Kelas D
Oleh : Kelompok 6
2021
ARTI PENTINGNYA PERBAIKAN BERKESINAMBUNGAN
Kaizen merupakan konsep Jepang yang berarti perbaikan berkesinambungan. Perbaikan ini
dapat berjalan dengan efektif apabila disertai dengan usaha sumber daya manusia yang tepat
karena faktor manusia merupakan dimensi terpenting dalam perbaikan kualitas dan
produktivitas. Berikut ini merupakan pelaksanaan perbaikan proses berkesinambungan:
Berikut ini merupakan beberapa perbedaan pokok dari pendekatan TQM terhadap perbaikan
dan pendekatan tradisional.
Alasan Fokus pada produk baru, Fokus pada sistem yang lebih
pengembangan, episodik, luas, tidak berakhir, proaktif.
reaktif terhadap masalah,
hanya bila ada masalah
besar.
Berikut ini merupakan lima aktivitas pokok dalam perbaikan berkesinambungan yaitu:
1. Komunikasi
Komunikasi merupakan faktor terpenting yang harus dilakukan antar tim di perusahaan.
Komunikasi dilakukan sebelum, selama, dan sesudah usaha perbaikan. Semua orang yang
terlibat langsung dan orang atau unit yang mungkin terkena pengaruh perbaikan yang
direncanakan harus mengetahui apa yang sedang terjadi, mengapa, dan bagaimana
pengaruhnya terhadap mereka.
2. Memperbaiki masalah yang nyata/jelas
Permasalahan yang terjadi sering kali tidak jelas, sehingga perlu penelitian untuk
mengidentifikasi dan mengatasinya. Pendekatan ilmiah siklus PDSA sangat penting dalam
TQM.
3. Memandang ke hulu
Memandang ke hulu berarti dalam penyelesaian masalah melihat penyebab suatu masalah
itu (symptom).
4. Mendokumentasi kemajuan dan masalah
Mendokumentasikan kemajuan dan masalah digunakan apabila di kemudian hari maka
dapat dilakukan dengan cepat.
5. Memantau perubahan
Pemantauan secara subjektif terhadap kinerja suatu proses setelah diadakan perubahan
perlu dilakukan, karena kadang kala solusi yang diajukan untuk suatu masalah belum tentu
memecahkan masalah tersebut secara tuntas.
Agar suatu organisasi dapat melakukan perbaikan berkesinambungan, organisasi tersebut harus
terstruktur dengan tepat. Langkah-langkah strukturisasi untuk perbaikan kualitas menurut
Joseph Juran terdapat tiga langkah berikut:
PENDEKATAN ILMIAH
Pendekatan ilmiah merupakan penentuan keputusan yang didasarkan pada data, mencari
sumber penyebab suatu masalah, dan mengupayakan pemecahan atau solusi permanen. Untuk
melakukan pendekatan ilmiah dalam TQM, dibutuhkan empat langkah berikut:
Sumber daya harus dioptimalkan dan digunakan untuk menghasilkan manfaat yang paling
besar dengan meneliti secara bersama bagian mana yang membutuhkan perbaikan dengan
mencurahkan waktu, energi, dan sumber daya lainnya. Ada empat strategi yang dapat
diimplementasikan untuk mengidentifikasi kebutuhan akan perbaikan:
1. Menerapkan multi-voting.
2. Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan.
3. Mempelajari penggunaan waktu.
4. Melokalisasikan masalah.
Pada saat memilih suatu proyek perbaikan, terlebih dahulu harus dipahami perbedaan
antara Big Q dan Little Q. Little Q merupakan aspek kualitas yang spesifik, terfokus, dan
terbatas. Sedangkan Big Q mencakup perbaikan keseluruhan proses dan orang yang berkaitan
dengan proses menghasilkan produk tersebut.
Proses perbaikan dan pengendalian dibentuk oleh empat building blocks, yaitu input,
transformasi, output, dan customer value. Elemen dasar dari proses perbaikan dan
pengendalian terdiri dari empat tahap:
Tindakan yang perlu di ambil terhadap building block berdasarkan pada informasi
umpan balik yang diperoleh dari hasil studi. Penerapan pengukuran – studi – tindakan pada
keempat titik merupakan aspek pengendalian kinerja, yaitu:
1. Preliminary control
Preliminary control bersifat preventif untuk menghindari hasil yang tidak diinginkan dan
mengantisipasi perubahan yang diperlukan serta proaktif untuk mencapai hasil yang
semakin meningkat.
2. Concurrent control
Concurrent control digambarkan sebagai pengendalian operasional, dan dilakukan
berdasarkan waktu yang sesungguhnya yang berisikan koreksi terhadap pekerjaan yang
telah dilakukan berhubungan dengan desain dan prosedur.
3. Rework control
Rework control dilakukan apabila kedua pengendalian di atas mengalami kegagalan
sehingga harus melakukan pengerjaan ulang terhadap hasil yang tidak sesuai target.
Namun sering kali pengerjaan ulang tidak dilakukan karena menggunakan biaya yang
cukup besar.
4. Damage control
Damage control akan dilakukan oleh manajer apabila terdapat output yang rusak dan tidak
sesuai target telah sampai ke tangan pelanggan. Kemudian cara yang harus dilakukan
manajer terhadap pelanggan dengan meminta maaf, mengembalikan uang, mengganti
produk, melakukan pengerjaan ulang, dan berjanji untuk melakukan yang lebih di masa
mendatang.
Pembelajaran akan memberikan pemikiran untuk bertindak dan merupakan elemen penting
dalam perbaikan. Dalam merancang sistem perbaikan organisasi harus mempertimbangkan
hal-hal seperti berikut ini:
1. Pendidikan
Pendidikan terhadap manajemen merupakan rencana awal untuk menyelenggarakan
pendidikan mengenai konsep perbaikan lalu selanjutnya melakukan pendidikan bagi
anggota organisasi yang sepakat untuk melakukan perbaikan.
2. Teladan manajer
Perbaikan akan memiliki kemungkinan untuk lebih berhasil apabila manajer memberi
contoh dalam berperilaku dan anggota dapat mempelajari penugasan yang telah diberikan.
3. Tanggung jawab yang jelas
Karyawan harus membuat pernyataan mengenai tanggung jawabnya terhadap pemakai
output yang dihasilkannya.
4. Perbaikan diidentifikasikan sebagai strategi yang penting
Perbaikan kualitas sistem, proses, dan produk atau jasa harus dinyatakan sebagai
perencanaan strategis sehingga akan dilakukan dengan sungguh-sungguh.
5. Identifikasi dan prioritas tindakan perbaikan
Kegiatan perbaikan harus diidentifikasi mana yang memiliki dampak potensial terhadap
customer value dan tercapainya tujuan organisasi serta untuk mencapai perbaikan yang
signifikan.
6. Metode sistem untuk perbaikan
Tim memerlukan petunjuk mengenai cara dalam melaksanakan perbaikan apabila
pembelajaran digunakan dalam konsep dan metode baru perbaikan.
7. Pelatihan
Pada saat mengerjakan proyek perbaikan maka pelatihan dan petunjuk penggunaan alat
dan metode perbaikan diberikan kepada anggota organisasi.
8. Reviu terhadap perbaikan
Reviu terhadap proses memungkinkan anggota organisasi mengenali pekerjaannya dan
mendukung peran baru manajer sebagai guru.
9. Identifikasi hambatan perbaikan
Identifikasi hambatan perbaikan dapat berhasil apabila anggota organisasi mempercayai
manajer tidak akan menghukum bila mereka jujur dan dapat diskusi terbuka mengenai
masalah organisasi.
10. Mekanisme untuk membagi pembelajaran
Dalam melaporkan hasil kerja tim, mempublikasikan, dan mendiskusikan terdapat
beberapa cara dan metode yang diusulkan dan meningkatkan perbaikan dengan membagi
pembelajaran.
11. Pembelajaran sistematis: PDSA
Pembelajaran merupakan faktor penting untuk perbaikan. Metode yang dirancang untuk
meningkatkan efisiensi dan tingkat pembelajaran adalah metode ilmiah yang dikenal
dengan sebutan siklus pembelajaran dan perbaikan (siklus PDSA). Siklus PDSA akan
dibahas pada bagian berikut.
Penggunaan siklus PDSA dimulai dengan cara menentukan tujuan perbaikan. Kemudian
membangun dasar pengetahuan mengenai proses atau sistem yang akan dipelajari. Tim
mengidentifikasi proses input dan output dengan membuat diagram alir proses, membentuk
run chart atau control chart, kemudian membuat daftar ide perbaikan yang akan diselidiki, dan
menyusun rencana penerapan awal siklus perbaikan.
Tahap pertama siklus adalah menyusun rencana yang meliputi penjelasan studi yang
akan dilakukan, tes untuk perubahan proses, atau eksperimen yang akan dilakukan pada tahap
selanjutnya. Terdapat lima tahap dalam penyusunan atau pengembangan rencana perbaikan
yaitu sebagai berikut:
STRATEGI PERBAIKAN
Di dalam dunia bisnis dan industri dikenal berbagai macam proses. Tidak ada satu-satunya cara
yang tepat digunakan untuk memperbaiki proses yang ada. Meskipun demikian, ada beberapa
strategi standar yang biasa digunakan untuk memperbaiki proses secara berkesinambungan.
Strategi yang biasa digunakan itu yaitu:
Selain strategi yang umum digunakan, Giorgio Merli (dalam Goetsch dan Davis, 1994)
mengemukakan dua puluh strategi perbaikan berkesinambungan yang disebut “The Twenty
Organizing Points of Total Manufacturing Management”. Kedua puluh strategi tersebut yaitu:
PENDEKATAN KAIZEN
Kaizen merupakan istilah bahasa Jepang terhadap konsep continous incremental improvement.
Kai berarti perubahan dan Zen berarti baik. Jadi, Kaizen mengandung pengertian melakukan
perubahan agar lebih baik secara terus-menerus dan tiada berkesudahan. Aspek perbaikan
dalam Kaizen mencakup orang dan proses. Bila filosofi Kaizen diterapkan, maka semua aspek
organisasi harus diperbaiki sepanjang waktu. Dalam hal ini berlaku prinsip good enough is
never good enough. Konsep dasar Kaizen menurut Masaaki Imai adalah:
Selain itu, ada pula alat lain untuk implementasi Kaizen. Beberapa di antaranya dibahas pada
berikut:
1. Kaizen Checklist
Kaizen merupakan perbaikan berkesinambungan atas orang, proses, prosedur, dan faktor-
faktor lain yang mempengaruhi kualitas. Salah satu cara untuk mengidentifikasi masalah
yang dapat menggambarkan peluang bagi perbaikan adalah menggunakan suatu daftar
pemeriksaan (checklist) terhadap faktor-faktor yang besar kemungkinannya membutuhkan
perbaikan. Faktor-faktor tersebut adalah:
• Personil (tenaga kerja)
• Teknik kerja
• Metode kerja
• Prosedur kerja
• Waktu, dll.
2. Kaizen Five-Step Plan
Rencana lima langkah ini merupakan pendekatan dalam implementasi Kaizen yang
digunakan perusahaan-perusahaan Jepang. Lima langkah ini sering pula disebut Gerakan
5-S yang merupakan inisial lima kata Jepang yang dimulai dengan huruf S, yaitu
• Seiri (mengatur atau membereskan)
• Seiton (menyimpan dengan teratur)
• Seiso (membersihkan)
• Seiketsu (disiplin)
3. Lima W dan Satu H
Lima W satu H bukan hanya merupakan alat Kaizen. Alat ini juga dipergunakan secara
luas sebagai alat manajemen dalam berbagai lingkungan.
4. Five-M Checklist
Alat ini berfokus pada lima faktor kunci yang terlibat dalam setiap proses, yaitu
Man/operator, Machine, Material, Methods, Measurement. Dalam setiap proses,
perbaikan dapat dilakukan dengan jalan memeriksa aspek-aspek proses tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. (2003). Total Quality Management. Edisi
Revisi.Yogyakarta: Andi.