Manajemen Farmasi
Oleh:
Kelompok 1 SI VIIB :
Dhea Ananda 16010
Fiona fitri anisa16010
Leni triani 16010
Septhreza ummizry 1601049
Serlin partika sari 16010
Taskia yulia putri 1601055
Yola marina dwi putri 16010
Yoga yudhistrira 1701091
1
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
A. Pengertian Total Quality Management
B. Karakteristik TQM
C. Perbedaan TQM dengan Manajemen Lainnya
D. Konsep Total Quality Management
E. Prinsip dan Unsur Total Quality Management
F. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kegagalan TQM
G. Elemen penting dalam TMQ
H. Peran TMQ dalam manajemen
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian TQM
Total quality management (TQM) merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan
usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan
terus menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungan.
Total quality management juga dapat diartikan sebagai perpaduan semua fungsi dari
perusahaan ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas,
teamwork, produktivitas, dan pengertian serta kepuasan pelanggan (Ishikawa dalam
Pawitra, 1993, p. 135). Definisi lainnya menyatakan bahwa Total quality management
merupakan sistem manajemen yang menyangkut kualitas sebagai strategi usaha dan
berorientasi pada kepuasaan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi
(Santosa, 1992, p. 33)
Menurut Ariani (1999;25) Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management)
merupakan suatu penerapan metode kuantitatif dan sumber daya manusia untuk
memperbaiki dalam penyediaan bahan baku maupun pelayanan bagi organisasi, semua
proses dalam organisasi pada tingkatan tertentu di mana kebutuhan pelanggan terpenuhi
sekarang dan dimasa datang.
Menurut Tjiptono & Diana (2004) TQM merupakan suatu pendekatan dalam
menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui
perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya.
Sementara itu menurut Pulungan (2001), TQM adalah salah satu pola manajemen
organisasi yang berisi seperangkat prosedur yang dapat digunakan oleh setiap orang
dalam upaya memperbaiki kinerja secara terus menerus.
Total Quality Management (TQM) atau disebut pula Pengelolaan Mutu Total
merupakan sebuah konsep yang meliputi usaha meningkatkan mutu secara terus menerus
pada semua tingkatan manajemen dan seluruh struktur yang terdapat dalam organisasi
(Harianto, 2005).
Hanafiah dkk (1994) mendefinisikan Pengelolaan Mutu Total adalah suatu
pendekatan yang sistematis, praktis dan strategis dalam menyelenggarakan suatu
organisasi, yang mengutamakan kepentingan pelanggan. Pendekatan ini bertujuan untuk
meningkatkan dan mengendalikan mutu. Sedang yang dimaksud dengan Pengelolaan
3
Mutu Total pendidikan tinggi adalah cara mengelola lembaga pendidikan berdasarkan
filosofi bahwa meningkatkan mutu harus diadakan dan dilakukan oleh semua unsur
lembaga sejak dini secara terpadu, berkesinambungan sehingga pendidikan sebagai jasa
yang berupa proses pembudayaan sesuai dengan dan bahkan melebihi kebutuhan para
pelanggan baik masa kini maupun yang akan datang
Dasar pemikiran perlunya TQM sangatlah sederhana, yakni bahwa cara terbaik agar
dapat bersaing dan unggul dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan kualitas
yang terbaik. Untuk menghasilkan kualitas terbaik diperlukan upaya perbaikan
berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses, dan lingkungan. Cara terbaik
agar dapat memperbaiki kemampuan komponen-komponen tersebut secara
berkesinambungan adalah dengan menerapkan TQM.
Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha
yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-
menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses, dan lingkungannya (Nasution, 2010:22).
Penerapan TQM membutuhkan komitmen yang kuat dalam melakukan perbaikan terus-
menerus atas produk, jasa, tenaga kerja , proses dan lingkungannya. TQM juga dapat
diartikan sebagai perpaduan semua fungsi manajemen, semua bagian dari suatu
perusahaan dan semua orang ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan
konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan kepuasan konsumen (Ishikawa dalam
Nasution, 2010:22).
Dilber et al., (2005) mendefinisikan TQM sebagai sebuah aksi dalam perencanaaan
produksi dan menyediakan komoditas atau jasa, secara konsisten dengan memenuhi
keperluan konsumen dan memenuhi persyaratan lebih baik, lebih murah, lebih cepat,
lebih aman, mudah untuk digunakan daripada barang yang disediakan pesaing dengan
melibatkan partisipasi semua karyawan dibawah kepemimpinan top management.
Adapun Joseph et al., (1999) mendefiniskan TQM adalah suatu filofofi manajemen yang
terintegrasi yang bertujuan meningkatkan kualitas produk dan proses secara
berkesinambungan untuk mencapai kepuasan konsumen. TQM juga dapat diartikan
sebagai suatu pendekatan sistem untuk mengintegrasikan semua fungsi dan proses agar
tercapai penyempurnaan mutu produk secara berkesinambungan untuk mencapai
kepuasan konsumen (Supriyono, 1999:179). Harvey & Brown (2001, dalam Agus, 2004)
mendefinisikan TQM sebagai strategi organisasi terhadap komitmen untuk meningkatkan
kepuasan konsumen dengan mengembangkan prosedur-prosedur dalam mengatur kualitas
pada hasil akhir secara teliti. Berdasarkan uraian diatas, secara umum terlihat TQM
4
merupakan sistem manajemen terintegrasi yang berfokus pada peningkatan kualitas
sebagai strategi perusahaan, dan bertujuan pada kepuasan konsumen dengan melibatkan
seluruh bagian organisasi. TQM merupakan suatu konsep yang berupaya melaksanakan
system manajemen kualitas kelas dunia. Untuk itu, diperlukan perubahan besar dalam
budaya dan sistem nilai suatu organisasi (Nasution, 2010:30).
B. Karakteistik TQM
Total quality approach hanya dapat dicapai dengan memperhatikan karakteristik TQM
berikut ini :
5
besar dihasilkan oleh para pionir yang pada umumnya adalah insinyur industri dan
ahli fisika yang bekerja di sektor industri dan pemerintah.
3. Asal negara kelahirannya.
Kebanyakan konsep dan teknik dalam manajemen keuangan, pemasaran,
manajemen strategik, dan desain organisasi berasal dari Amerika Serikat dan
kemudian tersebar ke seluruh dunia. Sebaliknya TQM semula berasal dari Amerika
Serikat, Kemudian lebih banyak dikembangkan di Jepang dan kemudian berkembang
ke Amerika Utara dan Eropa. Jadi TQM mengintegrasikan keterampilan teknikal dan
analisis dari Amerika, keahlian implementasi dan pengorganisasian Jepang, serta
tradisi keahlian dan integritas dari Eropa dan Asia.
4. Proses diseminasi atau penyebaran.
Penyebaran sebagian besar manajemen modern bersifat hirarkis dan top-down.
Yang mempeloporinya biasanya adalah perusahaan-perusahaan raksasa seperti
General Electric, IBM, dan General Motors. Sedangkan gerakan perbaikan kualitas
merupakan proses bottom up, yang dipelopori perusahaan-perusahaan kecil. Dalam
implementasi TQM, penggerak utamanya tidaklah selalu CEO, tetapi seringkali malah
manajer departemen atau manajer divisi.
D. Konsep TQM
Manajemen mutu terpadu (Total Quality Management) merupakan suatu penerapan
metode kuantitatif dan sumber daya manusia untuk memperbaiki dalam penyediaan bahan
baku maupun pelayanan bagi organisasi, semua proses dalam organisasi pada tingkat
tertentu di mana kebutuhan pelanggan terpenuhi sekarang dan di masa mendatang. TQM
lebih merupakan sikap dan perilaku berdasarkan kepuasan atas pekerjaannya dan kerja
tim atau kelompoknya. TQM menghendaki komitmen dari manajemen sebagai pemimpin
organisasi dimana komitmen ini harus disebarluaskan pada seluruh karyawan dan dalam
semua level atau departemen dalam organisasi. TQM bukan merupakan program atau
sistem, tapi merupakan budaya yang harus dibangun, dipertahankan, dan ditingkatkan
oleh seluruh anggota organisasi atau perusahaan bila organisasi atau perusahaan tersebut
berorientasi pada mutu dan menjadikan mutu sebagai way of life.
Pengendalian, sistem, dan teknik-teknik sangat diperlukan dalam penerapan TQM,
tetapi semuanya itu bukan merupakan kebutuhan utama. Yang terpenting dalam
penerapan TQM adalah keterlibatan secara menyeluruh setiap orang dalam organisasi
atau perusahaan tersebut untuk mengubah budaya (culture) yang lama menjadi budaya
baru. Perubahan tersebut antara lain:
6
a. Dari kerahasiaan atau sesuatu yang bersifat selentingan menjadi komunikasi terbuka
antar seluruh anggota organisasi atau perusahaan.Dengan keterbukaan maka
kerjasama akan terwujud, dan dengan keterbukaan, maka kesalahpahaman dapat
segera teratasi.
b. Dari pengendalian menjadi pemberdayaan. Karyawan tidak mau kalau secaraterus
menerus dimonitor. Mereka ingin selalu dilibatkan, diajak berdiskusi,dan
berpendapat. Mereka juga harus diserahi tanggung jawab yang sesuai serta
mendapatkan kesempatan untuk berkembang dan mendapatpenghargaan atas prestasi
yang diraih.
c. Dari inspeksi menjadi pencegahan. Inspeksi adalah pemeriksaan terhadap barang atau
produk jadi setelah keluar dari proses produksi. Sehingga bila ada produk yang cacat
atau tidak sesuai dengan spesifikasi pelanggan, akan dibuang atau diadakan
pengerjaan ulang.Hal inilah yang membuat perusahaan harus membayar mahal.
Dalam TQM tidak ada lagi istilah inspeksi, melainkan pencegahan. Artinya,sejak dari
perencanaan produk. Proses produksi hingga menjadi produk akhir menghasilkan
cacat atau kesalahan nol (zero defect).
d. Dari fokus internal dan fokus eksternal, fokus internal adalah perhatian perusahaan
atau organisasi pada kemampuan yang dimiliki saja,sehingga proses produksi
dilaksanakan berdasarkan kemampuan tanpa memperhatikan permintaan pelanggan
(push system) sedangkan TQM menganggap bahwa cara berproduksi seperti ini
adalah pemborosan. TQM lebih memfokuskan pada kebutuhan dan harapan
pelanggan (eksternal fokus) sehingga melaksanakan proses produksi tarik (pull
system).
e. Dari biaya dan penjualan menjadi kesesuaian terhadap mutu. Semula, perusahaan atau
organisasi hanya memperhatikan masalah biaya dan waktu produksi. Namun kondisi
tersebut kemudian berubah menjadi mutu produk yang menjadi orientasinya.Mutu
produk yang dimaksud di sini adalah dengan memperhatikan kebutuhan dan harapan
pelanggan. Barang atau jasa dikatakan bermutu bila mampu mengurangi biaya (cost
reduction), menghilangkan pemborosan (eliminating waste), menyampaikan secara
tepat waktu (faster delivery), dan menjual dengan harga rendah ( lower price).
Apabila hal tersebut tercapai, maka profit meningkat.
f. Dari stabilitas menjadi perubahan dan perbaikan secara terus menerus. Kondisi yang
tidak berubah bukannya membawa keuntungan dan manfaat bagi perusahaan. Justru
perusahaaan atau organisasi yang mau berubah dan mau secara terus menerus
7
mengadakan perbaikan itulah yang akan berhasil dengan baik. Dalam kondisi yang
serba stabil, orang tidak akan pernah mau belajar. Sementara dalam organisasi yang
menggunakan filosofi TQM dituntut untuk selalu belajar atau berubah memperbaiki
atau meningkatkan kemampuannya, karena prinsip TQM yang continuous quality
improvement.
g. Dari hubungan yang sifatnya persaingan menjadi hubungan kerjasama. Dalam
organisasi yang menggunakan konsep TQM semua pihak yangberhubungan baik
secara langsung maupun tidak langsung dengan organisasi tersebut (pemasok,
pelanggan, pesaing, dan lain-lain) adalah teman atau saudara. Hal ini menuntut
adanya kerjasama yang kuat dan saling membantu. Hubungan erat dan kerjasama
yang baik dengan pelanggan akan membuat mereka terbuka untuk memberikan kritik
dan saran untuk peningkatan produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan.
h. Dari pengalokasian dan melemparkan hal-hal yang tidak diketahui menjadi
penyelesaian semua masalah sampai akar-akarnya. Perusahaan biasanya akan
menutupi masalah yang dihadapi dan bersikap pura-pura tidak tahu, atau membenci
siapa pun yang mengetahui permasalaha yang ada. Perusahaan atau organisasi yang
menganut filosof TQMjustru akan menghadapi semua permasalahan yang ada,
mencari penyelesaian hingga tuntas.Untuk dapat menerapkan TQM pada industri jasa
diperlukan beberapa konsep dasar, teknik dan langkah-langkah penerapannya, antara
lain:
emfokuskan pada produk (yang dalam hal ini adalah jasa yang ditawarkan) dan
pelanggan.
Kepemimpinan dalam organisasi jasa yang mendukung pelaksanaan filosof
TQM.
Budaya organisasi (yaitu budaya organisasi yang berorentasi mutu).
Komunikasi yang efektif antar seluruh personil dalam organisasi maupun
antara para personil organisasi dengan pelanggan.
Pengetahuan atau keahlian karyawan dalam melaksanakan filosofi TQM.
Tanggung jawab para karyawan.
Manajemen berdasarkan data dan fakta.
Sudut pandang jangka panjang.
Total quality management merupakan sekumpulan langkah yang harus dilalui
tingkat demi tingkat untuk dapat menerapkannya. Pada dasarnya untuk dapat
8
menerapkan total quality management yang paling diperlukan adalah dukungan atau
komitmen dari pimpinan puncak, komunikasi antar seluruh anggota organisasi, dan
adanya perubahan budaya
E. Prinsip dan Unsur Pokok TQM
Pada era informasi, setiap organisasi harus menghadapi corporate olympics yang
semakin kompleks karena untuk kelangsungan hidup dan perkembangannya, organisasi
harus memiliki keunggulan daya saing. Dalam persaingan semakin tajam dan sangat
kompetitif diantara pengelola jasa pendidikan, mutu adalah agenda utama. Peningkatan
mutu merupakan tuntutan dari paradigma baru manajemen organisasi. Untuk meraih
predikat sehat yang bermutu dan berkualitas tinggi harus menjadi tugas setiap lembaga
penyelenggara kesehatan termasuk Rumah Sakit Umum. Upaya peningkatannya terus
menerus dilakukan, salah satunya dilakukan dengan pengelolaan sistem layanan rumah
sakit secara menyeluruh dan berorientasi pada mutu dan cepat tindakan. Pendekatan ini
dikenal dengan Total Quality Management (TQM) atau Manajemen Mutu Terpadu pada
rumah sakit yang menuntut keunggulan pelayanan kesehatan seperti kecepatan, daya
tanggap, kelincahan, penanganan, tindakan dan kompetensi dokter dan suster. TQM
sebagai suatu konsep yang berupaya melaksanakan sistem manajemen kualitas kelas
dunia, untuk itu diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu
organisasi. Menurut Hensler dan Brunel (dalam Christoper, 1993), ada empat prinsip
utama dalam TQM. Keempat prinsip tersebut adalah:
1) Kepuasan pelanggan
Dalam TQM, konsep mengenai kualitas dan pelanggan diperluas Kualitas
tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi- spesifikasi tertentu, tetapi
ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan itu sendiri meliputi pelanggan internal dan
pelanggan eksternal. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala
aspek, termasuk didalamnya harga, keamanan, dan ketepatan waktu. Oleh karena itu,
segala aktivitas perusahaan harus dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan.
2) Respek terhadap setiap orang
Dalam perusahaan yang kualitasnya tergolong kelas dunia, setia karyawan
dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreativitas yang khas. Dengan
demikian, karyawan merupakan sumber daya organisasi yang paling bernilai. Oleh
karena ritu,setiap orang dalam organisasi diperlukan dengan baik dan diberi
kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.
3) Manajemen berdasarkan fakta
9
Perusahaan kelas dunia berorientasi pada fakta. Meksudnya bahw setiap
keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekedar perasaa (feeling). Ada dua
konsep pokok yang berkaitan dengan hal ini. Pertama, prioritas (prioritization), yakni
suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat
yang bersamaan mengingat katerbatasan sumber daya yang ada. Oleh karena itu,
dengan menggunakan data, maka manajemen dan tim dalam organisasi dapat
memfokuskan usahanya pada situasi tertentu yang vital. Kedua, variasi atau
variabilitas kinerja manusia. Data statistik dapat memberikan gambaran mengenai
variabilitas yang wajar dari setiap sistem organisasi. Dengan demikian, manajemen
dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.
4) Perbaikan berkesinambungan
Agar dapat sukses, setiap perubahan perlu melakukan proses sistematis dalam
melaksanakan perbaikan secara berkesinambungan. Konsep yang berlaku di sini
adalah siklus PDCAA (plan-do-check-act-analyze) yang terdiri atas langkah-langkah
perencanaan, dan melakukan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.
Sementara itu Russel dan Taylor (dalam Fitriani, 2008; 23) mengemukakan prinsip
TQM antara lain;
1. Customer-oriented (fokus pada konsumen)
2. Leadership (kepemimpinan)
3. Strategy planning (perencanaan strategi)
4. Employee responsibility (keterlibatan semua orang)
5. Constinuous improvement (perbaikan terus menerus)
6. Cooperation (kerjasama)
7. Statistical methods (penggunaan metode-metode statistik)
8. Training and education (pendidikan dan latihan)
Komponen dalam TQM memiliki sepuluh unsur utama (Goetsch dan Davis,
1994) yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut:
1. Fokus pada pelanggan Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan
eksternal merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau
jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar
dalam menentukan kualitas manusia, proses, dan lingkungan yang berhubungan
dengan produk atau jasa.
2. Obsesi terhadap Kualitas Dalam organisasi yang menerapkan TQM, penentu akhir
kualitas pelanggan internal dan eksternal. Dengan kualitas yang ditetapkan tersebut,
10
organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang ditentukan
tersebut. Hal ini berarti bahwa semua sivitas akademik pada setiap level berusaha
melaksanakan setiap aspek pekerjaannya berdasarkan perspektif ”bagaimana kita
dapat melakukannya dengan lebih baik?” Bila suatu organisasi terobsesi dengan
kualitas, maka berlaku prinsip ’good enough is never good enough’.
3. Pendekatan Ilmiah Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM,
terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan
demikian data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga
(benchmark), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.
4. Komitmen Jangka Panjang TQM merupakan suatu paradigma baru dalam
melaksanakan bisnis. Untuk itu dibutuhkan budaya rumah sakit yang baru pula. Oleh
karena itu komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan budaya agar
penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.
5. Kerja Sama Tim (Teamwork) Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional
seringkali diciptakan persaingan antar departemen yang ada dalam organisasi tersebut
agar daya saingnya terdongkrak. Akan tetapi persaingan internal tersebut cenderung
hanya menggunakan dan menghabiskan energi yang seharusnya dipusatkan pada
upaya perbaikan kualitas yang pada gilirannya untuk meningkatkan daya saing
eksternal. Sementara itu dalam organisasi perusahaan yang menerapkan TQM, kerja
sama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina baik antar sivitas akademik
maupun dengan lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.
6. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan Setiap produk dan/ atau jasa dihasilkan
dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem/ lingkungan. Oleh
karena itu sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus menerus agar kualitas yang
dihasilkannya dapat meningkat.
7. Pendidikan dan Pelatihan Dewasa ini masih terdapat perusahaan yang menutup mata
terhadap pentingnya pendidikan dan latihan. Mereka beranggapan bahwa perusahan
bukanlah sekolah, yang diperlukan adalah tenaga terampil yang siap pakai. Jadi
perusahan-perusahan seperti itu hanya akan memberikan pelatihan sekadarnya kepada
para karyawannya. Kondisi seperti itu menyebabkan perusahan yang bersangkutan
tidak berkembang dan sulit bersaing dengan perusahaan lainnya, apalagi dalam era
persaingan global. Sedangkan dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan
dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan
11
didorong untuk terus belajar. Dalam hal ini berlaku prinsip bahwa belajar merupakan
proses yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia. Dengan belajar setiap
orang dalam perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian
profesionalnya.
8. Kebebasan yang Terkendali Dalam TQM keterlibatan dan pemberdayaan sivitas
akademik dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur
yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan ’rasa
memiliki’ dan tanggung jawab sivitas akademik terhadap keputusan yang telah dibuat.
Selain itu unsur ini juga dapat memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu
keputusan yang diambil, karena pihak yang terlibat lebih banyak. Meskipun demikian,
kebebasan yang timbul karena keterlibatan dan pemberdayaan tersebut merupakan
hasil dari pengendalian yang terencana dan terlaksana dengan baik. Pengendalian itu
sendiri dilakukan terhadap metode-metode pelaksanaan setiap proses tertentu. Dalam
hal ini sivitas akademik yang melakukan standardisasi proses dan mereka pula yang
berusaha mencari cara untuk meyakinkan setiap orang agar bersedia mengikuti
prosedur standar tersebut.
9. Kesatuan Tujuan Supaya TQM dapat diterapkan dengan baik maka perusahaan harus
memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan
yang sama. Akan tetapi kesatuan tujuan ini tidak berarti bahwa harus selalu ada
persetujuan/kesepakatan antara pihak manajemen dan sivitas akademik mengenai
upah dan kondisi kerja.
10. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan Keterlibatan dan pemberdayaan
sivitas akademik merupakan hal yang penting dalam penerapan TQM. Usaha untuk
melibatkan karyawan membawa 2 manfaat utama. Pertama, hal ini akan
meningkatkan kemungkinan dihasilkannya keputusan yang baik, rencana yang lebih
baik, atau perbaikan yang lebih efektif karena juga mencakup pandangan dan
pemikiran dari pihak-pihak yang langsung berhubungan dengan situasi kerja. Kedua,
keterlibatan karyawan juga meningkatkan ’rasa memiliki’ dan tanggung jawab atas
keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus melaksanakannya
16
3. Adakan perubahan terhadap sistem yang lebih kondusif
Tahap ketiga adalah dengan melakukan evaluasi terhadap sistem dan prosedur yang
ada dalam organisasi, apakah sistem tersebut masih kondusif dan konsistem terhadap
kualitas total. Hal-hal yang perlu dievaluasi meliputi; struktur organisasi, proses
kegiatan, prosedur kendali mutu, kebijaksanaan pengembangan sumber daya manusia,
metode insentif dan lain-lain.
4. Didik, latih dan berdayakan (empower) seluruh karyawan.
Setelah tahap pembenahan sistem dan prosedur dalam organisasi, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan pelatihan tentang kualitas total kepada seluruh anggota
organisasi, termasuk para manajer. Dalam pemberdayaan ini seluruh karyawan diberi
kepercayaan, tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk mengorganisasikan diri ke
dalam self-managing teams guna perbaikan proses dalam mencapai mutu produk atau
jasa.
J. Manfaat TQM
TQM sangat bermanfaat baik bagi pelanggan, institusi, maupun bagi staf organisasi.
I. Manfaat TQM bagi pelanggan adalah:
Sedikit atau bahkan tidak memiliki masalah dengan produk atau
pelayanan.
Kepedulian terhadap pelanggan lebih baik atau pelanggan lebih
diperhatikan.
Kepuasan pelanggan terjamin.
II. Manfaat TQM bagi institusi adalah:
Terdapat perubahan kualitas produk dan pelayanan
Staf lebih termotivasi
Produktifitas meningkat
Biaya turun
Produk cacat berkurang
Permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat.
17
Lebih terlatih dan berkemampuan
Lebih dihargai dan diakui
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
a. Evolusi gerakan total quality dimulai dari masa studi dan gerak oleh bapak
manajemen Ilmiah, Frederick Winston Taylor, pada decade 1920-an.
b. TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba
untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus
atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungan.
c. Perbedaan TQM dengan manajemen lainnya adalah:
Asal intelektualnya
Sumber inovasinya
Asal negara kelahirannya
Proses diseminasi atau penyebarannya
d. Yang terpenting dalam penerapan TQM adalah keterlibatan secara menyeluruh
setiap orang dalam organisasi atau perusahaan tersebut untuk mengubah budaya
(culture) yang lama menjadi budaya baru.
e. Prinsip-prinsip TQM adalah:
Kepuasan pelanggan
Respek terhadap setiap orang
Manajemen berdasarkan fakta
Perbaikan berkesinambungan.
f. Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan TQM:
Delegasi dan kepemimpinan yang tidak baik dari manajemen senior
Team mania
Proses penyebarluasan (deployment)
18
Menggunakan pendekatan yang terbatas dan dogmatis
Harapan yang terlalu berlebihan dan tidak realistis
Empowerment yang bersifat premature.
DAFTAR PUSTAKA
Dorothea Wahyu Ariani,1999 Manajemen Kualitas, Yogyakarta.
M.N. Nasution, 2001. Manajemen Mutu Terpadu, Jakarta: Ghalia Indonesia
Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana, 1998. Total Quality Management, Yogyakarta
19