Anda di halaman 1dari 15

TOTAL QUALITY

MANAGEMENT (TQM)

Disusun Oleh:

Sri Puspita Handayani 1120210059


Devina Febryani Putri 1120210101
Winoto
Sari Dwi Lestari 1120210099
Daffa Fathan Rizky 1120210067
Akmal Abdul Karim 1120210051
Ilham Nur Hakim 1120210084
Muhammad Ilham 1120210043
Hidayatullah
Rafy Agung Nugraha 1120210058
Rizal Prasetyo Wibowo 1120210087

Dosen :
Dr. Satria Yunas Marzuki,S.T.,
M.M.,S.CM

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA SELATAN
2023
A. Sejarah Munculnya Total Quality Managemen (TQM)

TQM bermula di AS selama PD II, ketika ahli statistik AS W. Edward Deming


menolong para insinyur dan teknisi untuk menggunakan teori statistik untuk memperbaiki
kualitas produksi. Setelah perang, teorinya banyak diremehkan oleh perusahaan Amerika.
Kemudian Deming pergi ke Jepang, dimana dia mengajarkan pemimpin bisnis top pada
Statistical Quality Control, mengajarkan mereka dapat membangun negaranya jika mengikuti
nasehatnya.
TQM muncul sebagai respon pada kesulitan membaurkan pendekatan kualitas teknis
dengan tenaga kerja yang berkembang pesat tak terlatih atau semi terlatih saat dan setelah PD
II. Meskipun banyak dari ide tersebut berawal di AS namun sebagian besar perusahaan
Jepanglah yang mengimplementasikannya dan memperbaikinya dari 1950-an. Seperti halnya
pendekatan kualitas teknis, TQM juga menekankan pada pentingnya input namun
mengembangkannya dari kompetensi teknis ke juga termasuk pentingnya motivasi orang dan
kemampuannya untuk bekerja dalam tim dalam rangka memecahkan persoalan.
Sebagai tambahan TQM berfokus pada pentingnya proses bisnis yang baik terutama
satu pola yang mengurangi hambatan dari batasan internal dan mengerti kebutuhan detail
pelanggan sehingga kebutuhan mereka dapat sepenuhnya tercapai. Keperluan-keperluan ini
sejauh ini mencapai tahap dimana TQM menjadi pemikiran terbaik sebagai filosofi manajemen
umum daripada pendekatan tertentu untuk kualitas. Jadi dapat disimpulkan awal mulanya TQM
(Total Quality Management) adalah di dunia bisnis, dan sekarang mulai berkembang di dunia
pendidikan.

B. Pengertian TQM (Total Quality Management)


Dalam hal ini, para ahli dalam mendefinisikan TQM terdapat beberapa perbedaan
diantaranya yaitu:
1) Tobin (1990) mendefinisikan TQM sebagai usaha terintegrasi total untuk mendapatkan
manfaat kompetitif dengan cara secara terus-menerus memperbaiki setiap fase budaya
organisasional.

2) F.W. Taylor (1856-1915) Seorang insiyur mengembangkan satu seri konsep yang
merupakan dasar dari pembagian kerja. Analisis dengan pendekatan gerak dan waktu untuk
pekerjaan manual memperoleh gelar “Bapak Manajemen Ilmiah” Management). Dalam
bukunya tersebut Taylor menjelaskan beberapa elemen tentang teori manajemen, yaitu
sebagai berikut:
 3) Setiap orang harus mempunyai tugas yang jelas dan harus diselesaikan dalam
satu hari.
 Pekerjaan harus memiliki peralatan yang standar untuk menyelesaikan tugas yang
menjadi bagiannya.
 Bonus dan intensif wajar diberikan kepada yang berprestasi maksimal.
 Penalti yang merupakan kerugian bagi pekerjaan yang tidak mencapai sasaran yang
telah ditentukan (personal loss). Taylor memisahkan perencanaan dari perbaikan
kerja. Dengan demikian, dia memisahkan pekerjaan dari tanggung jawab untuk
memperbaiki kerja.
3) Witcher (1990) menekankan pada pentingnya aspek-aspek TQM menggunakan penjelasan
berikut: Total: Menandakan bahwa setiap orang dalam perusahaan harus dilibatkan
(bahkan mungkin pelanggan dan para pemasok), Quality: Mengindikasikan bahwa
keperluan-keperluan pelanggan sepenuhnya dipenuhi, dan Management: Menjelaskan
bahwa eksekutif senior pun harus komit secara penuh.

4) Feigenbaum (1991) memberikan definisi yang lebih lengkap dari TQM: “sistem kualitas
total dijelaskan sebagai salah satu yang merangkum keseluruhan siklus kepuasan
pelanggan dari interpretasi keperluannya terutama pada tahap pemesanan, melalui pasokan
produk atau jasa dari harga ekonominya dan pada persepsinya dari produk setelah dia telah
menggunakannya sepanjang perioda waktu”.

5) Definisi TQM menurut BS 4778 adalah : Manajemen Kualitas Total (TQM) adalah konsep
dan metoda yang memerlukan komitmen dan keterlibatan pihak manajemen dan seluruh
organisasi dalam pengolahan perusahaan untuk memenuhi keinginan atau kepuasan
pelanggan secara konsisten. Dalam TQM tidak hanya pihak manajemen yang
bertanggungjawab dalam memenuhi keinginan pelanggan, tetapi juga peran secara aktif
seluruh anggota dalam organisasi untuk memperbaiki kualitas produk atau jasa yang
dihasilkannya (Bennett and Kerr, 1996).

Total Quality Management (TQM) berasal dari kata "Total" yang berarti keseluruhan atau
terpadu, "Quality" yang berarti kualitas, dan "Management" yang telah disamakan dengan
manajemen dalam Bahasa Indonesia yang berarti pengelolaan.
Dalam pengertian mengenai TQM, penekanan utama adalah pada kualitas yang
didefinisikan dengan mengerjakan segala sesuatu dengan baik sejak awal dengan tujuan untuk
memenuhi kepuasan pelanggan.
TQM juga dapat di artikan sebagai strategi manajemen yang ditujukan untuk
menanamkan kesadaran kualitas pada semua proses dalam organisasi. Sesuai dengan definisi
dari ISO, TQM adalah "suatu pendekatan manajemen untuk suatu organisasi yang terpusat
pada kualitas, berdasarkan partisipasi semua anggotanya dan bertujuan untuk kesuksesan
jangka panjang melalui kepuasan pelanggan serta memberi keuntungan untuk semua anggota
dalam organisasi serta masyarakat.
"Filosofi dasar dari TQM adalah "sebagai efek dari kepuasan konsumen, sebuah
organisasi dapat mengalami kesuksesan."
Ada beberapa elemen bahwa sesuatu dikatakan berkualitas, yakni;

1) Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan


2) Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan
3) Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (apa yang dianggap berkualitas
saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada saat yang lain).
4) Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
Mutu terpadu atau disebut juga Total Quality Management (TQM) dapat didefinisikan
dari tiga kata yang dimilikinya yaitu: Total (keseluruhan), Quality (kualitas, derajat/tingkat
keunggulan barang atau jasa), Management (tindakan, seni, cara menghendel, pengendalian,
pengarahan).
Dari ketiga kata yang dimilikinya, definisi TQM adalah: “sistem manajemen yang
berorientasi pada kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dengan kegiatan yang
diupayakan benar sekali (right first time), melalui perbaikan berkesinambungan (continous
improvement) dan memotivasi karyawan “ (Kid Sadgrove, 1995).
Seperti halnya kualitas, Total Quality Management dapat diartikan sebagai berikut;

1) Perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah holistik yang dibangun
berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan pengertian serta kepuasan
pelanggan (Ishikawa, 1993, p.135).

2) Sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi
pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi (Santosa,
1992, p.33).

3) Suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan


daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia,
proses, dan lingkungannya.

Pengertian lain dikemukakan oleh Drs. M.N. Nasution, M.S.c., A.P.U. mengatakan bahwa
Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang
mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas
produk, jasa, tenaga kerja, proses, dan lingkungannya.

C. Unsur-unsur utama TQM


Komponen ini memiliki 10 unsur utama (Goetch dan Davis, 1994) yang masing-masing
akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Fokus Pada Pelanggan


Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal
merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang
disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam
menentukan kualitas manusia, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan
produk atau jasa.

2. Obsesi terhadap Kualitas


Dalam organisasi yang menerapkan TQM, penentu akhir kualitas pelanggan
internal dan eksternal. Dengan kualitas yang ditetapkan tersebut, organisasi harus
terobsesi untuk memulai atau melebihi apa yang ditentukan tersebut. Hal ini berarti
bahwa semua karywan pada setiap level berusaha melaksanakan setiap aspek
pekerjaannya gberdasarkan perspektif”bagaimana kita dapat melakukannya dengan
lebih baik?” bila suatu organisasi terobsesi dengan kualitas,maka berlaku prinsip’good
enough is never good enough’.

3. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah sangat di perlukan dalam penerapan TQM,terutama untuk
mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tesebut. Dengan demikian data
di perlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau
prestasi, dan melaksanakan perbaikan.

4. Komitmen Jangka Panjang


TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu
dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu komitmen jangka
panjang sangat penting guna mengadakan perubahan agar penerapan TQM dapat
berjalan dengan sukses.

5. KerjaSama Tim (Teamwork)


Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional, seringkali diciptakan
persaingan antar departemen yang ada dalam organisasi tersebut agar daya saingannya
terdongkrak. Akan tetapi persaingan internal tersebut cenderung hanya menggunakan
dan menghabiskan energi yang seharusnya dipusatkan pada upaya perbaikan kualitas,
yang pada gilirannya untuk meningkatkan daya saing eksternal.
Sementara itu dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerjasama tim,
kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina, baik antar karyawan perusahaan maupun
dengan pemasok, lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.

6. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan.


Setiap produk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu
didalam suatu sistem atau lingkungan. Oleh karena itu system yang ada perlu diperbaiki
secara terus menerus agar kualitas yang dihasilkan dapat meningkat.

7. Pendidikan dan Pelatihan


Dewasa ini masih terdapat perusahaan yang menutup[ mata terhadap
pentingnya pendidikan dan pelatihan. Perusahaan-perusahaan seperti itu hanya akan
memberikan pelatihan-pelatihan yang sekedarnya kepada karyawannya.
Hal ini menyebabkan perusahaan tidak berkembang dan sulit bersaing dengan
perusahaan lainnya. Sedangkan dalam perusahaan yang menerapkan TQM, pendidikan
dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Dalam hal ini berlaku prinsip bahwa
belajar merupakan proses yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia.

8. Kebebasan yang Terkendali


Dalam TQM keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan
keputusandan pemecahan masalah merupakan unsure yang sangat penting. Hal ini
dikarenakan unsure tersebut dapat meningkatkan “rasa memiliki“ dan tanggungjawab
karyawan terhadap keputusan yang telah dibuat. Selain itu unsur ini juga dapat
memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan yang diambil, karena
pihak yang terlibat lebih banyak.

9. Kesatuan Tujuan.
Supaya TQM dapat diterapkan dengan baik maka perusahaan harus memiliki
kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama.
Akan tetapi kesatuan tujuan ini tidak berarti bahwa harus selalu ada
persetujuan/kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan mengenai upah dan
kondisi kerja.

10. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan


Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam
penerapan TQM. Usaha untuk melibatkan karyawan membawa 2 manfaat utama.
Pertama, hal ini akan meningkatkan kemungkinan dihasilkannya keputusan yang baik,
rencana yang lebih baik, atau perbaikan yang lebih efektif karena juga mencakup
pandangan dan pemikiran dari pihak-pihak yang langsung berhubungan dengan situasi
kerja. Kedua, keterlibatan karyawan juga meningkatkan ‘rasa memiliki” dan tanggung
jawab atas keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus melaksanakannya.
Pemberdayaan bukan sekedar berarti melibatkan karyawan tetapi juga melibatkan
mereka dengan memberikan pengaruh yang sungguh-sungguh berarti. Salah satu cara
yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun pekerjaan yang memungkinkan pada
karyawan untuk mengambil keputusan mengenai perbaikan proses pekerjaanya dalam
parameter yang ditetapkan dengan jelas.

D. Prinsip-prinsip TQM
Ada beberapa tokoh yang mengemukakan prinsip-prinsip TQM. Salah satunya adalah
Bill Crash, 1995, mengatakan bahwa program TQM harus mempunyai empat prinsip bila ingin
sukses dalam penerapannya. Keempat prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

a) Program TQM harus didasarkan pada kesadaran akan kualitas dan berorientasi pada
kualitas dalam semua kegiatannya sepanjang program, termasuk dalam setiap proses
dan produk.
b) Program TQM harus mempunyai sifat kemanusiaan yang kuat dalam memberlakukan
karyawan, mengikutsertakannya, dan memberinya inspirasi.
c) Progran TQM harus didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang memberikan
wewenang disemua tingkat, terutama di garis depan, sehingga antusiasme keterlibatan
dan tujuan bersama menjadi kenyataan.
d) Program TQM harus diterapkan secara menyeluruh sehingga semua prinsip,
kebijaksanaan, dan kebiasaan mencapai setiap sudut dan celah organisasi.
Lebih lanjut Bill Creech, 1996, menyatakan bahwa prinsip-prinsip dalam sistem TQM harus
dibangun atas dasar 5 pilar sistem yaitu; Produk, Proses, Organisasi, Kepemimpinan, dan
Komitmen.

Lima Pilar TQM :


1. Produk
2. Proses
3. Organisasi
4. Pemimpin
5. Komitmen

Produk adalah titik pusat untuk tujuan dan pencapaian organisasi. Mutu dalam produk
tidak mungkin ada tanpa mutu di dalam proses. Mutu di dalam proses tidak mungkin ada tanpa
organisasi yang tepat. Organisasi yang tepat tidak ada artinya tanpa pemimpin yang memadai.
Komitmen yang kuat dari bawah ke atas merupakan pilar pendukung bagi semua yang lain.
Setiap pilar tergantung pada keempat pilar yang lain, dan kalau salah satu lemah dengan
sendirinya yang lain juga lemah.
Pendapat lain dikemukakan oleh Hensler dan Brunnell (dalam Scheuing dan
Christopher, 1993: 165-166) yang dikutip oleh Drs. M.N. Nasution, M.S.c., A.P.U. dalam
bukkunya yang berjudul Manjemen Mutu Terpadu, mengatakan bahwa TQM merupakan suatu
konsep yang berupaya, melaksanakan sistem manajemen kualitas kelas dunia. Untuk itu,
diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi.
ada empat prinsip utama dalam TQM, yaitu :

1. Kepuasan pelanggan.
2. Respek terhadap setiap orang.
3. Manajemen berdasarkan fakta.
4. Perbaikan berkesinambungan.

E. Manfaat Program TQM


TQM sangat bermanfaat baik bagi pelanggan, institusi, maupun bagi staf organisasi.
Manfaat TQM bagi pelanggan adalah:
1. Sedikit atau bahkan tidak memiliki masalah dengan produk atau pelayanan.
2. Kepedulian terhadap pelanggan lebih baik atau pelanggan lebih diperhatikan.
3. Kepuasan pelanggan terjamin.

Manfaat TQM bagi institusi adalah:


1. Terdapat perubahan kualitas produk dan pelayanan
2. Staf lebih termotivasi
3. Produktifitas meningkat
4. Biaya turun
5. Produk cacat berkurang
6. Permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat.
Manfaat TQM bagi staf Organisasi adalah:
1. Pemberdayaan
2. Lebih terlatih dan berkemampuan
3. Lebih dihargai dan diakui

Manfaat lain dari implementasi TQM yang mungkin dapat dirasakan oleh institusi di
masa yang akan datang adalah:
1. Membuat institusi sebagai pemimpin (leader) dan bukan hanya sekedar
pengikut (follower)
2. Membantu terciptanya tim work
3. Membuat institusi lebih sensitif terhadap kebutuhan pelanggan
4. Membuat institusi siap dan lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan
5. Hubungan antara staf departemen yang berbeda lebih mudah

Persyaratan Implementasi TQM, Agar implementasi program TQM berjalan sesuai dengan
yang diharapkan diperlukan persyaratan sebagai berikut:
1. Komitmen yang tinggi (dukungan penuh) dari menejemen puncak.
2. Mengalokasikan waktu secara penuh untuk program TQM.
3. Menyiapkan dana dan mempersiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas.
4. Memilih koordinator (fasilitator) program TQM.
5. Melakukan banchmarking pada perusahaan lain yang menerapkan TQM.
6. Merumuskan nilai (value), visi (vision) dan misi (mission).
7. Mempersiapkan mental untuk menghadapi berbagai bentuk hambatan.
8. Merencanakan mutasi program TQM.

F. Konsep Total Quality Managemen (TQM)


Konsep trilogy kualitas oleh Dr. Juran mengetengahkan Perencanaan Kualitas (quality
planning), Pengendalian Kualitas (quality control), dan Peningkatan Kualitas (quality
improvement).
Quality Planning melibatkan aktivitas:
1) Identifikasi pelanggan dan menentukan kebutuhan pelanggan.
2) Menciptakan keistimewaan produk yang dapat memenuhi kebutuhan
pelanggan.
3) Menciptakan proses yang mampu menghasilkan keinstimewaan produk.
4) Perencanaan kualitas melibatkan partisipasi mereka yang akan dipengaruhi
oleh rencana. Pendekatan Juran terhadap pengendalian kualitas melibatkan
beberapa aktivitas berikut:
5) Mengevaluasi kinerja aktual.
6) Membandingkan aktual dengan sasaran.
7) Mengambil tindakan atas perbedaan aktual dengan sasaran.
Sedangkan pendekatan terhadap perbaikan atau peningkatan kualitas (quality
improvement) mencakup:
1) Menciptakan kesadaran dari kebutuhan dan kesempatan untuk peningkatan.
2) Memastikan peningkatan kualitas sebagai bagian dari deskripsi pekerjaan.
3) Menciptakan infrastruktur, memilih proyek untuk perbaikan, menentukan
tim, menyiapkan fasilitator.
4) Memberikan pelatihan.
5) Meninjau kemajuan secara teratur.
6) Penghargaan kepada tim yang berhasil.
7) Mensosialisasikan hasil-hasil perbaikan.
8) Memperbaiki sistem balas jasa (reward system).
9) Mempertahankan momentum melalui perluasan rencana bisnis mencakup
sasaran untuk peningkatan kualitas.

Agar sistem kualitas modern menjadi lebih efektif, langkah yang harus ditempuh antara lain:
1) Mendefinisikan dan merinci sasaran dan kebijakan kualitas.
2) Berorientasi pada kepuasan pelanggan.
3) Mengerahkan semua aktivitas untuk mencapai sasaran dan kebijakan
kualitas yang telah ditetapkan.
4) Mengintegrasikan aktivitas-aktivitas tersebut di dalam organisasi.
5) Mengidentifikasi kualitas peralatan dengan cermat.
6) Melakukan pelatihan dan memotivasi karyawan.
7) Pengendalian terhadap ongkos kualitas dan pengukuran lainnya sesuai
standar kualitas yang diinginkan.
8) Memeriksa aktivitas dari sistem kualitas modern secara periodik.

Tabel 1: Perubahan Paradigma Konsep Manajemen

Dari Menjadi
Jika tidak rusak, jangan diperbaiki Pengembangan berkesinambungan
Mutu tidak penting Pengawasan terhadap mutu
Pembangunan Inovasi
Struktur organisasi yang kaku Struktur organisasi fleksibel
Birokrasi organisasi berlapis-lapis Lapisan organisasi hanya sedikit
Persaingan Kerjasama
Kinerja individu Kinerja tim
Semua orang terspesialisasi dan Semua orang menambah nilai, fleksibel dan
dikendalikan terberdayakan
Pendidikan untuk manajemen Pendidikan dan pelatihan untuk semua orang

G. Implementasi TQM
Untuk mengimplementasikan TQM pada kegiatan belajar-mengajar siswa di SMK,
pihak sekolah dapat menerapkan siklus PDCA (Plan, Do, Check, Act) yang dalam dunia
industri dipergunakan oleh perusahaan untuk menyelesaikan masalah. Siklus PDCA
diperkenalkan oleh Deming, salah satu tokoh TQM (Slamet, dkk 1996:5). Pada siklus Deming
ini, proses penyelesaian masalah dengan menggunakan siklus perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, dan tindak lanjut. Berikut delapan langkah dalam penyelesaian masalah berdasarkan
siklus PDCA Deming.

1) Perencanaan (Plan)
Menurut Tampubolon (Slamet, dkk 1996:4) tahap perencanaan dimulai dari:
Langkah (1) : Tentukan problem utama. Apabila banyak problema yang
dihadapi, carilah yang paling penting;
Langkah (2) : Tentukan faktor penyebab;
Langkah (3) : Tetapkan urutan penyebab;
Langkah (4) : Perumusan rencana penanggulangan dan sasaran.
Apabila tahap perencanaan dari siklus PDCA ini kita kembangkan pada tahap
perencanaan di kegiatan belajar-mengajar siswa, maka langkah pertama yang harus dilakukan
sekolah adalah menetapkan permasalahan di seputar kegiatan pembelajaran secara sistematis.
Dalam menentukan urutan masalah, kepala sekolah harus mengikutsertakan staf dan guru
untuk membicarakannya. Sebaiknya kepala sekolah membentuk kelompok kerja atau tim
khusus perbaikan untuk berpartisipasi dalam pembuatan rencana perbaikan. Dalam
mengidentifikasi permasalahan seputar kegiatan belajar-mengajar hendaknya sekolah dapat
membatasi permasalahan yang ada, kemudian mencari kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang mungkin saja ada dari fokus masalah melalui analisis SWOT/SWOT
analysis (Strenghts, Weaknessess, Opportunities, Threat).
Setelah dilakukan identifikasi fokus masalah melalui analisis SWOT, tim akan mudah
menentukan penyebab dari masalah yang ada. Langkah selanjutnya adalah tim perbaikan harus
menetapkan urutan penyebab masalah yang ada dalam kegiatan belajar-mengajar secara
sistematis berdasarkan permasalahan terpenting terlebih dahulu, hingga ke permasalahan
ringan. Tahap dari akhir perencanaan ini adalah tim perbaikan/pihak sekolah wajib
mengadakan perumusan langkah perbaikan atau usaha pemecahan masalah yang akan
dilakukan, beserta maksud dan tujuan dari langkah penanggulangan itu.

2) Pelaksanaan (Do)
Tahap pelaksanaan ini merupakan tahap implementasi rencana-rencana
penanggulangan dari masalah yang ada. Pada tahap ini, menurut Tampubolon (dalam Slamet,
dkk 1996:4), perencanaan yang telah ada dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Pada tahap pelaksanaan ini, tim perbaikan sebaiknya harus tetap memantau proses
implementasi maupun hasilnya. Apabila pada saat proses pelaksanaan rencana, tiba-tiba terjadi
peristiwa dengan keadaan yang tidak terprediksi sebelumnya, maka pihak sekolah harus
mampu mengadakan penyesuaian sesuai dengan kondisi tersebut.

3) Evaluasi (Check)
Pada tahap evaluasi ini, tim perbaikan mutu kegiatan belajar-mengajar harus
mengadakan pemantauan terhadap semua bagian kegiatan dari proses pelaksanaan rencana
yang telah dilaksanakan. Evaluasi dijalankan untuk mengetahui apakah sasaran yang telah
ditetapkan berhasil sesuai rencana atau terdapat penyimpangan Tampubolon (dalam Slamet,
dkk 1996:4). Pada tahap ini, buatlah alat atau cara untuk memantau (memonitor) pelaksanaan
proses dan hasilnya, konfirmasikan bahwa cara atau alat itu absah untuk digunakan, apakah
evaluasi itu mendatangkan efek yang diinginkan, apakah ada konsekuensi yang tak diharapkan
(Slamet, dkk 1996:9).

4) Tindak Lanjut (Act)


Tahapan ini merupakan tahapan akhir dari siklus PDCA. Tim perbaikan mutu kegiatan
belajar-mengajar sekolah harus menetapkan usulan standar lanjutan berdasarkan hasil yang
telah didapatkan, kemudian tim perbaikan mutu menetapkan langkah perbaikan berikutnya
untuk permasalahan yang belum terselesaikan.
Menurut Slamet, dkk (1996:9) langkah tindak lanjut tersebut sebagai berikut:
1) Nilailah hasil-hasil yang dicapai demikian pula proses pemecahan masalah
dan perubahan proses yang direkomendasikan;
2) Teruskan perbaikan proses bila diperlukan, bakukan bila memungkinkan;
3) Rayakan keberhasilan yang dicapai.

H. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan TQM


TQM merupakan suatu pendekatan suatu pendekatan baru dan menyeluruh yang
membutuhkan perubahan total atas paradigama manajemen tradisional, komitmen jangka
panjang, kesatuan tujuan, dan pelatihan-pelatihan khusus. Selain dikarenakan usaha
pelaksanaan yang setengah hati dan harapan-harapan yang tidak realitis, ada pula beberapa
kesalahan yang secara umum dilakukan pada saat organisasi memulai inisiatif perbaikan
kualitas. Beberapa kesalahan yang sering dilakukan antar lain :
1. Delegai dan kepemimpinan yang tidak baik dari manajemen senior.
Inisiatif upaya perbaikan kualitas secara berkesinambungan sepatutnya
simulai dari pihak manajemen dimana mereka harus terlibat secara langsung
dalam pelaksanaannya. Bila tanggungjawab itu didelegasikan kepada pihak laik
maka peluang terjasinya kegagalan sangat besar.

2. Team mania
Untuk menunjang dan menumbuhkan kerja sama dalam tim, paling tidak
ada dua dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, baik penyelia maupun
karyawan harus memiliki pemahaman yang baik terhadap perannya masing-
masing. Kedua. Organisasi harus melakukan perubahan budaya supaya
kerjasama tim `tersebut dapat berhasil. Apabila kedua hal tersebut tidak
dilakukan sebelum pembentukan tim, maka hanya akan timbul masalah,
bukannya pemecahan masalah.

3. Proses penyebarluasan
Ada organisasi yang mengembangkan inisiatif kualitas tanpa secara
berbarengan mengembangkan rencana untuk menyatukan kedalam seluruh
elemen-elemen organisasi. Seharusnya pengembangan inisiatif tersebut
melibatkan para manajer, serikat pekerja, pemasok, dan bidang produksi
lainnya, karena usaha itu meliputi pemikiran mengenai struktur, penghargaan,
pengembangan keterampilan, pendidikan dan kesadaran.

4. Menggunakan pendekatan yang terbatas dan dogmatis


Ada pula organisasi yang hanya menggunakan pendekatan Deming,
pendekatan Juran, atau Pendekatan Crosby dan hanya menerapkan prinsip-
prinsip yang ditentukan disitu. Padahal tidak ada satupun pendekatan yang
disarankan oleh ketiga pakar tersebut maupun pakar-pakar kualitas lainnya
yang merupakan satu pendekatan yang cocok untuk segala situasi.

5. Harapan yang terlalu berlebihan dan tidak realistis


Bila hanya mengirimkan karyawan untuk mengikuti suatu pelatihan
selama beberapa hari, bukan berarti telah membentuk waktu untuk mendidik,
mengilhami dan membuat karyawan sadar akan pentingnya kualitas. Selain itu
dibutuhkan waktu yang sangat lama pula untuk mengimplementasikan
perubahan-perubahan proses baru, bahkan seringkali perubahan proses baru,
bahkan seringkali perubahan tersebut memakan waktu yang sangat lama untuk
sampai terasa pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas dan daya saing
perusahaan.

6. Emprowerment yang bersifat premature


Banyak perusahaan yang kurang memahami makna dari pemberian
emprowerment kepada karyawan. Mereka mengira bahwa bila karyawan telah
dilatih dan diberi wewenang baru dalam mengambil suatu tindakan, maka para
karyawan tersebut akan dapat menjadi self-directed dan meberikan hasil-hasil
positif. Seringkali dalam praktik, karyawan tidak tahu apa yang harus
dikerjakan setelah suatu pekerjaan diselesaikan. Oleh karena itu sebenarnya
mereka membutuhkan sasaran dan tujuan yang jelas sehingga tidak salah dalam
melakukan sesuatu.

I. Tantangan TQM bagi Akuntan Manajemen


Peran akuntan manajemen dalam TQM yaitu mengumpulkan semua informasi kualitas
yang relevan, berpartisipasi secara aktif dalam semua fase program kualitas, dan mereviewser
ta menyebarkan laporan biaya kualitas. Akuntan manajemen harus dilibatkan secara total dala
m aktifitas perbaikan perusahaan seperti:

1. Memastikan perwakilan akuntan manajemen pada komisi pengendalian kualitas ut


ama dan tim perbaikan kualitas
2. Berpartisipasi secara aktif dalam mengidentifikasi daerah-daerah yang membutuhk
an perbaikan kualitas atau merupakan peluang perbaikan kualitas terbesar
3. Terlibat dalam keputusan penentuan supplier
4. Mereview dan mengefakuasi efektifitas pengendalian dan nilai-nilai khursus pelati
han untuk personil pengendalian kualitas dan staf sumber daya manusia
5. Mengumpulkan dan melakukan review secara terus-menerus terhadap sisa produks
i dan biaya-biaya perbaikan

J. Perbedaan TQM dengan manajemen lainnya


Menurut Fandy Tjiptono dan Anatasia Diana (2003;10) ada empat perbedaan pokok a
ntara TQM dengan manajemen lainnya, yaitu:
1) Asal intelektualnya
Yaitu sebagian besar teori dan teknik manajemen berasal dari ilmu sosial. Ilm
u mikro merupakan dasar dari sebagian besar teknik-teknik manajemen keuangan
dan psikologi mendasari tekhnik-tekhnik pemasaran. Sementara dasar teori TQM a
dalah statistika yang berhubungan dengan sampling dan analisis varians.

2) Sumber inovasinya
Bila sebagian besar teknik manajemen berasal dari sekilah bisnis dan perusaha
an konsultan maka inovasi TQM berasal dari para pionir yang berasal dari tekhnik
industri dan ahli fisika.

3) Asal kelahirannya
Kebanyakan konsep manajemen berasal dari amerika serikat kemudian berkem
bang keseluruh dunia tetapi TQM lahir di amerika tetapi banyak di kembangkan di
jepang dan di negara eropa.

4) Proses diseminasi atau penyebaran


Manajemen moderen bersifat hirarkis dan top-down yang mempeloporinya ada
lah general electrics, IBM, jeneral motors. Sedangkan TQM lebih bersifat bottom u
p, penggerak utamanya adalah CEO dengan di motori perusahaan kecil.
Kesimpulan
Total quality manajemen menurut perspektif islam adalah suatu sistem manajemen dalam me
ningkatkan keseluruhan kualitas menuju pencapaian keunggulan bersaing yang berorientasi p
ada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi berdasarkan al-qur’an
dan sunnah. Oleh karena itu dengan penerapan total quality manajemen perspektif islam akan
memberikan keuntungan bagi perusahaan dan pelanggan dengan cara yang di benar kan oleh i
slam.
Saran
Dalam penulisan makalah ini, kami sebagai pemakalah merasa masih banyak kekurangan dari
makalah yang kami buat. Maka dari itu kami mohon kritikan dan saran dari para pembaca yan
g sifatnya membangun agar tidak mengulangi kesalahan yang sama dimasa yang akan datang.
Daftar Pustaka

https://dinikomalasari.wordpress.com/2013/11/07/tqm-total-quality-management/
https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_kualitas_total
http://raghae.blogspot.co.id/2013/12/total-quality-manajemen-tqm.html

Anda mungkin juga menyukai