kita berupaya mempercepat peningkatan kualitas dan kuantitas pengawas
ketenagakerjaan dengan melakukan pendidikan dan pelatihan pengawas
ketenagakerjaan serta melakukan  upgrading dan bimbingan teknis secara terus
menerus," pungkasnya. (Iman Rosidi/Sindoradio/wdi).

Analisis Permasalahan
Kita mengetahui bahwa Etika Bisnis merupakan studi yang dikhususkan
mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral
sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Etika
bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan
kedalam sistem dan organisasi yang digunakan masyarakat.
 Akibat tidak membayar upah pekerja dan tidak mengikutsertakan
pekerjanya sebagai peserta Jamsostek, satu perusahaan di Kota Pontianak
Kalimantan Barat akhirnya harus berurusan dengan hukum dan dibawa ke
Pengadilan Negeri Pontianak.
Upaya penegakan hukum ini, bisa menjadi percontohan yang baik agar
perusahaan-perusahaan lainnya di  Indonesia tidak melakukan pelanggaran-
pelanggaran yang serupa.
Sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, setiap pelanggaran yang
dilakukan oleh perusahaan maka harus segera diberikan “nota pertama” sebagai
peringatan untuk memperbaiki kesalahannya.

Penyelesaian Masalah yang dilakukan sebuah Perusahaan di Kalimantan


yang tak bayar Upah Pekerja dan Jamsostek
Salah satu upaya yang dilakukan dalam penegakan hukum adalah
meningkatkan kinerja dan profesionalitas petugas pengawasan ketenagakerjaan,
terutama Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang berwenang melakukan
penyidikan terhadap kasus-kasus pelanggaran ketenagakerjaan. Dalam
menegakkan pengawasan  ketenagakerjaan para petugas pengawas menberikan
pengawasan secara ketat terhadap penerapan waktu kerja upah, Jamsostek, TKI,
Tenaga Kerja anak serta tenaga kerja asing di perusahaan-perusahaan. Selain itu,
pengawasan pun dilakukan terhadap sektor norma Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3), kelembagaan K3, keahlian K3, serta Sistem manajemen K3 yang ada
di perusahaan-perusahaan.
Pemerintah mempunyai kewajiban untuk memberikan kepastian hukum
dan penegakan hukum terhadap pelaksanaan aturan ketenagakerjaan, di
perusahaan-perusahaan. Bila terjadi pelanggaran-pelanggaran maka pemerintah
tak segan-segan untuk memberikan sanksi tegas dan bahkan membawa perkara ini
ke ranah hukum.

Undang-undang yang telah di Langgar


Jika dilihat dari UU, Perusahaan di Kalimantan sudah melanggar beberapa
pasal, yaitu:
1. Undang-Undang (UU) Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
2. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, UU
Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Jenis Pelanggaran yang dilakukan


Yaitu pelanggaran terhadap Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Kesimpulan
Pemerintah harus terus mengawasi perusahaan-perusahaan yang bertindak
tidak adil kepada para tenaga kerja, dan pemerintah harus memberi sangsi keras
kepada siapa saja yang melanggar, juga perusahaan harus menaati Undang-
undang yang telah berlaku. dan penegakan hukum.
Untuk meningkatkan kinerja dan profesionalitas petugas pengawasan
ketenagakerjaan, terutama Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang
berwenang melakukan penyidikan terhadap kasus-kasus pelanggaran
ketenagakerjaan. 

Saran
Jika dilihat dari kasus ini harus segera ditindak lanjuti dan perusahaan
yang bersangkutan harus diberi sanksi tegas. Karena jika tidak segera ditindak
lanjuti maka akan banyak perusahaan-perusahaan yang melakukan pelanggaran
tersebut. Hal ini jelas sangat merugikan para tenaga kerja yang sudah bekerja
keras demi perusahaan tersebut.
Dalam menegakkan pengawasan  ketenagakerjaan para petugas pengawas
menberikan pengawasan secara ketat terhadap penerapan waktu kerja upah,
Jamsostek, TKI, Tenaga Kerja anak serta tenaga kerja asing di perusahaan-
perusahaan. Selain itu, pengawasan pun dilakukan terhadap sektor norma
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), kelembagaan K3, keahlian K3, serta
Sistem manajemen K3 yang ada di perusahaan-perusahaan.
2. PT Freeport
PT Freeport Indonesia merupakan jenis perusahaan multinasional (MNC),
yaitu perusahaan internasional atau transnasional yang berpusat di satu
negara tetapi cabang ada di berbagai negara maju dan berkembang.
Mogoknya hampir seluruh pekerja PT Freeport Indonesia disebabkan
karena perbedaan indeks standar gaji yang diterapkan oleh manajemen
pada operasional Freeport diseluruh dunia. Pekerja Freeport di Indonesia
diketahui mendapatkan gaji lebih rendah dari pada pekerja Freeport di
negara lain untuk level jabatan yang sama. Gaji sekarang perjam USD 1.5-
USD 3. Padahal, dibandingkan gaji di negara lain mencapai USD 15-USD
35 perjam. Sejauh ini, perundingannya masih menemui jalan buntu.
Manajemen Freeport bersikeras menolak tuntutan pekerja, entah apa dasar
pertimbangannya.
Biaya CSR kepada sedikit rakyat Papua digembor-gemborkan itu pun
tidak seberapa karena tidak mencapai 1 persen keuntungan bersih PT FI.
Malah rakyat Papua membayar lebih mahal karena harus menanggung
akibat berupa kerusakan alam serta punahnya habitat Papua yang tidak
ternilai itu. Biaya reklamasi tersebut tidak akan bisa dditanggung generasi
Papua sampai tujuh turunan.
Umumnya korporasi berasal dari AS, pekerja adalah bagian dari aset
perusahaan. Menjaga hubungan baik dengan pekerja adalah suatu
keharusan. Sebab, di situlah terjadi hubungan mutualisme satu dengan
yang lain. Perusahaan membutuhkan dedikasi dan loyalitas agar produksi
semakin baik, sementara pekerja membutuhkan komitmen manajemen
dalam hal pemberian gaji yang layak.
Pemerintah dalam hal ini pantas malu. Sebab, hadirnya MNC di Indonesia
terbukti tidak memberikan teladan untuk menghindari perselisihan soal
normatif yang sangat mendasar. Kebijakan dengan memberikan diskresi
luar biasa kepada PT FI, privilege berlebihan, ternyata hanya sia-sia.
Penyelesaian Masalah yang dilakukan PT Freeport Indonesia
Juru bicara PT Freeport Indonesia, Ramdani sirait, mengatakan bahwa
manajemen perusahaan PTFI akan berkomunikasi dengan Serikat Pekerja
Seluruh indonesia (SPSI) demi mengantisipasi ancaman aksi mogok yang
dilakukan pekerja. Karena isu aksi mogok tersebut terkait rencana
pemutusan hubungan kerja terhadap tiga orang karyawan PTFI yang
melakukan intimidasi fisik kepada karyawan lainnya.
Ia menyebutkan, terhadap intimidasi fisik yang memenuhi ketentuan PHI
(Pedoman Hubungan Industrial) Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
sebagaimana kasus tiga karyawan yang melakukan intimidasi fisik,
diproses berdasarkan ketentuan PHI-PKB.
Pasal-pasal yang tercantum dalam PKB tersebut sudah mengakomodasi
aspirasi pekerja. Salah satunya adalah adanya kenaikan upah pokok
sebesar 40 persen dalam 2 tahun." Angka ini jauh di atas ketentuan rata-
rata kenaikan upah pokok nasional sebesar 10-11 persen per tahun,"
sambung dia.
Sebagai upaya mencegah hal-hal yang tidak diinginkan pada perusahaan,
perusahaan sudah membentuk Crisis Management Committee. Yaitu guna
menciptakan lingkungan kerja yang damai dan harmonis, PTFI dan
pimpinan SPSI PTFI pun telah membentuk Crisis Management
Committee.
Undang-undang yang telah di Langgar
PT Freeport Indonesia telah melanggar hak-hak dari buruh Indonesia
(HAM) berdasarkan UU No. 13/2003 tentang mogok kerja sah dilakukan.
PT Freeport Indonesia telah melanggar pasal:
- Pasal 139: “Pelaksanaan mogok kerja bagi pekerja/buruh yang bekerja
pada perusahaan yang melayani kepentingan umum dan atau perusahaan
yang jenis kegiatannya membahayakan keselamatan jiwa manusia diatur
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kepentingan umum dan atau
membahayakan keselamatan orang lain”.
- Pasal 140: (1) “Sekurang-kurangnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja
sebelum mogok kerja dilaksanakan, pekerja/buruh dan serikat
pekerja/serikat buruh wajib memberitahukan secara tertulis kepada
pengusaha dan instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
setempat”. (2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu)
sekurang-kurangnya memuat: (i) Waktu (hari, tanggal, dan jam) dimulai
dan diakhiri mogok kerja. (ii) Tempat mogok kerja. (iii) Alasan dan sebab-
sebab mengapa harus melakukan mogok kerja. (iv) Tanda tangan ketua
dan sekretaris dan/atau masing-masing ketua dan sekretaris serikat
pekerja/serikat buruh sebagai penanggung jawab mogok kerja. (3) Dalam
hal mogok kerja akan dilakukan oleh pekerja/buruh yang tidak menjadi
anggota serikat pekerja/serikat buruh, maka pemberitahuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) ditandatangani oleh perwakilan pekerja/buruh
yang ditunjuk sebagai koordinator dan/atau penanggung jawab mogok
kerja. (4) Dalam hal mogok kerja dilakukan tidak sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), maka demi menyelamat kan alat produksi dan aset
perusahaan, pengusaha dapat mengambil tindakan sementara dengan cara:
(i) Melarang para pekerja/buruh yang mogok kerja berada dilokasi
kegiatan proses produksi, atau (ii) Bila dianggap perlu melarang
pekerja/buruh yang mogok kerja berada di lokasi perusahaan.
- Pasal 22: “Setiap orang berhak atas pekerjaan, berhak dengan bebas
memilih pekerjaan, berhak akan terlaksananya hak-hak ekonomi, sosial,
dan budaya yang sangat doperlukan untuk martabat dan pertumbuhan
bebas pribadinya, melalui usaha-usaha nasional maupun kerjasama
internasional, dan sesuai dengan pengaturan sumber daya setiap negara”.
PT Freeport Indonesia melanggar UU No. 11/1967 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Pertambangan yang sudah diubah dengan UU No.
4/2009.
Selain bertentangan dengan PP 76/2008 tentang Kewajiban Rehabilitasi
dan Reklamasi Hutan, telah terjadi bukti paradoksal sikap Freeport.
Kestabilan siklus operasional Freeport, diakui atau tidak, adalah barometer
penting kestabilan politik koloni Papua. Induksi ekonomi yang terjadi dari
berputarnya mesin anak korporasi raksasa Freeport-McMoran tersebut di
kawasan Papua memiliki magnitude luar biasa terhadap pergerakan
ekonomi kawasan, nasional, bahkan global.

Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa PT Freeport Indonesia
telah melanggar etika bisnis dan melanggar undang-undang. Hak
didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama.
Karena hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis. PT
Freeport Indonesia sangat tidak etis dimana kewajiban terhadap para
karyawan tidak terpenuhi karena gaji yang diterima tidak layak
dibandingkan dengan pekerja Freeport di Negara lain. Padahal PT Freeport
Indonesia merupakan tambang emas dengan kualitas emas terbaik di
dunia.

Saran
Sebaiknya pemerintah Indonesia cepat menanggapi masalah ini dan cepat
menanggulangi permasalahan PT Freeport Indonesia. Karena begitu
banyak SDA yang ada di Papua, tetapi masyarakat Papua khususnya dan
Negara Indonesia tidak menikmati hasil dari kekayaan alam di Papua.
Jangan sampai Amerika mendapatkan semakin banyak untung dari
kekayaan yang dimiliki oleh Negara kita sendiri.

Anda mungkin juga menyukai