OLEH :
REZA GERRYANO NARASIAN / 178130027
Berdasarkan pengertian dasar tentang kualitas di atas, tampak bahwa kualitas selalu
berfokus pada pelanggan (customer focused quality). Dengan demikian produk-produk
didesain, diproduksi serta pelayanan diberikan untuk memenuhi keinginan pelanggan. Karena
kualitas mengacu kepada segala sesuatu yang menentukan kepuasan pelanggan, suatu produk
yang dihasilkan baru dapat dikatakan berkualitas apabila sesuai dengan keinginan pelanggan,
dapat dimanfaatkan dengan baik, serta diproduksi (dihasilkan) dengan cara yang baik dan
benar.
Adalah penetapan dan pengembangan tujuan dan kebutuhan untuk kualitas serta
penerapan sistem kualitas.
• Pengendalian kualitas (quality control)
• Adanya partisipasi aktif yang dipimpin oleh manajemen puncak (top management)
dalam proses peningkatan kualitas secara terus-menerus.
• Adanya pemahaman dari setiap orang terhadap tanggung jawab spesifik untuk
kualitas.
• Adanya aktivitas yang berorientasi pada tindakan pencegahan kerusakan, bukan
berfokus pada upaya untuk mendeteksi kerusakan saja.
• Adanya suatu filosofi yang menganggap bahwa kualitas merupakan ”jalan hidup”.
Dengan demikian, sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya kultur perusahaan yang
melaksanakan proses peningkatan kualitas secara terus-menerus.
Pada dasarnya sistem kualitas modern dapat dibagi menjadi tiga bagian:
• Kualitas desain mengacu kepada aktivitas yang menjamin bahwa produk baru, atau
produk yang dimodifikasi, di desain sedemikian rupa untuk memenuhi keinginan dan
harapan pelanggan serta secara ekonomis layak untuk diproduksi atau dikerjakan.
Dengan demikian kualitas disain adalah kualitas yang direncanakan. Kualitas disain
pada umumnya merupakan tanggung jawab dari Bagian Riset dan Pengembangan
(R&D), Rekayasa Proses (Process Engineering), Riset Pasar (Market Research) dan
bagianbagian lain yang berkaitan.
• Kualitas konformansi
Mengacu kepada pembuatan produk atau pemberian jasa pelayanan yang memenuhi
spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya pada tahap disain itu. Dengan demikian
kualitas konformansi menunjukkan tingkat sejauh mana produk yang dibuat memenuhi
atau sesuai dengan spesifikasi produk. Pada umumnya Bagian-Bagian Produksi,
Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Pembelian dan Pengiriman memiliki tanggung
jawab utama untuk kualitas konformasi itu.
• Kualitas pemasaran dan pelayanan purna jual
Berkaitan dengan tingkay sejauh mana dalam menggunakan produk itu memenuhi
ketentuan-ketentuan dasar tentang pemasaran, pemeliharaan dan pelayanan purna jual.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa terdapat keterkaitan pengendalian kualitas di
antara bagian atau tahap yang satu dengan yang lainnya, yang dimulai sejak adanya
permintaan pasar akan suatu produk tertentu hingga berakhir pada penggunaan produk itu
oleh pelanggan. Menurut Organisasi Pengendalian Kualitas Eropa (EOQC = the European
Organization for Quality Control), sistem kualitas modern merupakan suatu sistem aktivitas
yang bertujuan memberikan jaminan dan menunjukkan bukti bahwa aktivitas pengendalian
kualitas secara total dalam kenyataannya adalah efektif. Sistem kualitas modern meliputi
evaluasi secara kontinu tentang kecukupan dan efektifitas dari program pengendalian kualitas
terpadu (total quality control) dengan memberikan tindakan korektif apabila diperlukan,
Untuk produk tertentu yang bersifat spesifik, program pengendalian kualitas terpadu meliputi
pengujian, pemeriksaan dan evaluasi terhadap faktor-faktor kualitas yang mempengaruhi
spesifikasi, produksi, inspeksi dan penggunaan produk itu.
BAB III PEMBAHASAN
2. Alat-alat yang mungkin untuk meningkatkan popularitas yang paling selama tiga
tahun ke depan adalah Kinerja Pembandingan, Informal Benchmarking, SWOT, dan Best
Practice Benchmarking. Lebih dari 60% dari organisasi yang saat ini tidak menggunakan
alat-alat ini mengindikasikan bahwa mereka cenderung menggunakannya dalam tiga
tahun ke depan.
3. Identifikasi organisasi yang pemimpin di wilayah yang sama. Lihat yang terbaik dalam
industri dan di negara manapun. Konsultasikan pelanggan, pemasok, analis keuangan,
asosiasi perdagangan, dan majalah untuk menentukan perusahaan mana yang patut
dipelajari.
4. Survei perusahaan untuk mengukur dan praktek - Perusahaan menargetkan proses bisnis
yang spesifik menggunakan survei terperinci langkah-langkah dan praktek yang
digunakan untuk mengidentifikasi proses bisnis alternatif dan perusahaanperusahaan
terkemuka.
6. Melaksanakan baru dan lebih baik praktek bisnis - Ambil praktek terdepan dan
mengembangkan rencana implementasi yang meliputi identifikasi kesempatankesempatan
khusus, pendanaan proyek dan menjual ide-ide untuk organisasi untuk tujuan
memperoleh nilai ditunjukkan dari proses tersebut.
3.3.2 DMAIC
DMAIC metodologi proyek yang memiliki lima tahap:
* Tentukan masalah, suara pelanggan, dan tujuan proyek secara spesifik.
* Ukur aspek kunci dari proses saat ini dan mengumpulkan data yang relevan.
3.3.3 DMADV
Metodologi proyek DMADV, juga dikenal sebagai DFSS ( "Design For Six Sigma"),
memiliki lima fase:
* Tentukan tujuan desain yang konsisten dengan tuntutan pelanggan dan strategi
perusahaan.
* Ukur dan mengidentifikasi CTQs (karakteristik yang Kritis Untuk Kualitas),
kapabilitas produk, kapabilitas proses produksi, dan risiko.
* Menganalisia untuk mengembangkan dan desain alternatif, menciptakan sebuah
desain tingkat tinggi dan mengevaluasi kemampuan untuk memilih desain terbaik.
* Desain detail, mengoptimalkan rancangan, dan merencanakan untuk desain
verifikasi. Fase ini mungkin memerlukan simulasi.
* Verifikasi desain, menyiapkan pilot project, melaksanakan proses produksi dan
menyerahkannya ke pemilik proses.
3.3.4 Pelaksanaan peran
Salah satu kunci inovasi Six Sigma melibatkan "professionalizing" fungsi-fungsi
manajemen mutu. Sebelum Six Sigma, manajemen kualitas dalam prakteknya sebagian besar
diturunkan ke lantai produksi dan untuk statistik dalam departemen kualitas terpisah. Six
Sigma meminjam terminologi peringkat seni bela diri untuk mendefinisikan sebuah hierarki
(dan jalur karier) yang melintasi semua fungsi bisnis.
Six Sigma mengidentifikasi beberapa peran kunci untuk keberhasilan pelaksanaan.
• Eksekutif Kepemimpinan termasuk CEO dan anggota lain dari manajemen puncak.
Mereka bertanggung jawab untuk menyiapkan sebuah visi untuk pelaksanaan Six Sigma.
Mereka juga memberdayakan peran lain pemegang dengan kebebasan dan sumber daya
untuk mengeksplorasi ide-ide baru untuk terobosan perbaikan.
• Master Black Belt, diidentifikasi oleh juara, bertindak sebagai pelatih di-rumah di Six
Sigma. Mereka mencurahkan 100% waktu mereka untuk Six Sigma. Mereka membantu
juara dan panduan Black Belts dan Green Belts. Selain tugas statistik, mereka
menghabiskan waktu mereka untuk konsisten memastikan penerapan Six Sigma di
berbagai fungsi dan departemen.
• Black Belts beroperasi di bawah Master Black Belt Six Sigma untuk menerapkan
metodologi untuk proyek-proyek tertentu. Mereka mencurahkan 100% waktu mereka
untuk Six Sigma. Mereka terutama berfokus pada pelaksanaan proyek Six Sigma,
sedangkan Champions dan Master Black Belt fokus pada proyek mengidentifikasi /
fungsi untuk Six Sigma.
• Green Belts, para karyawan yang memakan waktu hingga implementasi Six Sigma
bersama dengan tanggung jawab pekerjaan mereka yang lain, beroperasi di bawah
bimbingan Black Belts.
• Yellow Belts, terlatih dalam penerapan dasar Six Sigma alat manajemen, bekerja
dengan Black Belt seluruh tahap proyek dan sering yang paling dekat dengan pekerjaan.
3.4 ISO
• Meningkatkan komunikasi internal dan hubungan baik dengan berbagai pihak yang
berkepentingan
• Mendapat kepercayaan dari konsumen/mitra kerja/pemodal
2. Customer service
Proses TQM dari IBM disebut sebagai market driven quality (MDQ). Fungsi-fungsi
pemasaran dalam IBM bertanggung jawab untuk mengumpulkan data pasar, melakukan
analisa kompetitif, memilih pasar, mengidentifikasikan dan menilai kapabilitas dan
mengembangkan strategi-strategi untuk menawarkan produk (barang dan atau jasa)
4.2 Konsep dan Aplikasi Total Quality Human Resource Management (TQHRM)
Salah satu factor utama yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan organisasi
adalah sumber daya manusia, dan bagaimana baiknya sumber daya manusia itu di fokuskan
untuk memenuhi tujuan-tujuan organisasi.
Integrasi total quality management (TQM) dengan manajemen sumber daya manusia
(human resource management) disebut sebagai total quality human resource management
(TQHRM).
Langkah pertama dari implementasi TQM adalah membentuk tim kerja sama untuk
bertindak sebagai kekuatan pendorong dari proses implementasi. Pelatihan dan
pengembangan merupakan elemen utama dari TQHRM. Dua jenis pelatihan yang penting
adalah pelatihan yang berkaitan dengan pekerjaan untuk meningkatkan keterampilan dan
kepuasan karyawan dan pelatihan lintas fungsi untuk mengembangkan kerja sama dan
fleksibilitas karyawan.
TQM adalah pemberdayaan karyawan (employee empowerment), yaitu meningkatkan
tanggung jawab karyawan terhadap kualitas produk, maka sangatlah penting jika mereka
dibekali dengan alat-alat atau metode-solusi masalah, sehingga mereka mampu mengambil
inisiatif dalam menyelesaikan masalah sehari-hari.
Metode Employee Involvement (EI) didefinisikan sebagai konsep yang menggunakan
pengalaman, energi kreatif dan kemampuan inteleketual dari semua karyawan dengan cara
memperlakukan mereka dengan rasa hormat, memberikan mereka informasi dan melibatkan
mereka dalam proses pembuatan keputusan sesuai dengan bidang keahlian mereka. Employee
involvement berfokus pada peningkatan kualitas dan produktivitas organisasi.
Kegagalan umum dari konsep employee involvement (EI) yang diterapkan secara
keliru,antara lain :
• Implementasi teknik employee involvement (EI), kerjasama tim tanpa suatu tujuan
yang dinyatakan secara jelas oleh manajemen
• Kegagalan untuk memberikan pelatihan yang tepat, manajemen dan karyawan
membutuhkan pelatihan dalam teknik-teknik hubungan kerja yang baru.
• Kegagalan mendefinisikan sasaran dan ekspektasi
TQM adalah pendekatan manajemen pada suatu organisasi, berfokus pada kualitas dan
didasarkan atas partisipasi dari keseluruhan sumber daya manusia dan ditujukan pada
kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan dan memberikan manfaat pada
anggota, organisasi (sumber daya manusianya) dan masyarakat. TQM juga diterjemahkan
sebagai pendekatan berorientasi pelanggan yang memperkenalkan perubahan manajemen
yang sistematik dan perbaikan terus menerus terhadap proses, produk, dan pelayanan suatu
organisasi.