Mahasiswa Program Magister Dengan Mengikuti Perkuliahan Pada
Chapter Sepuluh Memiliki Kemampuan; Sembilan (1) Untuk mengaplikasikan peran manajer terhadap pembentukan etika dalam kegiatan manajemen.. (2) Untuk Mengenbangkan etika manajer dalam menjalankan hubuingan Ketenagaankerjaan (3) Untuk memanfaatan etika dalam kegiatan manajemen secara efektif
A.Manajemen Membentuk Etika
Manajemen sejatikan mempunyai peran penting dalam pembentukan etika suatu organisasi dan mampu memberikan keadilan seluruh anggota organisasi. Dengan demikian akan terbangun semangat kerja dan kepercayaan, manajemen semakin bertanggung jawab atas memanusiakan pegawai. Tanggung jawab manajemen yang terpenting adalah membentuk etika perilaku seorang manajer seperti berikut: 1) Manajemen mempunyai tanggung jawab terhadap organisasi dalam hal menciptakan suasana kerja yang kondusif dan nyaman, memberikan peluang yang sama pegawai dalam tugas dan pengembangan karier dan memberikan perlakuan pegawai yang wajar. Di Indonesia, hubungan antara industrial diatur di dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan . 2) Beberapa organisasi yang telah maju mulai menerapkan perjanjian kerja bersama antara manajemen dan pegawainya, mengatur mengenai hak- hak, tanggung dan kewajiban organisasi terhadap pegawainya, begitu juga sebaliknya mengenai hak-hak, tanggung dan kewajiban pegawai terhadap organisasi. 3) Manajemen memahami adanya keragaman latar belakang dan berusaha mengintegrasikan pegawai yang memiliki berbagai latar belakang yang berbeda. Sehingga dapat membangun semangat kerja, secara bersama 132 | Chapter Sepuluh, Peran Etika Manajemen pegawai berusaha untuk mencapai tujuan organisasi. Keberagaman seperti status gender, religius pegawai, pandangan politik, termasuk suku dan bahasa. Manajemen berusaha untuk mengeliminir kemungkinan terjadinya pelecehan seksual yang sering terjadi dan membuka peluang yang sama terhadap semua pegawai untuk mengembangkan kemampuannya tanpa adanya diskriminasi. 4) Manajemen yang mengembangkan etika tidak akan pernah bersikap mendiskriminasi pegawai, dengan tidak membeda-bedakan kedaerahan, keyakinan, alumni, kesukuan termasuk asal usul pegawai. 5) Manajemen dapat saja melakukan tindakan afirmatif (=affirmative action) yaitu sebuah tindakan yang harus dilakukan yang dimaksudkan untuk membuka peluang karier lebih baik kepada kelompok minoritas ataupun wanita.
133 | Chapter Sepuluh, Peran Etika Manajemen
STUDI KASUS 10.1 PABRIK KOREK API PEKERJAKAN ANAK BAWAH UMUR HINGGA TAK ADA PINTU BELAKANG
menemukan enam pelangaran ketenagakerjaan di pabrik korek api milik PT Kiat Unggul. Tim pusat dan daerah sudah menyelesaikan investigasi tahap awal di pabrik yang berlokasi Desa Sabirejo, Binjai, Langkat, Sumatra Utara. Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri mengatakan enam pelanggaran itu menjadi pijakan pengawas untuk menyelesaikan kasus ketenagakerjaan di perusahaan tersebut. Tiap pelanggaran, tegasnya, harus ditindak. Pertama, perusahaan tidak memberikan perlindungan kepada pekerja terkait kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan baik mental maupun fisik. Kedua, didapati perusahaan mempekerjakan pekerja anak di bawahumur 15 tahun. Ketiga, perusahaan belum membuat wajib lapor ketenagakerjaan untuk lokasi kejadian. Perusahaan tidak melaporkan keberadaan cabang perusahaan tersebut kepada Dinas Ketenagakerjaan, sehingga keberadaannya tak tercatat oleh Dinas Tenaga Kerja Provinsi Sumatera Utara. Perusahaan masuk kategori ilegal. Keempat, perusahaan membayar upah tenaga kerja lebih rendah dari ketentuan upah minimum Kabupaten Langkat. Kelima, perusahaan belum mengikut sertakan pekerjanya dalam program jaminan sosial yang diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan. Hanya satu pekerja yang sudah didaftarkan pada BPJS Ketenagakerjaan, selebihnya belum, ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (25/6). Keenam, perusahaan belum melaksanakan sepenuhnya syarat-syarat Keselamatan Kesehatan Kerja (K3). Dari olah tempat kejadian perkara, diketahui sumber api berasal dari pintu belakang yang menjadi akses keluar masuk pekerja, sedangkan pintu depan terkunci sehingga saat terjadi kebakaran para pekerja tak bisa keluar menyelamatkan diri karena tidak ada jalur evakuasi. Perusahaan juga tidak memiliki alat pemadam kebakaran dan sirkulasi udara yang memenuhi syarat. Pabrik tidak dilengkapi fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), tidak tersedia alat pelindung diri (APD), serta berbagai pelanggaran lain. Secara terpisah, Pelaksana Harian Direktur Pengawasan Norma
134 | Chapter Sepuluh, Peran Etika Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PNK3), Amarudin mengatakan, dari 30 korban meninggal, hanya satu pekerja yang telah terdaftar BPJS Ketenagakerjaan yakni atas nama Gusliana. Ahli waris akan mendapatkan santunan kecelakaan kerja dari BPJS Ketenagakerjaan sebesar Rp150,4 juta. Untuk santunan ahli waris pekerja yang belum terdaftar BPJS Ketenagakerjaan, Dinas Tenaga Kerja Sumatra Utara akan membuat penetapan yang menyatakan para korban sebagai korban kecelakaan kerja, agar ahli waris korban mendapatkan santunan kecelakaan kerja sesuai ketentuan yang berlaku. Kebakaran pabrik mengakibatkan 30 orang meninggal dunia. Mereka terdiri dari 24 pekerja borongan termasuk di dalamnya seorang pekerja anak atas nama Rina (15 tahun), lima anak sebagai pekerja borongan serta seorang adik pekerja yang sedang berkunjung ke pabrik tersebut. Terdapat empat pekerja yang selamat dari insiden tersebut. Penulis : Yanita Petriella - Bisnis.com 25 Juni 2019
B.Etika Hubungan Kerja
Berkaitan dengan hubungan industrial antara manajemen dan pegawai,terdapat pengaturan hak-hak. kewajiban adan tanggung jawab, Menjadi hal yang penting bagi manajemen memberikan informasi secara jekas dan lengkap kepada pegawai menyangkut beberapa hal berikut ini, a) Hak-hak yang akan didapat pegawai, kewajiban atas pekerjaan yang diberikan dan tanggung jawab pegawai terhadap tugas. b) Hak mendapatkan atas upah kerja yang diberikan secara adil dengan memerhatikan standar upah minimal. c) Hak pegawai untuk berserikat dan berkumpul tergabung dalam serikat pekerja atau Korp pegawai. d) Hak mendapatkan perlindungan, keamanan kerja dan jaminan kesehatan dalam bekerja . e) Hak untuk mendapatkan kedudukan yang sama dihadapan persoalan hukum secara sah tanpa ada diskriminatif. f) Hak atas mendapat jaminan rahasia data-data pribadi seperti data g) \kependudukan dan data perbankan.
135 | Chapter Sepuluh, Peran Etika Manajemen
h) Hak atas kebebasan berpendapat dan bertanggung jawab, sesuai dengan suara hati, dalam memberikan masukan bagi manajemen. Kejelasan Hak-hak, tanggung jawab dan kewajiban pegawai Sebagaimana telah digambarkan sebelumnya, menjadi prinsip dasar etika manajemen dalam membangun hubungan kerja yang baik antara manajemen dan anggota. Pemahaman dasar mengenai hubungan kerja dalam etika manajemen adalah: 1) Hubungan kerja merupakan aspek penting dalam hubungan industrial berkaitan dengan penggunaan tenagakerja, yang akan berimplikasi terhadap hak, kewajiban dan tanggung jawab. 2) Hubungan kerja dilakukan oleh para pihak yang terkait dalam proses produkvitas barang atau jasa pada suatu organisasi. 3) Hubungan kerja harus diikat dalam perjanjian kerja anatar manajemen dan pegawai, serta difasiltasi oleh pemerintah selaku regulator Hakikat dari adanya hubungan kerja, selain membangun prinsip dasar dalam bekerja dapat dimaknai pihak manajemen dan pegawai, sehingga membangun saling kepercayaan dalam kerja sama untuk merealisasikan visi dan misi serta tujuan, sasaran organisasi. Hakikat tersebut merupakan implementasi etika manajen dalam melaksanakan kerja yang efektif berupa hal berikut: 1) Kondisi yang secara etikan manajemen dapat memastikan bahwa semua hak dan kewajiban masing-masing pihak telah jelas dan dipahami serta terjamin dilaksanakan semua pihak. 2) Etika ketika terdapat perselisahan antara manajemen and pegawai, disertai cara penyelesaian apakah secara internal antara pekerja dan pengusaha (bipartit), melalui arbidtrasi atau melalui pengadilan. 3) Etika pegawai jika aka melalukan pemogokan atau penutupan perusahaan jika menghadapi kepalitan, sehingga masing-masing tidak perlu untuk memaksa kehendak.
STUDI KASUS 10.2
136 | Chapter Sepuluh, Peran Etika Manajemen JURNALISME: OBYEKTIVITAS ATAU BOBOT POLITIK? Obyektivitas pemberitaan sepanjang pemilihan kepala daerah DKI Jakarta 2017 telah membelah Jakarta. Definisi klasik obyektivitas merujuk pada penyampaian informasi faktual dan penghindaran dari opini personal serta pemeliharaan komitmen untuk memisahkan keduanya dalam proses pemberitaan. Dalam jagat politik yang kompetitif, panduan obyektivitas pemberitaan hadir dalam penerapan prinsip keseimbangan dan kesetaraan peliputan antar-kompetitor pemilu. Pelanggaran aturan pemilu adalah topik berita yang paling sering muncul di Koran Tempo. Variasi kedalaman informasi dalam pemberitaan Tempo bisa ditebak. Berita-berita di majalah pasti lebih banyak menawarkan kedalaman ketimbang koran. Perbedaan ini tecermin dari pilihan format pemberitaan. Hampir seluruh berita Koran Tempo berformat berita langsung, sedangkan berita investigatif hanya muncul di majalah Tempo. Namun menjadi persoalan tidak semua pembaca Koran Tempo adalah pembaca majalah Tempo. Pembaca Koran Tempo mendapatkan banyak variasi berita pelanggaran aturan pemilu yang episodik, yakni berita-berita yang terpisah satu dengan lainnya. Namun mereka tidak mendapatkan gambaran pola, tren, serta besaran dan jangkauan pelanggaran yang dilakukan masing-masing pasangan kandidat dan timnya. Tempo tidak menyajikan tren dan pola pelanggaran serta implikasi yang mengikutinya.Pemberitaan fokus pada kebijakan publik memberikan gambaran yang miskin juga. Pertama, dari segi jumlah, proporsi berita tentang isu kebijakan memiliki proporsi paling sedikit. Kedua, baik Koran Tempo maupun majalah Tempo lebih bertumpu pada peristiwa-peristiwa formal, yakni debat kebijakan antar kandidat. Meskipun faktual dan obyektif, pemberitaan tersebut tidak bertolak dari observasi dan pemetaan mandiri tentang isu-isu kebijakan yang dianggap penting oleh publik-atau oleh Tempo sendiri. Selain itu, berita-berita tersebut ditandai dengan minimnya eksplorasi data untuk memberi bobot perdebatan dan sedikitnya upaya untuk melakukan verifikasi kritis di lapangan. Kita ambil sebuah contoh berita "Anies Kumpulkan Data Penggusuran, Problemnya, Koran Tempo dan majalah Tempo tidak mengkonfrontasi klaim para kandidat itu dengan data sendiri. Bahkan, setelah debat pun, informasi itu berhenti karena tidak diikuti berita lanjutan. Sampai di sini, kita bisa mengatakan bahwa jurnalisme Tempo
137 | Chapter Sepuluh, Peran Etika Manajemen
mendekati kriteria obyektivitas yang bertumpu pada faktualitas, tapi gagal menyajikan informasi yang kritis terhadap pernyataan kandidat. Dengan batas ini, seberapa banyak bekal informasi yang diberikan Tempo kepada pembaca dan pemilih agar mereka bisa memilih secara benar? Memilih secara benar mengandaikan adanya kesempurnaan dan kelengkapan informasi yang diakuisisi oleh pemilih melalui media. Kritik lainnya, di mana suara mereka yang tergusur bisa kita temukan? Berbagai berita Tempo tidak memberikan ruang bagi mereka. Kritik ini direspons secara lebih baik di majalah Tempo. Setidaknya, untuk kebijakan reklamasi Teluk Jakarta, Tempo menyajikan dua pandangan yang bertabrakan. Sayangnya, eksplorasi jalan tengah tidak tersajikan. Kita mungkin bisa berharap, jika saja pembaca mendapatkan suplai informasi kebijakan yang komplet dari Tempo, mungkin akan lebih banyak pemilih Jakarta yang memilih secara benar. Sumber : Dodi Ambardi Dosen Departemen Ilmu Komunikasi UGM
Etika Manajemen dalam hubungan industrial dibangun dari norma-
norma, budaya organisasi dan memerhatikan ketentuan perundangan- undangan berlaku. Pengaturan etika norma dapat bersipat makro ataupun mikro sebagai berikut; 1) Etika Norma yang meluas bersipat makro, mengatur etika hal yang bersifat umum dan akan tetapi mengikat seluruh manajemen seperti Undang-undang tentang Ketenaga kerjaan. 2) Etika Norma internal bersipat mikro, pengaturan etika yang sangat rinci, di dalam organisasi seperti norma tata kelola perusahaan, budaya kerja, visi misi. Pihak manajemen pemberi pekerjaan selain memberikan informasi tentang hak-hak, wewenang dan tanggungjawab. Juga berkewajiban memberikan perlindungan bagi pegawai dari kecelakaan kerja dan bahaya yang ditimbulkan di dalam pekerjaan yaitu kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Pengertian kesehatan dan keselamatan kerja suatu upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur.
138 | Chapter Sepuluh, Peran Etika Manajemen
K3 merupakan suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pengertian tersebut di atas K3 sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan di dalam tempat kerja yang harus dipenuhi oleh pihak manajemen. Tujuan dilaksanakan kesehatan dan keselamatan kerja pada suatu organisasi sekurangnya sebagai berikut: 1) Membangun suasana kerja yang nyaman dan kondusif, sehingga pegawai bekerja dengan kinerja tinggi. 2) Dapat mengurangi tingkat ketidakhadiran pegawai, secara sadar pegawai bekerja dengan nyaman 3) Pegawai semakin kerasan bekerjam sehingga akan dapat menurunnya tingkat turnover pekerja 3) Dengan jaminan keamanan dan keselamatan kerja, akan beroengaruh terhadap peningkatan produktivitas. Sebaliknya bagi organisasi yang belum menerapkan etika kesehatan dan keselamatan kerja berdampak terhadap 1) Adanya kecelakaan kerja akan memberikan dampak terhadap keberkelanjutan organisasi. 2) Meningkat angka kecelakaan kecelakaan kerja, membuat suasana kerja semakin tidak nyaman. 3) Terganggunya kegiatan operasional organisasi hanya mengurusi persoalan keamanan dan keselamatan kerja. 4) Yang paling parah dengan tidak jaminan keamaman dan keselematan kerja akan dapat mengurangi produktitas 5) Belum dijalankan jaminan keamanan dan keselamatan kerja akan erciptanya hubungan industrial kurang efektif. 6) Seringnya terjadi kecelakaan kerja berpengaruh terhadap meningkatkan biaya operasional organisasi
STUDI KASUS 10.3
PELANGARAN HAM DAN ETIKA PUBLIK Kasus Talangsari Lampung. Sarana dan prasarana yang ada di sana jauh dari harapan. Listrik, jalan, dan pendidikan masih sangat mengkhawatirkan. Belum lagi tekanan psikologis selama puluhan tahun menjadi korban pelanggaran HAM. Pada kenyataannya, tidak ada dendam dalam diri para korban, mereka hanya menginginkan adanya pengakuan negara terhadap pembantaian dan pemulihan hak-hak para korban. Peristiwa penembakan mahasiswa Trisakti Tragedi Semanggi I dan II.
139 | Chapter Sepuluh, Peran Etika Manajemen
Pelanggaran HAM pada kasus ini pun belumlah selesai. Siapa yang harus bertanggung jawab dalam penembakan tersebut? Sampai hari ini, belum atau tidak bisa ditunjuk tangan, apalagi diputus pengadilan. Padahal, nyawa sudah melayang sia-sia. Korban merupakan pihak yang harus mendapatkan pemulihan kerugian dari terjadinya pelanggaran HAM. Penghukuman pelaku pelanggaran HAM merupakan salah satu bentuk keadilan yang harus didapatkan oleh korban. Pengakuan negara terhadap terjadinya pelanggaran HAM dan ganti kerugian bagi korban pelanggaran HAM merupakan sesuatu yang selama ini diidam-idamkan. Padahal, negara seharusnya bertanggung jawab dalam memberikan jaminan hak asasi, termasuk hak korban tindak pidana. Istilah korban termasuk keluarga atau orang bergantung pada orang lain yang menjadi korban. Korban dimaksud bukan hanya yang mengalami penderitaan secara langsung, melainkan keluarga atau orang yang mengalami penderitaan akibat dari menderitanya si korban tadi. Dalam konteks pelanggaran HAM, konsep tentang korban sangat luas pengertiannya. Tidak hanya seseorang yang mengalami langsung akibat dari suatu kejahatan pelanggaran HAM, tetapi juga keluarga dekat atau tanggungan langsung korban dan orang-orang yang mengalami kerugian ketika membantu mengatasi penderitaannya atau mencegah viktimisasi. Konsep kejahatan dan siapayang menjadi korban kejahatan adalah pangkal tolak yang dapat menjelaskan bagaimana posisi korban. Ada dua konsep kejahatan. Pertama, kejahatan dipahami sebagai pelanggaran terhadap negara atau kepentingan publik yang direpresentasikan oleh instrumen demokratik negara. Kedua, kejahatan dipahami sebagai pelanggaran terhadap kepentingan orang perseorangan dan juga melanggar kepentingan masyarakat, negara, yang esensinya melanggar kepentingan pelakunya sendiri. Pendekatan melalui Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi menghasilkan pengakuan atas pelanggaran HAM oleh pelaku, yang disusul dengan permohonan maaf, dipandang merupakan langkah yang paling akomodatif terhadap perasaan keadilan para korban dan diharapkan dapat memulihkan keseimbangan sosial dan memelihara persatuan dan kesatuan nasional. Pengakuan tentang adanya pelanggaran HAM berat di masa lampau dipandang merupakan salah satu cara ksatria dan dapat mengatasi konflik berkepanjangan antara pelaku dan korban atau keluarga korban. Selanjutnya, negara dapat memberikan amnesti kepada pelaku pelanggaran HAM berat. Meski demikian, suatu amnesti dapat memiliki pengaruh negatif dalam penyelesaian pelanggaran HAM berat. Pertama, dengan amnesti, korban pelanggaran HAM berat masa lalu tidak memiliki hak lagi untuk melakukan penuntutan sehingga amnesti dipandang sebagai hak prerogatif dari negara dan peran korban telah diambil alih oleh negara.
140 | Chapter Sepuluh, Peran Etika Manajemen
Dalam kasus pelanggaran HAM berat, konsep amnesti harus dikaji ulang sehingga tidak saja merupakan hak dan tanggung jawab negara, tetapi juga merupakan hak para korban. Meskipun demikian, ada beberapa cara agar dapat rrenyelesaikan kejahatan HAM berat di masa silam. Pertama, harus ada komitmen bermakna berupa kehendak dan sumber-sumber daya dari pihak pemerintah, di samping meningkatkan upaya investigasi dan pengusutan, serta penuntutan yang diperlukan bagi pelanggaran HAM berat. Kedua, harus ada partisipasi masyarakat untuk turut mengupayakan penyelesaian yang adil dengan memperhatikan hak-hak korban pelanggaran HAM berat. Penyelesaian pelanggaran HAM berat di masa lalu perlu dilakukan dengan transparan sehingga sumber hidup dari benih-benih demokratisasi akan berkembang seiring dengan ditegakkannya hukum melalui mekanisme hukum yang menjunjung tinggi kepastian hukum dengan bersandar pada keadilan Sumber : Diolah dari berbagai informasi 2021
Sebelum lebih jauh, perlu dipahami beberapa faktor penyebab
kecelakaan kerja, sehingga perlu mendapat perhatian manajemen. Penyebab utama pentebab terjadi gangguan keamanan dan keselamatan kerja adalah faktor lingkungan dan human error, sebagai berikut ini, a) Lingkungan kerja yang tidak memerhatikan keselamatan kerja, seperti kondisi kerja yang tidak aman b) Faktor perilaku pegawai yang tidak menghindakan perlunya keselamatan kerja, c) Belum tertipnya penyimpanan bahan-bahan kimia yang berbahaya dan beracun d) Suasana kerja yang penuh kebisingan dan getaran yang berlebihan serta suhu udara yang tidak nyaman. e) Ergonomis yang berkaitan dengan desain peralatan dan tempat kerja, mulai meja dan kursi kerja. Dengan memahami faktor penyebab ganggungan keamanan dan keselmatan kerja, pihak manajemen perlu mengambil langkah untuk dapat meminimumkan penyebab kecelakaan seperti: a) Mengurangi kondisi yang tidak aman, b) mengurangi perilaku kerja yang tidak aman. c) membuat aturan agar merubah sikap kerja yang tidak baik, d) melakukan inspeksi dan motivasi secara terus menerus. melakukan pelatihan K3,
141 | Chapter Sepuluh, Peran Etika Manajemen
e) melakukan audit K3. Untuk mengurangi resiko dalam pekerjaan dan f) rendahnya akan kecelakaan kerja di suatu perusahaan perlu menempuh langkah-langkah sebagai berikut: Melakukan control terhadap staf dan besaran resiko dengan melatih karyawan serta mengadakan isolasi peralatan atau area kerja tertentu. g) Mengawasi dan melakukan informasi terhadap karyawan tentang bahaya yang dapat terjadi didalam pekerjaan. h) Melakukan pemeriksaan secara terus menerus. i) Menghilangkan bahaya dan menganti sistem kerja yang baik dan aman.
STUDI KASUS 10.4
KARYAWAN PALSUKAN TANDA TANGAN NASABAH JAKARTA, KOMPAS.com – Terdakwa kasus pembobolan dana Citibank, Malin, diketahui memindahkan dana beberapa nasabahnya dengan cara memalsukan tanda tangan mereka di formulir transfer.Hal ini terungkap dalam dakwaan yang dibacakan Jaksa Penuntut Umum di sidang perdananya, di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (8/11/2011). Sebagian tanda tangan yang ada di blangko formulir transfer tersebut adalah tandatangan nasabah, ujar Jaksa Penuntut Umum, Pemalsuan tanda tangan dilakukan sebanyak enam kali dalam formulir transfer Citibank dengan nilai transaksi transfer sebesar 150.000 dollar AS pada 31 Agustus 2010. Pemalsuan juga dilakukan pada formulir bernomor ke PT Eksusif Jaya Perkasa senilai Rp 99 juta. Dalam transaksi ini, Pemalsuan lainnya pada formulir pada 23 Desember 2010 dengan nama penerima PT Abadi Agung Utama. “Penerima Bank Artha Graha sebesar Rp 50 juta dan kolom pesan ditulis DP untuk pembelian unit 3 lantai 33 combine unit, baca jaksa. Sesuai dengan keterangan saksi-saksi dan Berita Acara Pemeriksaan laboratoris Kriminalistik Bareskrim Polri, jelas Jaksa. Pengiriman dana dan pemalsuan tanda tangan ini sama sekali tak disadari oleh kedua nasabah tersebut. Sumber : Diambil dari berbagai sumber 2021
C. Etika Profesi Untuk Manajemen
Etika bisnis adalah salah satu hal yang sangat penting untuk dimiliki dalam menjalankan bisnis. Pada saat menjalankan bisnis ataupun suatu tugas diperlukan adanya rasa tanggung jawab dan sebuah aturan untuk mengatur tindakan-tindakan yang akan dilakukan. Hal tersebut menjadi 142 | Chapter Sepuluh, Peran Etika Manajemen pendorong bagi sebuah bisnis untuk menuju arah yang lebih baik atau kesuksesan Etika bisnis adalah suatu pengetahuan tentang tata cara ideal dalam pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memerhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal. Ini merupakan aturan tidak tertulis mengenai cara menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku dan tidak tergantung pada kedudukan individu atau pun organisasi di masyarakat. Dalam perusahaan, atika bisnis dapat membentuk suatu nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan untuk menciptakan suasana hubungan yang adil dan sehat baik itu dengan sesama rekan kerja maupun konsumen. Dari etika bisnis itulah secara tidak langsung akan mendorong adanya sikap tanggung jawab dalam menjalankan bisnis. Sehingga segala aktivitas bisnis dapat berjalan dengan baik dan lancar jika etika bisnis dapat dipegang teguh dan praktiknya diatur oleh perusahaan. Bagi sebuah perusahaan, etika bisnis merupakan hal penting dalam membangun kiprah perusahaan. Dalam membangun dan memperluas kiprah perusahaan menjadi lebih baik, tentunya tidak mudah untuk dilakukan. Salah satu cara untuk dapat mencapainya adalah dengan menerapkan etika bisnis dalam perusahaan. Pada artikel kali ini, kami akan membahas beberapa manfaat dari etika bisnis yang sangat penting untuk membangun sebuah perusahaan yang sukses. (1) Memiliki Citra Baik di Mata Pelanggan Citra atau gambaran yang baik mengenai hasil hubungan perusahaan dengan pelanggan akan melekat pada perusahaan sebagai prestasi. Prestasi ini akan dikenal oleh masyarakat umum dan calon pelanggan lainnya sebagai pertimbangan yang menguntungkan. Manfaat dari etika bisnis salah satunya adalah untuk memperbaiki citra perusahaan ini. Oleh karena itu, perusahaan yang menerapkan etika bisnis umumnya akan memiliki citra yang terus membaik dan pelanggan yang terus bertambah. Perusahaan pun kemudian dapat berkembang dan mencapai target dengan sukses. (2) Perusahaan Menjadi Tepercaya Perusahaan yang menerapkan etika bisnis akan mendapatkan manfaat berupa kepercayaan dari pelanggannya. Manfaat dari etika bisnis akan menunjukkan perusahaan memiliki kejujuran dan tidak akan membohongi pelanggan. Kepercayaan pelanggan pada perusahaan pun menjadi semakin meningkat karena perusahaan dinilai sangat loyal dalam melakukan bisnis dengan pelanggan. Lebih lanjut, pelanggan pun akan
143 | Chapter Sepuluh, Peran Etika Manajemen
merekomendasikan hasil bisnis dengan perusahaan yang baik kepada orang lain agar juga memercayakan kebutuhannya pada perusahaan Anda. (3) Memaksimalkan Keuntungan Pelanggan yang percaya pada kinerja perusahaan kemudian akan menghasilkan keuntungan yang lebih maksimal. Hal ini disebabkan perusahaan telah menerapkan etika bisnis dan pelanggan telah menaruh kepercayaan penuh pada kinerja perusahaan. Masalah-masalah yang umumnya menyebabkan keuangan menjadi terpakai untuk penyelesaian masalah dapat teratasi, keuntungan pun menjadi lebih maksimal untuk didapatkan.
STUDI KASUS 10.4
ANTARA PELANGGARAN HAM, HUKUM DAN ETIKA Berbagai pelanggaran HAM menyisakan masalah, korban pelanggaran HAM kesulitan dalam mengakses keadilan melalui sistem peradilan pidana. Sulitnya pembuktian pada proses peradilan.Pelanggaran HAM harus diselesaikan dan mekanisme yang mudah. Keadilan retributif tidak bisa memberikan sebuah kepuasan bagi korban.Tawaran keadilan restorative, mulai dilirik sebagai alternatif. Dalam berbagai tindak pidana, seperi kekerasan dalam rumah tangga, anak yang berkonflik dengan hukum, dan kecelakaan lalu lintas, keadilan restoratif telah diterapkan.. Penegakan hukum belum terselesaikan secara tuntas. Proses pengadilan sedang berlangsung, upaya naik banding berlarut-larut, muncul isu mafia peradilan dan tuduhan suap yang dapat membebaskan terdakwa dari jerat hukum dan sebagainya. Muncul alasan klise dari pengadil, telah diputus sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku, sehingga secara yuridis formal tidak salah. Deklarasi HAM dalam pembukaan Undang- Undang Dasar 1945, yang di dalamnya terdapat hak-hak asasi selaku manusia, baik manusia selaku mahluk pribadi maupun sebagai mahluk sosial, yang di dalam kehidupannya itu semua menjadi sesuatu yang inheren, serta dipertegas dalam Pancasila. Hampir setiap negara memiliki permasalahan dalam menegakkan HAM. Masalah penegakan HAM selalu beriringan dengan masalah penegakan hukum, di dalamnya menjadi salah satu hal krusial yang paling sering dikeluhkan oleh warga masyarakat pada saat ini; lemahnya penegakan hukum. Masyarakat terkesan apatis melihat hampir semua kasus hokum. Baik berhubungan dengan tindak kriminal, kejahatan ekonomi, apalagi pelanggaran HAM. Pelanggaran HAM masih menjadi isu yang menarik untuk diperbincangkan di mimbar akademik. Berbagai masalah yang muncul dalam proses peradilan, dugaan suap untuk menuju islah, vonis bebas bagi sang terdakwa, hingga mekanisme kompensasi dan 144 | Chapter Sepuluh, Peran Etika Manajemen restitusi bagi korban pelanggaran HAM.
(1) Memerhatikan Kepentingan Bersama
Terlaksananya etika bisnis dalam perusahaan akan menyebabkan kepentingan bersama lebih didahulukan dari pada kepentingan individu atau golongan. Hal ini adalah salah satu manfaat dari etika bisnis yang paling besar, yang mungkin tidak akan pernah dimiliki suatu perusahaan jika tidak menerapkan etika bisnis secara permanen. Kepentingan individu atau golongan tertentu dalam suatu perusahaan seringkali menjadi fokus utama, hal ini merupakan kebiasaan buruk yang harusnya ditinggalkan karena perusahaan bukan hanya berjalan untuk memenuhi keinginan dari petingginya tetapi juga kebutuhan seluruh karyawannya. Oleh karena itu, terapkanlah etika bisnis dan bangunlah perusahaan yang lebih memerhatikan kepentingan bersama dibandingkan kepentingan individu. (2) Menjunjung Nilai Moral Etika bisnis tentu erat kaitannya dengan nilai moral yang melandasi agar suatu etika dapat terlaksana. Terciptanya perilaku yang menjunjung nilai moral oleh karyawan dalam perusahaan tentu merupakan keunggulan yang sangat baik untuk perusahaan itu sendiri. Karyawan dapat menjadi lebih akrab satu sama lain dan lebih sopan santun dalam bertutur kata serta bercengkerama. Nilai moral tersebut akan membuat perusahaan menjadi lebih unggul. Itulah tadi beberapa manfaat dari etika bisnis yang dapat diperoleh suatu perusahaan. Memag begitu penting arti etika bisnis untuk keberlangsungan sebuah perusahaan. Sebagai pelaku bisnis harus memiliki etika bisnis dan tanggung jawab dalam menjalankan bisnisnya. Untuk itu pelaku bisnis dapat mulai mempelajari etika bisnis dan cara menumbuhkan adanya etika saat berbisnis. Harapannya saat meraih kesuksesan bukan menjadi persoalan yang begitu berat. Selain menjalankan etika bisnis, perusahaan juga perlu membuat laporan keuangan yang baik untuk membangun bisnis yang sukses. Laporan keuangan dapat dibuat secara instan dengan software akuntansi online Jurnal. Dengan menggunakan Jurnal, Anda dapat lebih mudah mengelola keuangan perusahaan hingga membuat analisa keuangan perusahaan.
145 | Chapter Sepuluh, Peran Etika Manajemen
BAHAN DISKUSI KELOMPOK MAHASISWA
Najib Mubarak mantan seorang anggota DPRD di salah
satu kabupaten di Kalimantan, pengalaman sebagai anggota legislasi yang terhormat menghantarkannya dipercaya Bupati menjadi Direktur Operasi sebuah BUMD. Sesungguhnya bidang kerja pada Direktorat Operasi di luar latar belakang kompetensinya, Namun berusaha untuk mempelajarinya dengan seksama. Pengalamannya sebagai mantan seorang legislator sangat kental mewarnai gaya kepemimpinannya, perintahnya tidak bisa tidak harus dilakukan karyawan, tanpa memberikan petunjuk yang jelas. Beban kerja diberikan tanpa mempertimbangan kemampuan kerja karyawan. Baginya semua karyawan memiliki kapasitas yang sama. Sehingga banyak karyawan yang stress bahkan sudah mangkir kerja. Karyawan dianggapnya menentangnya dan perlu diberikan sanksi. Dampak selanjutnya kondisi kerja menjadi tidak kondusif, yang berpengaruh terhadap produktivitas. BUMD mengalami kerugian secara drastis. Menurutnya karyawan tidak becus bekerja, ketika diminta pertanggung jawaban. Oleh Direktur Utama. Namun masih diberikan tenggang waktu setahun lagi untuk memperbaiki produktivitas, dengan ancaman jika gagal akan diberhentikan! Bahan Diskusi Utama : (1) Apakah terdapat kekeliruan dalam penempatan Najib Mubarak Tersebut? (2) Kenapakah Najib Mubarak melakukan manajerial seperti tersebut? (3) Apakah dalam tengat waktu setahun Najib Mubarak akan berhasil meningkatkan produktivitas BUMD? (4) Bantu Najib Mubarak, dengan memberikan solusi yang efektif