Anda di halaman 1dari 40

IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA (SMK3) ATAU ISO 45001:2018

Disusun Oleh : Ronald Tarigan

Jabatan : Management Trainee

2023
I. SISTEM MANAJEMEN K3
A. Pengertian Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)

Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara


keseluruhan yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharan kewajiban K3, dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien
dan produktif (PER.05/MEN/1996 pasal 1).

B. Prinsip Dasar Penerapan SMK3.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah penerapan


peraturan/stadar K3 secara terpadu dalam sistem manajemen perusahaan. Prinsip-
prinsip penerapan SMK3  mengacu kepada 5 prinsip dasar SMK3 sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. PER
05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Kese-lamatan dan Kesehatan Kerja BAB III
ayat (1) yaitu:

1. Komitmen dan kebijakan.


Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan SMK3 di
perusahaan.
2. Perencanaan SMK3.
Merencanakan pemenuhan kebijaksanaan, tujuan dan sasaran penerapan SMK3.
3. Penerapan SMK3.
Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan
mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk
mencapai kebijakan, tujuan, serta sasaran keselamatan dan kesehata kerja.
4. Pengukuran dan Evaluasi.
Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan
kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
5. Peninjauan ulang dan peningkatan manajemen.
Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem Manajemen K3
secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja.
C. Dasar Hukum Penerapan SMK3

1. UUD 1945 pasal 27 ayat (2) :


Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
2. UU No.13 tahun 2003 pasal 87:
Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 yang terintegrasi dengan sistem. –
Manajemen – Ketentuan mengenai penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diatur dengan peraturan pelaksana.
3. UU No.1 tahun 1970 pasal 4:
(1) Dengan peraturan perundang-undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja dalam perecanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,
pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan,
barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat
menimbulkan bahaya kecelakaan.
(2) Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu
kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang
mencakup bidang konstruksi, bahan pengolahan dan pembuatan, perlengkapan
alat-alat perlindungan, pengujian, dan pengesahan pengepakan atau
pembungkusan, pemberian tanda-tanda pengenal atas bahan, barang produksi
teknis dan aparat produksi guna menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri
keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum.
(3) Dengan peraturan perundangan dapat dirobah perincian seperti tersebut
dalam ayat (1) dan (2); dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang
berkewajiban memenuhi dan mentaati syarat-syarat keselamatan tersebut.

4. UU No.18 tahun 1999


PASAL 2: Pengaturan Jakon berlandaskan pada asas kejujuran dan keadilan,
manfaat, keserasian, keseimbangan, kemandirian, keterbukaan, kemitraan,
keamanan dan keselamatan demi kepentingan masyarakat, bangsa, dan Negara.
PASAL 22 (l): Perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan tentang kewajiban
para pihak dalam pelaksanaan K3 serta jaminan social.
PASAL 23 (2): Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan
tentang keteknikan, keamanan, K3, perlindungan tenaga kerja, serta tata
lingkungan setempat untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan
pekerjaan konstruksi PP. NO. 28 / 2000 (Usaha & Peran Masyarakat Jakon) PP.
29 /2000 (Penyelenggaraan Jakon) PP. 30 / 2000 (Pembinaan Jakon).
5. UU No. 28 tahun 2002:
PASAL 2 : Bangunan Gedung diselenggarakan berlandaskan asas kemanfaatan,
keselamatan, keseimbangan, serta keserasian bangunan gedung dengan
lingkungan.
PASAL 3 (2): Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang
menjamin keandalan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan,
kenyamanan, dan kemudahan.
PASAL 16 (1): Persyaratan keandalan bangunan gedung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (3), meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan,
kenyamanan,dan kemudahan.
PASAL 17 (1), (3) & (4) : Persyaratan keselamatan bangunan gedung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) meliputi persyaratan kemampuan bangunan
gedung untuk mendukung beban muatan, serta kemampuan bangunan gedung
dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir.
Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah menanggulangi
bahaya kebakaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan kemampuan
bangunan gedung untuk melakukan pengamanan terhdaap bahaya kebakaran
melalui system proteksi pasif/atau proteksi aktif. Persyaratan kemampuan
bangunan gedung dalam mencegah bahaya petir sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), merupakan kemampuan bangunan gedung untuk melakukan
pengamanan terhadap bahaya petir melalui sistem penangkal petir. RPP.
Persyaratan Bangunan Gedung RPP. Pengelolaan Bangunan Gedung RPP. Peran
Masyarakat Dalam Pengelolaan Bangunan Gedung RPP. Pembinaan Pengelolaan
Bangunan Gedung

D. Tujuan Penerapan SMK3

Adapun tujuan penerapan SMK3 adalah sebagai berikut:

1. Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai


manusia.
2. Meningkatkan komitmen pimpinan dalam melindungi tenaga kerja.
3. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi globalisasi.
4. Proteksi terhadap industri dalam negeri.
5. Meningkatkan daya saing dalam perdagangan internasional.
6. Meningkatkan pencegahan kecelakaan melalui pendekatan system.
7. Pencegahan terhadap problem sosial dan ekonomi terkait dengan penerapan
K3L.

E. Alasan dan Manfaat Penerapan SMK3

Sesuai Pasal 3 Permenaker 05/MEN/1996, perusahaan yang mempekerjakan


minimal 100 tenaga kerja dan atau ada potensi bahaya ledakan, kebakaran,
pencemaran dan penyakit akibat kerja, wajib menerapkan SMK3 . Alasan dari
penerapan SMK3 di tempat kerja karena SMK3 bukan hanya tuntutan pemerintah,
masyarakat, pasar, atau dunia internasional saja tetapi juga tanggung jawab
pengusaha untuk menyediakan tempat kerja yang aman bagi pekerjanya.

Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja,beberapa diantaranya adalah:

1. Melindungi Pekerja.
Tujuan utama penerapan SMK3 adalah untuk melindungi pekerja dari segala
bentuk kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Bagaimanapun pekerja adalah
asset perusahaan yang paling penting. Dengan menerapkan K3 angka kecelakaan
dapat dikurangi atau ditiadakan sama sekali,hal ini juga akan menguntungkan
bagi perusahaan,karena pekerja yang merasa aman dari ancaman kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja akan bekerja lebih bersemangat dan produktif.

2. Patuh Terhadap Peraturan dan Undang-Undang.


Perusahaan-perusahaan yang mematuhi peraturan atau perundang-undangan
yang berlaku pada umumnya terlihat lebih sehat dan exist. Karena
bagaimanapun peraturan atau perundang-undangan yang dibuat bertujuan
untuk kebaikan semua pihak. Dengan mematuhi peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku maka perusahaan akan lebih tertib dan hal ini dapat
meningkatkan citra baik perusahaan itu sendiri. Berapa banyak perusahaan yang
melakukan pembangkangan terhadap peraturan yang berlaku mengalami
kebangkrutan atau kerugian karena mengalami banyak permasalahan baik
dengan karyawan,pemerintah dan lingkungan setempat.
3. Meningkatkan Kepercayaan dan Kepuasan Pelanggan.
Penerapan SMK3 secara baik akan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan.
Betapa banyak pelanggan yang mensyaratkan para pemasok atau supplier
mereka untuk menerapkan SMK3 atau ISO 45001. Karena penerapan SMK3 akan
dapat menjamin proses yang aman,tertib dan bersih sehingga bisa meningkatkan
kualitas dan mengurangi produk cacat. Para pekerja akan bekerja secara lebih
baik,karena mereka terlindungi dengan baik sehingga bisa lebih produktif.
Kecelakaan dapat dihindari sehingga bisa menjamin perusahaan beroperasi
secara penuh dan normal untuk menjamin kontinuitas supplai kepada pelanggan.
Tidak jarang pelanggan melakukan audit K3 kepada para pemasok mereka untuk
memastikan bahwa pekerja terlindungi dengan baik dan proses produksi
dilakukan secara aman. Tujuan mereka tidak lain adalah untuk memastikan
bahwa mereka sedang berbisnis dengan perusahaan yang bisa menjamin
kontinuitas supplai bahan baku mereka. Disamping itu dengan memiliki sertifikat
SMK3 atau ISO 45001 akan dapat meningkatkan citra perusahaan sehingga
pelanggan semakin percaya terhadap perusahaan tersebut.
4. Membuat Sistem Manajemen Yang Efektif.
Dengan menerapkan SMK3 atau ISO 45001 maka sistem manajemen
keselamatan akan tertata dengan baik dan efektif. Karena didalam SMK3
ataupun ISO 45001 dipersyaratkan adanya prosedur yang
terdokumentasi,sehingga segala aktivitas dan kegiatan yang dilakukan akan
terorganisir,terarah,berada dalam koridor yang teratur dan dilakukan secara
konsisten. Rekaman-rekaman sebagai bukti penerapan sistem disimpan untuk
memudahkan pembuktian identifikasi akar masalah ketidaksesuaian. Sehingga
analisis atau identifikasi ketidaksesuaian tidak berlarut-larut dan melebar
menjadi tidak terarah,yang pada akhirnya memberikan rekomendasi yang tidak
tepat atau tidak menyelesaikan masalah. Dalam sistem ini juga dipersyaratkan
untuk dilakukan perencanaan,pengendalian,tinjau ulang,umpan balik,perbaikan
dan pencegahan. Semua itu merupakan bentuk sistem manajemen yang efektif.
Sistem ini juga meminta komitmen manajemen dan partisipasi dari semua
karyawan,sehingga totalitas keterlibatan line manajemen dengan pekerja sangat
dituntut dalam menjalankan semua program yang berkaitan dengan K3.
Keterlibatan secara totalitas ini akan memberikan lebih banyak peluang untuk
melakukan peningkatan atau perbaikkan yang lebih efektif bagi perusahaan.

Selain itu ada pula manfaat secara langsung dan tidak langsung dari penerapan
SMK3 bagi industri kita antara lain:

a. Manfaat Langsung :
1. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.
2. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
3. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja
merasa aman dalam bekerja.
b. Manfaat tidak langsung :
1. Meningkatkan image market terhadap perusahaan.
2. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan.
3. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat
umur alat semakin lama.
F. Langkah-langkah Penerapan SMK3
Dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 (SMK3) ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan agar SMK3 tersebut menjadi efketif,karena SMK3 mempunyai elemen-
elemen atau persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dibangun didalam suatu
organisasi atau perusahaan. Sistem Manajemen K3 juga harus ditinjau ulang dan
ditingkatkan secara terus menerus didalam pelaksanaanya untuk menjamin bahwa
system itu dapat berperan dan berfungsi dengan baik serat berkontribusi terhadap
kemajuan perusahaan.

a. Tahap Persiapan.
Merupakan tahapan atau langkah awal yang harus dilakukan suatu
organisasi/perusahaan. Langkah ini melibatkan lapisan manajemen dan
sejumlah personel,mulai dari menyatakan komitmen sampai dengan kebutuahn
sumber daya yang diperlukan,adapun tahap persiapan ini,antara lain:
1. Komitmen manajemen puncak.
2. Menentukan ruang lingkup
3. Menetapkan cara penerapan
4. Membentuk kelompok penerapan
5. Menetapkan sumber daya yang diperlukan.

b. Tahap pengembangan dan penerapan.


Dalam tahapan ini berisi langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
organisasi/perusahaan dengan melibatkan banyak personel,mulai dari
menyelenggarakan penyuluhan dan melaksakan sendiri kegiatan audit internal
serta tindakan perbaikannya sampai melakukan sertifikasi.

Langkah 1. Menyatakan Komitmen

Pernyataan komintmen dan penetapan kebijakan untuk menerapan sebuah


Sistem Manajemen K3 dalam organisasi/perusahaan harus dilakukan oleh
manajemen puncak. Persiapan Sistem Manajemen K3 tidak akan berjalan tanpa
adanya komintmen terhadap system manajemen tersebut. Manajemen puncak
harus benar-benar menyadari bahwa merekalah yang paling bertanggung jawab
terhadap keberhasilan atau kegagalan penerapan Sistem K3. Komitmen
manajemen puncak harus dinyatakan bukan hanya dalam kata-kata tetapi juga
harus dengan tindakan nyata agar dapat diketahui,dipelajari,dihayati dan
dilaksanakan oleh seluruh staf dan karyawan perusahaan. Seluruh karyawan
dan staf harus mengetahui bahwa tanggung jawab dalam penerapan Sistem
Manajemen K3 bukan urusan bagian K3 saja. Tetapi mulai dari manajemen
puncak sampai karyawan terendah. Karena itu ada baiknya manajemen
membuat cara untuk mengkomunikasikan komitmennya ke seluruh jajaran
dalam perusahaannya. Untuk itu perlu dicari waktu yang tepat guna
menyampaikan komitmen manajemen terhadap penerapan Sistem Manajemen
K3.

Langkah 2. Menetapkan Cara Penerapan

Dalam menerapkan SMK3,perusahaan dapat menggunakan jasa konsultan


dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Konsultan yang baik tentu memiliki pengalaman yang banyak dan bervariasi
sehingga dapat menjadi agen pengalihan pengentahuan secara
efektif,sehingga dapat memberikan rekomendasi yang tepat dalam proses
penerapan Sistem Manajemen K3.
2. Konsultan yang independen kemungkinan konsultan tersebut secara bebas
dapat memberikan umpan  balik kepada manajemen secara objektif tanpa
terpengaruh oleh persaingan antar kelompok didalam
organisasi/perusahaan.
3. Konsultan jelas memiliki waktu yang cukup. Berbeda dengan tenaga
perusahaan yang meskipun mempunyai keahlian dalam Sistem Manajemen
K3 namun karena desakan tugas-tugas yang lain di perusahaan, akibatnya
tidak punya cukup waktu.

Langkah 3. Membentuk Kelompok Kerja Penerapan.


Jika perusahaan akan membentuk kelompok kerja sebaiknya anggota kelompok
kerja tersebut terdiri atas seorang wakil dari setiap unit kerja. Biasanya manajer
unit kerja,hal ini penting karena merekalah yang tentunya paling bertanggung
jawab terhadap unit kerja yang bersangkutan.

Langkah 4. Menetapkan Sumber Daya Yang Diperlukan

Sumber daya disini mencakup orang/personel, perlengkapan, waktu dan dana.


Orang yang dimaksud adalah beberapa orang yang diangkat secara resmi diluar
tugas-tugas pokoknya dan terlibat penuh dalam proses penerapan.
Perlengkapan adalah perlunya mempersiapkan kemungkinan ruangan
tambahan untuk menyimpan dokumen atau komputer tambahan untuk
mengolah dan menyimpan data. Tidak kalah pentingnya adalah waktu. Waktu
yang diperlukan tidaklah sedikit terutama bagi orang yang terlibat dalam
penerapan, mulai mengikuti rapat, pelatihan, mempelajari bahan-bahan
pustaka, menulis dokumen mutu sampai menghadapi kegiatan audit
assessment. Penerapan Sistem Manajemen K3 bukan sekedar kegiatan yang
dapat berlangsung dalam satu atau dua bulan saja. Untuk itu selama kurang
lebih satu tahun perusahaan harus siap menghadapi gangguan arus kas karena
waktu yang seharusnya dikonsentrasikan untuk memproduksikan atau
beroperasi banyak terserap ke proses penerapan ini. Keadaan seperti ini
sebetulnya dapat dihindari dengan perencanaan dan pengelolaan yang baik.
Sementara dana yang di perlukan adalah dengan membayar konsultan (bila
menggunakan konsultan), lembaga sertifikasi, dan biaya untuk pelatihan
karyawan diluar perusahaan.

Disamping itu juga perlu dilihat apakah dalam penerapan Sistem Manajemen K3
ini perusahaan harus menyediakan peralatan khusus yang selama ini belum
dimiliki. Sebagai contoh adalah:apabila perusahaan memiliki kompresor dengan
kebisingan diatas rata-rata,karena sesuai dengan persyaratan Sistem
Manajemen K3 yang mengharuskan adanya pengendalian resiko dan bahaya
yang ditimbulkan, perusahaan tentu harus menyediakan peralatan yang dapat
menghilangkan/mengurangi tingkat kebisingan tersebut. Alat pengukur tingkat
kebisingan juga harus disediakan,dan alat ini harus dikalibrasi. Oleh karena itu
besarnya dana yang dikeluarkan untuk peralatan ini tergantung pada masing-
masing perusahaan.

Langkah 5. Kegiatan penyuluhan

Penerapan Sistem Manajemen K3 adalah kegiatan dari dan untuk kebutuhan


personel perusahaan. Oleh karena itu harus dibangun rasa adanya
keikutsertaan dari seluruh karyawan dalam perusahan memlalui program
penyuluhan.

Kegiatan ini harus diarahkan untuk mencapai tujuan,antara lain:

1. Menyamakan persepsi dan motivasi terhadap pentingnya penerapan Sistem


Manajemen K3 bagi kinerja perusahaan.
2. Membangun komitmen menyeluruh mulai dari direksi, manajer, staf dan
seluruh jajaran dalam perusahaan untuk bekerja sama dalam menerapkan
standar system ini.

Kegiatan penyuluhan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya


dengan pernyataan komitmen manajemen, melalui ceramah, surat edaran atau
pembagian buku-buku yang terkait dengan Sistem Manajemen K3.

Langkah 6. Peninjauan sistem

Kelompok kerja penerapan yang telah dibentuk kemudian mulai bekerja untuk
meninjau system yang sedang berlangsung dan kemudian dibandingkan dengan
persyaratan yang ada dalam Sistem Manajemen K3. Peninjauan ini dapat
dilakukan melalui dua cara yaitu dengan meninjau dokumen prosedur dan
meninjau pelaksanaan

1. Apakah perusahaan sudah mengikuti dan melaksanakan secara konsisten


prosedur atau instruksi kerja dari ISO 45001 atau Permenaker 05/men/1996.
2. Perusahaan belum memiliki dokumen,tetapi sudah menerapkan sebagian
atau seluruh persyaratan dalam standar Sistem Manajemen K3.
3. Perusahaan belum memiliki dokumen dan belum menerapkan persyaratan
standar Sistem Manajemen K3 yang dipilih.

Langkah 7. Penyusunan jadwal kegiatan

Setelah melakukan peninjauan system maka kelompok kerja dapat menyusun


suatu jadwal kegiatan. Jadwal kegiatan dapat disusun dengan
mempertimbangkan hal-hal berikut:

1. Ruang lingkup pekerjaan


Dari hasil tinjauan sistem akan menunjukan beberapa banyak yang harus
disiapkan dan berapa lama setiap prosedur itu akan diperiksa,
disempurnakan, disetujui dan diaudit. Semakin panjang daftar prosedur yang
harus disiapkan,semakin lama waktu penerapan yang diperlukan.
2. Kemampuan wakil manajemen dan kelompok kerja penerapan
Kemampuan disini dalam hal membagi dan menyediakan waktu. Seperti
diketahui bahwa tugas penerapan bukanlah satu-satunya pekerjaan para
anggota kelompok kerja dan manajemen representative. Mereka masih
mempunyai tugas dan tanggung jawab lain diluar penerapan standar Sistem
Manajemen K3 yang kadang-kadang juga sama pentingya dengan penerapan
standar ini. Hal ini menyangkut kelangsungan usaha perusahaan seperti
pencapaian sasaran penjualan, memenuhi jadwal dan taget produksi.
3. Keberadaan proyek
Khusus bagi perusahaan yang kegiatanya berdasarkan proyek (misalnya
kontraktor dan pengembangan), maka ketika menyusun jadwal kedatangan
asesor badan sertifikasi, pastikan bahwa pada saat asesor datang proyek
yang sedang dikerjakan.

Langkah 8. Pengembangan Sistem Manajemen K3


Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam tahap pengembangan Sistem
Manajemen K3 antara lain mencakup dokumentasi, pembagian kelompok,
penyusunan bagan air,penulisan manual Sistem Manajemen K3, Prosedur, dan
instruksi kerja.

Langkah 9. Penerapan Sistem

Setelah semua dokumen selesai dibuat,maka setiap anggota kelompok kerja


kembali ke masing-masing  bagian untuk menerapkan system yang ditulis.
Adapun cara penerapannya adalah:

1. Anggota kelompok kerja mengumpulkan seluruh stafnya dan menjelaskan


mengenai isi dokumen tersebut. Kesempatan ini dapat juga digunakan untuk
mendapatkan masukan-masukan dari lapangan yang bersifat teknis
operasional.
2. Anggota kelompok kerja bersama-sama staf unit kerjanya mulai mencoba
menerapkan hal-hal yang telah ditulis. Setiap kekurangan atau hambatan
yang dijumpai harus dicatat sebagai masukan untuk menyempurnakan
system.
3. Mengumpulkan semua catatan K3 dan rekaman tercatat yang merupakan
bukti pelaksanaan hal-hal yang telah ditulis. Rentang waktu untuk
menerapkan system ini sebaiknya tidak kurang dari tiga bulan sehingga
cukup memadai untuk menilai efektif tidaknya system yang telah
dikembangkan tadi. Tiga bulan ini sudah termasuk waktu yang digunakan
untuk menyempurnakan system dan memodifikasi dokumen.

Dalam praktek pelaksanaannya,maka kelompok kerja tidak harus menunggu


seluruh dokumen selesai. Begitu satu dokumen selesai sudah mencakup salah
satu elemen standar maka penerapan sudah dapat dimulai dikerjakan.
Sementara proses penerapan system berlangsung, kelompok kerja dapat tetap
melakukan pertemuan berkala untuk memantau kelancaran proses penerapan
system ini. Apabila langkah-langkah yang terdahulu telah dapat dijalankan
dengan baik maka proses system ini relative lebih mudah dilaksanakan.
Penerapan system ini harus dilaksanakan sedikitnya tiga bulan sebelum
pelaksanaan audit internal. Waktu tiga bulan ini diperlukan untuk
mengumpulkan bukti-bukti ( dalam bentuk rekaman tercatat) secara memadai
dan untuk melaksanakan penyempurnaan system serta modifikasi dokumen.

Langkah 10. Proses sertifikasi

Ada sejumlah lembaga sertifikasi Sistem Manajemen K3. Misalnya Sucofindo


melakukan sertifikasi terhadap Permenaker 05 /Men/1996. Namun Untuk ISO
45001:2018 organisasi bebas menentukan lembaga sertifikasi manapun yang
diinginkan (seperti SGS, BSI, TUV, Llyoid, dll) . Untuk itu organisasis disarankan
untuk memilih lembaga sertifikasi ISO 45001 yang paling tepat.

G. Langkah-langkah Pengembangan SMK3

Langkah-langkah dalam mengembangkan Sistem manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Peraturan Perundang-undangan dan Standar.


Sebelum implementasi harus diidentifikasi semua peraturan perundang-
undangan dan standar K3 yang berlaku dalam perusahaan yang
bersangkutan. Sebaiknya dibentuk tim untuk mendokumentasikan
peraturan perundang-undangan dan standar dibidang K3. Dari hasil
identifikasi ini kemudian disusun Peraturan K3 perusahaan dan Pedoman
pelaksanaan K3. Praktek pada banyak perusahaan, peraturan keselamatan
dan kesehatan kerja dicetak dalam bentuk buku saku yang selalu dibawa
oleh tenaga kerja, agar setiap pekerja memahami peraturan tersebut harus
menjelaskan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kepada setiap
tenaga kerja.

2. Menetapkan Kebijakan K3 Perusahaan


Pernyataan mengenai komitmen dari organisasi untuk melaksanakan K3
yang menegaskan keterikatan perusahaan terhadap pelaksanaan K3 dengan
melaksanakan semua ketentuan K3 yang berlaku sesuai dengan operasi
perusahaan, melindungi keselamatan dan kesehatan semua pekerja
termasuk kontraktor dan stacholder lainnya seperti pelanggan dan
pemasok.
3. Mengorganisasikan, untuk melaksanakan kebijakan K3 secara efektif dengan
peran serta semua tingkatan manajemen dan pekerja. Bagaiana Top
Manajemen menempatkan organisasi K3 diperusahaan serta dukungan yang
diberikan merupakan pencerminan dari komitmen terhadap K3.
4. Merencanakan SMK3
Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai
keberhasilan penerapan dan kegiatan Sistem Mana-jemen K3 dengan
sasaran yang jelas dan dapat diukur.
5. Penerapan SMK3
Perusahaan harus menyediakan personil yang memiliki kualifikasi, sarana
yang memadai sesuai sistem Manajemen K3 yang diterapkan dengan
membuat prosedur yang dapat memantau manfaat yang akan didapat
maupun biaya yang harus dikeluarkan.
6. Mengukur dan memantau hasil pelaksanaan, dengan menggunakan standar
yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Ada dua macam ukuran yang dapat digunakan yaitu ukuran yang bersifat
reaktif yang didasarkan pada kejadian kecelakaan dan ukuran yang bersifat
proaktif, karena didasarkan kepada upaya dari keseluruhan system.
7. Melakukan audit dan meninjau ulang secara menyeluruh.
Dengan melaksana-kan audit K3, manajemen dapat me-meriksa sejauh
mana organisasi telah melaksanakan komitmen yang telah disepakati
bersama, mendeteksi berbagai kelemahan yang masih ada, yang mungkin
terletak pada perumusan komitmen dan kebijakan K3, atau pada
pengorganisasian, atau pada perencanaan dan pelaksanaannya.
II. ISO 45001:2018
A. Sejarah ISO 45001

Tahun 1999 Inggris melalui BSI (British Standards Institution) mengajak 13


lembaga standar lainnya membuat sebuah project standar bidang K3 digunakan
oleh dunia industry dalam melakukan assessment terhadap SMK3 yang telah
mereka terapkan, yang melahirkan seri OHSAS (Occupational Health and Safety
Assessment Series) 18001:1999 dan ditetapkan 15 April 1999. BSI bersama 43
lembaga standar dari berbagai macam negara, melakukan revisi serie OHSAS
1999, sehingga pada Juli 2007 diberlakukan secara efektif standar OHSAS versi
2007 yang masa berlaku sampai tahun 2021, kemudian pada tanggal 12 Maret
2018 di perkenalkan lah ISO 45001 sebagai revisi atas OHSAS 18001 versi 2007.

Berikut adalah urutan sejarah dalam publikasi ISO 45001:

- ISO / CD 45001 (komite draft pertama) diterbitkan pada bulan Juli tahun
2014.
- ISO / DIS 45001 (pertama menyusun standar internasional) tidak dapat
dipublikasikan pada Februari 2015 seperti yang direncanakan, karena draft
komite pertama gagal mendapatkan dua pertiga suara mayoritas di komite
ISO pada tanggal 18 Oktober 2014
- ISO / CD 45001 Draft Komite kedua diterbitkan Maret 2015.
- Komite menyusun pertemuan Kanada pada bulan Juni 2016 dan
mengusulkan draft kedua yang akan diterbitkan akhir 2016.
- Final draft internasional dirilis pada November 2017
- Final Draft dari ISO 45001 dimusyawarahkan lagi. Pada Maret 2018 Sistem
Manajemen K3 ISO 45001:2018 dipublikasikan dan bisa digunakan sampai
hari ini.

B. Manfaat ISO 45001

Manfaat Penerapan ISO 45001, antara lain :


1. Mengembangkan dan menerapkan Sistem Manajemen untuk mengurangi
atau meminimalisir kecelakaan kerja atau sakit akibat kerja
2. Membangun proses sistematis terkait dengan K3 yang mempertimbangkan
“konteksnya” dan yang memperhitungkan risiko dan peluangnya, dan
persyaratan hukum dan lainnya
3. Menentukan bahaya dan risiko yang terkait dengan aktivitasnya dan
berusaha untuk menghilangkannya , atau melakukan kontrol untuk
meminimalkan dampak potensial resiko dan bahayanya.
4. Menetapkan pengendalian operasional untuk mengelola risiko K3 dan
persyaratan hukum dan lainnya
5. Meningkatkan kesadaran akan risiko K3
6. Mengevaluasi kinerja K3 dan berusaha untuk memperbaikinya, melalui
tindakan yang tepat
7. Memastikan pekerja berperan aktif dalam masalah K3
8. Memaksimalkan Efektifitas dan Efisiensi pekerja dan alat dengan
mengurangi downtime karena cedera atau sakit akibat kerja
9. Membuka Pasar baru terutama bagi customer yang mensyaratkan K3
10. Memenuhi persyaratan Tender, dll
11. Meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan dan perundangan dan
mencegah permasalahan yang ditimbulkannya
12. Mengurangi keseluruhan biaya insiden
13. Mengurangi downtime dan biaya gangguan operasi
14. Mengurangi biaya premi asuransi
15. Mengurangi ketidakhadiran dan tingkat turnover karyawan.

C. OH&S Management System


OH&S Management System dalam ISO 45001:2018 menggunakan pendekatan
berdasarkan konsep PDCA (Plan – Do – Check – Act) yang dimodifikasi menjadi
framework baru.

Konsep PDCA adalah proses berulang yang digunakan oleh organisasi untuk
mencapai peningkatan yang berkelanjutan. Konsep ini dapat diterapkan pada
sistem manajemen dan terdiri dari elemen – elemen, sebagai berikut:

1. Planning
Menentukan dan menilai risiko K3, peluang K3 dan risiko lain dan peluang
lain, menetapkan tujuan dan proses K3 yang diperlukan untuk memberikan
hasil sesuai dengan kebijakan K3 organisasi.
2. Do
Menerapkan proses sesuai rencana.
3. Check
Memantau dan mengukur kegiatan dan proses yang berkaitan dengan
kebijakan K3 dan sasaran K3, dan laporkan hasilnya.
4. Act
Mengambil tindakan untuk terus meningkatkan kinerja K3 untuk mencapai
hasil yang diinginkan.
Konsep PDCA yang dimodifikasi menjadi framework baru
Note: Angka dalam tanda kurung menunjukan clause
Penjelasan framework:

1. Context of Organization [clause 4]


a. Organisasi harus menentukan masalah eksternal dan internal yang
relevan dengan tujuannya dan yang dapat memengaruhi
kemampuannya untuk mencapai hasil yang diinginkan dari sistem
manajemen K3 [clause 4.1]
b. Organisasi harus menentukan:
- Pihak lain yang berkepentingan, selain pekerja, yang relevan dengan
sistem manajemen K3
- Kebutuhan dan harapan pekerja maupun pihak lain yang
berkepentingan secara relevan
- Kebutuhan dan harapan yang tepat dijadikan atau dapat menjadi
persyaratan hukum dan persyaratan lainnya [clause 4.2]

c. Scope dari OH&S management system:


- Organisasi harus menentukan batasan dan penerapan sistem
manajemen K3 untuk menetapkan ruang lingkupnya. Sistem harus
mencakup aktivitas, produk, dan pelayanan yang berada dalam
kendali atau pengaruh organisasi, yang dapat memengaruhi kinerja
organisasi [clause 4.3]
- Organisasi harus menetapkan, menerapkan, memelihara dan terus
meningkatkan sistem manajemen K3, termasuk proses yang
diperlukan dan interaksinya, sesuai dengan persyaratan [clause 4.4]

2. PDCA cycle
a. Leadership and worker participation [clause 5]
- Top manajemen harus menunjukkan kepemimpinan dan komitmen
terhadap sistem manajemen K3
- Top manajemen harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara
kebijakan K3
- Top manajemen harus memastikan bahwa tanggung jawab dan
wewenang dalam sistem manajemen K3 ditugaskan dan
dikomunikasikan ke semua tingkatan dalam organisasi dan harus
didokumentasikan. Pekerja di setiap tingkat organisasi harus
memikul tanggung jawab atas aspek-aspek sistem manajemen K3.
- Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara proses
untuk konsultasi dan partisipasi pekerja di semua tingkatan dalam
pengembangan, perencanaan, implementasi, evaluasi kinerja dan
tindakan untuk perbaikan sistem manajemen K3.

b. Planning [clause 6]
- Ketika merencanakan sistem manajemen K3, organisasi harus
mempertimbangkan masalah yang disebutkan dalam clause 4.1,
persyaratan yang disebutkan dalam clause 4.2 (pihak yang
berkepentingan) dan clause 4.3 (ruang lingkup Sistem manajemen
K3) dan menentukan risiko serta peluang yang perlu diatasi untuk
memberikan jaminan bahwa sistem manajemen K3 dapat mencapai
hasil yang diharapkan, untuk dapat mencegah atau mengurangi
efek yang tidak diinginkan, serta mencapai peningkatan
berkelanjutan.
- Hal yang harus diperhatikan saat merencanakan sistem manajemen
K3 adalah hazard, risiko K3 atau risiko lainnya, peluang K3 atau
peluang lainnya, serta hukum yang menjadi persyaratan ataupun
persyaratan lainnya yang berlaku.

c. Do
- Support [clause 7]
Organisasi harus menentukan dan menyediakan sumber daya yang
dibutuhkan untuk pembentukan, implementasi, pemeliharaan, dan
peningkatan berkelanjutan dari sistem manajemen K3. Adanya
pekerja yang kompeten dan memahami sistem manajemen K3,
terdapat sistem komunikasi internal dan eksternal yang tepat serta
relevan, dan adanya informasi yang terdokumentasi.
- Operation [clause 8]
 Organisasi harus merencanakan, mengimplementasikan,
mengendalikan dan memelihara proses yang diperlukan untuk
memenuhi persyaratan sistem manajemen K3.
 Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara proses
untuk menghilangkan bahaya dan mengurangi risiko K3
menggunakan hierarki control.
 Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara
proses untuk mengendalikan pengadaan produk dan atau jasa
untuk memastikan kesesuaiannya dengan sistem manajemen
K3.
 Organisasi harus berkoordinasi dengan kontraktor, untuk
mengidentifikasi bahaya dan menilai serta mengendalikan risiko
K3.
 Organisasi harus membuat, menerapkan, dan memelihara
proses yang diperlukan untuk mempersiapkan dan menanggapi
situasi darurat.
d. Check
- Performance evaluation [clause 9]
• Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk
memantau dan mengukur kinerja K3 secara berkala.
• Jika diperlukan peralatan pengukuran untuk mengukur dan
memantau kinerja, organisasi harus menetapkan dan
memelihara prosedur untuk mengkalibrasi dan memelihara
peralatan.
• Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur dan
program audit untuk mengaudit sistem manajemen K3 secara
reguler untuk memastikan kesesuaian sistem manajemen K3
dengan perencanaan, adanya review dari audit sebelumnya,
penyajian informasi tentang hasil dari audit kepada manajemen.
• Top Manajemen harus secara berkala mengkaji sistem
manajemen K3 untuk memastikan kesesuaiannya,
kecukupannya dan efektifitasnya.

e. Act
- Improvement [clause 10]
• Organisasi harus menentukan peluang untuk perbaikan dan
menerapkan tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil
yang diinginkan dari sistem manajemen K3.
• Organisasi harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara
proses, termasuk melaporkan, menginvestigasi dan mengambil
tindakan, untuk menentukan dan mengelola insiden.
• Semua tindakan korektif dan preventif dikaji melalui proses
penilaian resiko sebelum diimplementasikan.
• Tindakan korektif atau preventif yang diambil untuk
mengeliminasi penyebab harus sesuai dengan besarnya masalah
dan sesuai dengan resiko K3 yang dihadapi.
• Organisasi harus mengimplementasikan dan mencatat
perubahan dalam prosedur terdokumentasi akibat tindakan
korektif dan preventif ini.

D. Dokumen ISO 45001

Standar ISO 45001 memperkenalkan pendekatan baru untuk


mendokumentasikan dan merekam kontrol yang menggantikan persyaratan
OHSAS 18001 untuk catatan dan prosedur dengan persyaratan baru untuk
informasi yang terdokumentasi. Setelah sertifikasi ISO 45001 dirilis, para pelaku
bisnis dan perusahaan merencanakan transisi atau implementasi dengan
mencari persyaratan atau informasi tentang dokumen atau rekaman wajib yang
perlu diterapkan. Pelaksanaan organisasi OHSAS 18001 banyak terfokus pada
pemeliharaan dan pengendalian dokumen dan catatan. Sedangkan di dalam ISO
45001, dokumen dan catatan di hilangkan dan diganti menjadi istilah baru,
yakni “Document Information”. ISO 45001 tidak mensyaratkan dokumen harus
berupa prosedur, media pendukung berupa kertas, magnetik, elektronik, foto
atau kombinai dari semuanya. ISO 45001 memperbolehkan informasi
terdokumentasi dalam format dan media pendukung apa pun, serta dari
sumber mana pun.

Berikut ini adalah dokumen dan rekaman wajib serta dokumen tidak waji sesuai
dengan persyaratan ISO 45001 :
a. Dokumen Wajib ISO 45001
1. Ruang Lingkup Sistem Manajemen K3 (klausul 4.3)
2. Kebijakan K3 (klausul 5.2)
3. Peran dan Tanggung Jawab (klausul 5.3)
4. Peluang dan Risiko K3 (klausul 6.1.1)
5. Proses yang diperlukan untuk menangani Peluang dan Risiko K3 (klausul
6.1.1)
6. Metodologi dan Kriteria Penilaian Risiko K3 (klausul 6.1.2)
7. Tujuan dan Rencana K3 (klausul 6.2.2)
8. Komunikasi (klausul 7.4)
9. Operasi Kontrol (klausul 8.1.1)
10. Proses kesiapsiagaan dan respon tanggung darurat (klausul 8.6)

b. Rekaman Wajib ISO 45001


1. Hukum yang berlaku dan persyaratan lain
2. Catatan pelatihan, keahliam, pengalaman, dan kualifikasi
3. Hasil pemantauan dan pengukuran
4. Kalibrasi dan verifikasi pemantauan dan mengukur peralatan
5. Evaluasi kewajiban
6. Program internal audit
7. Hasil audit internal
8. Hasil kajian manajemen
9. Insiden dan nonconformities
10. Hasil tindakan korektif

c. Dokumen Tidak Wajib

Tidak ada sistem yang benar-benar berjalan dengan hanya menggunakan


dokumen yang wajib/mandatory. Berdasar pengalaman implementasi
sistem manajemen, ada banyak jenis dokumen tidak wajib yang dapat
digunakan dalam implementasi ISO 45001. Berikut adalah contoh-contoh
dokumen non wajib yang paling sering digunakan dalam implementasi
Sistem Manajemen :

1. Prosedur untuk menentukan konteks organisasi dan pihak yang


berkepentingan (klausul 4.1 dan 4.2)
2. Prosedur untuk identifikasi-evaluasi terhadap Peluang dan Risiko pada
Sistem Manajemen K3 (klausul 6.1.1 dan 6.1.2)
3. Kompetensi, pelatihan dan kesadaran prosedur (klausul 7.2 dan 7.3)
4. Prosedur untuk komunikasi (klausul 7.4)
5. Prosedur untuk dokumen dan catatan kontrol (klausul 7.5)
6. Prosedur audit internal (klausul 9.2)
7. Prosedur untuk manajemen review (klausul 9.3)
8. Prosedur untuk manajemen nonconformities dan tindakan korektif
(klausul 10.2)

E. Perbedaan antara ISO 45001 dengan OHSAS 18001

Perbedaan ISO 45001 dengan OHSAS 18001 dapat dilihat pada beberapa
aspek, yaitu:

1. Struktur
Struktur ISO 45001 didasarkan pada annex SL yang telah menggantikan
Panduan ISO 83 dan telah menerapkan struktur umum, terminologi, dan
definisi. Hal ini membuat ISO 45001 lebih mudah untuk diintegrasikan
dengan produk-produk ISO sebelumnya seperti ISO 9001 tentang Sistem
Manajemen Mutu dan ISO 14001 tentang Sistem Manajemen Lingkungan.
Perbandingan struktur antara ISO 45001 dengan OHSAS 18001

a. Organization Context
Pada OHSAS 18001, organisasi hanya diminta untuk fokus pada isu
keselamatan dan kesehatan kerja di internal organisasinya, sedangkan
pada ISO 45001, organisasi diminta untuk melihat lebih luas dari isu
keselamatan dan kesehatan kerja internalnya, sehingga harus menyadari
apa yang masyarakat harapkan dari organisasi tersebut dalam ranah
keselamatan dan kesehatan kerja.
Hal ini tercantum dalam klausul 4.1 yang menyebutkan:
“The organization shall determine external and internal issues that
are relevan to its purpose and that affect its ability to achieve intended
outcome(s) of its OH&S Management System”
b. Planning
Pada OHSAS 18001 tidak dijelaskan mengenai hal yang harus
dipertimbangkan oleh perusahaan dalam proses perencanaan sistem
manajemen K3, sedangkan ISO 45001 menyebutkan 4 hal yang harus
dijadikan pertimbangan, yaitu:
1. Isu-isu yang telah dijelaskan pada organizational context
2. Persyaratan yang dijelaskan pada interested parties
3. Lingkup dari Sistem Manajemen K3
4. Penyusunan dari risiko dan peluang

Adapun yang harus dibuat dalam perencanaan penerapan Sistem


Manajemen K3 meliputi:
1. Apa yang harus diselesaikan
2. Sumber daya yang dibutuhkan
3. Siapa yang akan bertanggung jawab
4. Target waktu penyelesaian
5. Bentuk evaluasi pada hasil
6. Cara untuk mencapai penerapan Sistem Manajemen K3 yang
terintegrasi dengan proses bisnis organisasi.

c. Management Representative
Pada OHSAS 18001, tanggung jawab dari sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja didistribusikan kepada seorang safety manager
dibanding harus mengintegrasikannya dengan sistem manajemen
organisasi, sedangkan pada ISO 45001, mengharuskan organisasi untuk
mengintegrasikan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
dengan semua sistem manajemen organisasi yang ada. Sehingga
mengharuskan top management untuk mengambil peran kepemimpinan
yang lebih kuat.

d. OH&S Procurement
ISO 45001 mengharuskan organisasi untuk dapat mengendalikan risiko
keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengadaan barang dan jasa yang
dilakukan dengan proses outsourcing ataupun kontraktor. Klausul spesifik
kontraktor terdapat di klausul 8.1.4.2 sedangkan klausul
untuk outsourcing disebutkan di klausul 8.1.4.3. Adanya klausul spesifik
untuk outsourcing dan kontraktor inilah yang berbeda dengan OHSAS
18001 di mana OHSAS 18001 memasukkan keduanya dalam klausul
4.4.6 operational control.
Dalam pelaksanaanya, organisasi direkomendasikan untuk dapat
memastikan peralatan, instalasi, dan materal telah aman untuk
digunakan oleh pekerja dengan :
1. Proses pengantaran peralatan harus memiliki spesifikasi yang sesuai
dan telah diuji agar dapat diantarkan seperti yang telah direncanakan
2. Instalasi alat atau barang telah sesuai dengan standar yang berlaku
3. Material dikirim sesuai dengan spesifikasi
4. Persyaratan penggunaan, peringatan dan perlindungan lain telah
dikomunikasikan dan tersedia

e. Manamegent of Change
Management of change (manajemen perubahan) bertujuan untuk
meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja dengan cara mengurangi
bahaya dan risiko baru dalam lingkungan kerja sebagai akibat dari
terjadinya perubahan/pergantian. Contoh penggantian yang bisa terjadi
dalam organisasi adalah teknologi, peralatan, fasilitas, praktek kerja,
prosedur, spesifikasi desain, bahan baku, staf, serta standard dan
regulasi.
Pada ISO 45001, Klausul management of change dibahas dalam 1 klausul
tersendiri yaitu di klausul 8.1.3. Hal ini berbeda dengan OHSAS 18001
yang tidak memiliki klausul tersendiri untuk management of
change karena terintegrasi seperti dalam klausul 4.3.1 dan 4.4.6.

f. Improvement
ISO 45001 mengharuskan organisasi untuk menentukan peluang
improvement (peningkatan) dan melakukan tindakan yang dibutuhkan
untuk mencapai hasil yang diharapkan dalam sistem manajemen K3.
Klausul improvement merupakan klausul 10 yang menjadi klausul terakhir
dalam ISO 45001. Dalam OHSAS 18001, tidak ada khusus klausul untuk
membahas spesifik terkait dengan improvement namun tetap
terintegrasi dengan beberapa klausul lain.
Dalam melakukan improvement, organisasi bisa melakukan investigasi
kecelakaan, perbaikan ketidaksesuaian dan tindakan perbaikan serta
program improvement lain. Organisasi dapat meningkatkan (improve)
kesesuaian, kecukupan dan efektifitas dari manajemen K3 dengan:
- Meningkatkan performa Keselamatan dan Kesehatan Kerja
- Promosi budaya yang mendukung sistem manajemen Keselamatan
dan kesehatan kerja
- Promosi partisipasi pekerja dalam menerapkan tindakan untuk
peningkatan berkelanjutan dari sistem manajemen K3
- Mengkomunikasikan hasil yang relevan dari peningkatan
berkelanjutan kepada pekerja atau wakil dari pekerja
- Memelihara documented information sebagai bukti peningkatan
berkelanjutan.
III. KELENGKAPAN DOKUMENTASI SMK3 DAN ISO 45001

Level 1: Manual SMK3

Manual Sistem Manajemen K3 adalah dokumen yang menjelaskan persyaratan,


tanggung jawab, wewenang dan proses-proses yang saling berinteraksi sebagai
panduan dalam menerapkan Sistem Manajemen K3. Manual SMK3 pada umumnya
berisikan:

1. Tujuan penerapan SMK3


2. Profil Perusahaan
3. Struktur Organisasi
4. Ruang lingkup penerapan SMK3
5. Objektif dari penerapan SMK3
6. Kebijakan SMK3
7. Perencanaan K3 (plan)
8. Pelaksanaan Rencana K3 (do)
9. Pemantauan dan evaluasi (check)
10. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3 (action).

Level 2: Prosedur K3

Prosedur Sistem Manajemen K3 adalah adalah dokumen yang menjelaskan cara


spesifik /atau langkah kerja dari serangkaian kegiatan yang saling berhubungan atau
berinteraksi untuk mengelola semua aspek K3, seperti:

1. Prosedur Identifikasi bahaya dan penilaian risiko


2. Prosedur Identifikasi, evaluasi pemenuhan peraturan dan persyaratan lain
3. Prosedur Ijin Kerja (PTW)
4. Prosedur LOTO (Log Out Tag Out)
5. Prosedur Alat pelindung diri
6. Prosedur Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
7. Prosedur Manajemen Perubahan
8. Prosedur Simbol Label Material B3 dan Limbah B3
9. Prosedur Kesiapsiagaan dan Penanganan tanggap darurat
10. Prosedur Pemeriksaan Kesehatan Karyawan
11. Prosedur Pelaporan Bahaya dan Investigasi Kecelakaan
12. Prosedur Pengukuran dan Pemantauan K3
13. Prosedur Pengelolaan Limbah B3 dan Non B3
14. Prosedur Keselamatan Pesawat Angkat Angkut
15. Prosedur Pembatasan Area Kerja
16. Prosedur Audit internal SMK3

Level 3: Instruksi Kerja


Instruksi kerja k3 merupakan perintah tertulis atau tidak tertulis untuk
melaksanakan pekerjaan dengan tujuan untuk memastikan bahwa setiap pekerjaan
dilakukan sesuai persyaratan K3 yang telah ditetapkan.
Contoh Instruksi Kerja K3:
1. Instruksi kerja penggunaan hidrant dan APAR.
2. Instruksi kerja pada Ruang terbatas (confined Space)
3. Instruksi Kerja di ketinggian (Working at Height)

Level 4: Formulir

Formulir Sistem Manajemen K3 adalah informasi yang terdokumentasi yang


menyatakan hasil yang telah dicapai atau bukti penerapan dari setiap prosedur
Sistem Manajemen K3.
Contoh formulir K3:
1. Daftar dokumen SMK3
2. Daftar Evaluasi Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lain
3. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko (HIRADC)
4. Ijin Kerja Umum
5. Ijin Kerja Ketinggian
6. Ijin Kerja Ruang Terbatas (Confined Space)
7. Ijin Kerja LOTO
8. Ijin Kerja Panas
9. Ijin Kerja Penggalian
10. Job Safety Analysis
11. Rescue Plan Bekerja di Ketinggian
12. Rescue Plan Bekerja di area Ruang Terbatas
13. Formulir permintaan APD
IV. DAFTAR REGULASI PEMERINTAH TERKAIT SMK3

No Tingkat No / Tahun Nama Peraturan Bidang Terkait


1 Undang-Undang No 1 tahun 1970 Keselamatan & kesehatan kerja K3
2 Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 Jaminan Sosial Tenaga Kerja Ketenagakerjaan
3 Undang-Undang No 13 tahun 2003 Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan
4 Undang-Undang No 18 tahun 2008 Pengelolaan Sampah Limbah
5 Undang-Undang No 30 tahun 2009 Ketenaga Listrikan Listrik
Perlindungan dan pengelolaan
6 Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Lingkungan
lingkungan hidup
7 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Lalu lintas dan angkutan jalan Lalu Lintas
Peraturan
8 No. 74 Tahun 2001 Pengelolaan B3 B3
Pemerintah
Peraturan
9 No. 27 Tahun 2012 Ijin Lingkungan Lingkungan
Pemerintah
Peraturan
10 No. 50 tahun 2012 SMK3 K3
Pemerintah
Peraturan Pengelolaan sampah rumah
11 No. 81 tahun 2012 Limbah
Pemerintah tangga
Peraturan No. 101 Tahun
12 Pengelolaan Limbah B3 B3
Pemerintah 2014
Keputusan Penyakit yang timbul akibat
13 No. 22 Tahun 1993 PAK
Presiden hubungan kerja
Kewajiban latihan Hiperkes bagi
  PerMen Naker No. 1 Tahun 1976  
dokter perusahaan
14 PerMen Naker No. 1 Tahun 1980 K3 pada Konstruksi bangunan K3
15 PerMen Naker No 4 tahun 1980 APAR K3
16 PerMen Naker No. 2 Tahun 1980 Pemeriksaan Kesehatan K3
17 PerMen Naker No. 1 Tahun 1981 Kewajiban melaporkan PAK PAK
18 PerMen Naker No. 2 Tahun 1982 Kualifikasi Juru Las K3
Pelayanan kesehatan tenaga
19 PerMen Naker No. 3 tahun 1982 K3
kerja
Instalasi Alarm kebakaran
20 PerMen Naker No 2 Tahun 1983 K3
Automatik
21 PerMen Naker No. 5 tahun 1985 Pesawat Angkat Angkut K3
P2K3 dan penunjukkan AK3
22 PerMen Naker No. 4 tahun 1987 K3
Umum
Pengawasan instalasi penyalur
23 PerMen Naker No 2 Tahun 1989 K3
petir
Penunjukkan kewajiban dan
24 PerMen Naker No 2 tahun 1992 K3
wewenang AK3 Umum
Penyelenggara Pemeliharaan
25 PerMen Naker No. 1 Tahun 1998 Ketenagakerjaan
Tenaga Kerja
26 PerMen Naker No 15 Tahun 2008 Kotak P3K K3
27 PerMen Naker No. 25 tahun 2008 Pedoman dianogsis KK & PAK PAK
28 PerMen Naker No 8 tahun 2010 APD K3
29 PerMen Naker No. 9 Tahun 2010 Operator Alat Angkat Angkut K3
Penyelenggaraan Penilaian
Penerapan Sistem Manajemen
30 PerMen Naker No. 26 tahun 2014 K3
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
31 PerMen Naker No. 12 tahun 2015 K3 Listrik Listrik
Syarat-syarat Penyerahan
Sebagian Pelaksanaan
32 PerMen Naker No. 19 tahun 2015 Ketenagakerjaan
Pekerjaan Kepada Perusahaan
Lain
Perubahan 2 th 1989 Instalasi
33 PerMen Naker No. 31 tahun 2015 K3
penyalur petir
34 PerMen Naker No. 33 tahun 2015 Perubahan 12 th 2015 K3
35 PerMen Naker No. 9 Tahun 2016 K3 Pada Ketinggian K3
Kegiatan Promotif dan
36 PerMen Naker No. 10 Tahun 2016 PAK
preventive KK & PAK
Bejana Tekan dan Tangki
37 PerMen Naker No 37 Tahun 2016 K3
Timbun
38 PerMen Naker No 38 tahun 2016 Pesawat tenaga dan produksi K3
39 PerMen Naker No. 6 Tahun 2017 K3 Lift dan Escalator K3
Keselamatan dan Kesehatan
40 PerMen Naker No. 5 tahun 2018 K3
Lingkungan Kerja
No. 472 Tahun Pengaman Bahan berbahaya
41 PerMen Kes K3
1996 bagi kesehatan
No. 492 Tahun
42 PerMen Kes Persyaratan Kualitas Air Minum K3
2010
No. 1096 Tahun
43 PerMen Kes Higiene Sanitasi Jasa Boga K3
2011
Standar Keselamatan Dan
44 PerMen Kes No. 48 Tahun 2016 K3
Kesehatan Kerja Perkantoran
Standar dan Persyaratan
45 PerMen Kes No. 70 tahun 2016 K3
Kesehatan Lingkungan
Ambang Batas Emisi Gas Buang
46 PerMen LH No. 5 Tahun 2006 Lingkungan
Kendaraan Bermotor Lama
Tata cara pemberian simbol
47 PerMen LH No. 3 Tahun 2008 B3
dan label B3
48 PerMen LH No. 6 tahun 2009 Laboratorium lingkungan Lingkungan
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
49 PerMen LH No. 13 Tahun 2009 Bergerak Bagi Usaha dan/atau Lingkungan
Kegiatan Minyak dan Gas Bumi
Tata cara perizinan pengelolaan
50 PerMen LH No. 18 Tahun 2009 B3
limbah B3
51 PerMen LH No 13 Tahun 2010 UKL & UPL Lingkungan
52 PerMen LH No. 14 tahun 2011 Kompetensi Penanggung jawab Lingkungan
Pencemaran Udara
53 PerMen LH No. 5 Tahun 2012 Jenis Usaha Wajib AMDAL Lingkungan
Pedoman Penyusunan
54 PerMen LH No 16 Tahun 2012 Lingkungan
Dokumen Lingkungan
55 PerMen LH No. 14 tahun 2013 Simbol & Label limbah B3 B3
Baku Mutu Air Limbah
56 PerMen LH No. 68 Tahun 2016 Lingkungan
Domestik
Baku Mutu Emisi Bagi Usaha /
57 PerMen LH No. 19 tahun 2017 Lingkungan
Industri Semen
58 PerMen ESDM No. 45 Tahun 2005 Instalasi Ketenagalistrikan Listrik
59 PerMen ESDM No 36 Tahun 2014 Pemberlakuan PUIL 2011 Listrik
Tata cara akreditasi dan
60 PerMen ESDM No. 10 Tahun 2016 Listrik
sertifikasi ketenagalistrikan
Perubahan Permen ESDM No.
61 PerMen ESDM No. 46 Tahun 2006 Listrik
45 tahun 2005
62 PerMen Perind No 33 Tahun 2007 Bahan Perusak Lapisan Ozon Lingkungan
63 PerMen Perind No. 87 Tahun 2009 label GHS Lingkungan
64 PerMen Perind No. 23 Tahun 2013 Perubahan 87 tahun 2009 Lingkungan
Penataan dan pembinaan
65 PerMen Perind No. 90 tahun 2014 Gudang
gudang
No. 113 Tahun Pedoman K3 Ruang terbatas
66 Kep DirJen PPK K3
2006
No. 186 tahun Unit penanggulangan di tempat
67 Kep Men Naker K3
1999 kerja
No. 187 Tahun Pengendalian B3
68 Kep Men Naker B3
1999
Pencegahan dan
69 Kep Men Naker No. 68 th 2004 Penanggulangan HIV di tempat PAK
kerja
Pedoman penyelesaian KK &
70 Kep Men Naker No. 609 th 2012 PAK
PAK
Kep DirJen No. 725 tahun pengangkutan B3
71 B3
HubDar 2004
72 Kep Men LH No. 48 Tahun 1996 Baku Tingkat Kebisingan K3
Persyaratan Kesehatan
No. 1405 Tahun
73 Kep Men Kes Lingkungan Kerja Perkantoran Lingkungan
2002
dan Industri
Petunjuk teknis pembinaan
74 SE Menaker No. 1 Tahun 2011 K3
teknisi area kerja berbahaya
Persyaratan teknis Ruang
75 SE Menaker No. 1 Tahun 2012 K3
terbatas
Pedoman Teknis Pengendalian
No. 205 tahun
76 Kep KaBapedal pencemaran udara sumber K3
1996
tidak bergerak
77 Kep KaBapedal No. 1 tahun 1995 Tata cara pengumpulan limbah Lingkungan
B3
78 Kep KaBapedal No 2 Tahun 1995 Dokumen Limbah B3 Lingkungan
79 PUIL 2011   PUIL Listrik
Pengendalian pencemaran
80 PerGub No. 2 tahun 2011 Lingkungan
udara
V. KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan:

1. Untuk dapat bersaing dalam era globalisasi diperlukan efisiensi dan peningkatan
produktivitas kerja baik oleh perusahaan maupun pekerja secara professional.
Upaya penerapan perlindungan tenaga kerja dari bahaya akibat kerja ,
pencapaian derajat kesehatan dan keselamatan yang tinggi serta tingkat
kenyamanan kerja melalui penerapan SMK3 atau ISO 45001 pada akhirnya akan
berpengaruh positif terhadap peningkatan produktivitas.
2. Penerapan SMK3 atau ISO 45001 di industri meliputi dua tahap yakni tahap
persiapan dan tahap pengembangan dan penerapan yang terdiri dari sepuluh
langkah: menyatakan komitmen, menetapkan cara penerapan, membentuk
kelompok kerja penerapan, kegiatan penyuluhan, peninjauan sistem,
penyusunan jadwal kegiatan, pengembangan sistem manajemen K3, penerapan
sistem, dan proses sertifikasi.
3. ISO 45001 dan SMK3 memberikan kita sebuah instrumen dalam mengatur dan
mengendalikan resiko kesehatan dan keselamatan kerja serta peningkatan
kinerjanya. Pemenuhan persyaratan tersebut diharapkan dapat mengurangi
kecelakaan dan meningkatkan effisiensi kinerja yang ada. Selain itu, dengan
diraihnya sertifikasi ISO 45001 & SMK3, perusahaan diharapkan mampu
mendemonstrasikan komitmennya dalam lingkungan kerja yang aman dan
menjaga karyawan terhadap kecelakaan pada saat kerja.
VI. LAMPIRAN

1. Contoh Flow Proses SOP Identifikasi Bahaya Dan Penilaian Risiko

2. Contoh Formulir Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko


3. Contoh Flow Proses Prosedur Ijin Kerja

4. Contoh Ijin Kerja Umum


5. Contoh Layout Jalur Pejalan kaki, Kendaraan & alat Berat

Anda mungkin juga menyukai