l
MODUL EKONOMI KESEHATAN
KSM121
MODUL SESI 14
KODE ETIK KEGIATAN EKONOMI DI RS
DISUSUN OLEH :
B. URAIAN
PENGERTIAN
Kode etik berasal dari kata “kode” dan “etik”.
Kode berarti kumpulan peraturan atau prinsip yang sistematis.
Etik berarti azas akhlak (moral).
PENGERTIAN
Kode etik diartikan sebagai norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok atau
profesi tertentu sebagai landasan tingkah laku. Kode etik juga merupakan tanda atau
simbol berupa kata-kata, tulisan atau benda yang telah disepakati untuk maksud dan
tujuan tertentu. Seperti untuk menjamin suatu berita, keputusan atau kesepakatan
dalam organisasi.
Kode etik adalah suatu sistem norma, nilai & juga aturan profesional tertulis yang
secara tegas menyatakan apa yang benar & baik & apa yang tidak benar & tidak baik
bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa saja yang benar / salah,
perbuatan apa yang harus dilakukan & perbuatan apa yang harus dihindari.
Atau secara singkatnya definisi kode etik yaitu suatu pola aturan, tata cara, tanda,
pedoman etis ketika melakukan suatu kegiatan / suatu pekerjaan. Kode etik
merupakan pola aturan / tata cara sebagai pedoman berperilaku.
Sardiman AM
Kode etik merupakan suatu tata susila (etika) atau hal-hal yang berkaitan dengan
kesusilaan dalam mengerjakan suatu perkerjaan.
Oteng Susiana
Kode etik merupakan suatu pola atau tata cara etis sebagai pedoman dalam
berprilaku yang dianut oleh sekelompok orang atau masyarakat tertentu.
Kode etik sendiri disusun oleh organisasi profesi sehingga masing-masing dari
profesi mempunyai kode etik tersendiri. Seperti misalnya kode etik guru, pustakawan,
dokter, pengacara dan sebagainya. Pelanggaran kode etik tidaklah diadili oleh
pengadilan, sebab melanggar kode etik tidak selalu berarti melanggar hukum.
Sebagai contohnya untuk Ikatan Dokter Indonesia terdapat Kode Etik Kedokteran.
Jika seorang dokter dianggap telah melanggar kode etik tersebut, maka ia akan
diperiksa oleh Majelis Kode Etik Kedokteran Indonesia, bukan diperiksa oleh
pengadilan.
3. Mengandung aturan yang membatasi tingkah laku yang tidak pantas dan tidak
jujur bagi para anggota profesi dalam berinterkasi dengan sesama rekan anggota
profesi.
5. Meningkatkan mutu profesi, kode etik memuat norma dan anjuran agar para
anggota profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para
anggotanya.
6. Meningkatkan mutu organisasi, dalam kode etik semua anggota wajib untuk
berpartisipasi secara aktif dalam membina organisasi dan kegiatan-kegiatan yang
dirancang organisasi.
Tujuan kode etik adalah agar profesional dapat memberikan jasa yang sebaik-
baiknya kepada para pemakai atau para nasabahnya. Dengan adanya kode etik
akan melindungi perbuatan dari yang tidak profesional. Ketaatan tenaga profesional
terhadap kode etik merupakan ketaatan yang naluriah, yang telah bersatu dengan
pikiran, jiwa serta perilaku tenaga profesional.
Kode etik bukanlah merupakan kode yang kaku karena akibat perkembangan zaman
maka kode etik mungkin menjadi usang / sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman.
Seperti misalnya kode etik tentang euthanasia (mati atas kehendak sendiri), sejak
dahulu belum tercantum dalam kode etik kedokteran tapi kini sudah dicantumkan.
Prinsip Profesionalisme
Bekerja secara profesional juga merupakan suatu bentuk ketaatan anggota profesi
dalam mematuhi peraturan dan tidak melanggar kode etik. Adapun prinsip tersebut
antara lain sebagai berikut :
1. Profesionalisme menghendaki sifat mengejar kesempurnaan hasil (perfect result)
sehingga kita dituntut untuk selalu berusaha meningkatkan kualitas.
2. Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang diperoleh
dari pengalaman dan kebiasaan.
3. Profesionalisme juga menuntut ketekunan dan kesabaran, dimana terkadang kita
memiliki sifat tidak mudah puas atau putus asa dalam mencapai target.
4. Profesionalisme membutuhkan integritas tinggi yang tidak bisa tergoyahkan oleh
keadaan yang terpaksa dan kenikmatan hidup.
5. Profesionalisme juga memerlukan adanya kebulatan fikiran dan perbuatan,
efektivitas kerja yang tinggi akan selalu terjaga.
Semua ini harus dijadikan modal dalam menghadapi masa depan bangsa Indonesia
yang penuh tantangan, yang diwujudkan dalam “Pembangunan Nasional” termasuk
di dalamnya “Pembangunan Kesehatan Nasional”, khususnya pembangunan
perumahsakitan Indonesia.
Salah satunya adalah dengan mempersembahkan Kode Etik Rumah Sakit Indonesia
(KODERASI) yang memuat rangkuman nilai-nilai dan norma norma perumahsakitan
Indonesia untuk dijadikan pedoman dan pegangan bagi segenap insan
perumahsakitan yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dan
berkepentingan dengan penyelenggaraan dan pengelolaan rumah sakit di Indonesia.
Nilai-nilai yang terkandung dalam KODERSI ini merupakan nilai-nilai etik yang identik
dengan nilai-nilai akhlak atau moral, yang mutlak diperlukan guna melandasi dan
menunjang berlakunya nilai-nilai atau kaidah-kaidah lainnya dalam bidang
perumahsakitan, seperti perundang-undangan, hukum dan sebagamnya, guna
Dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan kiranya diperlukan upaya
untuk dapat mempertahankan kemurnian nilai-nilai dasar perumahsakitan Indonesia.
Rumah sakit di Indonesia yang tergabung dalam Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia (PERSI) telah menyusun Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI),
yang memuat rangkuman nilai-nilai dan norma-norma perumahsakitan guna
dijadikan pedoman bagi semua pihak yang terlibat dan berkepentingan dalam
penyelenggaraan dan pengelolaan perumahsakitan di Indonesia.
Penjelasan Kode Etik Rumah Sakit Indonesia ini telah direvisi dan disahkan pada
Kongres PERSI ke- VIII tahun 2000 di Jakarta.
Pasal 1
Pengertian rumah sakit disini adalah sarana kesehatan sebagai kesatuan sosial
ekonomi, bukan merupakan kompilasi dan kode etik profesi penyelenggara
pelayanan kesehatan, namun mengandung unsur dan etika profesi masing-masing
penyelenggara, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh
masyarakat.
Pasal 2
Yang dimaksud dengan tanggung jawab rumah sakit disini ialah:
a. Tanggung jawab umum.
b. Tanggung jawab khusus yang meliputi tanggung jawab hukum, etik dan tata tertib
atau disiplin.
Tanggung jawab umum rumah sakit merupakan kewajiban pimpinan rumah sakit
menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai permasalahan-permasalahan peristiwa,
kejadian dan keadaan di rumah sakit.
Tanggung jawab khusus muncul jika ada anggapan bahwa rumah sakit telah
melanggar kaidah-kaidah, baik dalam bidang hukum, etik, maupun tata tertib atau
disiplin.
Pasal 4
Rumah sakit wajib menjaga dan melindungi kerahasiaan catatan dan rekaman medik
serta keterangan-keterangan non medik pasien lainnya. Hal ini erat kaitannya
dengan hak menengok dan hak milik data medik pasien.
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Upaya kesehatan yang nampaknya semakin meluas saja daya jangkaunya dengan
tidak hanya menitik beratkan pada upaya penyembuhan pasien, melainkan secara
berangsur-angsur berkembang kearah keterpaduan upaya kesehatan yang
menyeluruh, pada hakikatnya adalah akibat dan pengertian kesehatan yang di anut.
Upaya ini telah memunculkan kepermukaan apa yang disebut rumah-rumah sakit
tanpa dinding (hospitals without walls). Dengan demikian rumah sakit harus lebih
membuka din terhadap upaya-upaya sosial ekonomi masyarakat.
Pasal 7
Kebijaksanaan pelayanan rumah sakit harus senantiasa berorientasi kepada
kebutuhan masyarakat setempat, dengan memperhatikan antara lain tingkat sosial
ekonomi masyarakat, tingkat pendidikan, budaya masyarakat, komposisi penduduk,
pola penyakit, dan sebagainya.
Pasal 8
Sebuah rumah sakit dalam operasionalisasinya banyak menggunakan bahan-bahan
maupun dapat menghasilkan bahan-bahan berupa limbah yang dapat mencemari
lingkungan, menimbulkan gangguan, mengancam dan bahkan membahayakan
kehidupan manusia, baik itu berupa unsur-unsur fisik, biologik, kimia, dan
sebagainya. Untuk ini dan fihak penyelenggara dan manajemen rumah sakit dituntut
untuk menyediakan dan memelihara secara terus menerus sarana maupun
prasarana yang bertujuan mencegah terjadinya pencemaran lingkungan yang dapat
mengancam dan membahayakan kehidupan manusia.
Pasal 9
Hak-hak asasi pasien adalah hak-hak yang sangat fundamental yang dimiliki pasien
sebagai seorang mahluk Tuhan, terutama yang dimaksud dalam pasal ini
menyangkut hak-hak yang berkaitan dengan pelayanan rumah sakit, yang dalam hal
ini ada dua hak dasar pasien, yaitu:
Hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan yang
bermutu, sesuai dengan standar profesi kedokteran dan standar profesi
keperawatan.
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Dengan kata lain pasien mempunyai hak untuk tidak diobati dan dirawat tanpa
persetujuannya.
Pasal 12
Sebagai akibat kemajuan dan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran, telah
menyebabkan meningkatnya biaya kesehatan yang harus dpikul oleh pasien sebagai
pengguna jasa pelayanan kesehatan, sehingga semua ini memerlukan pengawasan
dan pengendalian agar penerapan ilmu dan teknologi kedokteran di rumah sakit
benar-benar sesuai dengan persyaratan profesi.
Maka untuk itu rumah sakit harus memiliki standar pelayanan medik yang baku yang
wajib untuk ditaati oleh semua staf rumah sakit. Standar ini harus senantiasa di
pantau, bila perlu setiap saat dapar dirubah dan disesuaikan dengan perkembangan
baru. Dengan demikian kwalitas pelayanan yang baik dapat terjamin, dan
perhitungan biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien selaku pengguna jasa
pelayanan rumah sakit dapat di pertanggungjawabkan.
Pasal 13
Tugas penting rumah sakit ialah membina iklim manajerial yang kondusif bagi
pendidikan dan pelatihan kepribadian karyawan. Hal ini pada dasarnya menandai
corak pelayanan mmah sakit sebagai satu kesatuan, baik dalam hubungan internal
maupun eksternal, satu dan lain dalam upaya mmah sakit memproteksi kepentingan
pasien khususnya dan khalayak ramai umumnya. Dalam hal memenuhi kewajiban
rumah sakit terhadap pimpinan rumah sakit, maka sebagai pihak rumah sakit
bertindak pemilik rumah sakit atau wakilnya. Sedangkan dalam hal memenuhi
kewajiban rumah sakit terhadap staf dan karyawan, maka yang bertindak sebagai
fihak rumah sakit adalah pimpinan/direktur rumah sakit.
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Ciri-ciri rumah sakit modern adalah, selain padat karya juga semakin padat modal,
padat teknologi bahkan padat perubahan dan penyesuaian sehingga unsur sumber
daya manusia senantiasa perlu diprogram demi peningkatan mutu pelayanan rumah
sakit.
Pasal 18
Kewajiban rumah sakit untuk memberi kesejahteraan kepada karyawan dan menjaga
keselamatan kerja, pada hakikatnya adalah merupakan penerapan manajemen
sumber daya manusia dalam organisasi rumah sakit secara profesional, handal, adil
dan bijak, serta memperlakukan para karyawan rumah sakit sesuai dengan harkat,
derajat dan martabatnya sebagai manusia.
Pasal 20
Memelihara hubungan baik antar rumah sakit, harus senantiasa diupayakan, antara
lain dengan mencegah adanya persaingan yang tidak sehat, mengadakan kerja
sama dan koordinasi yang saling menguntungkan dalam hal pelayanan,
pemanfaatan bersama peralatan dan fasilitas, maupun sumber daya manusia,
pendidikan dan latihan staf dan karyawan, dan lain-lain. Semua ini bisa dilakukan
dalam wadah dan koordinasi dan PERSI sebagai organisasi profesi perumah
sakitan.
Pasal 22
Sudah sejak permulaan dalam sejarahnya, rumah sakit selain merupakan sarana
pelayanan kesehatan, juga berfungsi dan digunakan sebagai sarana atau lahan
pendidikan tenaga-tenaga kesehatan dan sebagai tempat penelitian bidang
kesehatan. Pendidikan dan latihan tenaga tenaga kesehatan harus diartikan sebagai
upaya kelanjutan dan kesinambungan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
dan penelitian bidang kesehatan harus diartikan sebagai upaya untuk memperbaiki
dan peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Adanya kegiatan pendidikan, latihan dan penelitian di rumah sakit tidak boleh
berakibat menurunnya mutu dan efisiensi pelayanan, sehingga merugikan fihak
penderita. Porsi dan bobot kegiatan pendidikan latihan dan penelitian di rumah sakit
sangat ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya tersedianya sarana dan fasilitas,
sumber daya manusia, orientasi program rumah sakit, serta adanya afiliasi dengan
lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian.
Pasal 23
Dalam pelayanan kesehatan konsep “pemasaran” (marketing) nampaknya lebih
berkonotasi negatif dan pada positif, karena membangkitkan pemikiran ke arah
promosi periklanan dan penjualan (sales), padahal saripati pemasaran adalah
komunikasi. Dengan demikian promosi sebagai alat pemasaran rumah sakit dapat
dilakukan dan lebih merupakan penyuluhan yang bersifat informatif, edukatif,
preskriptif dan preparatif bagi khalayak ramai umumnya dan pasien khususnya.
C. LATIHAN
Pilihlah satu jawaban yang benar dari pertanyaan berikut di bawah ini :
1. Dalam penjelasan pasal 23 Kode Etik RS Di Indonesia, konsep promosi
dalam pelayanan kesehatan bersifat sebagaimana dibawah ini, kecuali :
a. Informatif
b. Edukatif
c. Preskriptif
d. Preparatif
e. Profit oriented
D. KUNCI LATIHAN
Jawaban :
1. E
2. A
3. E
E. DAFTAR PUSTAKA
1. Amelung, Volker Eric. 2013. Healthcare Management: Managed Care
Organisations and Instruments. Heidelberg: Springer-Verlag Berlin [e-book].
2. Samuel, David I. 2012. Managed Healthcare in the New Millenium: Innovative
Financial Modeling for the 21st Century. CRC Press [e-book].
3. Pauly, Mark V., Thomas G. McGuire, dan Pedro Pita Baros (editor). 2012.
Handbook of Health Economics, volume 2. Elsevier [e-book].
4. Wonderling, David, Reinhold Gruen, dan Nick Black. 2005. Introduction to
Health Economics. Open University Press [e-book].
5. https://www.kebijakankesehatanindonesia.net
6. Trisnantoro, Laksono. Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi dalam
Manajemen RS. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2004.
7. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, Depkes RI 2. Trisnantoro, Laksono.
Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi dalam Manajemen RS. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta, 2004.
8. https://jagad.id/pengertian-kode-etik/
9. http://bksikmikpikkfki.net/file/download/Kode%20Etik%20RS%20Indonesia%20
KODERSI.pdf.
10. https://persi.or.id/penjelasan-kode-etik-rumah-sakit-indonesia/