2023
I. SISTEM MANAJEMEN K3
A. Pengertian Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja,beberapa diantaranya adalah:
1. Melindungi Pekerja.
Tujuan utama penerapan SMK3 adalah untuk melindungi pekerja dari segala
bentuk kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Bagaimanapun pekerja adalah
asset perusahaan yang paling penting. Dengan menerapkan K3 angka kecelakaan
dapat dikurangi atau ditiadakan sama sekali,hal ini juga akan menguntungkan
bagi perusahaan,karena pekerja yang merasa aman dari ancaman kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja akan bekerja lebih bersemangat dan produktif.
Selain itu ada pula manfaat secara langsung dan tidak langsung dari penerapan
SMK3 bagi industri kita antara lain:
a. Manfaat Langsung :
1. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.
2. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
3. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja
merasa aman dalam bekerja.
b. Manfaat tidak langsung :
1. Meningkatkan image market terhadap perusahaan.
2. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan.
3. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat
umur alat semakin lama.
F. Langkah-langkah Penerapan SMK3
Dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 (SMK3) ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan agar SMK3 tersebut menjadi efketif,karena SMK3 mempunyai elemen-
elemen atau persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dibangun didalam suatu
organisasi atau perusahaan. Sistem Manajemen K3 juga harus ditinjau ulang dan
ditingkatkan secara terus menerus didalam pelaksanaanya untuk menjamin bahwa
system itu dapat berperan dan berfungsi dengan baik serat berkontribusi terhadap
kemajuan perusahaan.
a. Tahap Persiapan.
Merupakan tahapan atau langkah awal yang harus dilakukan suatu
organisasi/perusahaan. Langkah ini melibatkan lapisan manajemen dan
sejumlah personel,mulai dari menyatakan komitmen sampai dengan kebutuahn
sumber daya yang diperlukan,adapun tahap persiapan ini,antara lain:
1. Komitmen manajemen puncak.
2. Menentukan ruang lingkup
3. Menetapkan cara penerapan
4. Membentuk kelompok penerapan
5. Menetapkan sumber daya yang diperlukan.
1. Konsultan yang baik tentu memiliki pengalaman yang banyak dan bervariasi
sehingga dapat menjadi agen pengalihan pengentahuan secara
efektif,sehingga dapat memberikan rekomendasi yang tepat dalam proses
penerapan Sistem Manajemen K3.
2. Konsultan yang independen kemungkinan konsultan tersebut secara bebas
dapat memberikan umpan balik kepada manajemen secara objektif tanpa
terpengaruh oleh persaingan antar kelompok didalam
organisasi/perusahaan.
3. Konsultan jelas memiliki waktu yang cukup. Berbeda dengan tenaga
perusahaan yang meskipun mempunyai keahlian dalam Sistem Manajemen
K3 namun karena desakan tugas-tugas yang lain di perusahaan, akibatnya
tidak punya cukup waktu.
Disamping itu juga perlu dilihat apakah dalam penerapan Sistem Manajemen K3
ini perusahaan harus menyediakan peralatan khusus yang selama ini belum
dimiliki. Sebagai contoh adalah:apabila perusahaan memiliki kompresor dengan
kebisingan diatas rata-rata,karena sesuai dengan persyaratan Sistem
Manajemen K3 yang mengharuskan adanya pengendalian resiko dan bahaya
yang ditimbulkan, perusahaan tentu harus menyediakan peralatan yang dapat
menghilangkan/mengurangi tingkat kebisingan tersebut. Alat pengukur tingkat
kebisingan juga harus disediakan,dan alat ini harus dikalibrasi. Oleh karena itu
besarnya dana yang dikeluarkan untuk peralatan ini tergantung pada masing-
masing perusahaan.
Kelompok kerja penerapan yang telah dibentuk kemudian mulai bekerja untuk
meninjau system yang sedang berlangsung dan kemudian dibandingkan dengan
persyaratan yang ada dalam Sistem Manajemen K3. Peninjauan ini dapat
dilakukan melalui dua cara yaitu dengan meninjau dokumen prosedur dan
meninjau pelaksanaan
- ISO / CD 45001 (komite draft pertama) diterbitkan pada bulan Juli tahun
2014.
- ISO / DIS 45001 (pertama menyusun standar internasional) tidak dapat
dipublikasikan pada Februari 2015 seperti yang direncanakan, karena draft
komite pertama gagal mendapatkan dua pertiga suara mayoritas di komite
ISO pada tanggal 18 Oktober 2014
- ISO / CD 45001 Draft Komite kedua diterbitkan Maret 2015.
- Komite menyusun pertemuan Kanada pada bulan Juni 2016 dan
mengusulkan draft kedua yang akan diterbitkan akhir 2016.
- Final draft internasional dirilis pada November 2017
- Final Draft dari ISO 45001 dimusyawarahkan lagi. Pada Maret 2018 Sistem
Manajemen K3 ISO 45001:2018 dipublikasikan dan bisa digunakan sampai
hari ini.
Konsep PDCA adalah proses berulang yang digunakan oleh organisasi untuk
mencapai peningkatan yang berkelanjutan. Konsep ini dapat diterapkan pada
sistem manajemen dan terdiri dari elemen – elemen, sebagai berikut:
1. Planning
Menentukan dan menilai risiko K3, peluang K3 dan risiko lain dan peluang
lain, menetapkan tujuan dan proses K3 yang diperlukan untuk memberikan
hasil sesuai dengan kebijakan K3 organisasi.
2. Do
Menerapkan proses sesuai rencana.
3. Check
Memantau dan mengukur kegiatan dan proses yang berkaitan dengan
kebijakan K3 dan sasaran K3, dan laporkan hasilnya.
4. Act
Mengambil tindakan untuk terus meningkatkan kinerja K3 untuk mencapai
hasil yang diinginkan.
Konsep PDCA yang dimodifikasi menjadi framework baru
Note: Angka dalam tanda kurung menunjukan clause
Penjelasan framework:
2. PDCA cycle
a. Leadership and worker participation [clause 5]
- Top manajemen harus menunjukkan kepemimpinan dan komitmen
terhadap sistem manajemen K3
- Top manajemen harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara
kebijakan K3
- Top manajemen harus memastikan bahwa tanggung jawab dan
wewenang dalam sistem manajemen K3 ditugaskan dan
dikomunikasikan ke semua tingkatan dalam organisasi dan harus
didokumentasikan. Pekerja di setiap tingkat organisasi harus
memikul tanggung jawab atas aspek-aspek sistem manajemen K3.
- Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara proses
untuk konsultasi dan partisipasi pekerja di semua tingkatan dalam
pengembangan, perencanaan, implementasi, evaluasi kinerja dan
tindakan untuk perbaikan sistem manajemen K3.
b. Planning [clause 6]
- Ketika merencanakan sistem manajemen K3, organisasi harus
mempertimbangkan masalah yang disebutkan dalam clause 4.1,
persyaratan yang disebutkan dalam clause 4.2 (pihak yang
berkepentingan) dan clause 4.3 (ruang lingkup Sistem manajemen
K3) dan menentukan risiko serta peluang yang perlu diatasi untuk
memberikan jaminan bahwa sistem manajemen K3 dapat mencapai
hasil yang diharapkan, untuk dapat mencegah atau mengurangi
efek yang tidak diinginkan, serta mencapai peningkatan
berkelanjutan.
- Hal yang harus diperhatikan saat merencanakan sistem manajemen
K3 adalah hazard, risiko K3 atau risiko lainnya, peluang K3 atau
peluang lainnya, serta hukum yang menjadi persyaratan ataupun
persyaratan lainnya yang berlaku.
c. Do
- Support [clause 7]
Organisasi harus menentukan dan menyediakan sumber daya yang
dibutuhkan untuk pembentukan, implementasi, pemeliharaan, dan
peningkatan berkelanjutan dari sistem manajemen K3. Adanya
pekerja yang kompeten dan memahami sistem manajemen K3,
terdapat sistem komunikasi internal dan eksternal yang tepat serta
relevan, dan adanya informasi yang terdokumentasi.
- Operation [clause 8]
Organisasi harus merencanakan, mengimplementasikan,
mengendalikan dan memelihara proses yang diperlukan untuk
memenuhi persyaratan sistem manajemen K3.
Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara proses
untuk menghilangkan bahaya dan mengurangi risiko K3
menggunakan hierarki control.
Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara
proses untuk mengendalikan pengadaan produk dan atau jasa
untuk memastikan kesesuaiannya dengan sistem manajemen
K3.
Organisasi harus berkoordinasi dengan kontraktor, untuk
mengidentifikasi bahaya dan menilai serta mengendalikan risiko
K3.
Organisasi harus membuat, menerapkan, dan memelihara
proses yang diperlukan untuk mempersiapkan dan menanggapi
situasi darurat.
d. Check
- Performance evaluation [clause 9]
• Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk
memantau dan mengukur kinerja K3 secara berkala.
• Jika diperlukan peralatan pengukuran untuk mengukur dan
memantau kinerja, organisasi harus menetapkan dan
memelihara prosedur untuk mengkalibrasi dan memelihara
peralatan.
• Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur dan
program audit untuk mengaudit sistem manajemen K3 secara
reguler untuk memastikan kesesuaian sistem manajemen K3
dengan perencanaan, adanya review dari audit sebelumnya,
penyajian informasi tentang hasil dari audit kepada manajemen.
• Top Manajemen harus secara berkala mengkaji sistem
manajemen K3 untuk memastikan kesesuaiannya,
kecukupannya dan efektifitasnya.
e. Act
- Improvement [clause 10]
• Organisasi harus menentukan peluang untuk perbaikan dan
menerapkan tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil
yang diinginkan dari sistem manajemen K3.
• Organisasi harus menetapkan, menerapkan, dan memelihara
proses, termasuk melaporkan, menginvestigasi dan mengambil
tindakan, untuk menentukan dan mengelola insiden.
• Semua tindakan korektif dan preventif dikaji melalui proses
penilaian resiko sebelum diimplementasikan.
• Tindakan korektif atau preventif yang diambil untuk
mengeliminasi penyebab harus sesuai dengan besarnya masalah
dan sesuai dengan resiko K3 yang dihadapi.
• Organisasi harus mengimplementasikan dan mencatat
perubahan dalam prosedur terdokumentasi akibat tindakan
korektif dan preventif ini.
Berikut ini adalah dokumen dan rekaman wajib serta dokumen tidak waji sesuai
dengan persyaratan ISO 45001 :
a. Dokumen Wajib ISO 45001
1. Ruang Lingkup Sistem Manajemen K3 (klausul 4.3)
2. Kebijakan K3 (klausul 5.2)
3. Peran dan Tanggung Jawab (klausul 5.3)
4. Peluang dan Risiko K3 (klausul 6.1.1)
5. Proses yang diperlukan untuk menangani Peluang dan Risiko K3 (klausul
6.1.1)
6. Metodologi dan Kriteria Penilaian Risiko K3 (klausul 6.1.2)
7. Tujuan dan Rencana K3 (klausul 6.2.2)
8. Komunikasi (klausul 7.4)
9. Operasi Kontrol (klausul 8.1.1)
10. Proses kesiapsiagaan dan respon tanggung darurat (klausul 8.6)
Perbedaan ISO 45001 dengan OHSAS 18001 dapat dilihat pada beberapa
aspek, yaitu:
1. Struktur
Struktur ISO 45001 didasarkan pada annex SL yang telah menggantikan
Panduan ISO 83 dan telah menerapkan struktur umum, terminologi, dan
definisi. Hal ini membuat ISO 45001 lebih mudah untuk diintegrasikan
dengan produk-produk ISO sebelumnya seperti ISO 9001 tentang Sistem
Manajemen Mutu dan ISO 14001 tentang Sistem Manajemen Lingkungan.
Perbandingan struktur antara ISO 45001 dengan OHSAS 18001
a. Organization Context
Pada OHSAS 18001, organisasi hanya diminta untuk fokus pada isu
keselamatan dan kesehatan kerja di internal organisasinya, sedangkan
pada ISO 45001, organisasi diminta untuk melihat lebih luas dari isu
keselamatan dan kesehatan kerja internalnya, sehingga harus menyadari
apa yang masyarakat harapkan dari organisasi tersebut dalam ranah
keselamatan dan kesehatan kerja.
Hal ini tercantum dalam klausul 4.1 yang menyebutkan:
“The organization shall determine external and internal issues that
are relevan to its purpose and that affect its ability to achieve intended
outcome(s) of its OH&S Management System”
b. Planning
Pada OHSAS 18001 tidak dijelaskan mengenai hal yang harus
dipertimbangkan oleh perusahaan dalam proses perencanaan sistem
manajemen K3, sedangkan ISO 45001 menyebutkan 4 hal yang harus
dijadikan pertimbangan, yaitu:
1. Isu-isu yang telah dijelaskan pada organizational context
2. Persyaratan yang dijelaskan pada interested parties
3. Lingkup dari Sistem Manajemen K3
4. Penyusunan dari risiko dan peluang
c. Management Representative
Pada OHSAS 18001, tanggung jawab dari sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja didistribusikan kepada seorang safety manager
dibanding harus mengintegrasikannya dengan sistem manajemen
organisasi, sedangkan pada ISO 45001, mengharuskan organisasi untuk
mengintegrasikan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
dengan semua sistem manajemen organisasi yang ada. Sehingga
mengharuskan top management untuk mengambil peran kepemimpinan
yang lebih kuat.
d. OH&S Procurement
ISO 45001 mengharuskan organisasi untuk dapat mengendalikan risiko
keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengadaan barang dan jasa yang
dilakukan dengan proses outsourcing ataupun kontraktor. Klausul spesifik
kontraktor terdapat di klausul 8.1.4.2 sedangkan klausul
untuk outsourcing disebutkan di klausul 8.1.4.3. Adanya klausul spesifik
untuk outsourcing dan kontraktor inilah yang berbeda dengan OHSAS
18001 di mana OHSAS 18001 memasukkan keduanya dalam klausul
4.4.6 operational control.
Dalam pelaksanaanya, organisasi direkomendasikan untuk dapat
memastikan peralatan, instalasi, dan materal telah aman untuk
digunakan oleh pekerja dengan :
1. Proses pengantaran peralatan harus memiliki spesifikasi yang sesuai
dan telah diuji agar dapat diantarkan seperti yang telah direncanakan
2. Instalasi alat atau barang telah sesuai dengan standar yang berlaku
3. Material dikirim sesuai dengan spesifikasi
4. Persyaratan penggunaan, peringatan dan perlindungan lain telah
dikomunikasikan dan tersedia
e. Manamegent of Change
Management of change (manajemen perubahan) bertujuan untuk
meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja dengan cara mengurangi
bahaya dan risiko baru dalam lingkungan kerja sebagai akibat dari
terjadinya perubahan/pergantian. Contoh penggantian yang bisa terjadi
dalam organisasi adalah teknologi, peralatan, fasilitas, praktek kerja,
prosedur, spesifikasi desain, bahan baku, staf, serta standard dan
regulasi.
Pada ISO 45001, Klausul management of change dibahas dalam 1 klausul
tersendiri yaitu di klausul 8.1.3. Hal ini berbeda dengan OHSAS 18001
yang tidak memiliki klausul tersendiri untuk management of
change karena terintegrasi seperti dalam klausul 4.3.1 dan 4.4.6.
f. Improvement
ISO 45001 mengharuskan organisasi untuk menentukan peluang
improvement (peningkatan) dan melakukan tindakan yang dibutuhkan
untuk mencapai hasil yang diharapkan dalam sistem manajemen K3.
Klausul improvement merupakan klausul 10 yang menjadi klausul terakhir
dalam ISO 45001. Dalam OHSAS 18001, tidak ada khusus klausul untuk
membahas spesifik terkait dengan improvement namun tetap
terintegrasi dengan beberapa klausul lain.
Dalam melakukan improvement, organisasi bisa melakukan investigasi
kecelakaan, perbaikan ketidaksesuaian dan tindakan perbaikan serta
program improvement lain. Organisasi dapat meningkatkan (improve)
kesesuaian, kecukupan dan efektifitas dari manajemen K3 dengan:
- Meningkatkan performa Keselamatan dan Kesehatan Kerja
- Promosi budaya yang mendukung sistem manajemen Keselamatan
dan kesehatan kerja
- Promosi partisipasi pekerja dalam menerapkan tindakan untuk
peningkatan berkelanjutan dari sistem manajemen K3
- Mengkomunikasikan hasil yang relevan dari peningkatan
berkelanjutan kepada pekerja atau wakil dari pekerja
- Memelihara documented information sebagai bukti peningkatan
berkelanjutan.
III. KELENGKAPAN DOKUMENTASI SMK3 DAN ISO 45001
Level 2: Prosedur K3
Level 4: Formulir
1. Untuk dapat bersaing dalam era globalisasi diperlukan efisiensi dan peningkatan
produktivitas kerja baik oleh perusahaan maupun pekerja secara professional.
Upaya penerapan perlindungan tenaga kerja dari bahaya akibat kerja ,
pencapaian derajat kesehatan dan keselamatan yang tinggi serta tingkat
kenyamanan kerja melalui penerapan SMK3 atau ISO 45001 pada akhirnya akan
berpengaruh positif terhadap peningkatan produktivitas.
2. Penerapan SMK3 atau ISO 45001 di industri meliputi dua tahap yakni tahap
persiapan dan tahap pengembangan dan penerapan yang terdiri dari sepuluh
langkah: menyatakan komitmen, menetapkan cara penerapan, membentuk
kelompok kerja penerapan, kegiatan penyuluhan, peninjauan sistem,
penyusunan jadwal kegiatan, pengembangan sistem manajemen K3, penerapan
sistem, dan proses sertifikasi.
3. ISO 45001 dan SMK3 memberikan kita sebuah instrumen dalam mengatur dan
mengendalikan resiko kesehatan dan keselamatan kerja serta peningkatan
kinerjanya. Pemenuhan persyaratan tersebut diharapkan dapat mengurangi
kecelakaan dan meningkatkan effisiensi kinerja yang ada. Selain itu, dengan
diraihnya sertifikasi ISO 45001 & SMK3, perusahaan diharapkan mampu
mendemonstrasikan komitmennya dalam lingkungan kerja yang aman dan
menjaga karyawan terhadap kecelakaan pada saat kerja.
VI. LAMPIRAN