2023
A. PENDAHULUAN
Kaizen, yang secara harfiah berarti "perubahan dan peningkatan berkelanjutan" atau
"kebijaksanaan yang baik", adalah praktik manajemen yang mencari perbaikan
inkremental berkelanjutan seperti yang disarankan oleh karyawan di setiap tingkat
perusahaan. Ini berbeda dengan mengharapkan manajer atau konsultan luar untuk
memimpin dalam proyek khusus. Kaizen juga berharap bahwa sebagian besar
perubahannya tidak akan memerlukan investasi modal besar-besaran, dan bahwa
karyawan akan dengan mudah mengadopsi perubahan karena mereka direkomendasikan
dari akar rumput.
Prinsip yang signifikan adalah bahwa setiap karyawan memiliki tanggung jawab dan
wewenang untuk menyarankan perbaikan.
Tentu saja, setelah perubahan kecil dilakukan, akan ada umpan balik baru, untuk
dianalisis untuk perubahan potensial baru dalam mengejar efisiensi.
Sementara "akar rumput" mungkin menyiratkan bahwa kaizen tidak terstruktur atau
spontan, praktik yang biasa dilakukan adalah mengatur komite atau tim kaizen dan
menjadwalkan pekerjaan ini sebagai bagian dari rutinitas harian atau mingguan.
B. SEJARAH SINGKAT KAIZEN
Pasukan pendudukan Amerika memiliki tugas membantu Jepang pulih setelah Perang
Dunia Kedua. Lowell Mellen dan W. Edwards Deming tiba di Jepang pada awal 1950-an
untuk terus berkonsultasi dengan manajer bisnis Jepang dalam statistika proses control.
Sebagai bagian dari pengembangan "Toyota Production System", kaizen diadopsi dalam
upaya untuk memaksimalkan potensi peningkatan melalui keterlibatan seluruh tenaga
kerja dalam meningkatkan kualitas
Inti dari kaizen adalah siklus Deming, juga dikenal sebagai siklus Shewert atau siklus
Plan/Do/Check/Act (PDCA):
Sejak itu, kaizen sering diintegrasikan ke dalam filosofi proses manufaktur umum lainnya.
Seringkali filosofi-filosofi itu akan memandu sifat perbaikan. Misalnya, mencapai
pengurangan varians Six Sigma mungkin memerlukan perbaikan berkelanjutan dalam
mengukur output atau memelihara peralatan; Tujuannya untuk meminimalisir cacat.
Tujuan lean manufacturing mungkin adalah menemukan cara untuk mengurangi
persediaan.
Kaizen memiliki cakupan yang sangat luas. Berikut adalah beberapa area yang mungkin
dapat menerima peningkatan berkelanjutan:
Tuntutan pelanggan
Tuntutan perusahaan
Persaingan usaha
Tuntutan dari pemerintah
Keinginan yang tercantum dalam visi dan misi
Dll
1. Berfokus pada pelanggan, fokus utama adalah kualitas produk yang bermuara
pada kepuasan pelanggan.
2. Mengadakan peningkatan secara terus menerus; Kualitas total merupakan sine
qua non (tanpanya tidak mungkin) untuk keberlangsungan.
3. Mengakui masalah secara terbuka; Membangun kultur yang tidak saling
menyalahkan.
4. Mempromosikan keterbukaan; Ilmu pengetahuan adalah untuk saling dibagikan &
hubungan-hubungan komunikasi yang mendukungnya merupakan sumber
efisiensi yang lebih besar.
5. Menciptakan tim kerja; pertama, pengaruh antar sesama teman (dan
kepemimpinan) bisa memelihara disiplin untuk memastikan bahwa tidak ada
seorangpun dibiarkan mengganggu keseimbangan didalam tim dan keharmonisan
antar tim, kedua, setiap orang diberi semangat untuk memanfaatkan pendidikan
dan pelatihan guna memastikan bahwa kontribusi pribadi menambah nilai pada
hasil hasil tim.
6. Memanajemeni proyek melalui tim fungsional silang; menggunakan sumber daya
antar departemen bahkan dari luar perusahaan.
7. Memelihara proses hubungan yang benar;Mendesain dan memastikan proses
hubungan antar manusianya.
8. Mengembangkan disiplin pribadi; Melalui pendidikan, agama, dan norma norma
sosial untuk menjaga keutuhan.
9. Memberikan informasi pada semua karyawan; Misi, nilai, produk, kinerja,
manusia dan rencana perusahaan dari tantangan perusahaan menjadi tantangan
pribadi.
10. Memberikan wewenang kepada setiap karyawan; Melalui pelatihan dalam
berbagai keahlian, dorongan semangat, tanggung jawab pengambilan keputusan,
akses pada sumber-sumber data dan anggaran, timbal balik, rotasi pekerjaan dan
penghargaan.
Taiichi Ohno: “No one has more trouble than the person who claims to have no trouble“
(having no problems is the biggest problem of all).
Problem/waste/losses bisa diartikan sebagai berikut:
F. PROBLEM SOLVING
Problem solving adalah proses untuk memahami, mempelajari dan menyelesaikan suatu
masalah agar tidak terulang kembali.
Problem solving:
Visi merupakan:
Misi merupakan:
Visi:
Menjadi perusahaan yang tanggap terhadap kebutuhan pasar lokal maupun internasional
dengan memenuhi penerapan standar mutu, persyaratan pelanggan, peraturan hukum
yang berlaku serta memperluas kebutuhan pasar secara konsisten dengan peningkatan
teknologi dan sumber daya manusia.
Misi:
Tolak ukur dari keberhasilan continuous improvement yaitu ketika performa inti dari
proses maupun hasil yang dicapai secara sempurna di semua dimensi yang spesifik
meliputi:
Ada banyak metodologi dan tools yang dapat digunakan dalam implementasi continuous
improvement, antara lain:
PDCA Cycle
Lean System
6σ (six sigma)
Total Preventive Maintenance (TPM)
Total Quality Management (TQM)
KEPNER
DMAIC
Dll
J. P-D-C-A CYCLE
PDCA cyle ataupun Deming Cycle terbagi atas 4 bagian dan memiliki 8 tahapan Proses
I. PROBLEM IDENTIFICATION
Jenis-jenis masalah:
KPI
Audit results/report
Genba
Customer Feedback
Brainstorming with affinity diagram/matrix diagram
High impact
1. Financial benefit
2. Internal/ekstenal customer satisfaction
3. Improve efficiency
Easy to fix
1. Probability to success
2. Project simplicity
3. Cost for improvement
Edward Deming: “Without data you’re just another person with an opinion “
Pada proses analisa data akan menggunakan beberapa tools dari QC 7 tools seperti:
Tujuan:
Verifikasi Penyebab
- Statistical Method
- Non statistical : data, interview, photo, video
2. Scatter diagram
Digunakan untuk menunjukkan korelasi antara dua factor
WHAT: Produk, mesin dan ukuran apa yang berkaitan dengan masalah
WHY: Tujuan dari rencana improvement
WHEN: Time line pelaksanaan (relate to a spect on target)
WHERE: Menggabarkan lokasi produk, mesin, komponen yang beasah
WHO: Orang yang menjadi executor/PIC
HOW: Solutions for Improvement
COST: kebutuhan budget untuk improvement
V. COUNTERMEASURE PROCESS
Aktifitas ini melakukan apa yang telah direncanakan pada tahap sebelumnya (rencana
penanggulangan).
Dilakukan dengan mengumpulkan data proses setelah dilakukan improvement. Data yang
dikumpulkan harus memiliki periode yang sama dengan data yang digunakan saat analisa
masalah dan tidak boleh ada perubahan kondisi yang spesifik.
VII. STANDARDISASI
Pada tahap ini kita melakukan penerapan standar proses baru yang didapatkan dari
dokumentasi process improvement. Dimana parameter proses yang didapat/di record
pada process improvement dijadikan parameter standard pada normal process.
VIII. FOLLOW UP
Tahap ini kita kembali mengulang langkah 1 sampai 7 pada PDCA Cycle untuk tema
improvement yang baru, sehingga Continuous improvement tetap berlangsung.
K. PDCA VS DMAIC VS 8D PADA PROJECT IMPROVEMENT