Anda di halaman 1dari 19

51

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengawasan Ketenagakerjaan

Pengawasan merupakan bagian dari seluruh kegiatan pemerintahan, justru

untuk menjamin tercapainya tujuan kebijaksanaan yang telah digariskan dan sasaran

yang telah ditetapkan. Karena itu pengawasan bukan ditujukan untuk mencari-cari

kesalahan atau mencari siapa yang salah. Tujuan utama pengawasan ialah untuk

memahami apa yang salah, demi perbaikan dimasa datang.24

Pengawasan ketenagakerjaan merupakan kegiatan mengawasi dan menegakan

pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan. Tujuan

utamanya adalah meyakinkan para mitra sosial mengenai perlunya meninjau aturan

ketenagakerjaan ditempat kerja dan kepentingan mereka dalam hal ini, melalui

pencegahan, pendidikan, dan apabila penting tindakan penegakan hukum. Di dalam

dunia kerja, pengawasan ketenagakerjaan merupakan perangkat Negara terpenting

dalam melaukan interfensi untuk merancang, mendorong dan berkontribusi pada

pengembangan budaya pencegahan yang mencakup semua aspek ketenagakerjaan

seperti hubungan industrial, upah, kondisi kerja, keselamatan, dan kesehatan kerja

serta permasalahan yang terkait dengan ketenagakerjaaan dan jaminan sosial.

24
Sujamto, Aspek-Aspek Pengawasan di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 1989, hlm.86
52

1. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan

Pengawasan ketenagakerjaan dilaksanakan oleh Aparatur Sipil Negara (ASN)

yang ditetapkan oleh mentri sebagai seorang pengawas serta mempunyai kompetensi

dan independen guna menjamin pelaksanaan peraturan perundang-undangan

ketenagakerjaan. Pengawas ketenagakerjaan memiliki peran yang sangat strategis dan

menentukan sekaligus menjadi ujung tombak dalam mewujudkan hubungan industrial

yang harmonis, dinamis dan berkeadilan di perusahaan.

Direktorat jendral pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan yang berada

dibawah kementrian ketenagakerjaan merupakan unit kerja teknis yang bertugas

memberikan perlindungan ketenagakerjaan bagi pekerja dan pengusaha di Indonesia.

Tugas pokok pengawasan ketenagakerjaan :

a. Menciptakan suasana hubungan kerja yang kondusif antara pengusaha

dan pekerja. Hubungan yang diciptakan harus berjalan sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

b. Mengumpulkan data-data mengenai berbagai permasalahan dalam

hubungan kerja guna menyusun peraturan perundang-undangan

ketenagakerjaan yang lebih baik dan mungkin untuk dilaksanakan.

c. Melaksanakan tugas-tugas lain apabila dinyatakan dalam peraturan

perundang-undangan dikemudian hari.25

25
Siagian, Pokok-Pokok Pengawasan, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm 56.
53

2. Kewenangan Pengawasan Ketenagakerjaan.

Kewenangan merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam tindakan

pemerintahan, yang bersumber dari keguatan atribusi, delegasi dan mandate

meskipun asas legalitas mengandung kelemahan namun ia menjadi prinsip utama

dalam setiap Negara hukum. Dengan kata lain, setiap penyelenggaraan kenegaraan

dan pemerintahan harus memiliki legitimasi, yaitu kewenangan yang diberikan oleh

Undang-Undang yakni kemempuan untuk melakukan tindakan hukum tertentu.26

Pengawas ketenagakerjaan mempunyai kewenangan sebagai berikut :

1. Untuk menjamin penegakan hukum ketenagakerjaan,

2. Memberikan penerangan dan penasihatan teknis terhadap pengusahadan

pekerja atau buruh mengenai hal-hal yang dapat menjamin efektifitas

pelaksanaan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan

3. Mengumpulkan bahan keterangan mengenai hubungan kerja dan keadaan

ketenagakerjaan dalam arti yang seluas-luasnya sebagai bahan penyusunan

atau penyempurnaan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan

Pegawai pengawas ketenagakerjaan pada instansi yang lingkup tugas dan

tanggung jawabnya di bidang ketenagakerjaan pada pemerintah pusat, pemerintah

provinsi dan pemerintah kabupaten/kota menyelenggarakan pengawasan

ketenagakerjaan sesuai dengan kewenangannya, yang pelaksanaannya dilakukan oleh

pengawas ketenagakerjaan.

26
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara (Edisi Revisi), Radjawali Pers, Jakarta, 2011, hlm 17.
54

3. Standar Pengawasan

Dalam pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan pegawai pengawas

ketenagakerjaan mempunyai wewenang dalam melaksanakan tugas pengawasan.

Dalam Peraturan Mentri Nomor 33 tahun 2016 tentang Tata Cara Pengawasan

Ketenagakerjaan pasal 3 ayat 1 menyebutkan bahwa pengawasan ketenagakerjaan

bertujuan untuk memastikan dilaksanakannya norma ketenagakerjaan di perusahaan

atau tempat kerja

Tata cara pengawasan ketenagakerjaan meliputi :

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan

3. Pelaporan

Rencana kerja pengawas ketenagakerjaan meliputi 4 kegiatan yaitu:

1. Pembinaan

Pembinaan ketenagakerjaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

pengawas ketenagakerjaan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pekerja

atau buruh, pengusaha, pengurus atau anggota kelembagaan ketenagakerjaan tentang

peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.

2. Pemeriksaan

Pemeriksaan ketenagakerjaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh pengawas ketenagakerjaan untuk memastikan ditaatinya pelaksanaan peraturan

perundang-undangan ketenagakerjaan di perusahaan atau tempat kerja.


55

Pemeriksaan terdiri dari :

a. Pemeriksaan pertama (dilakukan sesuai rencana pengawas)

Pemeriksaan pertama merupakan pemeriksaan secara menyeluruh

terhadap pelaksanaan norma ketenagakerjaan di perusahaan atau

tempat kerja yang baru atau belum pernah diperiksa. Pemeriksaan

pertama dilakukan dengan cara :

1. Pemeriksaan dokumen

2. Pemeriksaan tata letak dan alur proses produksi

3. Pemeriksaan lapangan

4. Pengambilan keterangan

b. Pemeriksaan berkala (dilakukan sesuai rencana pengawas)

Pemeriksaan berkala dilakukan sesuai periode tertantu yang ditetapkan

c. Pemeriksaan khusus (dilakukan berdasarkan pengaduan atau perintah)

Pemeriksaan khusus merupakan pemeriksaan norma ketenagakerjaan

atas pengaduan masyarakat, pemerintah pusat atau perintah pimpinan

unit kerja pengawasan ketenagakerjaan.

Perintah pimpinan unit kerja pengawasan ketenagakerjaan dibuat

berdasarkan pengaduan, laporan dan pemberitaan media ataupun

informasi lainnya. Pemeriksaan khusus dilakukan dengan cara :

1. Pemeriksaan dokumen

2. Pemeriksaan lapangan
56

3. Pengambilan keterangan

d. Pemeriksaan ulang (dilakukan setelah gelar Kasus)

Pemeriksaan ulang merupakan pemeriksaan kembali oleh pengawas

ketenagakerjaan dengan jabatan yang lebih tinggi atau pengawas

ketenagakerjaan pusat. Pemeriksaan ulang dilakukan berdasarkan hasil

evaluasi atas laporan pemeriksaan oleh pimpinan unit kerja

pengawasan ketenagakerjaan

Pemeriksaan pertama, pemeriksaan berkala, pemeriksaan khusus serta

pemeriksaan ulang dapat dilakukan atau dilaksanakan oleh pegawai pengawas

provinsi, sedangkan pengawas pusat hanya menjalankan pemeriksaan khusus dan

pemeriksaan ulang.

Setiap pengawas ketenagakerjaan wajib membuat nota pemeriksaansetelah

melakukan pemeriksaan. Nota pemeriksaan terdiri atas :

a. Nota pemeriksaan I

b. Nota pemeriksaan II

c. Nota pemeriksaan khusus

Nota pemeriksaan ditandatangani oleh pengawas ketenagakerjaan yang

melakukan pemeriksaan dan diketahui oleh pimpinan unit kerja pengawasan

ketenagakerjaan. Nota pemeriksaan I berisikan :

a. Tanggal pemeriksaan

b. Temuan pemeriksaan

c. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur


57

d. Perintah untuk memperbaiki ketidakpatuhan atau mempertahankan

kepatuhan.

e. Jangka waktu pelaksanaan nota pemeriksaan

f. Tempat dan tanggal pembuatan nota pemeriksaan

g. Tanda tangan pengawas ketenagakerjaan yang melakukan pemeriksaan

dan diketahui oleh pimpinan unit kerja pengawasan ketenagakerjaan.

Jangka waktu pelaksanaan nota pemeriksaan I diberikan batas waktu selama

30 hari sejak nota pemeriksaan I diterima, apabila nota pemeriksaan I tidak

dilaksanakan dalam batas waktu yang telah ditentukan maka pengawas

ketenagakerjaan yang melakukan pemeriksaan wajib menerbitkan nota pemeriksaan

II. Nota pemeriksaan II berisikan :

a. Peringatan untuk melaksanakan isi peringatan untuk melaksanakan isi nota

pemeriksaan I

b. Jangka waktu pelaksanaan nota pemeriksaan II

c. Akibat hukum tidak dilaksanakannya nota pemeriksaan II

d. Tempat dan tanggal pembuatan nota pemeriksaan II

e. Tanda tangan pengawas ketenagakerjaan yang melakukan pemeriksaan dan

diketahui oleh pimpinan unit kerja pengawasan ketenagakerjaan.

Jangka waktu pelaksanaan nota pemeriksaan II diberikan batas waktu paling

lama 14 hari sejak nota pemeriksaan II diterima. Apabila nota pemeriksaan II tidak

dilaksanakan oleh pengusaha, pengawas ketenagakerjaan yang melakukan

pemeriksaan melaporkan kepada pimpinan unit kerja pengawasan ketenagakerjaan,


58

setelah menerima laporan dari pengawas ketenagakerjaan maka pimpinan unit kerja

ketenagakerjaan akan melakukan beberapa hal yaitu :

a. Memerintahkan melakukan tindakan penyidikan, dalam hal ketidakpatuhan

yang diancam dalam sanksi tindak pidana

b. Mengambil tindakan hukum sesuai kewenangan yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan

c. Menerbitkan rekomendasi kepada pejabat yang berwenang untuk mengambil

tindakan hukum sesuai peraturan perundang-undangan.

Pengawas ketenagakerjaan dapat membuat nota pemeriksaan khusus yang

hanya memuat perjanjian kerja waktu tertentu atau penyerahan sebagian pelaksanaan

pekerjaan kepada perusahan lain. Nota pemeriksaan khusus dibuat berdasarkan

pemeriksaan khusus terhadap norma kerja perjanjian kerja waktu tertentu atau

penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahan lain,pengawas

ketenagakerjaan yang melakukan pemeriksaan menyampaikan informasi secara

tertulis hasil penanganan kepada pekerja paling lama tujuh hari kerja sejak

dikeluarkannya nota pemeriksaan khusus. Nota pemeriksaan khusus telah

mendapatkan pengesahan dari pengadilan negri setempat, pengawas ketenagakerjaaan

wajib untuk memastikan pelaksanaannya untuk tugas itu pengawas ketenagakerjaan

dapat melakukan pemanggilan dinas . apabila pengusaha tidak memenuhi hak pekerja

sesuai isi nota pemeriksaan khusus, maka pengawas ketenagakerjaan akan

melaporkan kepada pimpinan unit kerja pengawasan ketenagkerjaan


59

Pengawas ketenagakerjaan wajib membuat laporan hasil pemeriksaan dan

disampaikan kepeda pimpinan unit kerja pengawasan ketenagakerjaan yang

sekurang-kurangnya memuat :

a. Tempat dan tanggal pemeriksaan

b. Identitas perusahaan

c. Temuan pemeriksaan

d. Analisis

e. Kesimpulan dan saran

f. Tanda tangan dan nama terang pengawas ketenagakerjaan

3. Pengujian

Pengujian dilakukan untuk menjamin hak-hak pekerja atau buruh atau

persyaratan K3. Pengujian yang dilakukan meliputi :

a. Pengujian norma kerja

Pengujian norma kerja dilakukan untuk menjamin pemenuhan persyaratan

norma kerja. Pengujian norma kerja meliputi waktu kerja, waktu istirahat, system

pengupahan, cuti kerja, pekerja perempuan, pekerja anak,pelatihan kerja, penempatan

tenaga kerja, jaminan sosial tenaga kerja, kesejahteraan, kesusilaan, diskriminasi,

hubungan kerja, kebebasan berserikat, kesempatan melaksanakan ibadah menurut

agama dan kepercayaannya masing-masing. Pengujiaan norma kerja dilakukan oleh

pengawas ketenagakerjaan spesialis norma kerja atau pengawas ketenagakerjaan

sesuai jenjang jabatnnya.


60

Pengujian norma kerja dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

a. Pemeriksaan dokumen

b. Pemeriksaan visual

c. Permintaan pertimbangan medis atau rekomendasi dokter

penasihat dalam hal khusus kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja

dan penentual cacat total tetap

d. Perhitungan dan analisa

e. Pembuatan laporan hasil pengujian

Berdasarkan hasil pengujian, pengawasan ketenagakerjaan dapat menerbitkan

rekomendasi, penetapan atau perintah pemenuhan hak-hak pekerja.

b. Pengujian norma K3

Pengujian norma K3 dilakukan untuk menjaamin pemenuhan persyaraatan K3

pengujian norma K3 meliputi persyaratan K3 yang berkaitan dengan penggunaan

mesin,pesawat, alat-alat kerja, peralatan lainya, bahan, lingkungan, sifat pekerjaaan,

cara kerja, proses produksi dan pelayanan kesehatan kerja pengujian norma

K3.pengujian norma K3 dapat dilakukan oleh pengawas keteenagakerjaan oleh

pengawas ketenagakerjaan spesialis K3 sesuai dengan penunjukannya atau ahli K3

sesuai dengan penunjukannya.


61

Pengujian norma K3 terbagi dalam :

a. Pengujian pertama

Pengujian pertama merupakan pengujian secara menyeluruh

terhadap objek pelaksanaan norma K3 yang baru atau belum

pernah di uji. Pengujian pertama dilakukan dengan tahapan:

1. Persiapan pelaksanaan pengujian di tempat kerja

2. Pemeriksaan dokumen teknik

3. Pemeriksaan visual

4. Pengetasan pengukuran, perhitungan dan analisis

5. Pembuatan laporan hasil pengujian

b. Pengujian berkala

Pengujian berkala merupakan pengujian norma K3 yang dilakukan

setelah pengujian pertama sesuai peeriode tertentu yang ditetapkan

c. Pengujian khusus

Pengujian khusus merupakan pengujian norma K3 tertentu yang

didasarkan atas pengaduan masyarakat, permintaan perusahaan

perusahaan atau perintah pimpinan unit kerja pengawasan

ketenagakerjaan.

d. Pengujian ulang

Pengujian ulang merupakan pengujian kembali norma K3 oleh

pengawas ketenagakerjaan spesialiss bidang K3 yang memiliki


62

jabatan lebih tinggi atau pengawas ketenagakerjaan spesialis pada

pemerintah pusat terhadap masi ditemukannya keraguan atas hasil

pengujian terdahulu. Sebelum dilakukan pengujian ulang terlebih

dahulu dilakukan gelar Kasus

4. Penyidikan

Penyidikan merupakan tindakan represif yudisial sebagai langkah terakhir

dalam penegakan hukum ketenagakerjaan. Penyidikan dilakukan oleh PPNS

ketenagakerjaan, pelaksanaan penyidikan mengacu pada ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Laporan pengawasan ketenagakerjaan terdiri atas :

a. Laporan pengawas ketenagakerjaan

Laporan pengawas ketenagakerjaan wajib dibuat oleh pengawas

ketenagakerjaan setelah melakukan kegiatan pembinaan, pemeriksaan,

pengujan dan penyidikan.

b. Laporan unit kerja pengawasan ketenagakerjaan

Laporan unit kerja pengawasan disusun oleh pimpinan unit kerja

pengawasan ketenagakerjaan setiap 3 (tiga) bulan atau sewaktu-waktu

diperlukan. Laporan unit kerja pengawasan ketenagakerjaan berisikan :

1. Data umum ketenagakerjaan

2. Rekapitulasi hasil kegiatan pengawasan ketenagakerjaan selama

periode pelaporan
63

3. Capaian kegiatan pengawasan ketenagakerjaan dalam 1 (satu) periode

laporan

4. Hal lain yang dianggap perlu.

Laporan unit kerja pengawasan ketenagakerjaan disampaikan kepada Direktur


Jendral, Guberbur, Mentri.

4.Jumlah Pegawai Pengawas

Pegawai pengawas ketenagakerjaan merupakan salah satu elemen penting

dalam pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan secara keseluruhan. dengan semakin

bertambahnya jumlah perusahaan dan jumlah pekerja yang mempemgaruhi proses

ketenagakerjaan yang adaa saat ini maka sangat dibutuhkan pula pegawai pengawas

ketenagakerjaan yang jumlahya sebanding dengan jumlah perusahan yang ada,

namun pada kenyataannya jumlah pegawai pengawas ketenagakerjaan di Indonesia

masih sangat minim dan tidak sebanding dengan jumlah perusahan yang harus

mereka awasi.

Data yang diperolah dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi provinsi

Maluku jumlah pegawai pengawas ketenagakerjaan di Indonesia adalah 1600

pegawai pengawas ketenagakerjaan dengan sebaran pengawas ketenagakerjaan saat

ini baru menjangkau kurang lebih 300 kabupaten/kota dari kurang lebih sebanyak 500

jumlah kabupaten/kota yang ada. Idealnya 1 pengawas ketenagakerjaan semestinya

mengawasi 60 perusahaan per tahun, maka masih dibutuhkan tambahan kurang lebih

3700 pegawai fungsional pengawas ketenagakerjaan.


64

Jumlah pegawai pengawas ketenagakerjaan di provinsi Maluku saat ini berjumlah 32

pegawai pengawas ketenagakerjaan, jumlah pegawai pengawas ketenagakerjaan tidak

sebanding dengan jumlah perusahaan yang harus diawasi berjumlah 7.134

perusahaan.

B. Efektifitas Pengawasan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan di Provinsi

Maluku

Pengawasan ketenagakerjaan dapat dikatakan efektif apabila dalam

keseluruhan proses pengawasan yang dilakukan sudah berjalan sesuai peraturan

perundang-undangan yang ada, dalam hal ini keterlibatan pekerja dan pengusaha

sangatlah berpengaruh dalam tercapainya pengawasan ketenagakerjaan yang efektif.

Namun pada kenyataannya proses pengawasan ketenagakerjaan sering dihadapkan

dengan berbagai macam kendala dari berbagai aspek antara lain jumlah pegawai

pengawas ketenagakerjaan yang tidak sebanding dengan jumlah perusahaan yang

akan di awasi dan juga keterbatasan anggaran yang mengakibatkan proses

pengawasan yang dilakukan tidak dapat berjalan maksimal, beberapa kendala tersebut

membuat proses pengawasan ketenagakerjaan belum bisa dikatakan efektif.

Karakteristik Maluku sebagai wilayah kepulauan juga menjadi tantangan

tersendiri dalam proses pengawasan ketenagakerjaan karena dengan 9 kabupaten dan

2 kota yang ada di provinsi Maluku memiliki jarak yang sulit untuk di jangkau

ditambah lagi dengan kurangnya pegawai pengawas ketenagakerjaan yang sangat

tidak sebanding dengan jumlah perusahaan yang ada di provinsi Maluku yang

berjumlah 7.134 dengan klasifikasi 7.005 perusahaan kecil, 77 perusahaan sedang dan
65

52 perusahaan besar sangat tidak sebanding dengan jumlah pegawai pengawas

ketenagakerjaan di provinsi Maluku yang hanya berjumlah 32 pegawai pengawas

ketenagakerjaan didalamnya terdiri dari 21 pegewai pengawas umum, 6 pegawai

spesialis K3 dan 5 pegawai penyidik. Untuk memaksimalkan pelaksanaan

pengawasan ketenagakerjaan di provinsi Maluku maka sangat diperlukan

penambahan pegawai pengawas ketenagakerjaan 84 pegawai pengawas

ketenagakerjaan agar dapat memaksimalkan pelaksanaan pengawasan

ketenagakerjaan di provinsi Maluku.

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah yang membuat pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan yang

sebelumnya berpusat di kabupaten/kota dialihkan ke provinsi. Dari wawancara yang

penulis lakukan pada Dinas Ketenagakerjaan provinsi Maluku pada tanggal 27 mei

2019 hal ini sangat berdampak pada proses pengawasan ketenagakerjaan di provinsi

Maluku karena sebelum Undang-Undang ini diberlakukan pegawai pengawas

ketenagakerjaan ditempatkan di masing-masing kabupaten/kota untuk melaksanakan

pengawasan ketenagakerjaan sehingga jangkauan pengawasan di perusahaan-

perusahaan yang ada di kabupaten/kota bisa langsung diawasi namun setelah semua

pegawai pengawas ketenagakerjaan dialihkan ke provinsi maka pelaksanaan

pengawasan ketenagakerjaan menjadi sedikit terhambat, ditambah lagi dengan

kurangnya biaya operasional yang mengakibatkan pelaksanaan pengawasan ke

kabupaten/kota yang terpisah pulau dari pusat kota sedikit sulit untuk dijangkau oleh

pengawas ketenagakerjaan.
66

Kenyataan yang terjadi di provinsi Maluku ada berbagai konflik yang di

temui oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan. Menurut pegawai pengawas

ketenagakerjaan provinsi Maluku Bapak. Jefis Berhittu konflik yang terjadi di kota

ambon salah satunya yaitu CV. Sukses Lestari Multi Usaha yang tidak memberikan

keterangan kepada pengawas ketenagakerjaan saat proses pemeriksaan berlangsung

di CV. Sukses Lestari Multi Usaha, dalam Kasus ini pihak perusahan dinyatakan

melanggar peraturan perundang-undangan karena tidak memberikan keterangan saat

pelaksanaan pengawasan sedang dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan kemudian

sesuai dengan standar pengawasan yang telah ditetapkan pada poin pemeriksaan

pengawas memberikan teguran berupa nota pemeriksaan I namun setelah 30 hari

sejak nota pemeriksaan I diberikan tidak dihiraukan oleh pihak perusahaan

selanjutnya pengawas memberikan nota pemeriksaan II namun setelah 14 hari nota

pemeriksaan II diberikan tidak juga dihiraukan oleh pihak perusahaan kemudian

diambil alih oleh penyidik untuk proses penyidikan yang telah disetujui oleh kepala

dinas dan penyidik menemukan adanya pelanggaran yang dilakukan oleh pihak

perusahaan kemudian Kasus ini sampai pada tahap pengadilan.

Kasus lainnya terjadi juga pada PT. Lintas Yamdena di Maluku Tenggara

Barat pada bulan desember 2018, dalam kasus ini pengawas ketenagakerjaan provinsi

langsung melakukan pemeriksaan di PT.Lintas Yamdena dengan memeriksa

dokumen perusahaan, pemeriksaan tata letak dan alur proses produksi, pemeriksaan

lapangan dan pengambilan keterangan. Dalam pelaksanaan pemeriksaan pengawas

ketenagakerjaan menemukan bahwa upah pekerja pada PT. Lintas Yamdena

diberikan tidak sesuai dengan UMP yang telah ditetapkan, dalam kasus ini sesuai
67

dengan standar pengawasan pada poin pemeriksaan pengawas ketenagakerjaan

langsung memberikan nota pemeriksaan I pada pihak perusahaan.

Nota pemeriksaan I berisi beberapa poin penting salah satunya adalah perintah

untuk memperbaiki ketidakpatuhan atau mempertahankan kepatuhan serta jangka

waktu pelaksanaan nota pemeriksaan. Pengawas ketenagakerjaan memberikan waktu

30 hari nota pemeriksaan I agar pihak PT. Lintas Yamdena dapat memperbaiki

ketidakpatuhan dengan cara memberikan upah pekerja sesuai dengan UMP yang telah

ditetapkan oleh pemerintah daerah namun sampai batas waktu yang telah ditetapkan

pihak PT. Lintas Yamdena belum juga memperbaiki ketidakpatuhan yang dilakukan

maka pengawas ketenagakerjaan mengeluarkan nota pemeriksaan II dengan

memberikan batas waktu 14 hari sejak nota pemeriksaan II diberikan agar pihak PT.

Lintas Yamdena dapat memperbaiki ketidakpatuhan yang telah dilakukan. setelah PT.

Lintas Yamdena mendapat nota pemeriksaan II pihak PT. Lintas Yamdena langsung

memperbaiki ketidakpatuhan yang telah dilakukan dengan cara memberikan upah

pekerja sesuai dengan UMP yang telah ditetapkan.

Kasus ini tidak sampai pada tahap penyidikan dan dapat diselesaikan oleh

pengawas ketenagakerjaan pada bulan maret 2019. Dalam pelaksanaan pengawasan

ketenagakerjaan sampai ke kabupaten/kota di provinsi Maluku ada berbagai kendala

yang dihadapi oleh pengawas ketenagakerjaan sehingga membuat pelaksanaan

pengawasan menjadi tidak efektif antara lain kurangnya anggaran oprasional yang

mengakibatkan pelaksanaan pengawasan ke kabupaten/kota yang terpisah pulau dari

pusat kota sedikit sulit untuk dijangkau oleh pengawas ketenagakerjaan dan juga

transportasi yang kurang memadai.


68

Pemerintah provinsi Maluku melakukan berbagai cara untuk mengoptimalkan

pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan salah satunya dengan membentuk Unit

Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) di beberapa wilayah, untuk saat ini pembentukan

UPTD di dasarkan oleh Peraturan Gubernur Maluku No 64 Tahun 2017 tentang

Kedudukan, Tugas dan Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Cara Kerja Unit

Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas dan Badan Daerah di Lingkungan

Pemerintah Provinsi Maluku, namun hingga saat ini belum terisi personilnya mulai

dari kepala UPTD, pejabat fungsional pengawas ketenagakerjaan, dan staf fungsional

umum. Dari 11 kabupaten/kota di provinsi Maluku dibagi atas 5 region:

a. Region I meliputi kota ambon dan kabupaten seram bagian barat

b. Region II meliputi kabupaten Maluku tengan dan seram bagian timur

c. Region III meliputi kabupaten buru dan buru selatan

d. Region IV meliputi kabupaten Maluku tenggara, kota Tual dan kepulauan

Aru

e. Region V meliputi kabupaten Maluku tenggara barat dan Maluku barat

daya.

Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) pengawasan ketenagakerjaan dibentuk

karena selama ini pengawasan ketenagakerjaan di provinsi Maluku belum berjalan

secara optimal karena karakteristik wilayah kepulauan. Maluku memiliki 1.340 pulau

dengan 92,4% dari wilayahnya seluas 712.479,69km2 adalah laut, jadi bisa di

bayangkan panjangnnya rentang kendali untuk mengoptimalkan pengawasan


69

ditambah lagi beberapa daerah tertentu transportasi baik laut maupun udara belum

optimal kelancaranya.

Anda mungkin juga menyukai