Anda di halaman 1dari 9

ETIKA KERJA DAN

ORGANISASI
Widadatul Ulya, S.H., M.H.
INDIVIDU DALAM ORGANISASI

 Manusia adalah faktor utama yang sangat penting dalam setiap organisasi apapun
bentuknya. Ketika manusia memasuki dunia organisasi dan dia beraktifitas disana, maka
itulah awal perilaku manusia yang berada dalam organisasi itu.
 Manusia di dalam mengeksistensikan dirinya sebagai individu selamanya menginginkan
untuk diperlakukan sebagai individu. Hal ini memberikan kesadaran bahwa dirinya selain
berbeda, tetapi juga sama dengan individu yang lain. Setiap individu tidak menginginkan
dirinya dihargai karena orang lain, tetapi dia menginginkan dihargai karena dirinya sendiri.
 Di dalam beraktifitas sehari-hari di muka bumi ini setiap manusia sebagai individu
memerlukan individu yang lain. Tidak seorang pun manusia yang dapat hidup sendiri. Hal
ini menjadikan manusia adalah mahluk sosial yang memiliki hakekat sosialitas
(kebersamaan) berupa kecenderungan untuk berada bersama pada satu tempat dan waktu
yang sama dengan saling berinteraksi.
 Organisasi sebagai bentuk perwujudan hakekat sosial manusia, terbentuk karena sejumlah
individu yang memiliki kepentingan yang sama, bersepakat untuk bekerja sama dalam
mencapai tujuan /cita-cita yang sama.
 Salah satu kepentingan tersebut berkenan dengan aspek kehidupan sosial ekonomi, yang
mendorong manusia membentuk organisasi kerja untuk memperoleh penghasilan guna
memenuhi kebutuhannya. Di antara organisasi itu yang dominan dalam kehidpan masarakat
moderen di sebut perusahaan atau badan usaha.
 Sebagai makhluk ekonomi, manusia memiliki kebutuhan yang beraneka ragam. Pemenuhan
kebutuhan manusia sebagai makhluk ekonomi, didasarkan atas beberapa pertimbangan,
seperti;
a. kemampuan fisik dan intektual yang terbatas,
b. persaingan yang ketat antara banyak orang yang menginginkan hal yang sama atau serupa,
c. terbatasnya kesempatan untuk memuaskannya,
d. terbatasnya persediaan barang atau jasa yang dapat digunakan.
 Setiap individu di dalam berorganisasi seyogyanya mengenal eksistensi dirinya agar dia
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaanya.
KONSEP ETIKA KERJA
 Individu dalam sebuah organisasi, terutama organisasi ekonomi (perusahaan) memiliki nilai dan
norma yang menjadi aturan dasar dalam berperilaku, sehingga kepentingan setiap individu dapat
terpenuhi. Salah satu nilai dan norma tersebut adalah etika kerja.
 Etika kerja berisi nilai dan norma yang harus ditaati oleh setiap pekerja dalam sebuah perusahaan.
Masing-masing perusahaan memiliki nilai dan norma yang berbeda.
 Secara normative, etika kerja tertuang dalam peraturan perundang-undangan, dalam rangka
menyelaraskan norma hidup bernegara dan melindungi hak masing-masing individu.
 Segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa
kerja disebut dengan ketenagakerjaan.
 Ketentuan mengenai Ketenagakerjaan diatur dalam UU No 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan yang beberapa bagiannya telah diubah melalui UU No 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja (omnibus law)
 Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh.
Perjanjian kerja tidak dapat ditarik kembali dan/atau diubah, kecuali atas persetujuan para pihak.
HAK DAN TANGGUNGJAWAB PEKERJA

 HAK PEKERJA
1. Setiap pekerja berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha.
2. Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau meningkatkan dan/atau
mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya melalui
pelatihan kerja.
3. Setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : keselamatan dan
kesehatan kerja; moral dan kesusilaan; dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan
martabat manusia serta nilai-nilai agama.
 TANGGUNGJAWAB PEKERJA
1. Melaksanakan tugas dan tanggungjawab sesuai dengan SOP
2. Meningkatkan kemampuan dalam bekerja (soft skill dan hard skill)
3. Tenaga kerja/pekerja wajib menaati norma yang berlaku di Negara Perusahaan itu berada
dan norma perusahaannya
HAK DAN TANGGUNGJAWAB
ORGANISASI/ PERUSAHAAN
 Baik pekerja maupun tenaga kerja berhak untuk tidak mendapatkan diskriminasi, sehingga
setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh
pekerjaan, serta Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa
diskriminasi dari pengusaha.
 Pengusaha dilarang mempekerjakan anak.
 Pengusaha wajib memberikan upah dan hak cuti bagi pekerja sesuai ketentuan UU yang
berlaku
 Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya kepada pekerja/ buruh untuk
melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya.
 Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
PRINSIP-PRINSIP ETIS DALAM
BEKERJA
 PRINSIP DASAR ETIKA PROFESI
1. Prinsip Tanggung Jawab
Setiap profesional harus bertanggungjawab terhadap pelaksanaan suatu pekerjaan dan juga terhadap hasilnya. Selain
itu, profesional juga memiliki tanggungjawab terhadap dampak yang mungkin terjadi dari profesinya bagi kehidupan orang lain
atau masyarakat umum.
2. Prinsip Keadilan
Pada prinsip ini, setiap profesional dituntut untuk mengedepankan keadilan dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam hal ini,
keadilan harus diberikan kepada siapa saja yang berhak
3. Prinsip Otonomi
Setiap profesional memiliki wewenang dan kebebasan dalam menjalankan pekerjaan sesuai dengan profesinya. Artinya,
seorang profesional memiliki hak untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dengan mempertimbangkan kode etik
profesi.
4. Prinsip Integritas Moral
Integritas moral adalah kualitas kejujuran dan prinsip moral dalam diri seseorang yang dilakukan secara konsisten dalam
menjalankan profesinya. Artinya, seorang profesional harus memiliki komitmen pribadi untuk menjaga kepentingan profesinya,
dirinya, dan masyarakat.
WHISTLE BLOWING

 Whistleblowing System adalah pedoman yang mengarahkan perusahaan untuk dapat


mengklasifikasikan suatu tindakan dapat dikategorikan sebagai pelanggaran atau tidak,
mengatur mekanisme pelaporan, tata cara & syarat-syarat pelaporan, jaminan pelapor,
mekanisme tindaklanjut pelaporan, evaluasi atas tindak lanjut pelaporan
 Tujuan Pedoman Whistleblowing System adalah sebagai berikut:
1. Mencegah dan sebagai alat deteksi dini terhadap suatu Tindakan pelanggaran kode etik,
pedoman perilaku dan benturan kepentingan oleh karyawan/pekerja di lingkungan
Perusahaan.
2. Sebagai sarana bagi stakeholder (whistleblower) untuk melaporkan tindakan
pelanggaran kode etik, pedoman perilaku dan benturan kepentingan yang dilakukan baik
oleh Pegawai maupun Direksi perusahaan.
PENTINGNYA WHISTLE BLOWING

 Perusahaan senantiasa menerapkan prinsip-prinsip tata kelola Perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance) secara konsisten dan berkelanjutan.
 Dalam menjalankan kegiatan Perusahaan, pekerja dituntut untuk melaksanakan kegiatan
usahanya dengan penuh tanggung jawab, transparan dan akuntabel, serta dengan
menghindari aktifitas/kegiatan yang mengarah kepada tindakan yang tidak beretika atau
melanggar pedoman perilaku, dan benturan kepentingan.
 Sebagai wujud komitmen Perusahaan terhadap implementasi tata kelola Perusahaan yang
baik (Good Corporate Governance), dan dalam rangka mencegah dan melakukan deteksi
dini atas pelanggaran yang mungkin terjadi di lingkungan Perusahaan, maka Perusahaan
memandang penting untuk ditetapkan suatu Pedoman Whistleblowing System.

Anda mungkin juga menyukai