Anda di halaman 1dari 20

MODUL PERKULIAHAN

Pengendalian dan
Penjaminan Kualitas

Total Quality Control

Fakultas Program Studi ON Line Kode MK Disusun Oleh

Teknik TeknikIndustri
01 W161700022 Meike Elsye Beatrix, ST.

MT.

Abstract Kompetensi
Modul ini mencakup mengenai Mahasiswa mampu menjelaskan
sejarah quality control, sistem total kembali mengenai sejarah quality
quality control, mentalitas dasar control, sistem total quality control,
total quality control. mentalitas dasar total quality
control..
.
Pendahuluan
Sejarah Quality Control

Sejarah Quality Control setelah Perang Dunia II ( 1939-1945) pada saat


kekalahan Jepang atas Amerika :
Tahun 1945, Jepang mengalami kekalahan perang dengan Amerika.
Penyebabnya adalah Amerika negara yang besar dan mempunyai kemampuan
yang lebih dibandingkan dengan Jepang, demikian juga untuk kualitas peralatan
perangnya, Amerika menghasilkan peralatan yang kualitasnya baik.
Deming, W. Edwards ( 1900-1993), orang statistik dan tenaga ahli manajemen
kualitas yang bertindak sebagai seorang guru, penasehat, dan konsultan bagi
sejumlah korporasi penting, para pemimpin bisnis, dan tenaga ahli pengendalian
mutu. Deming revitalize dibantu ekonom Jepang yang mengikuti Perang Dunia II
( 1939-1945) dan mengadakan revolusi praktek bisnis dari banyak perusahaan di
(dalam) Amerika Serikat sepanjang 1980s Tahun 1950, Pada perang Amerika
dengan Korea Utara, Jepang menjadi basis militer Amerika terutama untuk
memperbaiki peralatan tempur Amerika, disinilah awalnya Jepang kemudian
belajar mengenai Quality Control. Tahun 1954, E. Deming ( Seorang Ilmuan dari
Amerika ) diundang datang ke Jepang untuk memberi kuliah mengenai Quality
Control. Tahun 1960, Jepang mulai mengadopsi dan menerapkan Quality
Control pada industri – industrinya.

TOTAL QUALITY CONTROL (TQC)

TQC (Total Quality Control) adalah sistem manajemen yang dinamis yang
mengikut sertakan seluruh anggota organisasi dengan penerapan konsep dan
teknik pengendalian kualitas untuk tercapainya kepuasan pelanggan dan yang
mengerjakannya.
Dasar Total Quality Control adalah mentalitas, kecakapan dan manajemen
partisipatif dengan sikap mental yang mengutamakan kualitas kerja. Mentalitas
adalah kesediaan bekerja sungguh-sungguh, jujur dan bertanggung jawab
melaksanakan pekerjaannya.

2014 Pengendalian dan Penjaminan Kualitas


2 Meike Elsye Beatrix, ST.MT.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
MENTALITAS DASAR TOTAL QUALITY
CONTROL

Pengendalian mutu terpadu (PMT) lebih merupakan sikap dan perilaku


berdasarkan kepuasan atas pekerjaannya dan kerja tim atau kelompoknya. PMT
menghendaki komitmen total dari manajemen sebagai pimpinan organisasi
dimana komitmen ini harus disebar luaskan pada seluruh karyawan dan dalam
semua level atau departemen dalam organisasi.

Jika perusahaan menjadikan mutu sebagai “ the way of life “, maka budaya harus
dibangun, dipertahankan, dan ditingkatkan oleh seluruh anggota organisasi dari
level paling bawah sampai pimpinan puncak.

Dalam Pengendalian Mutu Terpadu (PMT) yang terpenting adalah keterlibatan


secara menyeluruh setiap orang dalam organisasi, dan merubah
budaya (culture) yang lama menjadi budaya (culture) baru. Perubahan tersebut
antara lain :

a. Kerahasiaan menjadi keterbukaan

Sesuatu yang bersifat tertutup berupa selentingan menjadi komunikasi terbuka


antar seluruh anggota organisasi, sehingga kerja sama akan terwujud dan
kesalahpahaman dapat segera teratasi.

b. Pengendalian menjadi pemberdayaan

Karyawan tidak mau kalau secara terus-menerus dimonitor. Mereka ingin selalu
dilibatkan, diajak berdiskusi, dan berpendapat. Mereka juga harus diserahi
tanggung jawab yang sesuai serta mendapatkan kesempatan untuk berkembang
dan mendapat penghargaan atas prestasi yang diraihnya.

2014 Pengendalian dan Penjaminan Kualitas


3 Meike Elsye Beatrix, ST.MT.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
c. Inspeksi menjadi
pencegahan.

Inspeksi adalah pemeriksaan terhadap barang atau produk jadi setelah keluar
datiproses produksi. Dalam TQM tidak ada lagi istilah inspeksi, melainkan
pencegahan.
Artinya, sejak dari perancangan produk, proses produksi hingga menjadi produk
akhirmenghasilkan zero defect.

d. Fokus internal ke fokus eksternal.

Fokus internal adalah perhatian perusahaan pada kemampuan yang dimiliki


tanpa memperhatikan permintaan pelanggan (push system). TQM lebih
memfokuskan pada kebutuhan dan harapan pelanggan (external focus) sehingga
melaksanakan proses produksi tarik (pull system.)

e. Biaya dan penjadwalan menjadi kesesuaian terhadap


mutu.

Semula, perusahaan hanya memperhatikan masalah biaya dan waktu produksi


kemudian berubah menjadi mutu produk yang memperhatikan kebutuhan
dan harapan pelanggan.

f. Stabilitas menjadi perbaikan secara terus-


menerus.

Kondisi yang tidak berubah bukannya membawa keuntungan dan manfaat, justru
perusahaan yang mau berubah dan mau secara terus-menerus mengadakan
perbaikan (continuous quality improvement) yang akan berhasil dengan baik.

g. Hubungan persaingan menjadi hubungan kerjasama.

Hubungan yang erat dan kerjasama yang baik dengan pelanggan akan membuat
mereka terbuka untuk memberikan kritik dan saran untuk peningkatan produk dan
jasa yang dihasilkan perusahaan.

2014
c. Inspeksi menjadi
pencegahan.
4 Pengendalian dan Penjaminan Kualitas PusatBahan Ajar dan eLearning
h. Melemparkan permasalahan yang tidak diketahui menjadi
penyelesaian semua masalah sampai akar-akarnya.

Perusahaan biasanya akan menutupi masalah yang dihadapi dan bersikap pura-
purat idak tahu, atau membenci siapa pun yang mengetahui permasalahan yang
ada. Filosofi TQM justru akan menghadapi semua permasalahan, mencarai akar
permasalahan, dan mencari penyelesaiannya hingga tuntas.

i. Kerjasama dan Partisipasi

Agar karyawan mengetahui cara-cara dalam membangun sikap mental dasar


di lingkungan pekerjaan masing-masing, tujuannya :
· Berorientasi kepada tanggung jawab kelompok
· Bersedia membuat lebih berpartisipasi dalam bidang yang berhubungan
· Menciptakan kesadaran kelompok
· Dapat saling menghargai antara golongan dan atau tingkatan

j. Berorientasi kepada Mutu


Yang dimaksud dengan mutu/ kualitas adalah :
 Disesuaikan dengan permintaan
 Sistemnya adalah pencegahan, sejak awal dikerjakan dengan
benar
 Standarnya adalah harus tidak ada kesalahan
 Ukurannya adalah biaya untuk mencapai kualitas

PRINSIP-PRINSIP KUALITAS
 Kepuasan pemakai, jadi berorientasi pada pemakai bukan pada
standar.
 Mencakup kualitas dari semua jenis pekerjaan.
 Merupakan tanggung jawab setiap orang sehingga sejak awal harus
dilaksanakan dengan benar.

2014
Pengendalian dan Penjaminan Kualitas
5 PusatBahan Ajar dan eLearning
PENGERTIAN KUALITAS MENCAKUP
· Produk, orang dan aktivitas
· Biaya
· Pengiriman
· Keselamatan, dan
· Moral

TUJUAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN MUTU

Pengendalian mutu terpadu adalah suatu sistem yang efektif untuk


mengintegrasikan usaha-usaha pengembangan kualitas, pemeliharaan
kualitas dan perbaikan kualitas atau mutu dari berbagai kelompok dalam
organisasi.
Tujuan Pelaksanaan Pengelolaan Mutu
1) Pencapaian kebijaksanaan dan target institusi secara
efisien
2) Perbaikan hubungan manusia serta mutu barang atau
jasa
3) Peningkatan moral, prakarsa, dan kerjasama,
karyawan
4) Pengembangan kemampuan tenaga kerja
5) Peningkatan produktivitas dan profibilitas
usaha

MANFAAT PELAKSANAAN PENGENDALIAN MUTU

1) Bagi Karyawan
· Meningkatkan kemampuan karyawan dalam melihat, mengenali,
permasalahan, dan mencari alternatif pemecahan
· Meningkatkan kemampuan komunikasi dan partisipasi didalam kelompok kerja
· Membiasakan berpikir secara analitis dengan menggunakan teknik quality control
· Peningkatan daya kreativitas
· Peningkatan kepercayaan diri

2) Bagi Institusi
· Pengembangan institusi melalui akumulasi gagasan-gagasan perbaikan
· Meningkatkan daya saing barang atau jasa yang dihasilkan
· Memperbaiki hubungan institusi dengan karyawan
· Partisipasi semua karyawan di dalam membantu terwujudnya tujuan institusi

2014 Pengendalian dan Penjaminan Kualitas


6 Meike Elsye Beatrix, ST.MT.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3) Bagi Konsumen
 Konsumen akan memperoleh barang atau jasa yang bermutu
baik
 Konsumen akan mendapatkan kepuasan dari barang atau jasa
tersebut
 Konsumen akan memperoleh barang atau jasa yang memenuhi kesehatan
dan keselamatan
 Konsumen akan menerima barang sesuai dengan
pesanannya
 Pemerintah akan mendapatkan pajak-pajak

SISTEM MANAJEMEN TOTAL QUALITY CONTROL

Sistem manajemen Total Quality Control meliputi apa yang dimaksud


dengan sistem manajemen, kebijakan manajemen, proses kerja gugus TQC,
tujuan gugus kerja TQM dan program TQM.

1. Yang dimaksud sistem manajemen :


a) Untuk mengetahui pengetahuan/konsep standar dan sistem
manajemen seutuhnya
b) Dapat memilih cara penerapan yang paling tepat dan efektif
c) Sistem manajemen memilih tiga tingkat aktivitas sesuai dengan struktur
piramida organisasi dan setiap jenjang memiliki tugas membantu
penerapan TQC sesuai dengan fungsinya masing-masing

2. Kebijakan Manajemen
a) Dukugan dari manajer puncak dalam menetapkan kebijaksanaan dan
memberi pengarahan
b) Dukungan dari manajer menengah untuk berperan serta dalam TQC
c) Pengawasan melekat harus diterapkan oleh setiap atasan/sub unit/
kelompok kerja dengan cara yang benar, agar kesalahan dapat diketahui
sedini mungkin

3. Proses Kerja Gugus TQC


a) Pengajuan masalah
b) Analisis permasalahan
2014 Pengendalian dan Penjaminan Kualitas
7 Meike Elsye Beatrix, ST.MT.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
c) Mencari pemecahan masalah
d) Presentase pada pihak manajer, serta
e) Manajer akan meninjau, menelusuri atau meminta tindak lanjut
dari presentasi yang dimaksud.

4. Pelaksanaan Program TQC


Dalam pelaksanaan program TQC terdapat dua hal yang harus diperhatikan agar
TQC dapat sukses yaitu dari sisi karyawan dan manajer.
 Dari sisi karyawan : Menciptakan suasana yang cocok, Saling
memberi informasi dan berkomunikasi, Dijadikan program suka rela,
Memberi pengarahan dan latihan, Bersikap terbuka dan positif,
Menyediakan waktu, sarana, fasilitas dan dana
 Dari sisi Manajer : Mengajukan dan menjelaskan program TQC
kepada pucuk pimpinan, Menjelaskan tujuan dan hasil yang akan
dicapai, Mendapat dukungan dari Pucuk Pimpinan

I. Pemecahan masalah yang dilakukan Oleh Plan, Do, Check and Action
Pemecahan masalah TQC dilakukan dengan Plan, Do, Check and Action yang
di jabarkan menjadi delapan langkah:

1) Menentukan prioritas masalah


2) Menjelaskan mengapa masalah itu di prioritaskan
3) Mengenali status masalah
4) Susun langkah-langkah perbaikan
5) Melaksanakan langkah-langkah perbaikan
6) Periksa hasil perbaikan
7) Mencegah terulangnya masalah
8) Menggarap masalah selanjutnya

2014 Pengendalian dan Penjaminan Kualitas


8 Meike Elsye Beatrix, ST.MT.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Manajemen Kualitas / TQC (Total Quality Control) dalam
Industri

Total Quality Control (TQC) adalah suatu proses terkendali yang melibatkan
orang, sistem serta alat-alat dan teknik-teknik pendukung, dengan demikian TQC
merupakan suatu agen perubahan yang menyiapkan suatu organisasi untuk
berorientasi pada kepentingan pelanggan.

Seperti kita ketahui bahwa TQC sangat diterapkan dalam Teori Kaizen ( Jepang)
Teori Kaizen :

Kaizen berasal dari Bahasa Jepang yaitu kai artinya perubahan dan zen artinya
baik. Di Cina kaizen bernama gaishan di mana gai berarti perubahan / perbaikan
dan shan berarti baik / benefit.

Kaizen merupakan suatu filosofi dari Jepang yang memfokuskan diri pada
pengembangan dan penyempurnaan secara terus menerus atau
berkesinambungan dalam perusahaan bisnis. Kaizen melibatkan pemodal,
karyawan dan manajer semua lini dalam perusahaan untuk pengembangan
perusahaan ke arah yang lebih baik.

Kaizen merupakan kata dari bahasa Jepang yang berarti “perbaikan”, atau
“berubah menjadi lebih baik”. Kaizen mengacu pada filosofi atau praktek bisnis
yang berfokus pada perbaikan terus-menerus pada proses di bidang manufaktur,
rekayasa, dan manajemen bisnis. Kaizen juga telah diterapkan dalam perawatan
kesehatan, psikoterapi, pembinaan hidup, pemerintah, perbankan, dan industri
lainnya. Ketika digunakan dalam arti bisnis dan diterapkan ke tempat kerja,
kaizen mengacu pada kegiatan yang terus-menerus memperbaiki semua
fungsi, dan melibatkan semua karyawan dari CEO sampai pekerja perakitan. Hal
ini juga berlaku untuk proses, seperti pembelian dan logistik, yang melintasi
batas-batas organisasi hingga rantai pemasokan persediaan. Kaizen bertujuan
untuk menghilangkan limbah dengan meningkatkan standar dan proses bisnis.
Kaizen pertama kali diimplementasikan dalam bisnis oleh Jepang setelah Perang
Dunia Kedua.

2014 Pengendalian dan Penjaminan Kualitas


9 Meike Elsye Beatrix, ST.MT.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kaizen diperkenalkan oleh Edward W. Deming guru manajemen mutu dari
Amerika yang mengunjungi negara itu untuk memperbaiki keadaan di
Jepang. Sejak saat itu, setelah terbukti efektif di Jepang, prinsip Kaizen menyebar
ke seluruh dunia, dan selain untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas
organisasi bisnis, Kaizen juga diterapkan di tempat-tempat lain.

Prinsip Kaizen

Kaizen merupakan proses sederhana untuk meningkatkan produktivitas yang


harus dijalankan setiap hari. Kaizen merupakan merupakan proses yang, jika
dilakukan dengan benar, akan membuat tempat kerja menjadi nyaman dan aman,
menghilangkan pemborosan (“muri”), dan mengajarkan orang tentang bagaimana
melakukan percobaan pada pekerjaan mereka dengan menggunakan metode
ilmiah dan belajar cara untuk menemukan dan menghilangkan limbah dalam
proses bisnis mereka. Proses Kaizen menunjukkan pendekatan manusiawi
kepada para pekerja dan peningkatan produktivitas: “Idenya adalah untuk
memelihara sumber daya manusia organisasi agar tetap bersemangat serta
memuji dan mendorong mereka partisipasi dalam kegiatan kaizen.” Keberhasilan
Kaizen membutuhkan “partisipasi seluruh pekerja untuk melakukan peningkatan
kualitas”. Orang-orang di semua tingkat organisasi berpartisipasi dalam
kaizen, dari CEO sampai staf kebersihan, juga berlaku bagi pihak-pihak eksternal
yang berkepentingan.

Format Kaizen bisa berupa individu, sistem, kelompok kecil, atau kelompok
besar. Di Toyota, biasanya dilakukan perbaikan lokal di area workstation atau
berupa kegiatan yang melibatkan kelompok kecil untuk meningkatkan
produktivitas pekerjaan di lingkungan mereka sendiri. Kelompok ini sering dipandu
berdasarkan proses kaizen oleh seorang supervisor, kadang-kadang supervisor
ini memegang peranan kunci. Kaizen pada skala luas, menciptakan sistem antar-
departemen, yang menghasilkan manajemen kualitas terpadu, dan membebaskan
manusia melalui upaya peningkatan produktivitas dengan menggunakan mesin
dan suberdaya daya komputasi.

2014 Pengendalian dan Penjaminan Kualitas


10 Meike Elsye Beatrix, ST.MT.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kaizen, seperti yang diterapkan di Toyota, biasanya memberikan perbaikan kecil,
budaya meningkatkan kualitas secara terus-menerus dan menghasilkan standar
kualitas yang lebih besar dalam bentuk peningkatan produktivitas secara
menyeluruh. Filosofi ini berbeda dari “komando dan kontrol” program
peningkatan pertengahan abad kedua puluh. Metodologi Kaizen salah
satunya adalah membuat perubahan berdasarkan hasil pemantauan, kemudian
melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan. Pra-perencanaan skala
besar dan penjadwalan proyek yang luas diganti dengan eksperimen yang lebih
kecil, yang dapat dengan cepat diadaptasi sebagai perbaikan baru yang
disarankan. Dalam penggunaan modern, Kaizen dirancang untuk mengatasi
masalah tertentu selama seminggu dan disebut sebagai “kaizen blitz” atau “acara
kaizen”. Peningkatan kualitas jenis ini terbatas dalam lingkup dan isu-isu
yang muncul yang juga bisa digunakan untuk mengantisipasi masalah yang
akan datang dengan solusi yang jauh lebih baik.

Implementasi Kaizen

Sistem Produksi Toyota dikenal karena kaizen, di mana semua personil lini
diharapkan untuk menghentikan lini produksi bergerak mereka jika terjadi
kelainan dan, bersama dengan atasan mereka, menyarankan perbaikan untuk
mengatasi kelainan yang dapat memulai sebuah kaizen.

Siklus PDCA (Plan Do Check Act) : dalam Konsep PDCA (Plan, Do,
Check, Action) :

Langkah pertama dari kaizen adalah menerapkan siklus PDCA (plan, do, check
action) sebagian sarana yang menjamin terlaksananya kesinambungan dari
kaizen. Hal ini berguna dalam mewujudkan kebijakan untuk memelihara dan
memperbaiki atau meningkatkan standar. Siklus ini merupakan konsep yang
terpenting dari proses kaizen (Imai, 2005: 4)

Rencana (plan) berkaitan dengan penetapan target untuk perbaikan, karena


kaizen adalah cara hidup, maka harus selalu ada perbaikan untuk semua bidang,
dan perumusan rencana guna mencapai target tersebut. Periksa (check)
merujuk

2014 Pengendalian dan Penjaminan Kualitas


11 Meike Elsye Beatrix, ST.MT.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pada penetapan apakah penerapan tersebut berada pada jalur yang sesuai
rencana dan memantau kemajuan perbaikan yang direncanakan. Tindak (action)
berkaitan dengan standarisasi prosedur baru guna menghindari terjadinya
kembali masalah yang sama atau menetapkan sasaran baru bagi perbaikan
berikutnya (Imai, 2005: 5).

Hal ini juga dikenal sebagai siklus Shewhart, Deming siklus, atau PDCA. Teknik
lain yang digunakan dalam hubungannya dengan PDCA meliputi Konsep 5 W +
1
H:

Salah satu pola pikir untuk menjalankan roda PDCA dalam kegiatan kaizen
adalah dengan teknik bertanya dengan pertanyaan dasar 5 W + 1 H (what, who,
why, where, when dan how), yang merupakan bentuk analisis akar penyebab di
mana pengguna bertanya “mengapa” untuk masalah dan jawabannya lima kali
berturut- turut. Ada biasanya serangkaian akar penyebab yang berasal dari satu
masalah, dan mereka dapat divisualisasikan menggunakan diagram
tulang ikan Kaizen atau perbaikan secara terus menerus selalu beriringan
dengan Total Quality Management (TQM). Bahkan sebelum filosofi TQM ini
terlaksana atau sebelum sistem mutu dapat dilaksanakan dalam suatu
perusahaan maka filosofi ini tidak akan dapat dilaksanakan sehingga perbaikan
secara terus menerus ( Just in time) ini adalah usaha yang melekat pada
filosofi TQM itu sendiri. Bagaimana Teori Kaizen diterapkan di Industri di
Indonesia :

Pertumbuhan industri perbankan di Indonesia pada beberapa tahun terakhir di


sebuah bank nasional besar yang sering mengadakan Kaizen event untuk
menyelesaikan masalah mengenai kecepatan proses dan efisiensi. Mereka
mengadakan Kaizen dalam beberapa langkah. Pertama, tentukan masalah yang
akan diselesaikan. Lalu mereka membentuk tim, dan menunjuk project sponsor
untuk event. Mereka menjalankan Kaizen dalam format yang spesifik.
Pelaksanaan Kaizen Event di Perusahaan Non-Manufaktur

Untuk melaksakanakan Kaizen event di perusahaan non-manufaktur, yang


pertama dilakukan (seperti pada awal setiap proyek improvement) adalah
membentuk tim kerja yang akan segera mengidentifikasi masalah, mencari
2014 Pengendalian dan Penjaminan Kualitas
12 Meike Elsye Beatrix, ST.MT.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
penyelesaian, dan menetapkan target. Anggota tim ini akan meninggalkan
pekerjaan sehari-hari mereka selama beberapa hari untuk fokus pada
pelaksanaan Kaizen.

Tim ini mereview proses yang ditargetkan untuk mengidentifikasi celah perbaikan
yang dapat dilakukan dengan Kaizen. Seringkali, tim memilih masalah yang
mudah diatasi; “buah yang tergantung di dahan paling rendah”, karena paling
mudah digapai dan akan membuahkan hasil secara cepat.

Selama review berlangsung, tim menggunakan beberapa tool yang akan


membantu mereka dalam memperoleh gambaran menyeluruh mengenai proses,
seperti time value analysis, process map, atau value stream mapping. Tools
tersebut akan membantu mereka untuk memahami proses yang menjadi target
perbaikan. Ketika tim telah memahami proses dengan baik, mereka
mengidentifikasi celah-celah perbaikan yang relevan, lalu mengembangkan solusi
untuk menuntaskan masalah tersebut.

Alternatif perbaikan tersebut lalu dites dan dievaluasi selama event berlangsung.
Ini akan memungkinkan tim dan process owner untuk memperkirakan efektifitas
dari setia alternatif dan membuat penyesuaian jika diperlukan. Seluruh alternatif
perbaikan diimplementasikan setelah disetujui oleh process owners.

Pada tahap akhir Kaizen, tim mengevaluasi keuntungan-keuntungan yang


dihasilkan oleh event tersebut. Tim mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti:

“Seberapa banyak aktifitas non-value-add yang

dieliminasi?” “Seberapa besar peningkatan produktifitas

yang terjadi?” “Berapa besar biaya yang berhasil dihemat?”

“Seberapa besar peningkatan revenue yang terjadi?”

“Apakah efek dari semua keuntungan terhadap moral


karyawan?”

Mengevaluasi keuntungan (benefit) yang dihasilkan adalah suatu tahap yang


sangat esensial dalam Kaizen event.

2014 Pengendalian dan Penjaminan Kualitas


13 Meike Elsye Beatrix, ST.MT.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pelaksanaan Kaizen event kini jelas sesuai dengan perusahaan non-
manufacturing, karena Kaizen bergantung pada sebuah siklus yang telah terbukti
efektif: menetapkan standard operasional, mengukur operasional yang telah
terstandardisasi, estimasi pengukuran terhadap kebutuhan, dan inovasi untuk
memenuhi kebutuhan dan meningkatkan produktifitas. Kaizen event memberikan
benefit yang signifikan dan akan meningkatkan kemampuan perusahaan
(manufaktur ataupun non-manufaktur) untuk mengatasi banyak masalah secara
efektif.

2014 Pengendalian dan Penjaminan Kualitas


14 Meike Elsye Beatrix, ST.MT.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http:// www.mercubuana.ac.id
DaftarPustaka

 Drs. M.N. Nasution, M.Sc., A.P.U, 2005, Manajemen Mutu Terpadu,


Ghalia Indonesia
 A.V. Feigenbaum, 1996, Gugus Kendali Mutu, Erlangga, Jakarta
 Vincent Gaspersz, 1997, Manajemen Kualitas, Gramedia, Jakarta.
 Dorothea Wahyu Ariani, 2004, Pengendalian Kualitas Statistik,
Andi, Yogyakarta

 Prof. Dr. Ir. T. Yuri M.Z. MEngSc & Dr. Ir. Rahmat Nurcahyo MEngSc,
2013, TQM Manajemen Kualitas Total dalam Perspekif Teknik
Industri, Indeks, Jakarta.

2014 Pengendalian dan Penjaminan Kualitas


15 Meike Elsye Beatrix, ST.MT.
PusatBahan Ajar dan eLearning
http:// www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai