Anda di halaman 1dari 25

BAB IV

KODE ETIK PROFESI KEGURUAN

4.1 Pengertian Kode Etik


Setiap profesi, seperti telah dibicarakan dalam bagian terdahulu, harus
mempunyai kode etik profesi. Dengan demikian, jabatan dokter, notaris, arsitek,
guru, dan lain-lain yang merupakan bidang pekerjaan profesi mempunyai kode
etik. Sama halnya dengan kata profesi sendiri, penafsiran tentang kode etik juga
belum memiliki pengertian yang sama. Sebagai contoh, dapat dicantumkan
beberapa pengertian kode etik, antara lain sebagai berikut:
Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian jelas menyatakan bahwa “Pegawai Negeri/Sipil mempunyai Kode
Etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan di dalam dan di luar
kedinasan.” Dalam penjelasan Undang-undang tersebut dinyatakan bahwa dengan
adanya Kode Etik ini, pegawai negeri sispil sebagai aparatur Negara, abdi negara,
dan abdi masyarakat mempunyai pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan
dalam melaksanakan tugasnya dan dalam pergaulan hidup sehari-hari.
Selanjutnya, dalam Kode Etik Pegawai Negeri Sipil itu digariskan pula prinsip-
prinsip pokok tentang pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pegawai negeri.
Dari urai ini dapat kita simpulkan, bahwa kode etik merupakan pedoman sikap,
tingkah laku, dan perbuatan di dalam melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari-
hari.
Dalam pidato pembukaan Kongres PGRI XIII, Basuni sebagai Ketua
Umum PGRI menyatakan bahwa Kode Etik Guru Indonesia merupakan landasan
moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan
panggilan pengabdiannya bekerja sebagai guru (PGRI, 1973). Dari pendapat
Ketua Umum PGRI ini dapat ditarik kesimpulan bahawa dalam Kode Etik Guru
Indonesia terdapat dua unsur pokok yakni:
1. Sebagai landasan moral,
2. Sebagai pedoman tingkah laku.

Keterampilan Guru dalam Berprofesi -


Berdasar uraian tersebut kelihatan, bahwa kode etik suatu profesi adalah
norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam
melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma
tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimana
mereka melaksanakan profesinya dan larangan-larangan, yaitu ketentuan-
ketentuan tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka,
melainkan juga menyangkut tingkah laku anggota profesi pada umumnya dalam
pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat.

4.2 Tujuan Kode Etik


Pada dasarnya tujuan merumuskankode etik dalam suatu profesi adalah
untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara
umum tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut:
1. Untuk Menjunjung Tinggi Martabat Profesi
Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak
luar atau masyarakat, agar mereka jangan sampai memandang rendah atau remes
terhadap profesi akan melarang. Oleh karenya, setiap kode etik suatu profesi akan
melarang berbagai bentuk tindak-tanduk atauk kelakuan anggota profesi yang
dapat mencemarkan nama baik profesi terhadap dunia luar. Dari segin ini, kode
etik juga sering kali disebut kode kehormatan.

2. Untuk Menjaga dan Memelihara Kesejahteraan Para Anggotanya


Yang dimaksud kesejahteraan di sini meliputi baik kesejahteraan lahir
(atau material) maupun kesejahteraan batin (spiritual atau mental). Dalam hal
kesejahteraan lahir para anggota profesi, kode etik umumnya memuat larangan-
larangan kepada para anggotanya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang
merupakan kesejahteraan para anggotanya. Misalnya dengan menetapkan tarif-
tarif minimum bagi honorium anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya,
sehingga siapa-siapa yang mengadakan tarif di bawah minimum akan dianggap
tercela dan merugikan rekan-rekan seprofesi. Dalam hal kesejahteraan batin para

Keterampilan Guru dalam Berprofesi -


anggota profesi, kode etik umumnya memberi petunjuk-petunjuk para anggotanya
untuk melaksanakan profesinya.
Kode etik juga sering mengandung peraturan-peraturan yang bertujuan
membatasi tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur bagi para anggota
profesi dalam berinteraksi dengan sesama rekan anggota profesi.

3. Untuk Meningkatkan Pengabadian Para Anggota Profesi


Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan
pengabian profesi, sehingga bagi anggota profesi daapat dengan mudah
megnetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian dalam melaksanakan tugasnya.
Oleh karena itu, kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan
para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.

4. Untuk Meningkatkan Mutu Profesi


Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat norma-norma
dan anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu
pengabdian para anggotanya.

5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi


Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka diwajibkan kepada
setiap anggota untuk secara aktif berpartispasi dalam membina organisasi profesi
dan kegiatan-kegiatan yang dirancang organisasi.
Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan suatu profesi
menyusun kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga
dan memelihara kesejateraan para anggota, meningkatkan pengabdian anggota
profesi, dan meningkatkan mutu profesi dan mutu organisasi profesi.

4.3 Penetapan Kode Etik


Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang
berlaku dan mengikat para naggotanya. Penetapan kode etik lazim dilakukan pada
suatu kongres organisasi profesi. Dengan demikian, penetapan kode etik tidak

Keterampilan Guru dalam Berprofesi -


boleh dilakukan oleh orang secara perorangan, melainkan harus dilakukan oleh
orang-orang yang diutus untuk dan atas nama anggota-anggota yang bukan atau
tidak menjadi anggota profesi tersebut. Kode etik suatu profesi hanya akan
mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi
tersebut, jika semua orang yang menjalankan profesi tersebut tergabung (menjadi
anggota) dalam organisasi profesi yang bersangkutan.
Apabila setiap orang yang menjalankan suatu profesi secara otomatis
tergabung di dalam suatu organisasi atau ikatan profesional, maka barulah ada
jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan seccara murini dan baik, karena
setiap anggota profesi yang melakukan pelanggaran yang serius terhdap kode etik
dapat dikenakan sanksi.

4.4 Sanksi Pelanggaran Kode Etik


Sering ktia jumpai, bahwa ada kalanya negara mencampuri urusan profesi,
seingga hal-hal yang semula hanya merupakan kode etik dari suatu profesi
tertentu dapat meningkat menjadi peraturan hukum atau undang-undang. Apabila
hanya demikian, maka aturan yang mulanya sebagai landasan moral dan pedoman
tingkah laku meningkat menjadi aturan yang memberikan sanksi-sanksi hukum
yang sifatnya memaksa, baik berupa sanksi perdata maupun sanksi pidana.
Sebagai contoh dalam hal ini. Jika seseorang anggota profesi bersaing
secara tidak jujur atau curang dengan sesama anggota profesinya, dan jika
dianggpakecurangan itu serius ia dapat dituntut di muka pengadilan. Pada
umumnya, karena kode etik adalah landasan moral dan merupakan pedoman
sikap, tingkah laku, dan perbuatan maka sanksi terhadap pelanggaran kode etik
akan mendapat celaan dari rekan-rekannya, sedangkan sanksi yang dianggap
terberat adalah si pelanggar dikeluarkan dari organisasi profesi tertentu,
menandakan bahwa organisasi profesi itu telah mantap.

4.5 Kode Etik Guru Indonesia


Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai
dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam

Keterampilan Guru dalam Berprofesi -


suatu sistem yang utuh dan bulat. Fungsi Kode Etik Guru Indonesia adalah
sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam
menuunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar
sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarkat. Dengan demikian, maka
Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan
sikap profesional para anggota profesi keguruan.
Sebagaimana halnya dengan profesi lainnya, Kode Etik Guru Indonesia
ditetapkandalam suatu konges yang dihadiri oleh seluruh utusan Cabang dan
Pengurus Daerah PGRI dari seluruh tanah air, pertama dalam Kongres PGRI XVI
tahun 1973, dan kemudian disempurnakan dalam Kongres PGRI XVI tahun 1989
juga di Jakarta. Adapun teks Kode Etik Guru Indonesia yang telah disempurnakan
Tersebut adalah sebagai berikut:
Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian
terhdapa Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan negara, serta kemanusiaan pada
umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada Undang-undang
Dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi
Kemerdian Republik Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan
memedomani dasar-dasar sebagai berikut:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untukmembentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yangmenunjang
berhasilnya proses belajar-mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama
terhdap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengambangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesinya.

Keterampilan Guru dalam Berprofesi -


7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan.

4.6 Organisasi Profesional Keguruan


Seperti yang telah disebutkan salah satu kriteria jabatan profesional,
jabatan profesi harus mempunyai wadah untuk meyatukan gerak langkah dan
mengendalikan keseluruhan profesi, yakni organisasi profesi. Bagi guru-guru di
negara kita, wadah ini telah ada yakni Persatuan Guru Republik Indonesia yang
lebih dikenal dengan singkatan PGRI. PGRI didirikan di Surakarta pada tanggal
25 November 1945, sebagai perwujudan aspirasi guru Indonesia dalam
mewujudkan cita-cita perjuangan bangsa.
Salah satu tujuan PGRI adalah mempertinggi kesadaran, sikap, mutu, dan
kegiatan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan mereka (Basuni, 1986).
Selanjutnya, Basuni menguraikan empat misi utama PGRI, yaitu:(a) Misi
politis/ideologi, (b) Misi persatuan organisatoris, (c) Misi profesi, dan (d) Misi
kesejahteraan. Kelihatannya, dari praktek pelaksanaan keempat misi tersebut dua
misi pertama-misi politis/ideologis, dan misi perasatuan/oranisasi lebih menonjol
realisasinya dalam program-program PGRI. Ini dapat dibuktikan dengan telah
adanya wakil-wakil PGRI dalam badan legislatif seperti DPR dan MPR. Peranan
yang lebih menonjol ini dapat kita pahami sesuai dengan tahap perkembangan
bangsa dalam era orde baru ini. Dalam pelaksanaan misi lainnya, misi
kesejateraan, kelihatannya masih perlu ditingkatkan. Sementara misi ketiga, misi
profesi, belum tampak kiprah nyatanya dan belum terlalu melembaga. Dalam
kaitannya dengan perkembangan profesional guru, PGRI sampai saat ini masih
mengandalkan pihak pemerintah, misalnya dalam merencanakan dan melakukan
program-program penataran guru serta program peningkatan mutu lainnya. PGRI
belum banyak merencanakan dan melakukan program kualifikasi guru, atau

Keterampilan Guru dalam Berprofesi -


melakukan penelitian ilmiah tentang masalah-masalah profesional yang dihadapi
oleh para guru dewasa ini.
Kebanyakan kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan mutu profesi
biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan-kegiatan ulangtahun atau kongres,
baik di pusat maupun di daerah. Oleh sebab itu, peranan organisasi ini dalam
peningkatan mutu profesional keguruan belum begitu menonjol. Di samping
PGRI sebagai satu-satunya organisasi guru-guru sekolah yang diakui pemerintah
sampai saat ini, ada organisasi guru yang disebut Musyawarah Guru Mata
pelajaran (MGMP) sejenis yang didirikan atas anjuran pejabat-pejabat
Departemen Pendidikan Nasional. Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan
mutu dan profesional dari gur dalam kelompoknya masing-masing. Kegiatan-
kegiatan dalam kelompok ini diatur dengan jadwal yang cukup baik. Sayangnya,
belum ada keterkaitan dan hubungan formal antara kelompok guru-guru dalam
MGMP ini dengan PGRI.
Selain PGRI, ada lagi organisasi profesional di bidnagn pendidikan yang
harus kita ketahui juga yakni Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), yang
saat ini mempunya divisi-divisi antara lain: Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia
(IPBI), Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan Indonesia (HISAPIN),
Himpunan Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia )HSPBI), dan lain-lain.
Hubungan formal antara organisasi-organisasi ini dengan PGRI masih belum
tampak secara nyata, sehingga belum didapatkan kerja sama yang saling
menunjang dan menguntungkan dalam peningkatan mutu anggotanya. Sebagian
anggota PGRI yang sarjana mungkin juga menjadi anggota salah satu divisi dari
ISPI, tetapi tidak banyak anggota ISPI staf pengajar di LPTK yang juga menjadi
anggota PGRI.

4.7 Deskripsi Kode Etik Keguruan


Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian
kepada Tuhan YME, Bangsa dan Negara. Guru Indonesia harus memiliki jiwa
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 karena tanpa memiliki jiwa tesebut

Keterampilan Guru dalam Berprofesi -


Guru Indonesia tidak akan bias tanggung jawab, Guru Indonesia Memiliki
pedoman kepada dasar-dasar sebagai berikut ;
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia yang
seutuhnya.
2. Guru Memiliki dan melaksanakan kejujura professional
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan.
4. Guru harus dapat menciptakan suasana yang dapat diterima peserta didik
untuk berhasinya proses belajar mengajar
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitar supaya terjalin hubungan dan kerjasama yang baik dalam pendidikan
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama, mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan sprofesi, semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial.
8. Guru bersama-sama meningkatkan mutu dari organisasi PGRI sebagai sarana
perjuangan
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan.

Kode Etik Guru yang Pertama mengandung pengertian bahwa perhatian utama
seorang guru adalah peserta didik. Perhatiannya semata-mata dicurahkan dengan
tujuan terciptanya pembelajaran yang optimal edukatif.
Kode Etik Guru Kedua mengandung makna bahwa guru hanya sanggup
menjalankan tugas dan profesi sesuai kemampuannya.
Kode Etik Guru Ketiga menunjukkan pentingnya seorang guru mendapatkan
informasi peserta didik selengkap mungkin. Tentang kemampuan, maupun minat
dan bakat karena akan berpengaruh terhadap perkembangan pola pikir dan
kemajuan peserta didik.

Keterampilan Guru dalam Berprofesi -


Kode Etik Guru Keempat mengisyaratkan pentingnya guru menciptakan suasana
sekolah yang aman dan nyaman sehingga membuat peserta didik betah akan
belajar.
Kode Etik Guru Kelima mengingat pentingnya peran serta orang tua siswa dan
masyarakat sekitar, yang bertujuan untuk membangun terwujudnya dan
terjalinnya hubungan baik antara guru dengan peserta didik.
Kode Etik Guru Keenam Guru harus selalu meningkatkan dan mengembangkan
mutu serta martabat profesinya dan ini dapat dilakukan secara pribadi ataupun
kelompok.
Kode Etik Guru ketujuh Intinya menjalin kerja sama yang mutualisme dengan
rekan seprofesi. Rasa senasib dan sepenanggungan.
Kode Etik Guru Kedelapan “ Guru bersama-sama memlihara dan meningkatkan
mutu organisasi PGRI sebagai sarana dan prasarana dalam perjuangan, sehingga
dalam pengurusan organisasi dengan seorang guru tidak adanya monopoli profesi.
Sehingga dapat mengayomi para guru.
Kode Etik Guru kesembilan pada intinya kode etik ini di dasari oleh 2 asumsi
yang sangat mengikat terciptanya guru yang professional dengan pemerintah yang
ada.
Kode etik guru sebagaimana disebutkan di atas selengkapnya adalah sebagai
berikut:
PEMBUKAAN
Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa guru Indonesia menyadari bahwa
jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan
diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan
kualitas manusia indonesia yang bermain, bertakwa dan berakhlak mulia serta
mengusai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam mewujudkan masyarakat
yang maju, adil,makmur, dan beradap.
Guru Indonesia selalu tampil secara profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan. Melatih menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru Indonesia memiliki

Keterampilan Guru dalam Berprofesi -


kehandalan yang tinggi sebagai sumber daya utama untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Guru Indonesia adalah insan yang layak ditiru dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, khususnya oleh peserta didik yang
dalam melaksanakan tugas berpegang teguh pada prinsip “ing ngarso sung
tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”. Dalam usaha
mewujudkan prinsip-prinsip tersebut guru indonesia ketika menjalankan tugas-
tugas profesional sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
Guru Indonesia bertanggung jawab mengantarkan siswanya untuk
mencapai kedewasaan sebagai calon pemimpin bangsa pada semua bidang
kehidupan. Untuk itu, pihak-pihak yang berkepentingan selayaknya tidak
mengabaikan peranan guru dan profesinya, agar bangsa dan negara dapat tumbuh
sejajar dengan bangsa lain di negara maju, baik pada masa sekarang maupun masa
yang akan datang. Kondisi seperti itu bisa mengisyaratkan bahwa guru dan
profesinya merupakan komponen kehidupan yang dibutuhkan oleh bangsa dan
negara ini sepanjang zaman. Hanya dengan tugas pelaksanaan tugas guru secara
profesional hal itu dapat diwujudkan eksitensi bangsa dan negara yang bermakna,
terhormat dan dihormati dalam pergaulan antar bangsa-bangsa di dunia ini.
Peranan guru semakin penting dalam era global. Hanya melalui bimbingan
guru yang profesional, setiap siswa dapat menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas, kompetetif dan produktif sebagai aset nasional dalam menghadapi
persaingan yang makin ketat dan berat sekarang dan dimasa datang. Dalam
melaksanakan tugas profesinya guru Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa
perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia sebagai pedoman bersikap dan
berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam
jabatan guru sebagai pendidik putera-puteri bangsa.

Keterampilan Guru dalam Berprofesi -


Bagian Satu
Pengertian, tujuan, dan Fungsi
Pasal 1
1) Kode Etik Guru Indonesia adalah norma dan asas yang disepakati dan
diterima oleh guru-guru Indonesia. Sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam
melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota maasyarakat dan warga
negara.
2) Pedoman sikap dan perilaku sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) pasal
ini adalah nilai-nilai moral yang membedakan perilaku guru yang baik dan
buruk, yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama menunaikan tugas-
tugas profesionalnya untuk mendidik, mengajar,membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, serta sikap pergaulan sehari-
hari di dalam dan luar sekolah.

Pasal 2
1) Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku bertujuan
menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang
dilindungi undang-undang.
2) Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma
moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam
hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan
seprofesi, organisasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama,
pendidikan, sosial, etika dan kemanusiaan.

Bagian Dua
Sumpah/Janji Guru Indonesia
Pasal 3
1) Setiap guru mengucapkan sumpah/janji guru Indonesia sebagai wujud
pemahaman, penerimaan, penghormatan, dan kesediaan untuk mematuhi nilai-
nilai moral yang termuat di dalam Kode Etik Guru Indonesia sebagai pedoman
bersikap dan berperilaku, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
2) Sumpah/janji guru Indonesia diucapkan di hadapan pengurus organisasi
profesi guru dan pejabat yang berwenang di wilayah kerja masing-masing.

Keterampilan Guru dalam Berprofesi -


3) Setiap pengambilan sumpah/janji guru Indonesia dihadiri oleh penyelenggara
satuan pendidikan.

Pasal 4
1) Naskah sumpah/janji guru Indonesia dilampirkan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Kode Etik Guru Indonesia.
2) Pengambilan sumpah/janji guru Indonesia dapat dilaksanakan secara
perorangan atau kelompok sebelumnya melaksanakan tugas.

Bagian Tiga
Nilai-nilai Dasar dan Nilai-nilai Operasional
Pasal 5
Kode Etik Guru Indonesia bersumber dari :
1) Nilai-nilai agama dan Pancasila
2) Nilai-nilai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional.
3) Nilai-nilai jati diri, harkat dan martabat manusia yang meliputi perkembangan
kesehatan jasmaniah, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual,

Pasal 6
1. Hubungan Guru dengan Peserta Didik:
1) Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tuga didik,
mengajar, membimbing, mengarahkan,melatih,menilai, dan mengevaluasi
proses dan hasil pembelajaran.
2) Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati dan
mengamalkan hak-hak dan kewajiban sebagai individu, warga sekolah,
dan anggota masyarakat
3) Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara
individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
4) Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya
untuk kepentingan proses kependidikan.

Keterampilan Guru dalam Berprofesi -


5) Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus
berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah
yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien
bagi peserta didik.
6) Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih
sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar
batas kaidah pendidikan.
7) Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang
dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.
8) Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk
membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan
kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya.
9) Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali
merendahkan martabat peserta didiknya.
10) Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara
adil.
11) Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi
kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya.
12) Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh
perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
13) Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta
didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar,
menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan.
14) Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi serta didiknya untuk alasan-
alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum,
kesehatan, dan kemanusiaan.
15) Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesionallnya
kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial,
kebudayaan, moral, dan agama.

Keterampilan Guru dalam Berprofesi -


16) Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional
dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan
pribadi.

2. Hubungan Guru dengan Orangtua/wali Siswa :


1) Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien
dengan Orangtua/Wali siswa dalam melaksannakan proses pedidikan.
2) Guru mrmberikan informasi kepada Orangtua/wali secara jujur dan
objektif mengenai perkembangan peserta didik.
3) Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang
bukan orangtua/walinya.
4) Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpatisipasi
dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
5) Guru berkomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai
kondisi dan kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada
umumnya.
6) Guru menjunjunng tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasin
dengannya berkaitan dengan kesejahteraan kemajuan, dan cita-cita anak
atau anak-anak akan pendidikan.
7) Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan
orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungna-keuntungan pribadi.

3. Hubungan Guru dengan Masyarakat :


1. Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif dan
efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan
pendidikan.
2. Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembnagkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
3. Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat
4. Guru berkerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan
prestise dan martabat profesinya.

Keterampilan Guru dalam Berprofesi -


5. Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan
masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan
kesejahteraan peserta didiknya
6. Guru memberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai
agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan
masyarakat.
7. Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya
kepada masyarakat.
8. Guru tidak boleh menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupam
masyarakat.

4.Hubungan Guru dengan seklolah


1) Guru memelihara dan eningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah.
2) Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam
melaksanakan proses pendidikan.
3) Guru menciptakan melaksanakan proses yang kondusif.
4) Guru menciptakan suasana kekeluargaan di dalam dan luar sekolah.
5) Guru menghormati rekan sejawat.
6) Guru saling membimbing antarsesama rekan sejawat
7) Guru menjunung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan kesejawatan
dengan standar dan kearifan profesional.
8) Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya untuk
tumbuh secara profsional dan memilih jenis pelatihan yang relevan dengan
tuntutan profesionalitasnya.
9) Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan pendapat-
pendapat profesionalberkaitan dengan tugas-tugas pendidikan dan
pembelajaran
10) Guru membasiskan diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan dalam
setiap tindakan profesional dengan sejawat.

Keterampilan Guru dalam Berprofesi -


11) Guru memliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat
meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan tugas-
tugas profesional pendidikan dan pembelajaran.
12) Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari kaidah-
kaidah agama, moral, kemanusiaan, dan martabat profesionalnya.
13) Guru tidak boleh mengeluarkan pernyataan-pernyaan keliru berkaitan dengan
kualifikasi dan kompetensi sejawat atau calon sejawat.
14) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan
merendahkan martabat pribadi dan profesional sejawatnya
15) Guru tidak boleh mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya atas
dasar pendapat siswa atau masyarakat yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarnya.
16) Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk
pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum.
17) Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau tidak
langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat.

5. Hubungan Guru dengan Profesi :


1) Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi
2) Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan dan
bidang studi yang diajarkan
3) Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya
4) Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas profesionalnya dan bertanggungjawab atas
konsekuensiinya.
5) Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif
individual, dan integritas dalam tindkan-tindakan profesional lainnya.
6) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan
merendahkan martabat profesionalnya.
7) Guru tidak boleh menerima janji, pemberian dan pujian yang dapat
mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan proesionalnya

Keterampilan Guru dalam Berprofesi -


8) Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari tugas-
tugas dan tanggungjawab yang muncul akibat kebijakan baru di bidang
pendidikan dan pembelajaran.

6. Hubungan guru dengan Organisasi Profesinya :


1) Guru menjadi anggota aorganisasi profesi guru dan berperan serta secara aktif
dalam melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan
kependidikan.
2) Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang memberikan
manfaat bagi kepentingan kependidikan
3) Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat
informasi dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan
masyarakat.
4) Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggungjawab atas
konsekuensinya.
5) Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk
tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan
profesional lainnya.
6) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang dapat
merendahkan martabat dan eksistensis organisasi profesinya.
7) Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk
memperoleh keuntungan pribadi dari organisasi profesinya.
8) Guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi
profesi tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

7. Hubungan Guru dengan Pemerintah :


1) Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program
pembangunan bidang pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD
1945, UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Tentang
Guru dan Dosen, dan ketentuan Perundang-Undang lainnya.

Keterampilan Guru dalam Berprofesi -


2) Guru membantu Program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan
berbudaya.
3) Guru berusaha menciptakan, memeliharadan meningkatkan rasa persatuan
dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan
pancasila dan UUD1945.
4) Guru tidak boleh menghindari kewajiban yang dibebankan oleh
pemerintah atau satuan pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan
pembelajaran.
5) Guru tidak boleh melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang
berakibat pada kerugian negara.

Bagian Empat
Pelaksanaan , Pelanggaran, dan sanksi
Pasal 7

1) Guru dan organisasi profesi guru bertanggungjawab atas pelaksanaan Kude


Etik Guru Indonesia.
2) Guru dan organisasi guru berkewajiban mensosialisasikan Kode Etik Guru
Indonesia kepada rekan sejawat Penyelenggara pendidikan, masyarakat dan
pemerintah.

Pasal 8
1) Pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan atau tidak melaksanakan Kode
Etik Guru Indonesia dan ketentuan perundangan yang berlaku yang berkaitan
dengan protes guru.
2) Guru yang melanggar Kode Etik Guru Indonesia dikenakan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
3) Jenis pelanggaran meliputi pelanggaran ringan sedang dan berat.

Pasal 9

Keterampilan Guru dalam Berprofesi -


1) Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran
terhadap Kode Etik Guru Indonesia merupakan wewenang Dewan
Kehormatan Guru Indonesia.
2) Pemberian sanksi oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus objektif
3) Rekomendasi Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi guru.
4) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan upaya pembinaan
kepada guru yang melakukan pelanggaran dan untuk menjaga harkat dan
martabat profesi guru.
5) Siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran Kode Etik Guru
Indonesia wajib melapor kepada Dewan Kehormatan Guru Indonesia,
organisasi profesi guru, atau pejabat yang berwenang.
6) Setiap pelanggaran dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau tanpa
bantuan organisasi profesi guru dan/atau penasehat hukum sesuai dengan jenis
pelanggaran yang dilakukan dihadapan Dewan Kehormatan Guru Indonesia.

Bagian Lima
Ketentuan Tambahan
Pasal 10
Tenaga kerja asing yang dipekerjakan sebagai guru pada satuan pendidikan di
Indonesia wajib mematuhi Kode Etik Guru Indonesia dan peraturan perundang-
undangan.

Bagian Enam
Penutup
Pasal 11
1) Setiap guru secara sungguh-sungguh menghayati,mengamalkan serta
menjunjung tinggi Kode Etik Guru Indonesia.
2) Guru yang belum menjadi anggota organisasi profesi guru harus memilih
organisasi profesi guru yang pembentukannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Keterampilan Guru dalam Berprofesi -


3) Dewan Kehormatan Guru Indonesia menetapkan sanksi kepada guru yang
telah secara nyata melanggar Kode Etik Guru Indonesia.

4.8 Penerapan Kode Etik Guru dalam Melaksanakan Tugas


Penerapan kode etik guru dalam tugasnya begitu luas untuk dipaparkan
secara keseluruhan, karena banyak masalah dan kendala yang dialami dalam
melaksakan tugasnya. Akan tetapi dalam bahasny ini pemaparan akan tugas utama
sebagai guru yaitu ;
a. Multi Peran dan Tugas Guru dalam Proses Pembelajaran
Tugas guru dalam profesinya bahwa guru sebagai pendidik dan sebagai
pengajar. Akan tetapi dari kedua peran tersebut sehingga dapat terjadi arena
pemmbelajaran yang dengan tujuan bahwa guru dapat menciptakan suasana yang
dan sitasi yang dapat diterima dalam belajar. Guru memainkan multi peran dalam
proses pembelajaran yang menyelenggarakan dengan tugas yang amat bervariasi.
Jika seorang guru telah berpegang dengan ketentuan dan amat bervariasi sehingga
di dapatkan guru dapat mewujudkan suasana yang belajar dan mengajar.
1) Guru sebagai konservator (pemelihara)
2) Guru sebagai tramitor (penerus)
3) Guru sebagai transformator (penerjemah)
4) Guru sebagai perencana (planner)
5) Guru sebagai manajer proses pembelajaran
6) Guru Sebagai Pemandu (direktur).
7) Guru sebagai organisator (penyelenggara)
8) Guru sebagai komunikator
9) Guru sebagai fasilitator
10) Guru sebagai motivator
11) Sebagai penilai (evaluator)

b. Penerapan Kode Etik Guru di Sekolah


Pemahaman atas tugas dan peran guru dalam penyelenggaraan system
pembelajaran seyogianya menjadi kerangka dalam berfikir dalam bahasa tentang

Keterampilan Guru dalam Berprofesi -


penerapan Kode Etik Guru sebagaimana mestinya.Kode Etik Guru Indonesia
dalam plaksanaan tugasnya sesuai dengan AD/ART PGRI 1994
1) Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia yang berjiwa pancasila.
2) Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional
3) Guru dalam berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai
bahan bimbingan dan pembinaan
4) Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya untuk menunjang
berhasilnya pembelajaran.
5) Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
seitarnya untuk membina peran serta dan tanggung jawab terhadap
pendidikan.
6) Guru secara pribadi dab bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan profesinya
7) Guru memelihara hubungan sejawat keprofesian, semangat, kekeluargaan dan
kesetiakawanan social.
8) Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
sebagai sarana perjuangan.
9) Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan.

c. Penerapan Kode Etik Guru dalam Masyarakat.


Dalam menjalankan tugas profesinya seorang guru akan berinteraksi
dengan masyarakat. Keterkaitan lain antara guru dan masyarakat bahwa guru
berperan sebagai pendidik yang banyak bertanggung jawab dalam (1) memelihara
system nilai (2) penerus system nilai (3) penerjemah system nilai. Masyarakat
dengan pendidikan dapat ditinjau dengan 3 segi yaitu ;
1. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan
2. Masyarakat juga iut andil dalam peran dan fungsi di lembaga kemasyarakatan
secara langsung maupun tidak.

Keterampilan Guru dalam Berprofesi -


3. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang
maupun dimanfaatkan.
Paparan diatas menunjukan bahwa (1) Masyarakat merupakan tempat
melaksanakan tugas keprofesian seorang guru (2) masyarakat menjadi sumber
belajar dan mendidik seorang guru (3) masyarakat sebagai konsumen dan
pengguna jasa dan hasil pendidikan. Guru dan tenaga kependidikan telah
dipaparkan diatas yaitu bahwa masyarakat itu merupakan pelanggan jasa
pelayanan pendidikan dan pengguna hasil kependidikan.
Masyarakat selalu mencakup kelompok-kelompok orang yang berinteraksi
antara sesame, saling ketergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi
bersama. Karakteristik masyarakat umum perlu di pahai betul karena akan
keunikannya atas suku bangsa, bahasa, dan lain sebagainya.
Pada umumnya ada 2 ciri umum keunikan masyarakat Indonesia yakni :
1. Secara Horizontal ditandai oleh kesatuan-kesatuan social atau komunikasi
yang berbeda
2. Secara Vertikal ditandai dengan perbedaan pola kehidupan mereka yang
bermacam-macam.
Keunikan masyarakat justru perlu di pandang sebagai potensi yang sangat
bermanfaat dalam menunaikan tugasnya. Perbedaan itu adalah suatu kewajaran
dan sekaligus kekayaan yang berharga. Selain itu seorang guru juga jangan
gamang dalam menerapkan kode etik, karena akan dikawatirkan guru akan
mengalami future shock ( keterkejutan masa depan), sebab di masa depan
kemungkinan terjadi fenomena bahwa benda yang hari ini di anggap paling
canggih besok lusa bias menjadi sudah dimuseumkan karena terimbar\s oleh
penemuanbaru yang lebih canggih lagi.
Gambaran masyarakat masa depan adalah ditandai dengan terjadinya
proses globalisasi yang amat cepat. Untuk melukiskan kejadian semacam itu
Kenichi Ohmac menulis bku yang berjudul The Borderless World atau Dunia
Tanpa Tapal Batas (Dedi supriadi, 1990 : 60).
Yang perlu diperhatikan secara serius yaitu masyarakat yang
membutuhkan layanan professional dalam berbagai kehidupan. Karakteristik

Keterampilan Guru dalam Berprofesi -


semacam itu diwarnai oleh dua hal yaitu : Pertama, karena perkembangan Iptek
yang semakin canggih dan daya piker masyarakat yang semakin kritis. Kedua,
karena semakin terspesialisasikannya berbagai bidang pekerjaan.
Dalam pembahasan diatas yang menyebutkan karakteristik masyarakat
Indonesia dan Kecenderungan dapat dijadikan kerangka berfikir dalam bahasan
penerapan kode etik guru sebagaimana mestinya. Kalau guru dan tenaga
kependidikan lainya ingin exist di masyarakat, ketika berinteraksi dengan mereka
ia harus berpgang teguh pada kode etiknya. Perilaku yang ditampilkan harus
mencerminkan nilai-nilai luhur kode etik itu sehingga kandungannya menjelma
dalam perilakunya.
Berdasar AD / ART PGRI 1998, berikut ini diuraikan penerapan kode etik
guru dalam masyarakat.
1) Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila.
2) Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional
3) Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta peserta didik sebagai
bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
4) Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar mengajar.
5) Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama
terhadap pendidikan.
6) Guru secara pribadi dan bersama-bersama mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesinya.
7) Guru memelihara hubungan sprofesi, semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial
8) Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
sebagai sarana perjuangan.
9) Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan

Keterampilan Guru dalam Berprofesi -


4.9 Fungsi Kode Etik Guru dalam Tugas dan Bidang Kehidupan
Keluarga adalah kelompok masyarakat terkecil berupa pengelompokan
primer yang terdiri atas sejumlah kecil. Pendidikan keluarga bagi anak merupakan
pendidikan pertama dan utama sehingga akan sangat sulit untuk dihilangkan.
Pendidikan keluarga bagi perkembangan anak oleh pemerintah telah dituangkan
dalam UU No. 2 tahun 1989, Pasal 10 ayat 4 yang menyatakan bahwa pendidikan
keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang
diselenggarakan dalam keluarga.
Melihat pentingnya keluarga bagi perkembangan anak dan pentingnya
keutuhan dan keharmonisan dalam keluarga. Sesungguhnya kode etik guru telah
dijadikan pedoman perilaku bagi guru dimana dan dalam arena apapun dan jika
seorang guru telah melaksanakan kode etik ketika ia melaksanakan pendidikan
dalam keluarga ia akan terhindar dari unsure subjektivitas.
Didalam keluarga guru berperan sebagai model dengan berupaya
mengejawantahkan nilai luhur kode etik perilakunya. Guru juga berperan sebagai
actor pencipta suasana demokratis, ia harus banyak mengajak diskusi guna untuk
mengembangkan keluarga dan masalah dalam keluarga. Jadi pada dasarnya kode
etik guru dalam keluarga berperan sebagai pedoman yang mengarahkan dalam
membentuk anggota kelaurga menjadi manusia yang seutuhnya. Empat peran dan
fungsi kode etik guru dalam keluarga. Dan semua itu memiliki fungsi sebagai
berikut :
a. Membentuk anggota keluarga menjadi manusia seutuhnya yang berjiwa
pancasila
b. Menanamkan kejujuran pada anggota keluarganya.
c. Memupuk semangat anggota kekeluargaan dan kesetiakawanan anggota
keluarga
d. Mendorong partisipasinya anggota keluarga dalam mensukseskan jalannya
pendidikan.

Keterampilan Guru dalam Berprofesi -


Keterampilan Guru dalam Berprofesi -

Anda mungkin juga menyukai