MANAGEMENT (TQM)
Disusun Oleh:
Dosen :
Dr. Satria Yunas Marzuki,S.T.,
M.M.,S.CM
2) F.W. Taylor (1856-1915) Seorang insiyur mengembangkan satu seri konsep yang
merupakan dasar dari pembagian kerja. Analisis dengan pendekatan gerak dan waktu untuk
pekerjaan manual memperoleh gelar “Bapak Manajemen Ilmiah” Management). Dalam
bukunya tersebut Taylor menjelaskan beberapa elemen tentang teori manajemen, yaitu
sebagai berikut:
3) Setiap orang harus mempunyai tugas yang jelas dan harus diselesaikan dalam
satu hari.
Pekerjaan harus memiliki peralatan yang standar untuk menyelesaikan tugas yang
menjadi bagiannya.
Bonus dan intensif wajar diberikan kepada yang berprestasi maksimal.
Penalti yang merupakan kerugian bagi pekerjaan yang tidak mencapai sasaran yang
telah ditentukan (personal loss). Taylor memisahkan perencanaan dari perbaikan
kerja. Dengan demikian, dia memisahkan pekerjaan dari tanggung jawab untuk
memperbaiki kerja.
3) Witcher (1990) menekankan pada pentingnya aspek-aspek TQM menggunakan penjelasan
berikut: Total: Menandakan bahwa setiap orang dalam perusahaan harus dilibatkan
(bahkan mungkin pelanggan dan para pemasok), Quality: Mengindikasikan bahwa
keperluan-keperluan pelanggan sepenuhnya dipenuhi, dan Management: Menjelaskan
bahwa eksekutif senior pun harus komit secara penuh.
4) Feigenbaum (1991) memberikan definisi yang lebih lengkap dari TQM: “sistem kualitas
total dijelaskan sebagai salah satu yang merangkum keseluruhan siklus kepuasan
pelanggan dari interpretasi keperluannya terutama pada tahap pemesanan, melalui pasokan
produk atau jasa dari harga ekonominya dan pada persepsinya dari produk setelah dia telah
menggunakannya sepanjang perioda waktu”.
5) Definisi TQM menurut BS 4778 adalah : Manajemen Kualitas Total (TQM) adalah konsep
dan metoda yang memerlukan komitmen dan keterlibatan pihak manajemen dan seluruh
organisasi dalam pengolahan perusahaan untuk memenuhi keinginan atau kepuasan
pelanggan secara konsisten. Dalam TQM tidak hanya pihak manajemen yang
bertanggungjawab dalam memenuhi keinginan pelanggan, tetapi juga peran secara aktif
seluruh anggota dalam organisasi untuk memperbaiki kualitas produk atau jasa yang
dihasilkannya (Bennett and Kerr, 1996).
Total Quality Management (TQM) berasal dari kata "Total" yang berarti keseluruhan atau
terpadu, "Quality" yang berarti kualitas, dan "Management" yang telah disamakan dengan
manajemen dalam Bahasa Indonesia yang berarti pengelolaan.
Dalam pengertian mengenai TQM, penekanan utama adalah pada kualitas yang
didefinisikan dengan mengerjakan segala sesuatu dengan baik sejak awal dengan tujuan untuk
memenuhi kepuasan pelanggan.
TQM juga dapat di artikan sebagai strategi manajemen yang ditujukan untuk
menanamkan kesadaran kualitas pada semua proses dalam organisasi. Sesuai dengan definisi
dari ISO, TQM adalah "suatu pendekatan manajemen untuk suatu organisasi yang terpusat
pada kualitas, berdasarkan partisipasi semua anggotanya dan bertujuan untuk kesuksesan
jangka panjang melalui kepuasan pelanggan serta memberi keuntungan untuk semua anggota
dalam organisasi serta masyarakat.
"Filosofi dasar dari TQM adalah "sebagai efek dari kepuasan konsumen, sebuah
organisasi dapat mengalami kesuksesan."
Ada beberapa elemen bahwa sesuatu dikatakan berkualitas, yakni;
1) Perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah holistik yang dibangun
berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan pengertian serta kepuasan
pelanggan (Ishikawa, 1993, p.135).
2) Sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi
pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi (Santosa,
1992, p.33).
Pengertian lain dikemukakan oleh Drs. M.N. Nasution, M.S.c., A.P.U. mengatakan bahwa
Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang
mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas
produk, jasa, tenaga kerja, proses, dan lingkungannya.
3. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah sangat di perlukan dalam penerapan TQM,terutama untuk
mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tesebut. Dengan demikian data
di perlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau
prestasi, dan melaksanakan perbaikan.
9. Kesatuan Tujuan.
Supaya TQM dapat diterapkan dengan baik maka perusahaan harus memiliki
kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama.
Akan tetapi kesatuan tujuan ini tidak berarti bahwa harus selalu ada
persetujuan/kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan mengenai upah dan
kondisi kerja.
D. Prinsip-prinsip TQM
Ada beberapa tokoh yang mengemukakan prinsip-prinsip TQM. Salah satunya adalah
Bill Crash, 1995, mengatakan bahwa program TQM harus mempunyai empat prinsip bila ingin
sukses dalam penerapannya. Keempat prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
a) Program TQM harus didasarkan pada kesadaran akan kualitas dan berorientasi pada
kualitas dalam semua kegiatannya sepanjang program, termasuk dalam setiap proses
dan produk.
b) Program TQM harus mempunyai sifat kemanusiaan yang kuat dalam memberlakukan
karyawan, mengikutsertakannya, dan memberinya inspirasi.
c) Progran TQM harus didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang memberikan
wewenang disemua tingkat, terutama di garis depan, sehingga antusiasme keterlibatan
dan tujuan bersama menjadi kenyataan.
d) Program TQM harus diterapkan secara menyeluruh sehingga semua prinsip,
kebijaksanaan, dan kebiasaan mencapai setiap sudut dan celah organisasi.
Lebih lanjut Bill Creech, 1996, menyatakan bahwa prinsip-prinsip dalam sistem TQM harus
dibangun atas dasar 5 pilar sistem yaitu; Produk, Proses, Organisasi, Kepemimpinan, dan
Komitmen.
Produk adalah titik pusat untuk tujuan dan pencapaian organisasi. Mutu dalam produk
tidak mungkin ada tanpa mutu di dalam proses. Mutu di dalam proses tidak mungkin ada tanpa
organisasi yang tepat. Organisasi yang tepat tidak ada artinya tanpa pemimpin yang memadai.
Komitmen yang kuat dari bawah ke atas merupakan pilar pendukung bagi semua yang lain.
Setiap pilar tergantung pada keempat pilar yang lain, dan kalau salah satu lemah dengan
sendirinya yang lain juga lemah.
Pendapat lain dikemukakan oleh Hensler dan Brunnell (dalam Scheuing dan
Christopher, 1993: 165-166) yang dikutip oleh Drs. M.N. Nasution, M.S.c., A.P.U. dalam
bukkunya yang berjudul Manjemen Mutu Terpadu, mengatakan bahwa TQM merupakan suatu
konsep yang berupaya, melaksanakan sistem manajemen kualitas kelas dunia. Untuk itu,
diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi.
ada empat prinsip utama dalam TQM, yaitu :
1. Kepuasan pelanggan.
2. Respek terhadap setiap orang.
3. Manajemen berdasarkan fakta.
4. Perbaikan berkesinambungan.
Manfaat lain dari implementasi TQM yang mungkin dapat dirasakan oleh institusi di
masa yang akan datang adalah:
1. Membuat institusi sebagai pemimpin (leader) dan bukan hanya sekedar
pengikut (follower)
2. Membantu terciptanya tim work
3. Membuat institusi lebih sensitif terhadap kebutuhan pelanggan
4. Membuat institusi siap dan lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan
5. Hubungan antara staf departemen yang berbeda lebih mudah
Persyaratan Implementasi TQM, Agar implementasi program TQM berjalan sesuai dengan
yang diharapkan diperlukan persyaratan sebagai berikut:
1. Komitmen yang tinggi (dukungan penuh) dari menejemen puncak.
2. Mengalokasikan waktu secara penuh untuk program TQM.
3. Menyiapkan dana dan mempersiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas.
4. Memilih koordinator (fasilitator) program TQM.
5. Melakukan banchmarking pada perusahaan lain yang menerapkan TQM.
6. Merumuskan nilai (value), visi (vision) dan misi (mission).
7. Mempersiapkan mental untuk menghadapi berbagai bentuk hambatan.
8. Merencanakan mutasi program TQM.
Agar sistem kualitas modern menjadi lebih efektif, langkah yang harus ditempuh antara lain:
1) Mendefinisikan dan merinci sasaran dan kebijakan kualitas.
2) Berorientasi pada kepuasan pelanggan.
3) Mengerahkan semua aktivitas untuk mencapai sasaran dan kebijakan
kualitas yang telah ditetapkan.
4) Mengintegrasikan aktivitas-aktivitas tersebut di dalam organisasi.
5) Mengidentifikasi kualitas peralatan dengan cermat.
6) Melakukan pelatihan dan memotivasi karyawan.
7) Pengendalian terhadap ongkos kualitas dan pengukuran lainnya sesuai
standar kualitas yang diinginkan.
8) Memeriksa aktivitas dari sistem kualitas modern secara periodik.
Dari Menjadi
Jika tidak rusak, jangan diperbaiki Pengembangan berkesinambungan
Mutu tidak penting Pengawasan terhadap mutu
Pembangunan Inovasi
Struktur organisasi yang kaku Struktur organisasi fleksibel
Birokrasi organisasi berlapis-lapis Lapisan organisasi hanya sedikit
Persaingan Kerjasama
Kinerja individu Kinerja tim
Semua orang terspesialisasi dan Semua orang menambah nilai, fleksibel dan
dikendalikan terberdayakan
Pendidikan untuk manajemen Pendidikan dan pelatihan untuk semua orang
G. Implementasi TQM
Untuk mengimplementasikan TQM pada kegiatan belajar-mengajar siswa di SMK,
pihak sekolah dapat menerapkan siklus PDCA (Plan, Do, Check, Act) yang dalam dunia
industri dipergunakan oleh perusahaan untuk menyelesaikan masalah. Siklus PDCA
diperkenalkan oleh Deming, salah satu tokoh TQM (Slamet, dkk 1996:5). Pada siklus Deming
ini, proses penyelesaian masalah dengan menggunakan siklus perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, dan tindak lanjut. Berikut delapan langkah dalam penyelesaian masalah berdasarkan
siklus PDCA Deming.
1) Perencanaan (Plan)
Menurut Tampubolon (Slamet, dkk 1996:4) tahap perencanaan dimulai dari:
Langkah (1) : Tentukan problem utama. Apabila banyak problema yang
dihadapi, carilah yang paling penting;
Langkah (2) : Tentukan faktor penyebab;
Langkah (3) : Tetapkan urutan penyebab;
Langkah (4) : Perumusan rencana penanggulangan dan sasaran.
Apabila tahap perencanaan dari siklus PDCA ini kita kembangkan pada tahap
perencanaan di kegiatan belajar-mengajar siswa, maka langkah pertama yang harus dilakukan
sekolah adalah menetapkan permasalahan di seputar kegiatan pembelajaran secara sistematis.
Dalam menentukan urutan masalah, kepala sekolah harus mengikutsertakan staf dan guru
untuk membicarakannya. Sebaiknya kepala sekolah membentuk kelompok kerja atau tim
khusus perbaikan untuk berpartisipasi dalam pembuatan rencana perbaikan. Dalam
mengidentifikasi permasalahan seputar kegiatan belajar-mengajar hendaknya sekolah dapat
membatasi permasalahan yang ada, kemudian mencari kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang mungkin saja ada dari fokus masalah melalui analisis SWOT/SWOT
analysis (Strenghts, Weaknessess, Opportunities, Threat).
Setelah dilakukan identifikasi fokus masalah melalui analisis SWOT, tim akan mudah
menentukan penyebab dari masalah yang ada. Langkah selanjutnya adalah tim perbaikan harus
menetapkan urutan penyebab masalah yang ada dalam kegiatan belajar-mengajar secara
sistematis berdasarkan permasalahan terpenting terlebih dahulu, hingga ke permasalahan
ringan. Tahap dari akhir perencanaan ini adalah tim perbaikan/pihak sekolah wajib
mengadakan perumusan langkah perbaikan atau usaha pemecahan masalah yang akan
dilakukan, beserta maksud dan tujuan dari langkah penanggulangan itu.
2) Pelaksanaan (Do)
Tahap pelaksanaan ini merupakan tahap implementasi rencana-rencana
penanggulangan dari masalah yang ada. Pada tahap ini, menurut Tampubolon (dalam Slamet,
dkk 1996:4), perencanaan yang telah ada dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Pada tahap pelaksanaan ini, tim perbaikan sebaiknya harus tetap memantau proses
implementasi maupun hasilnya. Apabila pada saat proses pelaksanaan rencana, tiba-tiba terjadi
peristiwa dengan keadaan yang tidak terprediksi sebelumnya, maka pihak sekolah harus
mampu mengadakan penyesuaian sesuai dengan kondisi tersebut.
3) Evaluasi (Check)
Pada tahap evaluasi ini, tim perbaikan mutu kegiatan belajar-mengajar harus
mengadakan pemantauan terhadap semua bagian kegiatan dari proses pelaksanaan rencana
yang telah dilaksanakan. Evaluasi dijalankan untuk mengetahui apakah sasaran yang telah
ditetapkan berhasil sesuai rencana atau terdapat penyimpangan Tampubolon (dalam Slamet,
dkk 1996:4). Pada tahap ini, buatlah alat atau cara untuk memantau (memonitor) pelaksanaan
proses dan hasilnya, konfirmasikan bahwa cara atau alat itu absah untuk digunakan, apakah
evaluasi itu mendatangkan efek yang diinginkan, apakah ada konsekuensi yang tak diharapkan
(Slamet, dkk 1996:9).
2. Team mania
Untuk menunjang dan menumbuhkan kerja sama dalam tim, paling tidak
ada dua dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, baik penyelia maupun
karyawan harus memiliki pemahaman yang baik terhadap perannya masing-
masing. Kedua. Organisasi harus melakukan perubahan budaya supaya
kerjasama tim `tersebut dapat berhasil. Apabila kedua hal tersebut tidak
dilakukan sebelum pembentukan tim, maka hanya akan timbul masalah,
bukannya pemecahan masalah.
3. Proses penyebarluasan
Ada organisasi yang mengembangkan inisiatif kualitas tanpa secara
berbarengan mengembangkan rencana untuk menyatukan kedalam seluruh
elemen-elemen organisasi. Seharusnya pengembangan inisiatif tersebut
melibatkan para manajer, serikat pekerja, pemasok, dan bidang produksi
lainnya, karena usaha itu meliputi pemikiran mengenai struktur, penghargaan,
pengembangan keterampilan, pendidikan dan kesadaran.
2) Sumber inovasinya
Bila sebagian besar teknik manajemen berasal dari sekilah bisnis dan perusaha
an konsultan maka inovasi TQM berasal dari para pionir yang berasal dari tekhnik
industri dan ahli fisika.
3) Asal kelahirannya
Kebanyakan konsep manajemen berasal dari amerika serikat kemudian berkem
bang keseluruh dunia tetapi TQM lahir di amerika tetapi banyak di kembangkan di
jepang dan di negara eropa.
https://dinikomalasari.wordpress.com/2013/11/07/tqm-total-quality-management/
https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_kualitas_total
http://raghae.blogspot.co.id/2013/12/total-quality-manajemen-tqm.html