Anda di halaman 1dari 23

ANALGETIK,

ANTIPIRETIK, DAN
OLEH :
KELOMPOK 6

ANTIINFLAMASI
KHEFFI HUSNA NAMIRA
{1801099)
LILIS THREE PATMAWATI
(1801100)
MIFTAHUL JANNAH (1801101)
M. MARSHEL WIJAYA
(1801102)
MUTHI KHAIRUNNISA S )
1801103)
Cara Pemberantasan Rasa Nyeri:

▪ Menghalangi pembentukan rangsang dalam


reseptor nyeri perifer oleh analgetik perifer atau
oleh anestetik lokal.
▪ Menghalangi penyaluran rangsang nyeri dalam
syaraf sensoris, misalnya dengan anestetik
local.
▪ Menghalangi pusat nyeri dalam SSP dengan
analgesik sentral (narkotik) atau dengan
anestetik umum. 2
1. ANALGETIK,
ANTIPIRETIK
ANALGETIK ADALAH ISTILAH YANG DIGUNAKAN UNTUK MEWAKILI
SEKELOMPOK OBAT YANG DIGUNAKAN SEBAGAI PEREDA NYERI
TANPA MENGHILANGKAN KESADARAN.

ANTIPIRETIK ADALAH OBAT YANG DIGUNAKAN UNTUK


MENURUNKAN PANAS ATAU MENGURANGI SUHU TUBUH.
CARA KERJA ANALGETIK-ANTIPIRETIK SECARA
UMUM

menghambat sintesa neurotransmitter


tertentu yang dapat menimbulkan rasa
nyeri & demam. Dengan blokade sintesa
neurotransmitter tersebut, maka otak
tidak lagi mendapatkan "sinyal"
nyeri,sehingga rasa nyerinya berangsur-
angsur menghilang.
  4
PENGGOLONGAN OBAT ANALGETIK

1. ANALGETIK OPIOID/ANALGETIK 2. ANALGETIK NON OPIOID/ANALGETIK NON


NARKOTIK NARKOTIK
BEKERJA DI SSP, MEMILIKI DAYA DISEBUT JUGA ANALGETIK PERIFER KARENA
PENGHALANG NYERI YANG HEBAT SEKALI. TIDAK MEMPENGARUHI SISTEM SARAF
PUSAT, TIDAK MENURUNKAN KESADARAN
DALAM DOSIS BESAR DAPAT BERSIFAT
DEPRESAN UMUM (MENGHILANGKAN ATAU MENGAKIBATKAN KETAGIHAN.
KESADARAN), MEMILIKI EFEK SAMPING YANG MEMILIKI KHASIAT SEBAGAI ANTIPIRETIK
MENIMBULKAN RASA NYAMAN (EUFORIA). YAITU MENURUNKAN SUHU BADAN PADA
KEADAAN DEMAM.

5
ANALGETIK OPIOID/NARKOTIK
 MORPHINE
• KATEGORI KEHAMILAN : C, D JIKA DIGUNAKAN DALAM WAKTU LAMA ATAU
DOSIS TINGGI PADA AKHIR MASA KEHAMILAN.
• INDIKASI: PENGOBATAN NYERI BERAT PADA PERAWATAN POLIATIF, UDEMA PARU-
PARU AKUT, ANALGESIA SELAMA DAN SETELAH PEMBEDAHAN
• KONTRAINDIKASI: DEPRESI NAPAS AKUT, ALKOHOLISME AKUT, PENYAKIT HATI
AKUT, ILEUS PARALITIK, PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL ATAU CEDERA
KEPALA, TEOKROMOSITOMA, PENGGUNAAN BERSAMA MAOI ATAU OBAT SSP
LAINNYA
• EFEK SAMPING: MUAL DAN MUNTAH, KONSTIPASI, RASA MENGANTUK. DEPRESI
NAPAS, HIPOTENSI DAN KEKAKUAN OTOT, ES LAIN TERMASUK SULIT KENCING,
SPASME BILIER ATAU URETER, MULUT KERING, BERKERINGAT, SAKIT KEPALA,
MUKA MEMERAH, VERTIGO, BRADIKARDI, TAKIKARDI, PALPITASI, HIPOTENSI
POSTURAL, HIPOTERMIA, HALUSINASI, DISFORIA, PERUBAHAN MOOD,
KETERGANTUNGAN, MIOSIS, MENURUNNYA LIBIDO, RUAM KULIT, URTIKARIA,
6
DAN PRUTITUS; OVERDOSIS
• Toksisitas: Pupil mata sangat kecil (pinpoint), pernafasan satu- satu dan coma (tiga
gejala klasik). Bila sangat hebat, dapat terjadi dilatasi (pelebaran pupil). Sering disertai
juga nausea (mual). Kadang-kadang timbul edema paru (paru-paru basah).

• Interaksi obat:
 Morfin meningkatkan efek depresan dengan obat depresan sistem syaraf pusat lainnya,
seperti sedative, hipnotik, anestetik umum, phenothiazine, tranquiliser lainnya.
 Meningkatkan aksi pemblokiran neuromuskular pada otot skeletal. 
 Mengurangi efek analgesik jika digunakan bersamaan dengan agonis / antagonis
analgesik opioid (misalnya pentazocine, nalbuphine, buprenorphine).
 Kadar morfin dalam plasma meningkat jika digunakan bersamaan dengan cimetidine. 
 Dapat mengurangi khasiat diuretik dengan menginduksi pelepasan hormon antidiuretik.
 Menunda penyerapan mexiletine. 
 Memberikan efek berlawanan terhadap efek yang diberikan oleh cisapride,
domperidone dan metoclopramide pada saluran cerna.
 Dapat menimbulkan hiperpireksia (suhu tubuh yang sangat tinggi) dan keracunan pada
sistem saraf pusat dengan dopaminergik.
 Maoi mengintensifkan efek morfin yang mengakibatkan kejadia berat dan bahkan fatal
(misalnya kecemasan, kebingungan, depresi pernafasan, kadang-kadang
menyebabkan koma)
7
ANALGETIK OPIOID/NARKOTIK
 PETIDIN
• KATEGORI KEHAMILAN : B, D JIKA DIGUNAKAN DALAM JANGKA LAMA / DOSIS
TINGGI PADA AKHIR MASA KEHAMILAN.
• INDIKASI: NYERI SEDANG SAMPAI BERAT, ANALGESIA OBSTETRIK, ANALGESIA
PERIOPERATIF.
• KONTRAINDIKASI: DEPRESI NAPAS AKUT, ALKOHOLISME AKUT, PENYAKIT HATI
AKUT, ILEUS PARALITIK: PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL ATAU CEDERA
KEPALA: FEOKROMOSITOMA, PENGGUNAAN BERSAMA MAOI ATAU OBAT SSP
LAINNYA, GANGGUAN FUNGSI GINJAL BERAT.
• EFEK SAMPING: MUAL DAN MUNTAH, KONSTIPASI, RASA MENGANTUK. DEPRESI
NAPAS, HIPOTENSI DAN KEKAKUAN OTOT, ES LAIN TERMASUK SULIT KENCING,
SPASME BILIER ATAU URETER, MULUT KERING, BERKERINGAT, SAKIT KEPALA, MUKA
MEMERAH, VERTIGO, BRADIKARDI, TAKIKARDI, PALPITASI, HIPOTENSI POSTURAL,
HIPOTERMIA, HALUSINASI, DISFORIA, PERUBAHAN MOOD, KETERGANTUNGAN,
MIOSIS, MENURUNNYA LIBIDO, RUAM KULIT, URTIKARIA, DAN PRUTITUS; 8
OVERDOSIS
• INTERAKSI OBAT YANG BERSIFAT KONTRAINDIKASI
 Penggunaan bersama dengan alvimopan akan meningkatkan tingkat
sensitivitas pasien terhadap alvimopan dan menimbulkan nyeri abdomen,
mual, muntah dan diare. Selain itu, efek interaksi berupa peningkatan
serotonin dan efek depresi susunan saraf pusat, serta hipotensi, terjadi
pada penggunaan bersama petidin dengan Isocarboxazid, phenelzine,
procarbazine, resagiline, safinamide, selegline, atau tranylcypromine.
• INTERAKSI OBAT YANG DAPAT MENIMBULKAN EFEK SERIUS
 Meningkatkan kadar serotonin yaitu amitriptilin, amoxapin, buspiron, citalopram,
clomipramine, ciclobenzaprin, desipramin, desvanlafaxin, dextromethorphan,
dosulepin, doxepine, duloxetine, escitalopram, fluoxetine, fluvoxamine, imipramine,
levomilnacipran, linezolid, lofepramin, lorcaserin, maprotiline, metilen blue, mianserin,
milnacipran, nefazodon, nortriptilin, paroxetine, protriptilin, selegilin transdermal,
sertraline, tedizolid, trazodone, trimipramine, venlafaxine, vilazodon dan vortioxetin.  
 Meningkatkan efek sedasi, hipotensi dan depresi napas akibat depresi susunan saraf
pusat yaitu kombinasi dengan obat butarphanol, fentanil, fentanil intranasal, fentanil
transdermal dan fentanil transmukosa.
 Menimbulkan efek konstipasi jika dikombinasi dengan eluxodalin
 Menimbulkan kejang jika dikombinasi dengan tipranavir
• INTERAKSI OBAT YANG HARUS DIMONITOR KETAT
 Meningkatkan kadar serotonin yaitu kombinasi dengan 5-htp, almotriptan,
citalopram, cocain, eletriptan, ergotamine, frovatriptan , isoniazid, I-tryptophan,
lithium, dan naratriptan

10
ANALGETIK NON OPIOID/NON NARKOTIK
 PARACETAMOL/ACETAMINOPHEN
• MEKANISME: BEKERJA PADA PUSAT PENGATUR SUHU DI HIPOTALAMUS UNTUK
MENURUNKAN SUHU TUBUH (ANTIPIRETIK) . BEKERJA MENGHAMBAT SINTESIS
PROSTAGLANDIN SEHINGGA DAPAT MENGURANGI NYERI RINGAN-SEDANG.
• KATEGORI KEHAMILAN : B
• INDIKASI: NYERI RINGAN SAMPAI SEDANG, DEMAM
• KONTRAINDIKASI: HIPERSENSITIF, GANGGUAN HATI
• EFEK SAMPING: REAKSI ALERGI, RUAM KULIT BERUPA ERITEMA ATAU
URTIKARIA, KELIANAN DARAH, HIPOTENSI, KERUSAKAN HATI
• TOKSISITAS??????????
• INTERAKSI OBAT:
 KOLESTIRAMIN -> MENURUNKAN ABSORBSI PARASETAMOL
 METOCLOPRAMID DAN DOMPERIDON -> MENINGKATKAN EFEK
PARASETAMOL 11
 PARASETAMOL -> MENINGKATKAN KADAR WARFARIN
PENGGUNAAN ANALGETIK-ANTIPIRETIK DALAM
KEHAMILAN

Pengaruh buruk obat terhadap janin,


secara umum dapat bersifat toksik,
teratogenik, maupun letal tergantung
pada sifat obat dan umur kehamilan pada
saat minum obat.

12
Secara umum pengaruh obat pada janin dapat beragam sesuai dengan fase-fase berikut:

a. Fase Implantasi yaitu pada umur kehamilan kurang dari 3 minggu. Pada fase ini obat dapat
memberi pengaruh buruk atau mungkin tidak sama sekali. Jika terjadi pengaruh buruk biasanya
menyebabkan kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus).
b. Fase Embrional atau Organogenesis, yaitu pada umur kehamilan antara 4-8 minggu. Pada fase ini
terjadi diferensiasi pertumbuhan untuk pembentukan organ-organ tubuh, sehingga merupakan fase
yang paling peka untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik). Selama
embriogenesis kerusakan bergantung pada saat kerusakan terjadi, karena selama waktu itu organ-
organ dibentuk dan blastula mengalami deferensiasi pada waktu yang berbeda-beda. Jika blastula
yang dipengaruhi masih belum berdeferensiasi dan kerusakan tidak letal maka terdapat
kemungkinan untuk restitutio ad integrum. Sebaliknya jika bahan yang merugikan mencapai
blastula yang sedang dalam fase deferensiasi maka terjadi cacat (pembentukan salah).

13
Berbagai pengaruh buruk yang terjadi pada Fase Embrional atau Organogenesis antara lain:
- Gangguan fungsional atau metabolic yang permanen yang biasanya baru muncul kemudian jadi
tidak timbul secara langsung pada saat kehamilan
- Pengaruh letal berupa kematian janin atau terjadinya abortus
- Pengaruh sub-letal, tidak terjadi kematian janin tetapi terjadi malformasi anatomik (struktur)
pertumbuhan organ atau pengaruh teratogenik. Kata teratogenik sendiri berasal dari bahasa yunani
yang berarti monster.
- Fase Fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga kehamilan.Dalam fase ini terjadi maturasi dan
pertumbuhan lebih lanjut dari janin.Pengaruh buruk senyawa asing bagi janin dalam fase ini dapat
berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ.

14
2. ANTIINFLAMASI

ANTI-INFLAMASI ADALAH KELOMPOK OBAT YANG


DIGUNAKAN UNTUK MENGURANGI PERADANGAN,
SEHINGGA MEREDAKAN NYERI DAN
MENURUNKAN DEMAM
Mekanisme Kerja Anti-inflamasi

Mekanisme kerja obat Anti-Inflamasi,


dimana kortikosteroid menghambat enzim
fosfolipase dan NSAID menghambat enzim
siklooksigenase sehingga juga
menghambat pembentukan prostaglandin.

16
Penggolongan Anti-Inflamasi

1. Anti-inflamasi steroid 2. Anti-inflamasi non steroid


(AINS)

Obat ini merupakan


antiinflamasi yang sangat kuat, Tempat kerja utama NSAID
karena obat-obat ini adalah enzim siklooksigenase
menghambat enzim (COX), yang mengatalisis
phospholipase A2 sehingga konversi asam arakidonat
tidak terbentuk asam menjadi prostaglandin dan
arakidonat. Asam arakidonat endoperoksida
tidak terbentuk berarti
prostaglandin juga tidak akan 17
terbentuk.
Anti-inflamasi steroid
 Dexamethasone
Obat steroid jenis glukokortikoid sintetis yang
digunakan sebagai agen anti alergi,
imunosupresan, anti inflamasi dan anti shock
yang sangat kuat.

• Kategori kehamilan : C, D jika diberikan pada


kehamilan trimester 1 18
• Indikasi :

o Berbagai kondisi inflamai, misalnya radang reumatik, radang usus, radang pada ginjal,
radang pada mata, radang karena asma dan radang pada tempat lainnya
o Menangani shock anafilaktik alergi dalam dosis tinggi
o Mencegah terjadinya reaksi penolakan tubuh dalam proses pencakokkan organ
o Bisa juga digunakan untuk pasien kanker, sebagai terapi pendukung kemoterapi. Obat ini
bisa menangkal perkembangan edema pada pasien tumor otak
o Diberikan pada ibu hamil yang memiliki resiko melahirkan secara premature
o Para pendaki gunung yang mengalami high-altitude cerebral edema (HACE), atau high-
altitude pulmonary edema (HAPE), sering menggunakan obat ini
o Diberikan secara injeksi sering digunakan sebagai pertolongan pada kondisi darurat
untuk penyelamatan nyawa

• Kontra Indikasi :

o Jangan menggunakan dexamethasone untuk pasien yang memilki riwayat hipersensitif


pada obat golongan kortikosteroid
o Sebaiknya tidak diberikan pada pasien yang menderita tukak lambung, osteoporosis,
diabetes mellitus, infeksi jamur sistemik, glaucoma, psikosis, psikoneurosis berat,
penderita TBC aktif, herpes zoster, herpes simplex, infeksi virus lain, sindroma Cushing
dan penderita dengan gangguan fungsi ginjal. 19
• Efek Samping :

o Meningkatkan pembentukan glukosa dari protein. Hal ini menyebabkan


peningkatan kadar gula dalam darah sehingga pemberian obat ini pada
penderita diabetes mellitus sebaiknya dihindari
o Penggunaan protein dalam proses pembentukan glukosa, juga
menyebabkan pengeroposan tulang karena matriks protein penyusun
tulang menyusut drastic. Oleh karena itu penggunaan dexamethasone
pada pasien yang memiliki resiko besar seperti usia lanjut sangat tidak
dianjurkan. Untuk anak-anak, hal ini dapat menghambat pertumbuhan,
khususnya pertumbuhan tulang
o Mempengaruhi proses metabolism lemak termasuk distribusinya di
dalam tubuh. Hal ini menyebabkan efek di beberapa bagian tubuh
seperti wajah yang kelihatan lebih tembem
o Menurunkan fungsi limfa yang mengakibatkan sel limfosit berkurang
dan mengecil. Hal inilah yang menyababkan terjadinya penurunan
system kekebalan tubuh

20
Anti-inflamasi non steroid (AINS)

 Aspirin
• Kategori kehamilan : C, D pada kehamilan trimester 3
• Mekanisme :
Aspirin mengasetilasi enzim COX, yang menyebabkan enzim tersebut
mengalami inaktifasi ireversible. Oleh karena itu, efek aspirin
berlangsung terus sampai tubuh membuat enzim tersebut lagi.
• Indikasi :
Nyeri ringan sampai sedang, demam, arthritis rheumatoid. Penggunaan
lainnya : mencegah trombus coroner dan trombus vena dalam.

21
• Kontra Indikasi :
Anak dan remaja < 16 tahun, ibu menyusui, riwayat / sedang menderita tukak saluran
cerna, arthritis gout, hemophilia, hipersensitivitas.

• Efek Samping :
Gangguan saluran cerna (iritasi saluran cerna), gangguan pendengaran, vertigo, reksi
hipersensitivitas, trombositopenia.

• Interaksi Obat :
Meningkatkan efek samping bila diberikan bersama OAINS lain. Meningkatkan resiko
perdarahan bila diberikan bersama antikoagulan. Meningkatkan resiko perdarahan dan
ulserasi saluran cerna bila diberikan bersamaan dengan kortikosteroid. Meningkatkan
efek phenytoin dan valproate. Menurunkan efek thiazide atau diuretik

• Toksisitas :
Overdosis aspirin disebut salisilisme. Gejala – gejala meliputi telinga berdenging (tinitus),
pusing, sakit kepala, demam, dan perubahan status mental.

22
Thanks!
Any questions?

23

Anda mungkin juga menyukai