BAB III
A. Pengawasan Ketenagakerjaan
untuk menjamin tercapainya tujuan kebijaksanaan yang telah digariskan dan sasaran
yang telah ditetapkan. Karena itu pengawasan bukan ditujukan untuk mencari-cari
kesalahan atau mencari siapa yang salah. Tujuan utama pengawasan ialah untuk
utamanya adalah meyakinkan para mitra sosial mengenai perlunya meninjau aturan
ketenagakerjaan ditempat kerja dan kepentingan mereka dalam hal ini, melalui
seperti hubungan industrial, upah, kondisi kerja, keselamatan, dan kesehatan kerja
24
Sujamto, Aspek-Aspek Pengawasan di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 1989, hlm.86
52
yang ditetapkan oleh mentri sebagai seorang pengawas serta mempunyai kompetensi
25
Siagian, Pokok-Pokok Pengawasan, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm 56.
53
dalam setiap Negara hukum. Dengan kata lain, setiap penyelenggaraan kenegaraan
dan pemerintahan harus memiliki legitimasi, yaitu kewenangan yang diberikan oleh
pengawas ketenagakerjaan.
26
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara (Edisi Revisi), Radjawali Pers, Jakarta, 2011, hlm 17.
54
3. Standar Pengawasan
Dalam Peraturan Mentri Nomor 33 tahun 2016 tentang Tata Cara Pengawasan
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Pelaporan
1. Pembinaan
2. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan dokumen
3. Pemeriksaan lapangan
4. Pengambilan keterangan
1. Pemeriksaan dokumen
2. Pemeriksaan lapangan
56
3. Pengambilan keterangan
pengawasan ketenagakerjaan
pemeriksaan ulang.
a. Nota pemeriksaan I
b. Nota pemeriksaan II
a. Tanggal pemeriksaan
b. Temuan pemeriksaan
kepatuhan.
pemeriksaan I
lama 14 hari sejak nota pemeriksaan II diterima. Apabila nota pemeriksaan II tidak
setelah menerima laporan dari pengawas ketenagakerjaan maka pimpinan unit kerja
perundang-undangan
hanya memuat perjanjian kerja waktu tertentu atau penyerahan sebagian pelaksanaan
pemeriksaan khusus terhadap norma kerja perjanjian kerja waktu tertentu atau
tertulis hasil penanganan kepada pekerja paling lama tujuh hari kerja sejak
dapat melakukan pemanggilan dinas . apabila pengusaha tidak memenuhi hak pekerja
sekurang-kurangnya memuat :
b. Identitas perusahaan
c. Temuan pemeriksaan
d. Analisis
3. Pengujian
norma kerja. Pengujian norma kerja meliputi waktu kerja, waktu istirahat, system
a. Pemeriksaan dokumen
b. Pemeriksaan visual
b. Pengujian norma K3
cara kerja, proses produksi dan pelayanan kesehatan kerja pengujian norma
a. Pengujian pertama
3. Pemeriksaan visual
b. Pengujian berkala
c. Pengujian khusus
ketenagakerjaan.
d. Pengujian ulang
4. Penyidikan
perundang-undangan.
periode pelaporan
63
laporan
ketenagakerjaan yang adaa saat ini maka sangat dibutuhkan pula pegawai pengawas
masih sangat minim dan tidak sebanding dengan jumlah perusahan yang harus
mereka awasi.
Data yang diperolah dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi provinsi
ini baru menjangkau kurang lebih 300 kabupaten/kota dari kurang lebih sebanyak 500
mengawasi 60 perusahaan per tahun, maka masih dibutuhkan tambahan kurang lebih
perusahaan.
Maluku
perundang-undangan yang ada, dalam hal ini keterlibatan pekerja dan pengusaha
dengan berbagai macam kendala dari berbagai aspek antara lain jumlah pegawai
pengawasan yang dilakukan tidak dapat berjalan maksimal, beberapa kendala tersebut
2 kota yang ada di provinsi Maluku memiliki jarak yang sulit untuk di jangkau
tidak sebanding dengan jumlah perusahaan yang ada di provinsi Maluku yang
berjumlah 7.134 dengan klasifikasi 7.005 perusahaan kecil, 77 perusahaan sedang dan
65
penulis lakukan pada Dinas Ketenagakerjaan provinsi Maluku pada tanggal 27 mei
2019 hal ini sangat berdampak pada proses pengawasan ketenagakerjaan di provinsi
perusahaan yang ada di kabupaten/kota bisa langsung diawasi namun setelah semua
kabupaten/kota yang terpisah pulau dari pusat kota sedikit sulit untuk dijangkau oleh
pengawas ketenagakerjaan.
66
ketenagakerjaan provinsi Maluku Bapak. Jefis Berhittu konflik yang terjadi di kota
ambon salah satunya yaitu CV. Sukses Lestari Multi Usaha yang tidak memberikan
di CV. Sukses Lestari Multi Usaha, dalam Kasus ini pihak perusahan dinyatakan
sesuai dengan standar pengawasan yang telah ditetapkan pada poin pemeriksaan
diambil alih oleh penyidik untuk proses penyidikan yang telah disetujui oleh kepala
dinas dan penyidik menemukan adanya pelanggaran yang dilakukan oleh pihak
Kasus lainnya terjadi juga pada PT. Lintas Yamdena di Maluku Tenggara
Barat pada bulan desember 2018, dalam kasus ini pengawas ketenagakerjaan provinsi
dokumen perusahaan, pemeriksaan tata letak dan alur proses produksi, pemeriksaan
diberikan tidak sesuai dengan UMP yang telah ditetapkan, dalam kasus ini sesuai
67
Nota pemeriksaan I berisi beberapa poin penting salah satunya adalah perintah
30 hari nota pemeriksaan I agar pihak PT. Lintas Yamdena dapat memperbaiki
ketidakpatuhan dengan cara memberikan upah pekerja sesuai dengan UMP yang telah
ditetapkan oleh pemerintah daerah namun sampai batas waktu yang telah ditetapkan
pihak PT. Lintas Yamdena belum juga memperbaiki ketidakpatuhan yang dilakukan
memberikan batas waktu 14 hari sejak nota pemeriksaan II diberikan agar pihak PT.
Lintas Yamdena dapat memperbaiki ketidakpatuhan yang telah dilakukan. setelah PT.
Lintas Yamdena mendapat nota pemeriksaan II pihak PT. Lintas Yamdena langsung
Kasus ini tidak sampai pada tahap penyidikan dan dapat diselesaikan oleh
pengawasan menjadi tidak efektif antara lain kurangnya anggaran oprasional yang
pusat kota sedikit sulit untuk dijangkau oleh pengawas ketenagakerjaan dan juga
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) di beberapa wilayah, untuk saat ini pembentukan
Kedudukan, Tugas dan Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Cara Kerja Unit
Pemerintah Provinsi Maluku, namun hingga saat ini belum terisi personilnya mulai
dari kepala UPTD, pejabat fungsional pengawas ketenagakerjaan, dan staf fungsional
Aru
daya.
secara optimal karena karakteristik wilayah kepulauan. Maluku memiliki 1.340 pulau
dengan 92,4% dari wilayahnya seluas 712.479,69km2 adalah laut, jadi bisa di
ditambah lagi beberapa daerah tertentu transportasi baik laut maupun udara belum
optimal kelancaranya.