Anda di halaman 1dari 6

Nama : Septianto Budi Pranata

NIM : 20508334035

Prodi : D-IV Teknik Mesin

UTS ETIKA PROFESI

1. Sebutkan prinsip-prinsip dasar etika profesi?


• Prinsip Otonomi
mewajibkan setiap pelaku profesi memiliki wewenang dan kebebasan bekerja
dan berpendapat sesuai dengan profesi yang dijalankan. Prinsip ini menuntut agar setiap
kaum profesional memiliki dan diberikan kebebasan dalam menjalankan profesinya
• Prinsip Integritas Moral.
Etika profesi adalah prinsip ini mewajibkan setiap pelaku profesinya untuk secara
konsisten memiliki moral dan kejujuran dalam menjalankan pekerjaannya. Pelaku profesi
harus selalu bersikap adil, mementingkan profesi, dan memikirkan kepentingan
masyarakat
• Prinsip Keadilan.
Etika profesi adalah harus menjunjung tinggi prinsip keadilan kepada para anggota
profesinya dalam setiap pekerjaan yang dilakukan. Prinsip ini menuntut anggota profesinya
untuk memberikan pelayanan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya. Terutama jika
profesi tersebut di bidang pelayanan masyarakat
• Prinsip Tanggung Jawab.
Dalam prinsip etika ekonomi adalah setiap pelaku profesi harus memiliki
kesadaran bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan hasil pekerjaannya. Selain itu,
kesadaran bertanggung jawab ini juga terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan
orang lain atau masyarakat pada umumnya

2. Jelaskan fungsi dan tujuan kode etik profesi?


Kode Etik pada dasarnya memiliki berbagai macam fungsi sebagai perlindungan serta
pengembangan profesi dalam suatu organisasi tertentu. Yang menekankan kode Etik menjadikan
sebuah kode Etik untuk menjalankan tugas profesional dalam suatu organisasi atau Perkumpulan
tertentu, serta menjadikan kode jabatan di kalangan masyarakat. Pada dasarnya sebuah kode Etik
pastinya di rumuskan untuk sebuah kepentingan anggota dan organisasi sebuah profesi.
Fungsi Kode Etik Profesi :
• Sebagai sarana kontrol sosial
• Sebagai pencegah campur tangan pihak lain
• Sebagai pencegah kesalahpahaman dan konflik

3. Jelaskan pengertian profesi dalam bidang Teknik Mesin?


Etika dalam bidang Teknik Mesin yaitu merupakan suatu prinsip-prinsip atau aturan prilaku di
dalam bidang Teknik Mesin yang bertujuan untuk mencapai nilai dan norma moral yang
terkandung di dalamnya. Sedangkan Profesi dalam bidang teknik Mesin dapat diartikan sebagai
pekerjaan , namun tidak semua pekerjaan adalah profesi. Sebuah profesi akan dapat dipercaya
dunia industri ketika kesadaran diri kita yang kuat menjunjung tinggi nilai etika profesi kita di dunia
industri maupun di sekitar kita. Jadi dapat di katakan etika profesi yaitu batasan-batasan untuk
mengatur atau membimbing prilaku kita sebagai manusia secara normatif. Kita harus mengetahui
apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Karena semuanya itu sangat
berpengaruh bagi kita sebagai mahasiswa teknik mesin yang seharusnya mempunyai etika yang
bermoral baik.
Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan
kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga
memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalanggan
sosial). Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para
pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri
pelaksanaan profesi di lain instansi atau perusahaan.

4. Profesionalitas seseorang seringkali dikaitkan dengan hasil kerja , sebutkan ciri ciri pekerja
professional?
• Bertanggung jawab
• Berperilaku Etis
• Terorganisasi
• Percaya Diri
• Memisahkan Hal Pribadi dan Pekerjaan
• Fokus
• Mampu Mengendalikan Emosi
• Ahli dalam Bidangnya
• Terbuka
• Berintegritas

5. Bagaimanakah hubungan etika dengan tenaga kerja?


Hubungan etika dengan tenaga kerja
Bahwa untuk mencapai tujuan Perusahaan sehingga Perusahaan dapat menjalankan kegiatan
opersionalnya dengan baik dan lancar, mampu meraih keuntungan dan berkembang di masa
depan, maka terciptanya hubungan kerjasama yang harmonis antara Perusahaan dengan
karyawannya adalah syarat utama yang harus di penuhi. Untuk menciptakan hubungan kerjasama
yang harmonis, Direksi menetapkan suatu pedoman tentang Perilaku Etis yang memuat nilai-nilai
etika berusaha. Nilai-nilai yang di anut oleh Perusahaan harus mendukung Visi, Misi, Tujuan, dan
Strategi Perusahaan serta harus di terapkan terlebih dahulu oleh jajaran pimpinan Perusahaan
untuk selanjutnya meresap ke dalam jajaran Perusahaan. Budaya kerja perlu di bangun untuk
menjaga berlangsungnya lingkungan kerja yang profesional, jujur, terbuka, peduli, dan tanggap
terhadap setiap kegiatan Perusahaan serta kepentingan pihak stakeholders. Selain itu, budaya
kerja di kembangkan untuk memotivasi karyawan dalam bekerja. Pada hakekatnya Perilaku Etis
berisi tentang keharusan yang wajib dilaksanakan dan larangan yang harus dihindari sebagai
penjabaran pelaksanaa prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) yaitu : Transparansi,
Akuntabilitas, Responsibilitas (Pertanggungjawaban), Independensi (Kemandirian), dan Fairness
(Kewajaran). Maksud dan tujuan Perilaku Etis ini tidak hanya untuk memastikan bahwa
perusahaaan telah mematuhi semua peraturan perusahaan dan perundang-undangan yang
terkait, namun memberikan panduan bagi perusahaan atau karyawan dalam melakukan interaksi
berdasarkan nilai-nilai moral yang merupakan bagian dari budaya perusahaan. Etika dan
Hubungan dengan Tenaga Kerja ialah sebagai berikut:
a. Tidak melakukan eksploitasi atas tenaga kerja/pekerja demi mengejar keuntungan semata.
b. Memperlakukan pekerja/karyawan sebagai asset perusahaan yang berharga, bukan hanya
sekedar komoditi dan pelengkap semata.
c. Melakukan pembayaran upah pekerja/karyawan, tunjangan-tunjangan kesejahteraan dan
menyediakan fasilitas kerja sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku.
d. Tidak melakukan diskriminasi atau perbedaan berdasarkan SARA kepada pekerja/karyawan,
baik dalam rangka penerimaan maupun penempatan di perusahaannya.
e. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pekerja/karyawan untuk menunjukkan
kemampuannya dan meningkatkan keterampilannya.
f. Melakukan penilaian secara objektif (adil) dan menghilangkan sentimen pribadi dalam rangka
evaluasi atas hasil pekerjaan pekerja/karyawan untuk mengembangkan kariernya.
g. Tidak berusaha menghalang-halangi pekerja/karyawan untuk membentuk wadah
paguyuban/serikat pekerja.
h. Taat dan tunduk pada Undang-undang Tenaga Kerja dan peraturan-peraturan
ketenagakerjaan yang berlaku di wilayah Republik Indonesia.

6. Pada hari buruh seringkali terdapat tuntutan penghapusan sisitem offshorsing dan kenaikan UMR
bagi pekerja berikan solusinya secara yuridis formal?
Permasalahan offshorsing dan kenaikan UMR
A. Outsourching
a. Outsourcing menurut UU Ketenagakerjaan
Semula, peraturan yang mengatur tentang outsourcing adalah Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU
Ketenagakerjaan), tepatnya pada Pasal 64 hingga Pasal 66. Dalam regulasi tersebut,
disebutkan bahwa perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan
kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan
jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis. Dengan begitu, menurut UU
Ketenagakerjaan, alih daya artinya penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada
perusahaan lain. Adapun pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain harus
memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat outsourcing adalah sebagai berikut:
• dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama;
• dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan;
• merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; dan
• tidak menghambat proses produksi secara langsung.

Selain itu, masih terdapat sederet ketentuan lain yang diatur dalam aturan hukum
outsourcing di Indonesia pada UU Ketenagakerjaan. Hanya saja, peraturan alih daya yang
termuat pada UU Ketenagakerjaan direvisi melalui UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja (UU Cipta Kerja).

b. Peraturan alih daya di UU Cipta Kerja


UU Cipta Kerja menghapus aturan hukum outsourcing di Indonesia yang sebelumnya
termuat dalam Pasal 64 dan Pasal 65 UU Ketenagakerjaan. Selanjutnya, Pasal 66 UU
Ketenagakerjaan juga direvisi. ketentuan yang berlaku terkait outsourcing adalah
perubahan Pasal 66 UU Ketenagakerjaan yang diamanatkan oleh UU Cipta Kerja. Aturan
baru menegaskan, hubungan kerja antara perusahaan alih daya dengan pekerja/buruh
yang dipekerjakannya didasarkan pada perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis, baik
perjanjian kerja waktu tertentu maupun perjanjian kerja waktu tidak tertentu.
Selanjutnya, pelindungan pekerja/buruh, upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja,
serta perselisihan yang timbul dilaksanakan sekurang-kurangnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan menjadi tanggung jawab perusahaan alih daya. Jika
perusahaan alih daya mempekerjakan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja waktu
tertentu, perjanjian kerja tersebut harus mensyaratkan pengalihan pelindungan hak-hak
bagi pekerja/buruh apabila terjadi pergantian perusahaan alih daya dan sepanjang objek
pekerjaannya tetap ada.

B. Kenaikan UMR
• Seperti diketahui, perhitungan upah kini mengacu pada Undang-undang (UU) No 11/2020
tentang Cipta Kerja. Pada pasal 88C UU Cipta Kerja ayat (1) ditetapkan, Gubernur wajib
menetapkan upah minimum provinsi (UMP).
• Kemudian ayat (3) mengatur, upah minimum ditetapkan berdasarkan kondisi ekonomi
dan ketenagakerjaan. Lalu, ayat (7) mengenai tata cara penetapan upah minimum dan
syarat tertentu diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP).
• Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemudian mengeluarkan PP No 36/2021 tentang
Pengupahan, yang ditetapkan dan berlaku pada 2 Februari 2020.
• Pada PP No 36/2021, ketentuan soal upah minimum diatur dalam Bab V, di mana Bagian
Kesatu pasal 23 mendefinisikan upah minimum sebagai upah bulanan terendah, yaitu
tanpa tunjangan atau upah pokok dan tunjangan tetap.
• "Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum," demikian bunyi
pasal 23 ayat (3) PP No 36/2021
• Upah minimum tersebut berlaku bagi pekerja/ buruh dengan masa kerja kurang dari 1
tahun di perusahaan bersangkutan, dan untuk yang lebih dari 1 tahun berpedoman pada
struktur dan skala upah.
• "Upah minimum terdiri atas (a) upah minimum provinsi (UMP) dan (b) upah minimum
kabupaten/ kota dengan syarat tertentu," bunyi pasal 25 ayat (1).
• Sementara, ayat (2) dan (3) menetapkan, upah minimum ditetapkan berdasarkan kondisi
ekonomi dan ketenagakerjaan, secara khusus untuk huruf (b) meliputi pertumbuhan
ekonomi daerah atau inflasi pada kabupaten/ kota yang bersangkutan.
• "Kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan dimaksud pada ayat (2) meliputi paritas daya beli,
tingkat penyerapan tenaga kerja, dan median upah. Data pertumbuhan ekonomi, inflasi,
paritas daya beli, tingkat penyerapan tenaga kerja, dan median upah bersumber dari
lembaha yang berwenang di bidang statistik," pasal 25 ayat (4-5) PP No 36/2021.
• Ditetapkan lanjut pada pasal 26, penyesuaian nilai upah minimum dilakukan setiap tahun
pada rentang nilai tertentu antara batas atas dan bawah upah minimum wilayah
bersangkutan.
• Batas atas upah minimum merupakan acuan nilai upah minimum tertinggi yang dapat
ditetapkan dan dihitung dengan formula, rata-rata konsumsi per kapita kali rata-rata
banyaknya anggota rumah tangga, dibagi rata-rata banyaknya anggota rumah tangga
bekerja di setiap rumah tangga.
• Batas bawah upah minimum merupakan acuan terendah yang dapat ditetapkan dan
dihitung dengan formula, 50% dari batas atas upah minimum.
• Selanjutnya, pasal 26 ayat (6) menetapkan, rata-rata konsumsi per kapita dan rata-rata
banyaknya anggota rumah tangga dan anggota rumah tangga bekerja menggunakan data
di wilayah bersangkutan.
• Pasal 27 mengatur, penyesuaian UMP dilakukan sesuai tahapan perhitungan pasal 26.
• "Dalam hal upah minimum provinsi tahun berjalan lebih tinggi dari batas atas UMP,
gubernur wajib menetapkan UMP tahun berikutnya sama dengan nilai UMP tahun
berjalan," bunyi pasal 27 ayat (4).
• "Upah minimum provinsi ditetapkan dengan Keputusan Gubernur dan diumumkan paling
lambat tanggal 21 November tahun berjalan," bunyi pasal 29 ayat (1).
• Dan, jika mengacu pada PP NO 36/2021 tersebut, tak ada penetapan pengupahan
sektoral. Serta, penetapan pengupahan dalam PP tersebut dikecualikan untuk bidang
usaha skala kecil dan mikro

7. Permasalahan apa sajakah yang sering dialami tenaga kerja industri pemesinan dan bagaimana
seharusnya pihak manajemen menyelesaikan masalah tersebut?
1) Produk seorang Engineer sangat unik. Sangat sukar untuk membandingkan karya dua orang
Engineer secara adil dan objektif. Namun seringkali pekerjaan atau proyek didapat melalui
‘koneksi’. Seorang engineer yang dapat bersikap ’manis dan menyenangkan’ mendapatkan
kesempatan dan proyek yang lebih banyak daripada Engineer yang bersikap tegas dan
objektif.
2) Faktor keamanan yang tinggi dan penerapan peraturan-peraturan konstruksi (code)
membantu ‘menyembunyikan’ engineer yang berkemampuan kurang. Teori/teknik canggih
dan terbaru sangat jarang diterapkan dalam praktek.
3) Peraturan (code of practice), keterbatasan waktu dan peralatan canggih mematikan
kreativitas, sering kali Engineer hanya menjadi operator yang hanya mengulang apa yang
sudah pernah ada dan sudah pernah dikerjakan.
4) Banyak Engineer, terpaksa ataupun tidak, menjadi ”yes-man” yang melakukan segala
permintaan para investor / pemilik proyek. Sering kali Engineer hanya menjadi ‘alat’ sang
investor, (dengan terpaksa atau tidak) merencanakan dan membangun proyek yang
sesungguhnya mengakibatkan kerusakan lingkungan dan tatanan kehidupan sosial.
5) Engineer tidak mampu mempresentasikan aspirasi dan pengetahuannya terhadap para
investor. Sebaliknya, sang Arsitek dan/atau Pemilik Modal jauh lebih mampu
mempresentasikan kehendaknya, sekalipun hal itu diluar pengetahuannya. Engineer bekerja,
orang lain yang mendapatkan pujian.
6) Karir seorang Engineer di negara berkembang berumur pendek. Katanya: Tidak ada yang tidak
dapat dikerjakan Engineer kecuali tetap bekerja dalam bidang Engineering! (Nothing under
the sun engineers cannot do, except continuing to do engineering!). Pekerjaan lain lebih
menjanjikan, mengapa tidak??
7) Diluar Engineering, pengetahuan Engineer sering kali sangat terbatas. Di era gobalisasi ini
pengetahuan akan Engineering saja tidaklah cukup

8. Bandingkan penggunaan tenaga kerja asing menurut UU no 13 tahun 2003 dengan UU cipta kerja
tahun 2020

Topik UU Ketenagakerjaan RUU Omnibus Law Cipta Kerja


Pasal 42 ayat 1 UUK menyatakan:
Setiap pemberi kerja yang Dalam RUU Cipta Kerja, izin tertulis
mempekerjakan tenaga kerja asing TKA diganti dengan pengesahan
wajib memiliki izin tertulis dari Menteri rencana penggunaan TKA
Tenaga Kerja atau pejabat yang ditunjuk.
Asing
Pasal 43 mengenai rencana
Pasal 43 ayat 1 Pemberi kerja yang
penggunaan TKA dari pemberi kerja
menggunakan tenaga kerja asing harus
sebagai syarat mendapat izin kerja
memiliki rencana penggunaan tenaga
dimana dalam RUU Cipta kerja,
kerja asing yang disahkan oleh Menteri informasi terkait periode penugasan
atau pejabat yang ditunjuk. ekspatriat, penunjukan tenaga kerja
menjadi warga negara Indonesia
sebagai mitra kerja ekspatriat dalam
rencana penugasan ekspatriat
dihapuskan
Ppasal 44 ayat 1; Pemberi kerja
Pasal 44 mengenai kewajiban menaati
tenaga kerja asing wajib menaati
ketentuan mengenai jabatan dan
ketentuan mengenai jabatan dan
kompetensi TKA dihapus
standar kompetensi yang berlaku.

9. Pertanyaan dari Studi Kasus:


A) Apakah Ahli Teknik B dapat menuntut pembatalan sepihak komitmen lisan yang dilakukan
direktur utama perusahaan A tersebut? Bagaimana menurut pendapat Anda langkah yang
sebaiknya diambil oleh Ahli Teknik B setelah mengetahui kondisi yang sebenarnya dari
informasi yang didapatnya dari salah satu pegawai di perusahaan A.

B) Apakah yang dilakukan Ahli Teknik C merupakan pelanggaran Kode Etik Teknik Mesin
ataukah hanya merupakan persaingan bisnis yang wajar? Jelaskan dan kaitkan dengan
aturan dalam Kode Etik Teknik Mesin dan Kaidah Tata Laku Profesi Teknik Mesin.

Pembahasan :
A) Pemuntutan secara lisan sangat susuah untuk dilakukan tuntutan pada pihak yang berwajib
atau yang dilainnya. Langkah yang dapat diambil yaitu mengambil jalan negosiasi dengan
pernyataan secara tertulis sesuai kesepakatan negosiasi agar apabila hal diatas terjadi lagi
maka pihak B dapat menuntut perusahaan A
B) Secara moral dapat dikatakan menyalai tapi untuk dihadapkan pada hukum mungkin kurang
kuat dan saya kira boleh saja karena dilain sisi merupakan persaingan pasar.

Anda mungkin juga menyukai