ANTIPIRETIK, DAN
OLEH :
KELOMPOK 6
ANTIINFLAMASI
KHEFFI HUSNA NAMIRA
{1801099)
LILIS THREE PATMAWATI
(1801100)
MIFTAHUL JANNAH (1801101)
M. MARSHEL WIJAYA
(1801102)
MUTHI KHAIRUNNISA S )
1801103)
Cara Pemberantasan Rasa Nyeri:
5
ANALGETIK OPIOID/NARKOTIK
MORPHINE
• KATEGORI KEHAMILAN : C, D JIKA DIGUNAKAN DALAM WAKTU LAMA ATAU
DOSIS TINGGI PADA AKHIR MASA KEHAMILAN.
• INDIKASI: PENGOBATAN NYERI BERAT PADA PERAWATAN POLIATIF, UDEMA PARU-
PARU AKUT, ANALGESIA SELAMA DAN SETELAH PEMBEDAHAN
• KONTRAINDIKASI: DEPRESI NAPAS AKUT, ALKOHOLISME AKUT, PENYAKIT HATI
AKUT, ILEUS PARALITIK, PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL ATAU CEDERA
KEPALA, TEOKROMOSITOMA, PENGGUNAAN BERSAMA MAOI ATAU OBAT SSP
LAINNYA
• EFEK SAMPING: MUAL DAN MUNTAH, KONSTIPASI, RASA MENGANTUK. DEPRESI
NAPAS, HIPOTENSI DAN KEKAKUAN OTOT, ES LAIN TERMASUK SULIT KENCING,
SPASME BILIER ATAU URETER, MULUT KERING, BERKERINGAT, SAKIT KEPALA,
MUKA MEMERAH, VERTIGO, BRADIKARDI, TAKIKARDI, PALPITASI, HIPOTENSI
POSTURAL, HIPOTERMIA, HALUSINASI, DISFORIA, PERUBAHAN MOOD,
KETERGANTUNGAN, MIOSIS, MENURUNNYA LIBIDO, RUAM KULIT, URTIKARIA,
6
DAN PRUTITUS; OVERDOSIS
• Toksisitas: Pupil mata sangat kecil (pinpoint), pernafasan satu- satu dan coma (tiga
gejala klasik). Bila sangat hebat, dapat terjadi dilatasi (pelebaran pupil). Sering disertai
juga nausea (mual). Kadang-kadang timbul edema paru (paru-paru basah).
• Interaksi obat:
Morfin meningkatkan efek depresan dengan obat depresan sistem syaraf pusat lainnya,
seperti sedative, hipnotik, anestetik umum, phenothiazine, tranquiliser lainnya.
Meningkatkan aksi pemblokiran neuromuskular pada otot skeletal.
Mengurangi efek analgesik jika digunakan bersamaan dengan agonis / antagonis
analgesik opioid (misalnya pentazocine, nalbuphine, buprenorphine).
Kadar morfin dalam plasma meningkat jika digunakan bersamaan dengan cimetidine.
Dapat mengurangi khasiat diuretik dengan menginduksi pelepasan hormon antidiuretik.
Menunda penyerapan mexiletine.
Memberikan efek berlawanan terhadap efek yang diberikan oleh cisapride,
domperidone dan metoclopramide pada saluran cerna.
Dapat menimbulkan hiperpireksia (suhu tubuh yang sangat tinggi) dan keracunan pada
sistem saraf pusat dengan dopaminergik.
Maoi mengintensifkan efek morfin yang mengakibatkan kejadia berat dan bahkan fatal
(misalnya kecemasan, kebingungan, depresi pernafasan, kadang-kadang
menyebabkan koma)
7
ANALGETIK OPIOID/NARKOTIK
PETIDIN
• KATEGORI KEHAMILAN : B, D JIKA DIGUNAKAN DALAM JANGKA LAMA / DOSIS
TINGGI PADA AKHIR MASA KEHAMILAN.
• INDIKASI: NYERI SEDANG SAMPAI BERAT, ANALGESIA OBSTETRIK, ANALGESIA
PERIOPERATIF.
• KONTRAINDIKASI: DEPRESI NAPAS AKUT, ALKOHOLISME AKUT, PENYAKIT HATI
AKUT, ILEUS PARALITIK: PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL ATAU CEDERA
KEPALA: FEOKROMOSITOMA, PENGGUNAAN BERSAMA MAOI ATAU OBAT SSP
LAINNYA, GANGGUAN FUNGSI GINJAL BERAT.
• EFEK SAMPING: MUAL DAN MUNTAH, KONSTIPASI, RASA MENGANTUK. DEPRESI
NAPAS, HIPOTENSI DAN KEKAKUAN OTOT, ES LAIN TERMASUK SULIT KENCING,
SPASME BILIER ATAU URETER, MULUT KERING, BERKERINGAT, SAKIT KEPALA, MUKA
MEMERAH, VERTIGO, BRADIKARDI, TAKIKARDI, PALPITASI, HIPOTENSI POSTURAL,
HIPOTERMIA, HALUSINASI, DISFORIA, PERUBAHAN MOOD, KETERGANTUNGAN,
MIOSIS, MENURUNNYA LIBIDO, RUAM KULIT, URTIKARIA, DAN PRUTITUS; 8
OVERDOSIS
• INTERAKSI OBAT YANG BERSIFAT KONTRAINDIKASI
Penggunaan bersama dengan alvimopan akan meningkatkan tingkat
sensitivitas pasien terhadap alvimopan dan menimbulkan nyeri abdomen,
mual, muntah dan diare. Selain itu, efek interaksi berupa peningkatan
serotonin dan efek depresi susunan saraf pusat, serta hipotensi, terjadi
pada penggunaan bersama petidin dengan Isocarboxazid, phenelzine,
procarbazine, resagiline, safinamide, selegline, atau tranylcypromine.
• INTERAKSI OBAT YANG DAPAT MENIMBULKAN EFEK SERIUS
Meningkatkan kadar serotonin yaitu amitriptilin, amoxapin, buspiron, citalopram,
clomipramine, ciclobenzaprin, desipramin, desvanlafaxin, dextromethorphan,
dosulepin, doxepine, duloxetine, escitalopram, fluoxetine, fluvoxamine, imipramine,
levomilnacipran, linezolid, lofepramin, lorcaserin, maprotiline, metilen blue, mianserin,
milnacipran, nefazodon, nortriptilin, paroxetine, protriptilin, selegilin transdermal,
sertraline, tedizolid, trazodone, trimipramine, venlafaxine, vilazodon dan vortioxetin.
Meningkatkan efek sedasi, hipotensi dan depresi napas akibat depresi susunan saraf
pusat yaitu kombinasi dengan obat butarphanol, fentanil, fentanil intranasal, fentanil
transdermal dan fentanil transmukosa.
Menimbulkan efek konstipasi jika dikombinasi dengan eluxodalin
Menimbulkan kejang jika dikombinasi dengan tipranavir
• INTERAKSI OBAT YANG HARUS DIMONITOR KETAT
Meningkatkan kadar serotonin yaitu kombinasi dengan 5-htp, almotriptan,
citalopram, cocain, eletriptan, ergotamine, frovatriptan , isoniazid, I-tryptophan,
lithium, dan naratriptan
10
ANALGETIK NON OPIOID/NON NARKOTIK
PARACETAMOL/ACETAMINOPHEN
• MEKANISME: BEKERJA PADA PUSAT PENGATUR SUHU DI HIPOTALAMUS UNTUK
MENURUNKAN SUHU TUBUH (ANTIPIRETIK) . BEKERJA MENGHAMBAT SINTESIS
PROSTAGLANDIN SEHINGGA DAPAT MENGURANGI NYERI RINGAN-SEDANG.
• KATEGORI KEHAMILAN : B
• INDIKASI: NYERI RINGAN SAMPAI SEDANG, DEMAM
• KONTRAINDIKASI: HIPERSENSITIF, GANGGUAN HATI
• EFEK SAMPING: REAKSI ALERGI, RUAM KULIT BERUPA ERITEMA ATAU
URTIKARIA, KELIANAN DARAH, HIPOTENSI, KERUSAKAN HATI
• TOKSISITAS??????????
• INTERAKSI OBAT:
KOLESTIRAMIN -> MENURUNKAN ABSORBSI PARASETAMOL
METOCLOPRAMID DAN DOMPERIDON -> MENINGKATKAN EFEK
PARASETAMOL 11
PARASETAMOL -> MENINGKATKAN KADAR WARFARIN
PENGGUNAAN ANALGETIK-ANTIPIRETIK DALAM
KEHAMILAN
12
Secara umum pengaruh obat pada janin dapat beragam sesuai dengan fase-fase berikut:
a. Fase Implantasi yaitu pada umur kehamilan kurang dari 3 minggu. Pada fase ini obat dapat
memberi pengaruh buruk atau mungkin tidak sama sekali. Jika terjadi pengaruh buruk biasanya
menyebabkan kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus).
b. Fase Embrional atau Organogenesis, yaitu pada umur kehamilan antara 4-8 minggu. Pada fase ini
terjadi diferensiasi pertumbuhan untuk pembentukan organ-organ tubuh, sehingga merupakan fase
yang paling peka untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik). Selama
embriogenesis kerusakan bergantung pada saat kerusakan terjadi, karena selama waktu itu organ-
organ dibentuk dan blastula mengalami deferensiasi pada waktu yang berbeda-beda. Jika blastula
yang dipengaruhi masih belum berdeferensiasi dan kerusakan tidak letal maka terdapat
kemungkinan untuk restitutio ad integrum. Sebaliknya jika bahan yang merugikan mencapai
blastula yang sedang dalam fase deferensiasi maka terjadi cacat (pembentukan salah).
13
Berbagai pengaruh buruk yang terjadi pada Fase Embrional atau Organogenesis antara lain:
- Gangguan fungsional atau metabolic yang permanen yang biasanya baru muncul kemudian jadi
tidak timbul secara langsung pada saat kehamilan
- Pengaruh letal berupa kematian janin atau terjadinya abortus
- Pengaruh sub-letal, tidak terjadi kematian janin tetapi terjadi malformasi anatomik (struktur)
pertumbuhan organ atau pengaruh teratogenik. Kata teratogenik sendiri berasal dari bahasa yunani
yang berarti monster.
- Fase Fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga kehamilan.Dalam fase ini terjadi maturasi dan
pertumbuhan lebih lanjut dari janin.Pengaruh buruk senyawa asing bagi janin dalam fase ini dapat
berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ.
14
2. ANTIINFLAMASI
16
Penggolongan Anti-Inflamasi
o Berbagai kondisi inflamai, misalnya radang reumatik, radang usus, radang pada ginjal,
radang pada mata, radang karena asma dan radang pada tempat lainnya
o Menangani shock anafilaktik alergi dalam dosis tinggi
o Mencegah terjadinya reaksi penolakan tubuh dalam proses pencakokkan organ
o Bisa juga digunakan untuk pasien kanker, sebagai terapi pendukung kemoterapi. Obat ini
bisa menangkal perkembangan edema pada pasien tumor otak
o Diberikan pada ibu hamil yang memiliki resiko melahirkan secara premature
o Para pendaki gunung yang mengalami high-altitude cerebral edema (HACE), atau high-
altitude pulmonary edema (HAPE), sering menggunakan obat ini
o Diberikan secara injeksi sering digunakan sebagai pertolongan pada kondisi darurat
untuk penyelamatan nyawa
• Kontra Indikasi :
20
Anti-inflamasi non steroid (AINS)
Aspirin
• Kategori kehamilan : C, D pada kehamilan trimester 3
• Mekanisme :
Aspirin mengasetilasi enzim COX, yang menyebabkan enzim tersebut
mengalami inaktifasi ireversible. Oleh karena itu, efek aspirin
berlangsung terus sampai tubuh membuat enzim tersebut lagi.
• Indikasi :
Nyeri ringan sampai sedang, demam, arthritis rheumatoid. Penggunaan
lainnya : mencegah trombus coroner dan trombus vena dalam.
21
• Kontra Indikasi :
Anak dan remaja < 16 tahun, ibu menyusui, riwayat / sedang menderita tukak saluran
cerna, arthritis gout, hemophilia, hipersensitivitas.
• Efek Samping :
Gangguan saluran cerna (iritasi saluran cerna), gangguan pendengaran, vertigo, reksi
hipersensitivitas, trombositopenia.
• Interaksi Obat :
Meningkatkan efek samping bila diberikan bersama OAINS lain. Meningkatkan resiko
perdarahan bila diberikan bersama antikoagulan. Meningkatkan resiko perdarahan dan
ulserasi saluran cerna bila diberikan bersamaan dengan kortikosteroid. Meningkatkan
efek phenytoin dan valproate. Menurunkan efek thiazide atau diuretik
• Toksisitas :
Overdosis aspirin disebut salisilisme. Gejala – gejala meliputi telinga berdenging (tinitus),
pusing, sakit kepala, demam, dan perubahan status mental.
22
Thanks!
Any questions?
23