Anda di halaman 1dari 10

“PRINSIP, METODE, DAN SEJARAH TOTAL QUALITY MANAGEMENT”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas

Mata kuliah Total Quality Management

Dosen pengampu : Agung Nugroho Adi, SE., MM., MM.HRM

Disusun oleh :

Vina Elviana Yuliadewi (175020200111014)

Amir Mujahid Ibrahim (175020200111059)

Tegar Mahendra (175020201111019)

Luth Fiana Eka Pratama (175020201111031)

Brilian Nanda Trismienantha (175020201111040)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019
LATAR BELAKANG

Total Quality Management (TQM) adalah sebuah pendekatan yang banyak digunakan
oleh perusahaan dalam meningkatkan kualitas secara sistematis dengan menggunakan banyak
dimensi dan telah diaplikasikan secara luas oleh banyak perusahaan dengan tujuan
meningkatkan kinerja seperti kualitas, produktivitas dan profitabilitas. Perusahaan dapat
unggul dalam persaingan global dengan memiliki keahlian dalam membaca setiap adanya
peluang untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam melakukan usaha dalam
perusahaan tersebut. Pada saat ini kesadaran akan pentingnya suatu pelayanan yang diberikan
untuk pelanggan terbilang sudah baik dengan adanya perbaikan kualitas.

Perusahaan-perusahaan saat ini ditantang untuk berkompetensi dengan perusahaan di


penjuru dunia yang mana perusahaan di tuntut untuk menjadi perusahaan yang memiliki
keunggulan dalam tingkat atau skala global, maka perusahaan harus mampu menghasilkan
barang maupun jasa yang berkualitas tinggi.

Pada era ini, sangat dibutuhkan cara dalam mengatasi berbagai macam jenis
persaingan antar perusahaan. Total Quality Management merupakan salah satu cara yang
dapat digunakan. Total Quality Management adalah perpaduan semua fungsi dari suatu
perusahaan ke dalam falsafah holistis yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork,
produktivitas dan pengertian serta kepuasan pelanggan (Nasution 2001:28).
PEMBAHASAN

1. Prinsip Total Quality Management


1.1. Prinsip-Prinsip Total Quality Manajemen
Pada era informasi, setiap organisasi harus menghadapi corporate olympics
yang semakin kompleks karena untuk kelangsungan hidup dan perkembangannya,
organisasi harus memiliki keunggulan daya saing. Dalam persaingan semakin tajam
dan sangat kompetitif diantara pengelola jasa pendidikan, mutu adalah agenda
utama. Peningkatan mutu merupakan tuntutan dari paradigma baru manajemen
organisasi. Untuk meraih predikat sehat yang bermutu dan berkualitas tinggi harus
menjadi tugas setiap lembaga penyelenggara. Pendekatan ini dikenal dengan Total
Quality Management (TQM) atau Manajemen Mutu Terpadu pada perusahaan yang
menuntut keunggulan pelayanan seperti kecepatan, daya tanggap, kelincahan,
penanganan, tindakan dan kompetensi karyawan. TQM sebagai suatu konsep yang
berupaya melaksanakan sistem manajemen kualitas kelas dunia, untuk itu diperlukan
perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi. Menurut Hensler
dan Brunel (dalam Christoper, 1993), ada empat prinsip utama dalam TQM.
Keempat prinsip tersebut adalah:
1) Kepuasan Pelangan
Dalam TQM, konsep mengenai pelanggan dan kualitas diperluas. Kualitas
tidak lagi hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu,
tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan itu sendiri meliputi
pelanggan internal dan eksternal. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk
dipuaskan dalam segala aspek, termasuk didalamnya harga, keamanan dan
ketepatan waktu.
2) Respek Terhadap Setiap Orang
Dalam perusahaan yang kualitasnya kelas dunia, setiap karyawan dipandang
sebagai individu yang memiliki talenta dan kreativitas tersendiri yang cepat dan
tanggap. Dengan demikian karyawan merupakan sumber daya organisasi yang
paling bernilai. Oleh karena itu setiap orang dalam organisasi diperlakukan
dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim
pengambil keputusan.
3) Manajemen Berdasarkan Fakta
Maksudnya bahwa setiap keputusan selalu didasarkan pada data, bukan
sekedar pada perasaan (feeling). Ada dua konsep pokok berkaitan hal ini.
Pertama, prioritisasi (prioritization) yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak
dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat
keterbatasan sumber daya yang ada. Oleh karena itu dengan menggunakan data
maka manajemen dan tim dalam perusahaan dapat memfokuskan usahanya pada
situasi tertentu yang vital. Konsep kedua, variasi (variation) atau variabilitas
kinerja manusia. Data statistik dapat memberikan gambaran mengenai
variabilitas yang merupakan bagian yang wajar dari setiap sistem organisasi.
Dengan demikian manajemen dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan dan
tindakan yang dilakukan.
4) Perbaikan Berkesinambungan
Agar dapat sukses, setiap perusahaan perlu melakukan proses secara sistematis
dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku disini
adalah siklus PDCA (plan-do-chek-act), yang terdiri dari langkah-langkah
perencanaan, pelaksanaan rencana, pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan
tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh

Sementara itu Russel dan Taylor (dalam Fitriani, 2008; 23) mengemukakan prinsip
TQM antara lain :

1) Customer-oriented (fokus pada konsumen)


2) Leadership (kepemimpinan)
3) Strategy planning (perencanaan strategi)
4) Employee responsibility (keterlibatan semua orang)
5) Constinuous improvement (perbaikan terus menerus)
6) Cooperation (kerjasama)
7) Statistical methods (penggunaan metode-metode statistik)
8) Training and education (pendidikan dan latihan)
2. Metode Total Quality Management 
2.2 Metode W. Edwards Deming 
Deming mencatat kesuksesan dalam memimpin revolusi di Jepang,
yaitu dengan memperkenalkan penggunaan teknik pemecahan masalah
dan pengendalian proses statistik (statistical process control = SPC). Salah
satu metode Deming yang terkenal adalah siklus deming (deming cycle).
Siklus Deming adalah model perbaikan berkesinambungan yang
dikembangkan oleh W. Edward Deming yang terdiri atas empat
komponen utama secara berurutan yang dikenal dengan siklus PDCA
(Plan-Do-Check-Act).
Penjelasan dari setiap siklus PDCA tersebut adalah sebagai berikut :
a. Mengembangkan rencana perbaikan (plan).
Ini merupakan langkah setelah dilakukan pengujian ide
perbaikan masalah. Rencana perbaikan disusun berdasarkan prinsip
5-W (what, why, who, when, dan where) dan 1 H (how), yang
dibuat secara jelas dan terinci serta menetapkan sasaran dan target
yang harus dicapai. Dalam menetapkan sasaran dan target harus
dengan memerhatikan prinsip SMART (specific, measurable,
attainable, reasonable, dan time).
b. Melaksanakan rencana (do).
Rencana yang telah disusun diimplementasikan secara
bertahap, mulai dari skala kecil yang pembagian tugas secara
merata sesuai dengan kapasitas dan kemampuan setiap personil.
Selama dalam melaksanakan rencana harus dilakukan
pengendalian yaitu mengupayakan agar seluruh rencana
dilaksanakan dengan sebaik mungkin sasaran dapat dicapai. 
c. Memeriksa atau meneliti hasil yang dicapai (check atau study).
Memeriksa atau meneliti hasil merujuk pada penetapan apakah
pelaksanaannya berada dalam jalur, sesuai dengan rencana dan
memantau kemajuan perbaikan yang direncanakan. Alat atau
piranti yang dapat digunkan dalam memeriksa adalah pareto
diagram, histogram, dan diagram kontrol.
d. Melakukan tindakan penyesuaian bila diperlukan (action).
Penyesuaian dilakukan bila dianggap perlu, yang
didasarkan hasil analisis di atas. Penyesuaian berkaitan dengan
standarisasi prosedur baru guna menghindari timbulnya kembali
masalah yang sama atau menetapkan sasaran baru bagi perbaikan
berikutnya.

2.3 Metode Joseph M. Juran 


Juran mendefinisikan kualitas sebagai cocok atau sesuai untuk
digunakan (fitness for use), yang mengandung pengertian bahwa suatu
barang atau jasa harus dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh para
pemakainya.
Kontribusi Juran yang paling terkenal adalah Juran’s Basic Steps to
Progress, tiga langkah dasar ini merupakan langkah yang harus dilakukan
perusahaan bila mereka ingin mencapai kualitas tingkat dunia. Juran juga
yakin bahwa ada titik diminishing return dalam hubungan antara kualitas
dan daya saing.
Ketiga langkah tersebut terdiri atas berikut ini:
a. Mencapai perbaikan terstruktur atas dasar kesinambungan yang
dikombinasikan dengan dediksi dan keadaan yang mendesak. 
b. Mengadakan program pelatihan secara luas. 
c. Membantu komitmen dan kepemimpinan pada tingkat manajemen
yang lebih tinggi.

2.4 Metode Philip B. Crosby 


Crosby terkenal dengan anjuran manajemen zero defect dan
pencegahan, yang menentang tingkat kualitas yang dapat diterima secara
statistik (acceptable quality level). Pandangan-pandangan Crosby
dirangkumnya dalam ringkasan yang ia sebut sebagai dalil-dalil
manajemen kualitas, yaitu :
 Definisi kualitas adalah sama dengan persyaratan.
Definisi kualitas menurut Crosby adalah memenuhi atau sama
dengan persyaratan (conformance to requirements). Kurang sedikit
saja dari persyaratan maka suatu barang atau jasa dikatakan tidak
berkualitas. Persyaratan itu sendiri dapat berubah sesuai dengan
keinginan pelanggan, kebutuhan organisasi, pemasok dan sumber,
pemerintah, teknologi, serta pasar atau persaingan. 
 Sistem kualitas adalah pencegahan.
Pada masa lalu, sistem kualitas adalah penilaian (appraisal).
Dalam suatu proses pasti ada input dan output. Di dalam proses
kerja internal sendiri ada empat kendali input, di mana proses
pencegahan dilakukan, yaitu pada:
a) Fasilitas dan perlengkapan.
b) Pelatihan dan pengetahuan.
c) Prosedur, pedoman/manual operasi standar, dan pedoman
standar kualitas.
d) Standar kinerja/prestasi. 
 Kerusakan nol (zero effect) merupakan standar kinerja yang
harus digunakan.
Konsep yang berlaku di masa lalu, yaitu konsep mendekati
(close enough concept), misalnya efisensi mesin mendekati 95%.
Tetapi, jika dihitung besar inefisensi 5% dikaliakan dengan
penjualan maka akan didapat nilai yang cukup besar. Crosby
mengajukan konsep kerusakan nol, yang menurutnya dapat
tercapai bila perusahaan melakukan sesuatu dengan benar sejak
awal proses dan setiap kali proses.
 Ukuran kualitas adalah price of nonconformance.
Price of nonconformance (PONC) adalah biaya yang harus
dikeluarkan karena melakukan kesalahan. Price of conformance
adalah biaya yang dikeluarkan bila tugas dilakukan secara benar
semenjak pertama kalinya. Kualitas harus merupakan sesuatu yang
dapat diukur. Biaya untuk menghasilkan kualitas juga harus
terukur. Menurut Crosby, biaya mutu merupakan penjumlahan
antara price of nonconformance dan price of conformance. Untuk
keperluan ini di butuhkan konfirmasi persyaratan dari pelanggan.

3. Sejarah Total Quality Management


Total Quality Management telah berevolusi sebanyak empat kali dalam
sejarah. Yaitu:
1. Quality Inspection
2. Quality Control
3. Quality Assurance
4. Total Quality Management

3.1 Quality Inspection (1910)


Bermula pada tahun 1910an saat perusahaan FORD MOTOR
COMPANY mempekerjakan tim khusus untuk melakukan tes produk
agar sesuai dengan standar yang berlaku mulai dari proses produksi
hingga pengiriman. Produk yang tidak lulus uji akan kembali diproduksi
ulang atau dijual dengan kualitas rendah.

3.2 Statistical Quality Control (1924)


Bermula pada saat Perang Dunia Ke-2. Teori ini diusulkan oleh
Walter A. Shewart dan Dodge-Roming sekitar 1924-1931. Industri mulai
mempekerjakan ahli, menetapkan spesifikasi, ukuran, standardisasi dan
kontrol produksi dengan data statistik. Di era ini quality control
memisahkan dua hal peyebab produk berkualitas rendah dengan Random
Cause dan Assignable/Special Cause.

3.3 Quality Assurance (1950)


Berisikan semua hal dari Quality Control. Dengan prioritas akan
kualitas kepada pelanggan. Ditambah dengan adanya quality manual,
pengembangan proses kontrol, dan adanya audit pada kualitas sistem
oleh pihak ke-3. Pada tahap ini dikenalkan tahapan pencegahan pada
produksi yang tidak mutu.
3.4 Total Quality Management (1980)
Perusahaan memfokuskan visi dan mengimplementasikan prinsip
manajemen kualitas pada seluruh bagian, departemen di perusahaan.
Adanya kontrol terus menerus untuk mengembangkan kualitas pada
seluruh bagian di perusahaan serta supplier.
DAFTAR PUSTAKA

 Ibrahim. 2000. TQM Total Quality Management – Panduan Untuk


Menghadapi Persaingan Global. Jakarta: Djambatan.
 Gaspersz, Vincent. 2001. Total Quality Management. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
 Nasution. 2005. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management).
Bogor: Ghalia Indonesia.
 Ibrahim. 2000. TQM Total Quality Management – Panduan Untuk
Menghadapi Persaingan Global. Jakarta: Djambatan.
 Dahlgaard, Jens J., Kai Kristensen, dan Gopal K. Kanji. 2005.
Fundamentals of Total Quality Management. London: Nelson Thornes.

Anda mungkin juga menyukai