Secara istilah kode etik terdiri dari dua kata, yakni kode dan etik . Kata etik berasal
dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak, adab atau cara hidup. Dapat diartikan
bahwa etik itu menunjukkan cara berbuat yang menjadi adat, karena persetujuan dari
kelompok manusia . Atau secara harfiah kode etik " berarti sumber etik. Jadi kode etik
guru itu dapat diartikan sebagai aturan tata susila keguruan.
Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku bertujuan
menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi
undang-undang. Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan
norma moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam
hubungannya dengan peserta didik, orangtua atau wali siswa, sekolah dan rekan
seprofesi, organisasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama,
pendidikan, sosial, etika dan kemanusiaan.
Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia merupakan landasan moral dan
pedoman tingkah laku profesional yang dijunjung tinggi, diamalkan dan diamankan oleh
setiap anggota profesi Bimbingan dan Konseling Indonesia yaitu :
1. Pembimbing menghormati harkat klien.
2. Pembimbing menempatkan kepentingan klien diatas kepentingan
pribadi. Pembimbing tidak membedakan klien.
3. Pembimbing dapat menguasai dirinya, dalam arti kata kekurangan-
kekurangannya dan perasangka-prasangka pada dirinya.
4. Pembimbing mempunyai sifat renda hati sederhana dan sabar.
Pembimbing terbuka terhadap saran yang diberikan pada
klien.
5. Pembimbing memiliki sifat tanggung jawab terhadab lembaga ataupun orang
yang dilayani.
Ruang lingkup kode etik guru itu meliputi keseluruhan peranan guru itu :
a. Guru sebagai pengewantahan nilai-nilai
b. Guru sebagai pengelola hubungan antara : guru-bahan pelajaran-siswa/mahasiswa.
c. Guru sebagai psychological architect, yang mencakup sub-peranan sebagai berikut :
Kode etik profesi diperlukan agar anggota profesi atau konselor dapat tetap
menjaga standar mutu dan status profesinya dalam batas-batas yang jelas
dengan anggota profesi dan profesi-profesi lainnya, sehingga dapat
dihindarkan kemungkinan penyimpangan-penyimpangan tugas oleh mereka
yang tidak langsung terjun dalam bidang bimbingan dan konseling. Kode etik
konselor ini diperuntukkan bagi para pembimbing atau konselor yang
memberikan layanan bimbingan dan konseling ,dengan pengertian bahwa
layanan bimbingan konseling dapat dibedakan dari bentuk-bentuk layanan
profesional lainnya, karena sifat-sifat khas dari layanan profesional bimbingan
dan konseling
3) Hubungan Kelembagaan
Prinsip Umum
a) Prinsip-prinsip yang berlaku dalam layanan individual, khususnya tentang
penyimpanan serta penyebaran informasi tentang klien dan hubungan
konfidensial antara konselor dengan klien, berlaku juga bila konselor bekerja
dalam hubungan kelembagaan.
b) Apabila konselor bertindak sebagai konsultan pada suatu lembaga, maka
harus ada pengertian dan kesepakatan yang jelas antara konselor dan pihak
lembaga dan dengan klien yang menghubungi konselor di tempat lembaga
itu. Sebagai seorang konsultan, konselor harus tetap mengikuti dasar-dasar
pokok profesi dan tidak bekerja atas dasar komersial.
Keterkaitan Kelembagaan
a) Setiap konselor yang bekerja dalam hubungan kelembagaan turut
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan peraturan kerjasama dengan pihak
atasan atau bawahannya, terutama dalam rangka layanan konseling dengan
menjaga rahasia pribadi yang dipercayakan kepadanya.
b) Peraturan-peraturan kelembagaan yang diikuti oleh semua petugas dalam
lembaga haru dianggap mencerminkan kebijaksanaan lembaga itu dan bukan
pertimbangan pribadi. Konselor haru mempertanggungjawabkan
pekerjaannya kepada atasannya. Sebaliknya ia berhak pula mendapat
perlindungan dari lembga itu dalam menjalankan profesinya.
c) Setiap konselor yang menjadi anggota staf suatu lembaga berorientasi
kepada kegiatan-kegiatan dari lembaga itu dari pihak lain, pekerjaan
konselor harus dianggap sebagai sumbangan khas dalam mencapai tujuan
lembaga itu
d) jika dalam rangka pekerjaan dalam suatu lembaga, konselor tidak cocok
dengan ketentuan-ketentuan atau kebijaksanaan-kebijaksanaan yang berlaku
di lembaga tersebut, maka ia wajib mengundurkan diri dari lembaga tersebut
1. Guru dapat di berhentikan tidak dengan hormat dari jabatan sebagai guru,karena :
a. Melanggar sumpah dan janji jabatan.
b. Melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.
c. Melalaikan kewajiban dalam melaksanakan tugas selama 1 bulan atau lebih secara
terus menerus.
2. Teguran
3. Peringatan tertulis
4. Penundaan pemberian hak guru
5. Penurunan Pangkat
6. Pemberhentian dengan hormat
7. Pemberhentian tidak dengan hormat
Konselor wajib mematuhi kode etik profesi bimbingan dan konseling. Apabila terjadi
pelanggaran terhadap kode etik profesi bimbingan dan konseling maka kepadanya diberikan
sanksi sebagai berikut:
1. Memberikan teguran secara lisan dan tertulis
2. Memberikan peringatan keras secara tertulis
3. Pencabutan keanggotan abkin (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia).
4. Pencabutan lisensi
5. Apabila terkait dengan permasalahan hukum/ kriminal maka akan
diserahkan pada pihak yang berwenang.
Daftar pustaka
Bimbingan dan konseling 12. (2017). Kode etik bimbingan dan konseling.
http://bimbingandankoseling12.blogspot.com/2017/05/kode-etik-bimbingan-
dan-konseling.html (diakses tanggal 1 juni 2021)