Anda di halaman 1dari 4

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3)

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggungjaeab, pelaksanaan, prosedur,
proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan Keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Dasar hukum

a. Undang - Undang NO. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja


Dalam UU No. 1 tahun 1970 memuat SMK3 yang dimana dalam UU ini terdapat XI Bab dan 18 pasal.
Dalam Bab VI pasal 10 tentang panitia Pembina keselamatan dan kesehatan kerja, dimana P2K3
merupakan salah satu bagian dari SMK3.
(1) Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha
atau pengurus dan tenaga kerdja dalam tempat-tempat kerdja untuk melaksanakan tugas dan
kewajiban bersama dibidang keselamatan dan kesehatan kerdja dalam rangka melancarkan usaha
berproduksi.

(2) Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya ditetapkan
oleh Menteri Tenaga Kerja.

b. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Dalam undang undang ini di amanatkan tentang kewaji perusahaan untuk menerapkan SMK3 di dalam
pasal 87 yang berbunyi :

(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

c. Peraturan Pemerintah NO.50 Tahun 2012 tentang penerapan SMK3

pasal 2

Penerapan SMK3 bertujuan untuk:

a. meningkatkan efektifitas perlindungan terukur, terstruktur, dan terintegrasi;


b. keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana,
c. mencegah dan mengurangi kecelakaan.kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh; serta
d. menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas.
Pasal 3

(1) Penerapan SMK3 dilakukan berdasarkaa kebijakan nasional tentang SMK3.


(2) Kebijakan nasional tentang SMK3 sebagaimana dimaksurl pada ayat (1) tertuang dalam
Lampiran I, Lampiran II, dan Lampiran III sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Pemerintah ini.

Pasal 5
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud padaayat (l) berlaku bagi perusahaan:
a.mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang; atau
b.mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.
(3) Ketentuan mengenai tingkat potensi bahaya tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b sesuai dengan ketentuan perafuran perundang-undangan.
(4) Pengusaha dalam menerapkan SMK3 wajib berpedoman pada Peraturan Pemerintah ini dan
ketentuan peraturan perundang-undangan serta dapat memperhatikan konvensi atau standar
internasional.
Pasal 6
(1) SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal3 ayat (1) meliputi:

a, penetapan kebijakan K3;


b. perencanaan K3;
c. pelaksanaan rencana K3;
pemantauan dan evaluasi kinerja K3; dan
e peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.

(2) Penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertuang dalam pedoman yang
tercantum dalam Lampiran I sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah
ini.

d. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.26 Tahun 2014 Tentang Penyelanggaraan Penilaian Penerapan
SMK3

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:


1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut SMK3 adalah
bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian
risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien
dan produktif.

2. Penilaian Penerapan SMK3 yang selanjutnya disebut Audit SMK3 ialah pemeriksaan secara
sistematis dan independen terhadap pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur
suatu hasil kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di
perusahaan.
3. Auditor SMK3 ialah tenaga teknis yang berkeahlian khusus dan independen untuk
melaksanakan audit SMK3 yang ditunjuk oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.

4. Lembaga Audit SMK3 adalah badan hukum yang ditunjuk oleh Menteri untuk melaksanakan
audit eksternal SMK3.

5. Audit Eksternal SMK3 adalah audit SMK3 yang diselenggarakan oleh Lembaga Audit dalam
rangka penilaian penerapan SMK3 di perusahaan.

6. Perusahaan adalah:

a. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik
persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang
mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain;

b. usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan
orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

7. Pengawas Ketenagakerjaan adalah pegawai negeri sipil yang diangkat dan ditugaskan
dalam jabatan fungsional pengawas ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

8. Dinas Provinsi adalah instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan di


provinsi.

9. Direktorat Jenderal adalah unit kerja yang membidangi pembinaan pengawasan


ketenagakerjaan.

10. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang membidangi pembinaan pengawasan
ketenagakerjaan.

11. Menteri adalah Menteri Ketenagakerjaan.

Pasal 2

(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 yang terintegrasi dengan sistem di perusahaan.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi perusahaan:
a. mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang; atau
b. mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.
Pasal 3

(1) Perusahaan yang telah melaksanakan penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
dilakukan penilaian penerapan SMK3 melalui Audit Eksternal SMK3 oleh Lembaga Audit SMK3
yang ditunjuk oleh Menteri.
(2) Penilaian penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap:
a. perusahaan yang secara sukarela mengajukan permohonan Audit SMK3
b. perusahaan yang mempunyai potensi bahaya tinggi antara lain perusahaan yang bergerak
di bidang pertambangan, minyak dan gas bumi;
c. perusahaan yang mempunyai potensi bahaya tinggi berdasarkan penetapan Direktur
Jenderal dan/atau Kepala Dinas Provinsi.
(1) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c berdasarkan hasil pemeriksaan dan
pengujian di perusahaan oleh pengawas ketenagakerjaan.

Anda mungkin juga menyukai