SKENARIO
Di susun oleh
171210081
Jadi, Kode etik guru adalah aturan-aturan yang menjadi landasan guru dalam
menjalankan profesinya.
Ada beberapa pendapat tentang pengertian kode etik, yaitu:
a. Gibson and Mithsel, kode etik menggambarkan nilai-nilai professional suatu profesi yang
diterjemahkan dalam standar perilaku anggotanya. Nilai professional tadi ditandai adanya
sifat altruistis artinya lebih mementingkan kesejahteraan orang lain dan berorientasi pada
pelayanan umum dengan prima.
b. Homby, dkk., Code as collection of laws arranged in asystem: or system of rules
principles that has been accepted by society or a class or group of people (kode
merupakan kumpulan aturan yang disusn dalam sebuah sistem, atau sistem aturan dan
prinsip-prinsip yang diterima oleh masyarakat atau sebuah kelas atau kelopok orang).
c. Ethic as system of moral principles, rules of conduct (etik merupakan sistem dari prinsip-
prinsip moral, aturan dari tingkah laku). Sedangkan pengerian kode etik guru menurut
Westby Gibson, kode etik guru merupakan suatu statemen formal yang merupakan norma
atau aturan tata asusila dalam mengatur tingkah laku guru.
B. Ruang Lingkup nilai-nilai etika dan kode etik guru
Kode etik profesi konseling meliputi hal-hal yang bersangkutan dengan kompetensi
yang memiliki kewenangan dan kewajiban tenaga profesi serta cara-cara pelaksanaan
3
Jurnal Pendidikan Agama IslamVolume 4 Nomor 2 Nopember2016ISSN(p)2089-1946& ISSN(e)
2527-4511Hal. 272-292
layanan yang dilakukannya dalam kegiatan profesi. Ruang lingkup dan materi kode etik
profesi bimbingan dan konseling dituangkan dalam kode etik profesi kenselor Indonesia.4
C. Fungsi Nilai-nilai dan Kode etik guru
1. Agar mempunyai dan memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan
tugasnya sehingga terhindar penyimpangan profesi.
2. Agar guru bertanggung jawab pada profesinya.
3. Agar Profesi guru terhindar dari perpecahan internal.
4. Agar guru mampu meningkatkan kualitas dan kinerja masyarakat sehingga jasa profesi
guru diakui oleh masyarakat sebagai profesi yang membantu dalam mencerahkan bangsa
dan mengembangkan diri.
5. Agar Profesi guru terhindar dari campur tangan pofesi lain dan pemerintah secara kurang
professional.
6. Gibson dan Michel, yang lebih mementingkan kode etik sebagai pedoman pelaksanaan
tugas profesional.
7. Biggs dan Blocher, mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu :
a. Melindungi suatu profesi dari suatu campur tangan pemerintah
b. Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi
c. Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi
4. Oteng Sutisna bahwa pentingnya kode etik guru dengnan teman kerjanya difungsikan
sebagai penghubung serta saling mendukung dalam bidang mensukseskan misi dalam
mendidik peserta didik.
Ketaatan guru dalam kode etik akan mendorong mereka berperilaku sesuai dengan
norma-norma yang dibolehkan dan menghindari norma-norma yang dilarang oleh etika
profesi yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasi profesinya selama menjalankan tugas-
tugas profesional dan kehidupan sebagai warga negara dan elemen masyarakat. Dengan
demikian aktualisasi guru dalam melaksanakan proses pendidikan atau pembelajaran secara
profesional, bermartabat, dan beretika akan berwujud.
Kode etik guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi profesi guru. PGRI telah
membentuk kode etik guru yang disebut kode etik guru Indonesia (KEGI). KEGI ini
merupakan hasil konferensi pusat PGRI NO V/Konpus II/XIX/2006 tanggal 25 maret 2006 di
4
Mamat Supriatna, Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 123
Jakarta yang disahkan pada kongres XX PGRI No 07/Kongres/XX/PGRI/2008 tanggal 3 juli
2008 di Palembang. KEGI dapat menjadii kode etik bagi setiap orang yang menyandang
profesi guru di Indonesia atau menjadi referensi bagi organisasi atau asosiasi profesi guru
selain PGRI untuk merumuskan kode etik bagi setiap anggotanya.
KEGI versi PGRI seperti disebutkan di atas telah diterbitkan departemen pendidikan
Nasional bersama pengurus besar persatuan guru republik Indonesia (BP-PGRI) tahun 2008.
Dalam kata pengantar penerbitan publikasi KEGI dari pihak kementrian disebutkan bahwa
“semua guru di Indonesia dapat memahami, menginternalisasi, dan menunjukkan prilaku
keseharian sesuai norma dan etika yang tertuang dalam KEGI ini”. Dengan demikian akan
terciptanya suasana yang harmonis dan semua anggota akan merasakan adanya perlindungan
dan rasa aman dalam melakukan tugas tugasnya secara umum kode etik ini diperlukan
dengan berapa alasan, antara lain:
a. Untuk melindungi pekerjaan sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang telah
ditetapkan berdasarkan perundang undangan yang berlaku.
b. Untuk mengontrol terjadinya ketidakpuasan dan persengketaan dari para pelaksana,
sehingga dapat menjaga dan meningkatkan stabilitas internal dan eksternal pekerjaan.
c. Melindungi para praktisi di masyarakat, terutama dalam hal adanya kasus penyimpangan
tindakan.
d. Melindungi msyarakat dari praktik-praktik yang menyimpang dari ketentuan yang
berlaku.5
Di dalam pasal 28 Undang-undang No 8 tahun 1974 menjelaskan tentang pentingnya
kode etik guru dengan jelas menyatakan bahwa: “pegawai negri sipil mempunyai kode etik
sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan di dalam dan di luar kedinasan Dalam
penjelasan undang-undang tersebut dinyatakan bahwa adanya kode etik ini, pegawai negri
sipil sebagai aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat mempunyai pedoman sikap,
tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan dalam pergaulan sehari-hari.6
Kode etik guru dapat digunakan sebagai landasan dari pribadi guru yang dapat
dipergunakan sebagai landasan dari kepribadian guru yang mencerminkan sikap-sikap yang
terpuji dan dapat memberikan teladan baik kegiatan yang bersifat interakurikuler maupun
kegiatan ekstrakurikuler, meliputi kegiatan proses belajar mengajar dan di luar proses
5
Faelasup, Etika dan Profesi Keguruan, (Yogyakarta: Interpena, 2016), hlm. 28
6
Faelasup, Etika dan Profesi Keguruan, (Yogyakarta: Interpena, 2016), hlm. 28
mengajar, yang anatara lain membuat perangkat pembelajaran, manajemen kelas, penguasaan
kelas, kreatif, disiplin, dan berdedikasi tinggi terhadap tugasnya sebagai guru.7
Fungsi kode etik adalah untuk menjaga kredibilitas dan nama baik guru dan nama
baik guru dalam menyandang status pendidik. Dengan demikian, adanya kode tersebut
diharapkan para guru tidak melakukan pelanggaran terhadap tugas dan kewajiban. Secara
substansial diberlakukannya kode etik kepada guru untuk menambah kewibaan dan
memelihara image, citra profesi guru tetap baik.
Kemudian, guru harus mampu melaksanakan tugasnya secara jujur, komitmen penuh
dedikasi. Hubungan-hubungan sebagaimana dimaksud diatas, juga harus dipatuhi demi
menjaga kemajuan solidaritas yang tinggi. Sebagai tenaga profesional, seperti hal dokter,
serjana, akuntan, hakim, dan lain-lain, guru juga memiliki kode etik sebagai ketentuan dasar
yang harus dijadikan pedoman dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
Kode etik tersebut mengatur tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak
boleh dilakukan dilakukan guru dalam menjalankan tugas profesionalnya. 8 Kode etik bagi
satu organisasi profesional sangat penting, karena merupakan dasar moral dan pedoman
tingkah laku setiap anggotanya.9 Maka dengan sendirinya kode etik ini berfungsi untuk
membuat anggotanya dinimis dalam meningkatkan pelajaran sebagai sutu pengertian,
disamping itu dapat menggerakan setiap anggota untuk selalu mawas diri dengan penuh
kesadaran, selalu memerlukan peningkatan dan pengembangan kemampuan prosionalnya.
Dengan demikian, maka tugas profesional dalam pengertian tidak akan ketinggalan zaman.10
F. Contoh
KODE ETIK KASUS PELANGGARANSOLUSI
Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Guru memposisikan diri sebagai penguasa yang
memberikan sanksi, mengancam dan menghukum peserta apabila melanggar aturan atau
tidak mengikuti kehendak guru.
Guru memberikan imbalan / hadiah semata-mata untuk membina kepatuhan peserta
didik. Guru menciptakan situasi pendidikan otoriter yang membentuk manusia dengan
pribadi pasrah, patuh, penurut, dan takluk kepada penguasa (guru). Mengasingkan orang-
orang yang kreatif, berpendirian dan mandiri.
Guru bersifat humanis-demokratik menekankan konformitas internalisasi bagi peserta
didiknya.Pendidikan mendorong berkembangnya kemampuan yang ada pada diri peserta
didik. Situasi pendidikan mendorong dan menyerahkan kesempatan pengembangan kedirian
peserta didik kepada peserta didik sendiri. Pengembangan kebebasan disertai dengan
pertimbangan rasional, perasaan, nilai dan sikap, ketrampilan dan pengalaman diri peserta
didik.
Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional
Guru tidak menunjukkan kejujuran sehingga tidak pantas untuk ditiru, misalnya: suka ingkar
janji, pilih kasih, memanipulasi nilai, mencuri waktu mengajar, dan lain sebagainya.
Guru mengajar tidak sesuai dengan bidang keilmuannya sehingga sering melakukan
kesalahan secara keilmuan.
Kejujuran adalah salah satu keteladanan yang harus dijaga guru selain prilaku lain
seperti mematuhi peraturan dan moral, berdisiplin, bersusila dan beragama.
Guru harus menjaga keteladanan agar dapat diterima dan bahkan ditiru oleh peserta didik.
Menjaga hubungan baik dengan orangtua, murid dan masyarakat sekitar untuk membina
peran serta dan tanggung jawab bersama terhadap pendidikan
Guru tidak pernah mengkomunikasikan perkembangan anak kepada orangtuanya, sehingga
orangtua tidak mengetahui kemajuan belajarnya.
Guru tidak pernah mengajak orangtua untuk membicarakan bersama yang
menyangkut kepentingan anak dan sekolah, melainkan memutuskan secara sepihak,
misalnya: pembelian buku anak, seragam sekolah, kegiatan anak di luar kurikuler, dan
sebagainya. Guru harus bekerjasama dengan orangtua dan juga lingkungan masyarakat dalam
pendidikan. Tanggung jawab pembinaan terhadap peserta didik ada pada sekolah, keluarga,
dan masyarakat.
Hal yang menyangkut kepentingan si anak seyogyanya guru (sekolah) mengajak
orangtua dan bahkan lingkungan masyarakat untuk bermusyawarah.Seorang guru harus
saling menghormati dan menghargai sesama rekan seprofesi
Hubungan antar guru tidak harmonis (misalnya: saling menjelekkan dan saling menjatuhkan
bahkan berkelahi)
Etos kerja harus dijaga dengan menciptakan lingkungan kerja yang sehat, dinamis,
serta menjaga hubungan baik dengan saling menghormati dan menghargai dan mau
bekerjasama/ saling menolong antar sesame guru.
Profesionalisme sebagai penunjang kelancaran guru dalam melaksanakan tugasnya,
sangat dipengaruhi oleh dua faktor besar yaitu faktor internal yang meliputi minat dan bakat
dan faktor eksternal yaitu berkaitan dengan lingkungan sekitar, sarana prasarana, serta
berbagai latihan yang dilakukan guru. Kode etik telah mencakup keseluruhan aspek internal
dan eksternal ini. Yang mana dinyatakan bahwa keharmonisan hubungan bukan saja hanya
dengan peserta didik saja namun dengan aspek-aspek yang lain disekitar lingkungan guru itu
berada.
Untuk mengerjakan suatu pekerjaan yang profesional diperlukan pengenalan terhadap
profesinya. Pengajar juga sebaiknya mengetahui bagaimana mengajar yang seharusnya.
Tidak sembarangan orang bisa dikatakan pengeajar yang baik apabila tidak memilik
pegangan atau acuan standar tertentu daalam proses pengajarannya. Banyak faktor yang
menyebabkan kurang profesionalismenya seorang guru, sehingga pemerintah berupaya agar
guru yang tampil saat ini adalah guru yang benar-benar profesional yang mampu
mengantisipasi tantangan- tantangan dalam dunia pendidikan. Pendidikan profesi guru
misalnya, namun sejauh ini belum nampak jelas bahwa dengan adanya usaha peningkatan
profesionalitas dari pemerintah, mutu pendidikan di Indoseia meningkat.
Kode etik memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia,
bagi guru pada khususnya.
Apa yang telah dijelaskan dalam kode etik keguruan telah menggambarkan
bagaimana seharusnya tingkah laku dan etika sebenarnya bagi seorang guru. Sudah dapat
dijamin bahhwa jika kode etik ini dilaksanakan oleh semua guru di Indonesia, niscaya
kualitas pendidikan kita saat ini mampu mengalami peningkatan. Namu sekarang tergantung
pada individu masig-masing, sejauh manakah kesadarannya dalam mengemban profesi yang
dianutnya. Karena baik buruknya sesuatu ada di tangan kita masing-masing. Baik buruknya
kualitas pendidikan di Indonesia tergantung dari tangan para pelakunya.