Anda di halaman 1dari 20

TERAPI OBAT UNTUK PSIKOTIK , DEPRESI DAN ANSIETAS

OBAT ANTI PSIKOSIS


Sinonim : NEUROLEPTICS, MAJOR TRANQUILIZERS, ATARACTICS,
ANTIPSYCHOTICS, ANTIPSYCHOTIC DRUGS, NEUROLEPTIKA.
Obat Acuan:

Chlorpromazine (CPZ)

SEDIAAN OBAT ANTI-PSIKOSIS dan DOSIS ANJURAN


No.
1

Nama Generik
Chlorpromazine

Nama Dagang
LARGACTIL
(Rh-Poulenc)

Sediaan
Tab.

25 mg
100

Dosis Anjuran
150 - 600 mg/h

mg
PROMACTIL
(Combiphar)
MEPROSETIL
(Meprofarm)
ETHIBERNAL

Amp.

25
mg/ml

(Ethica)
2

Haloperidol

SERENACE

Tab.

(Searle)

HALDOL

Liq.

mg
2

Amp.

mg/ml
5

Tab.

mg/ml
0,5 mg
2 mg

Tab.

(Guardian
Pharmatama)
LODOMER

DECANOAS

2 mg
5 mg

Tab.

(Mersifarma)
HALDOL

5 - 15 mg/h

1,5 & 5

(Janssen)
GOVOTIL

0,5 mg

2 mg
5 mg

Amp.

50
mg/ml

50 mg/2 - 4
minggu

No.

Nama Generik

Nama Dagang

Sediaan

Dosis Anjuran

(Janssen)
3

Perphenazine

TRILAFON

Tab.

(Schering)
4

Fluphenazine

ANATENSOL

2 mg

12 - 24 mg/h

4&8
Tab.

(B-M-Squibb)
Vial.

mg
2,5 mg

10 - 15 mg/h

5 mg

25 mg/2 - 4

25

minggu

Fluphenazine

MODECATE

- decanoate

(B-M-Squibb)

Levomepromazine

NOZINAN

Tab.

25 mg

(Rh-Poulenc)

Amp.

25

mg/ml
5

10 - 15 mg/h

Trifluoperazine

STELAZINE

Tab.

mg/ml
1 mg

10 - 15 mg/h

Thioriclazine

(Smith-Kline)
MELLERIL

Tab.

5 mg
50 mg

150 - 600 mg/h

(Novartis)
8

Sulpiride

Pimozide

100

DOGMATIL FORTE

Amp.

mg
50

(Delagrange)

Tab.

mg/ml
200

ORAP FORTE

Tab.

mg
4 mg

1 2 - 4 mg/h

Tab.

1,2,3

Tab. 2 - 6 mg/h

150 - 600 mg/h

(Janssen)
10

Risperidone

RISPERIDAL

mg
(Janssen)
NERIPROS

Tab.

1,2,3
mg

(Pharos)
NOPRENIA

Tab.

1,2,3
mg

(Novell)
PERSIDAL-2

Tab.

2 mg

Tab.

1,2,3

(Mersifarma)
RIZODAL

mg

No.

Nama Generik

Nama Dagang

Sediaan

Dosis Anjuran

(Guardian
11

12

Pharmatama)
CLOZARIL

Clozapine

Quetiapine

Tab.

25 mg

(Novartis)

100

SEROQUEL

mg
25 mg

Tab.

(Astra Zeneca)

25 - 100 mg/h

50 - 400 mg/h

100
mg
200

13

Olanzapine

ZYPREXA

Tab.

(Eli Lilly)

mg
5 mg
10 mg

1. PENGGOLONGAN
1. Obat anti psikosis Tipikal (Typical anti psycotics)
A. Phenothiazine
Rantai Aliphatic
:

LEVOMEPROMAZINE
Rantai Piperazine
:

10 - 20 mg/h

PERPHENAZINE,

CLORPROMAZINE,
TRIFLUOPERAZINE,

FLUPHENAZINE
Rantai Piperidine
: THIORIDAZINE
B. Butyrophenone
: HALOPERIDOL
C. Diphenyl-butyl-piperidine
: PIMOZIDE
2. Obat anti psikosis Atypical (Atypical anti psychotic)
A. Benzamide
: SULPIRIDE
B. Dibenzodiazepine
: CLOZAPINE, OLANZAPINE, QUETIAPINE
C. Benzizoxazole
: RISPERIDONE
2. MEKANISME KERJA
Hipotesis : Sindrom Psikosis terjadi berkaitan dengan aktifitas neurotransmitter Dopamine
yang meningka. ( Hiperaktifitas Dopaminergik sentral )
Mekanisme kerja Obat antipsikotik tipikal adalah memblokade Dopamine pada reseptor
pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistim limbic dan sistim ekstra pyramidal
(Dopamin D2 Receptor antagonists) sehingga efektif untuk gejala POSITIF . Sedangkan
obat antipsikotik baru ( Atypikal) disamping berafinitas terhadap Dopamin D2 Receptors
juga terhadap Serotonin 5 HT2 Receptors ( Serotonin Dopamin antagonists ), sehingga
efektif juga untuk gejala NEGATIF

Rusdi Maslim, 2003


Underactivity of dopamine in mesocortical pathways, specifically those projecting to the
frontal lobes, may account for the negative symptoms of schizophrenia (e.g., anergia,
apathy, lack of spontaneity) (Davis et al. 1991; Goff and Evins 1998). In addition, this
underactivity in the frontal lobes may serve to disinhibit mesolimbic dopamine activity via a
corticolimbic feedback loop. Overactivity of mesolimbic dopamine is the result, which
manifests as the positive symptoms of schizophrenia (e.g., hallucinations, delusions).
Antipsychotic medications antagonize dopamine, which is believed to contribute to the
antipsychotic effect of these medications. The atypical antipsychotics have other
physiological properties as well, some of which appear to relate to antagonism of the
serotonin type 2 (5-HT2) receptor, which may modify dopamine activity in a regionally
specific manner. Dual 5-HT2 receptor dopamine type 2 (D2) receptor antagonism is
believed to account, at least in part, for the superior efficacy and more favorable side-effect
profile of atypical antipsychotics.
Lauren B. Marangell, M.D. 2006
3. PROFIL EFEK SAMPING
Efek samping antipsikosis dapat berupa :
1. Sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja
psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun)
2. Gangguan Otonomik (Hypotensi, antikolinergik/parasimpatolitik, mulut kering,
kesulitan miksi & defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler
mininggi, gangguan irama jantung)
3. Gangguan ekstra pyramidal (Distonia akut, Akatisia, syndrome Parkinson : tremor,
bradikinesia,rigiditas)
4. Gangguan endokrin (amenorrhoe, gynaecomastia), metabolic (jaundice )hematologic
(agranulocytosis) biasanya untuk pemakaian jangka panjang
Efek samping yang Irreversibel : Tardive dyskinesia ( gerakan berulang involunter
pada : lidah, wajah, mulut/rahang dan anggota gerak dimana gerakan tersebut
menghilang saat tidur)
Dosis ekivalen : efek primer sama, perbedaan pada efek sekunder
Nama obat
Ekst.pyr.

Mg eq Dosis (mg/hr) Sedasi

Otonomik

Chlorpromazine 100
++

100-1600

Thioridasine

100-900

Perphenazine

100
8

+++

+++

+++

8-48

+++

++

+
Trifluoperazine

5-60

+++
Fuphenazine

5-60

++

2-100

++

+
Haloperidol
Pimozide
+
Clozapine

2
25

Levomepromazine 25
Sulpiride
Respirodone

200
2

2-6
25-75
50-300
200-1600
2-9

+
+

++++

+
+

++++
+
+

++++
+
++

4. PERAN PERAWAT
A. Efek Antikolinergik
Mulut kering ( penurunan saliva )
Berikan permen rendah gula atau permen karet, es, minum air sedikit tapi sering,
pastikan klien membersihkan mulut secara teratur
Pandangan kabur
Jelaskan bahwa gejala tersebut kebanyakan mungkin akan berkurang setelah
beberapa minggu, berikan bantuan untuk tugas tugas yang memerlukan
ketajaman penglihatan. Anjurkan untuk menghindari menjalankan mesin jika
penglihatan masih kabur
Konstipasi
Berikan / pesankan makanan tinggi serat / diit Bulk, pelunak feses, cairan dan
dukung untuk meningkatkan aktifitas fisik jika hal ini tidak merupakan kontra
indikasi

Retensi urine
Instruksikan klien untuh melaporkan jika menemui kesulitan dalam berkemih,
pantau masukan dan haluaran, kolaborasi untuk pemberian agonis kolinergik
untuk retensi urine
B. Gangguan gastrointestinal
Obat diberikan bersamaan dengan makanan untuk meminimalkan gangguan pada
gastrointestinal
C. Ruam kulit
Laporkan pada dokter jika terjadi ruam, ruam tidak ada hubungan dengan dosis,
hentikan obat dan ulang dengan hati hati jika ruam telah hilang. Jika perlu ganti
obat dari golongan yang berbeda, berikan topical steroid jika diperlukan
D. Sedasi
Diskusikan dengan dokter kemungkinan pemberian obat dilakukan sebelum tidur,
menurunkan dosis atau mengurangi obat sedative, singkirkan overmedikasi.
E. Hipotensi orthostatic
Intruksikan klien untuk bangkit perlahan dari posisi duduk atau berbaring, pantau
tekanan darah, catat dan laporkan perubahan yang bermakna
F. Fotosintesis
Pastikan klien memakai pelindung sinar matahari ( pakaian, tabir surya, kaca mata )
selama di ruang terbuka, berikan Sunburn topical
G. Efek Hormonal
Penurunan Libido, ejakulasi retrograde, gynecomasti
Berikan penjelasan tentang efek dan jaminan pemulihan kembali, diskusikan
dengan dokter tentang kemungkinan memberikan alternative pengobatan
Amenorrhoe
Berikan penjelasan tentang efek dan jaminan pemulihan kembali, instruksikan
klien untuk meneruskan penggunaan kontrasepsi, Amenorrhoe bukan indikasi
penghentian ovulasi
Penambahan Berat badan
Timbang berat badan klien tiap hari, berikan diit kalori terkontrol, berikan
kesempatan untuk latihan fisik, beri intruksi untuk diet dan latihan
H. Reduksi Ambang Kejang
Observasi ketat pasien dengan riwayat kejang, turunkan dosis, ganti dengan obat
potensial tinggi. Anti konvulsan tidak melindungi klien dari gangguan non kejang
I. Agranulositosis
Waspada terhadap demam tinggi dan sakit tenggorikan dan keluhan tidak enak
badan, pantau SDP atau sel darah lengkap, jika terjadi leukosit dan granulosit

menurun tajam segera hentikan pengobatan, lapor dokter, isolasi klien dan berikan
antibiotic jika diperlukan.
J. Gejala Ekstra Pyramidal ( EPS )
Observasi gejala berikut, berikan obat anti Parkinson sesuai pesanan dan bisa
diberikan obat antikolinergik, siapkan bantuan pernafasan
Pseudoparkinsonisme ( tremor, berjalan dengan menyeret, mengeluarkan air liur,
rigiditas). Gejala mungkin Nampak selama 1 5 hari setelah pengobatan awal,
terjadi sering pada wanita, usia lanjut dank lien dengan dehidrasi
Akinesia ( kelemahan otot )
Sama dengan diatas
Akatisia ( kegelishan dan keresahan yang kontinyu )
Terjadi paling sering pada wanita, gejala mungkin terjadi 50 -60 hari setelah terapi
awal, singkirkan ansietas dan agitasi
Dystonia ( gerakan involunter ; spasme pada wajah, lengan, kaki dan leher )
Terjadi paling sering pada klien yang berusia dibawah 25 tahun
Krisis Okulogirik ( bola mata terbalik kebelakang dan tidak terkontrol )
Dapat muncul sebagai bagian dari syndrome yang digambarkan sebagai dystonia,
mungkin kesalahan pada aktifitas kejang, krisis dystonia dan okulogirik diatasi
sebagai situasi darurat, hubungi dokter, benzotropin ( Cogentin ) umumnya
diberikan per IV, temani klien dan berikan ketenangan dan dukungan selama
waktu yang menakutkan untuk klien ini
K. Dyskinesia
Semua klien yang mendapat terapi antipsikotik yang lama ( bulanan / tahunan )
memiliki resiko ini, tanda pertama penggunaan obat ini biasanya pergerakan lidah
vermiform, prostusi lidah, mengecap bibir, merengut, menghisap, berkedip, gerakan
rahang lateral, fleksi pergelangan kaki, gerakan ibu jari. Tindakan yang cepat akan
mencegah terjadinya kerusakan permanen yang tidak dapat pulih kembali. Gejala
irreversible jika tidak ditemukan dini atau obat antipsikotik tidak dihentikan, klien
mungkin membutuhkan diit lunak, sepatu empuk
L. Syndrom Neuroleptik Malignan ( SNM )
Jarang, tapi potensial menjadi fatal, merupakan kondisi yang mengancam kehidupan
akibat reaksi idiosinkrasi terhadap obat antipsikotik ( Khususnya long acting resiko
ini lebih besar ) Semua klien yang diberikan antipsikotik mempunyai resiko untuk
terjadinya SNM, tetapi dengan kondisi dehidrasi, kelelahan atau malnutrisi, resiko ini
jadi lebih tinggi. Gejala SNM : Suhu badan lebih dari 38o C ( Hyperpireksia ),
tachycardia, tachypnea, fluktuasi tekanan darah, EPS berat ( rigiditas ), diaphoresis,

kemunduran status mental yang cepat, penurunan kesadaran, gejala tersebut timbul
dan berkembang dengan cepat. Tindakan yang dilakukan, hentikan pengobatan
antipsikotik, perawatan supportif, dokter biasanya meresepkan obat Dopamin
Agonist ( Bromokriptin 7,5 60 mg/h 3dd, L-dopa 2 X 100 mg/h, atau amantadine
200 mg/h )
5. Pendidikan Pasien/ Keluarga
1. Hati-hati berkendara/operasikan mesin berbahaya
2. Jangan putus obat
3. Gunakan tabir surya
4. Laporkan efek samping ke dokter
5. Urine jadi merah
6. Bangkit perlahan-lahan
7. Jika mulut kering minum sedikit tapi sering
8. Jangan mengkonsumsi obat tanpa resep
9. Waspada minum neuroleptik saat kehamilan
10. MInum obat teratur
11. Bawa kartu berobat

OBAT ANTI DEPRESI


Sinonim : THYMOLEPTICS, PSYCHIC ENERGIZERS, ANTI DEPRESSANTS, ANTI
DEPRESAN
Obat Acuan:

Amitriptyline
SEDIAAN OBAT ANTI-DEPRESI dan DOSIS ANJURAN

No.

Nama Generik

Nama Dagang

Amitriptyline

AMITRIPTYLINE
(Indofarma)

Amoxapine

ASENDIN

Sediaan
Drag.
Tab.

Dosis Anjuran

25 mg

75 - 150 mg/h

100

200 - 300 mg/h

mg
(Lederle)
3

Tianeptine

STABLON

Tab.

12,5

25 - 50 mg/h

mg
(Servier)
4

Clomipramine

ANAFRANIL

Tab.

25 mg

75 - 150 mg/h

(Novartis)
5

Imipramine

TOFRANIL

Tab.

25 mg

75 - 150 mg/h

(Novartis)
6

Moclobemide

AURORIX

Tab.

150

300 - 600 mg/h

mg
(Roche)
7

Maprotiline

LUDIOMIL
(Novartis)

Tab.

10 mg

75 - 150 mg/h

25 mg
50 mg
75 mg

Mianserin

TOLVON Tab.
(Organon)

Opipramol

INSIDON Tab.

10 mg

30 - 60 mg/h

30 mg
50 mg

50 - 150 mg/h

50 mg

50 - 100 mg/h

(Novartis)
10

Sertraline

ZOLOFT Tab.

No.

Nama Generik

Nama Dagang

Sediaan

Dosis Anjuran

(Pfizer)
11

Trazodone

TRAZONE

Tab.

(Kalbe)
12

Paroxetine

SEROXAT

50 mg

100 - 200 mg/h

100
Tab.

mg
20 mg

Tab.

50 mg

50 - 100 mg/h

Cap.

20 mg

20 - 40 mg/h

20 - 40 mg/h

(Smith-Kline)
13

Fluvoxamine

LUVOX
(Solvay Pharma)

14

Fluoxetine

PROZAC
(Ely Lilly)
NOPRES

Caplet

20 mg

Cap.

20 mg

(Dexa Medica)
ANDEP
(Medikon)
ANTIPRESTIN

Cap.

10-20
m

(Pharos)
COURAGE
(Soho)
KALXETIN

Tab.

20 mg

Caplet

10 mg

Cap.

20 mg

Tab.

20 mg

20 - 60 mg/h

Tab.

30 mg

15 - 45 mg/h

(Kalbe)
15

Citalopram

CIPRAM
(Lundbeck)

16

Mirtazapine

Remeron
(Organon)

1. PENGGOLONGAN
1. Obat anti depresi TRISIKLIK / Tricyclic Antidepressanta ( TCA )
Mis. Amitriptyline, Imipramine, Clomipramine, Tianeptine, Opripamil
2. Obat antidepresi TETRASIKLIK
Mis. Maprotiline, mianserin, Amoxapine

3. Obat antidepresi MAOI-Reversibel / Reversibel Inhibitor Of Monoamine Oxydase A


( RIMA )
Mis Moclobemide
4. Obat antidepresi Atypical
Mis. Trazodone, Tianeptine, Mirtazapine
5. Obat antidepresi SSRI ( Selective Serotonin Reuptake Inhibitor )
Mis. Sertraline, Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine, Citalopram
2. MEKANISME KERJA
Hipotesis : Sindrom depresi disebabkan oleh defisiensi relative salah satu atau beberapa
Aminergic Neurotransmitter ( Noradrenalin, serotonin, dopamine ) pada sinaps neuron di
SSP ( khususnya pada sistim limbic. Mekanisme kerja obat antidepresi adalah menghambat
re- uptake aminergik neurotransmitter dan menghambat penghancuran oleh enzim
Monoamine oksidase sehingga terjadi peningkatan jumlah Aminergic neurotransmitters
pada sinaps neuron di SSP.
Rusdi Maslim. 2003
All current antidepressant drugs affect the serotonergic and/or noradrenergic systems in the
brain. The effects of antidepressants on monoamine availability are immediate, but the
clinical response is typically delayed for several weeks. Downregulation of receptors more
closely parallels the time course of clinical response. This downregulation can be
conceptualized as a marker of antidepressant- induced neuronal adaptation. Therapeutic
effects are most likely related to modulation of G proteins, second-messenger systems, and
gene expression, particularly genes involved in neuronal growth and regeneration (for
review, see Nestler et al. 2002).
Lauren B. Marangell, M.D. 2006
3. PROFIL EFEK SAMPING
Efek samping obat antidepresi dapat berupa
1. Sedasi ( rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun,
kemampuan kognitif menurun, dll )
2. Efek antikolinergik ( mulut kering, retensi urine, penglihatan kabur dll )
3. Efek antikolinergik alfa ( perubahan EKG, Hipotensi )
4. Efek neurotoksis ( Tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia )
Pada keadaan overdosis / intoksikasi trisiklik dapat timbul Atropine Toxic Syndrome
dengan gejala : Eksitasi SSP, Hypertensi, Hyperpireksia, konvulsi, toxic confusional state
(Confusion, delirium, disorientation ). Tindakan untuk keadaan tersebut adalah

Gastric lavage ( hemodialisa tidak bermanfaat oleh karena obat trisiklik bersifat
protein binding, Forced diuresis juga tidak bermanfaat oleh karena Renal excertion

of drug rendah)
Diazepam 10 mg (im) untuk mengatasi konvulsi
Prostigmine 0,5 1,0 mg (im) untuk mengatasi efek antikolinergik ( dapat diulang tiap

30 45 menit sampai gejala mereda )


Monitoring EKG untuk deteksi kelainan jantung

Pada dosis eqivalen efek primer sama, efek sekunder/samping berbeda.


Nama Obat
Amitryptiline

Dosis mg/hari

Anti kholinergik

Sedasi

Hipotensi ORTH.

75-150

+++

+++

++

75-150

+++

++

++

75-150

++

++

100-200

+++

Maproltine

75-150

++

Mianserine

30-60

Amoxapine

200-300

Amineptine

100-200

Mocloberide

300-600

Sertraline

50-100

Paroxetine

20-40

Ket
3+

(berat)
Imipramine

2 +

(sedang)
Clomipramine

+ (ringan)
Trazodone

+++

(minimal)

Fluvoxamine
Fluoxetine

20-40

++

+
+

4. IMPLIKASI KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN

++

50-100

a) Kaji adanya gagasan, rencana dan alat bunuh diri, kaji perubahan alam perasaan tiba
tiba yang dapat mengidikasikan keputusan pasien untuk bunuh diri.
b) Kaji status mental setiap hari : alam perasaan, penampilan, pola piker dan komunikasi,
c)
d)
e)
f)

minat pasien terhadap aktifitas dan lingkungan, gagasan bunuh diri


Kaji tanda tanda vital dan berat badan klien
Kaji riwayat alergi, hipersensitifitas terhadap obat
Kaji riwayat glaucoma
Kaji tanggal menstruasi terakhir ( kemungkinan kehamilan ) termasuk penggunaan

g)
h)
i)
j)
k)
l)

kontrasepsi
Kaji apakah masih menyusui anak
Kaji konsumsi alcohol saat ini dan masa lalu
Kaji apakah pasien mengendarai mobil sendiri, mengoperasikan mesin berbahaya
Kaji timbulnya reaksi merugikan atau efek samping obat
Kaji pengetahuan pasien / keluarga mengenai penyakit dan kebutuhan pengobatan
Kolaborasi untuk pemeriksaan hitung sel darah, fungsi hati pada pasien dengan terapi

jangka panjang
B. Diagnosa keperawatan potensial
a) Resiko tinggi bunuh diri
b) Resiko tinggi cidera b/d efek samping obat
c) Isolasi social
d) Resiko tinggi intoleransi aktifitas b/d efek sampan obat
e) Deficit pengetahuan
5. PENDIDIKAN PASIEN / KELUARGA
A. Waspada saat mengendarai mobil atau mengoperasikan mesin berbahaya, dapat terjadi
rasa kantuk atau pusing, jika efek samping tersebut persisten laporkan dokter,
penyesuaian dosis mungkin diperlukan
B. Jangan menghentikan penggunaan obat secara tiba tiba, hal ini dapat menyebabkan
terjadinya gejala putus obat seperti mual, vertigo, insomnia dan mimpi buruk
C. Bangkit perlahan dari posisi duduk atau berbaring untuk mencegah penurunan tekanan
darah tiba tiba
D. Jika terjadi mulut kering anjurkan banyak minun, kunyah permen karet bebas gula
E. Hindari merokok selama pengobatan dengan amitriptilin, merokok dapat meningkatkan
metabolisme amitriptilin
F. Jangan mengkonsumsi alcohol selama menjalani terapi khususnya terapi amitriptilin
G. Jangan mengkonsumsi obat lain ( obat yang dijual bebas ) tanpa resep dari dokter
H. Waspada pada penggunaan obat amitriptilin selama kehamilan dan menyusui, karena
penggunaan yang aman belum ditemukan
I. Waspada terhadap efek samping dari amitriptilin

OBAT ANTI ANXIETAS


Sinonim

PSYCHOLEPTICS, MINOR TRANQUILLIZERS, ANXIOLYTICS,

ANTIANXIETY DRUGS, ANSIOLITIKA


Obat Acuan:

Diazepam/Chlordiazepoxide

SEDIAAN OBAT ANTI-ANXIETAS dan DOSIS ANJURAN

No.
1

Nama Generik
Diazepam

Nama Dagang

Sediaan

Dosis Anjuran

DIAZEPIN
(Kimia Farma)

Tab.

2-5 m g

Oral =
10 - 30 mg/hari

LOVIUM

Tab.

2 - 5 mg

2 - 3 x sehari

Tab.

2-5-10

(Phapros)
MENTALIUM

mg
(Soho)
PARALIUM

Tab.

2 - 5 mg

Parenteral

(Prafa)

Amp

10 mg/2

i.v./i.m.

PROZEPAM

ul
Capl

cc
2 - 5 mg

2 - 10 mg

et

perkali
setiap 3 -4 jam

(Meprofarm)
STESOLID

Tab.

2 - 5 mg

(Alpharma)

Amp

10 mg/2

ul

TRANKINON

cc
rectal

< 10 kg/bb = 5

tube
5 mg/2,5

mg
> 10 kg/bb =10

cc
10 mg/2,5

mg

Tab.

cc
2 - 5 mg

Tab.

2 - 5 mg

(Combiphar)
VALIDEX

No.

Nama Generik

Nama Dagang

Sediaan

Dosis Anjuran

(Dexamedica)
VALISANBE

Tab.

2 - 5 mg

VALIUM

Tab.

2 - 5 mg

(Roche)

Amp

10 mg/2

CETABRIUM

ul
Drg.

cc
5 - 10 mg

(Sanbe)

Chlordiazepoxide

(Soho)
ARSITRAN

15 - 30 mg/hari
2 - 3 x sehari

Tab.

5 mg

Cap.

5 mg

Tab.

0,5-1-2

(Meprofarm)
TENSINYL
(Medicham)
3

Lorazepam

ATIVAN

2-3 x 1 mg/h

mg
(Wyeth)
RENAQUIL

Tab.

1 mg

Tab.

0,5 - 2 mg

Tab.

10 mg

Tab.

10 mg

Tab.

1,5 - 3 - 6

(Fahrenheit)
MERLOPAM
(Mersifarma)
4

Clobazam

FRISIUM

2 - 3 x 10 mg1h

(Aventis-Ph)
CLOBAZAM-DM
(Dexa Medica)
5

Bromazepam

LEXOTAN

3 x 1,5 mg/h

mg
(Roche)
6

Oxazolam

SERENAL-10

Drg.

10 mg

2-3 x 10 mg/h

Cap.

5-10 mg

2 - 3 x 5 mg/h

Tab.

0,25-0,5-

3 x 0, 25 - 0,5

1 mg

mg/h

(Sankyo)
7

Clorazepate

TRANXENE 5-10
(Kenrose)

Alprazolam

XANAX
(Upjohn)
ALGANAX

Tab.

0,25-0,51 mg

No.

Nama Generik

Nama Dagang

Sediaan

Dosis Anjuran

(Guardian-Ph)
CALMLET

Tab.

0,25-0,51 mg

(Sunthi-Sepuri)
FEPRAX

Tab.

0,25-0,51 mg

(Ferron)
FRIXITAS

Tab.

0,25-0,51 mg

(Novell)
9

Prazepam

EQUIPAX

Tab.

5 mg

2 - 3 x 5 mg/h

Cap.

50 mg

100 - 200 mg/h

Tab.

10 mg

15 - 30 mg/h

Tab.

10 mg

Tab.

10 mg

Capl

25 mg

(Parke-Davis)
10

Sulpiride

DOGMATIL
(Soho)

11

Buspirone

BUSPAR
(Bristol-Myers)
TRAN-Q
(Guardian-Ph)
XIETY
(Lapi)

12

Hydroxyzine

ITERAX

3 x 25 mg/h

et
(UCB Pharma)

1. PENGGOLONGAN
1. Benzodiazepin : Diazepam, chlordizpoxide, lorazepam, clobazam, bromazepam,
oxazolam, clorazepate, alprazolam, prazepam
2. Non Benzodizepin : Sulpiride, Buspirone, Hydroxyzine
2. MEKANISME KERJA
Hipotesis : Sindrom ansietas disebabkan hyperaktifitas dari sistim limbic SSP yang terdiri
dari Dopaminergic, Noradrenergic,Serotonergic neurons yang dikendalikan oleh GABAergic neurons ( Gamma amino butyric acid, suatu inhibitoru neurotransmitter). Obat anti
ansietas Benzodiazepine yang bereaksi dengan reseptornya ( Benzodiazepine receptors)
akan mereinforce the inhibitory action of GABA-ergic neurons sehingga hiperaktifitas
tersebut diatas mereda (Rusdi Maslim, 2003)

Benzodiazepines facilitate inhibition by -aminobutyric acid (GABA), the major inhibitory


neurotransmitter in the brain. The benzodiazepine receptor is a subtype of the GABAA
receptor. Activation of the benzodiazepine receptor facilitates the action of endogenous
GABA, which results in the opening of chloride ion channels and a decrease in neuronal
excitability. Benzodiazepines act rapidly because ion channels can open and close relatively
quickly, in contrast to the slower onset of action that occurs with G proteinlinked
receptors.
Lauren B. Marangell, M.D. 2006
3. PROFIL EFEK SAMPING
Efek samping obat anti ansietas dapat berupa :
1. Sedasi ( rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun,
kemampuan kognitif melemah )
2. Relaksasi otot ( rasa lemas, cepat lelah dll )
Potensi menimbulkan ketergantungan lebih rendah dari Narkotika, potensi menimbulkan
ketergantungan disebabkan oleh efek obat yang masih dapat dipertahankan setelah dosis
terakhir, berlangsung sangat singkat. Penghentian obat secara mendadak akan menimbulkan
gejala putus obat (rebound phenomena ): pasien menjadi iritabel, bingung, gelisah, insomnia,
tremor, palpitasi, keringat dingin, konvulsi, dll )
Ketergantungan lebih sering pada individu dengan riwayat peminum alcohol,
penyalahgunaan obat atau unstable personalities. Oleh karena itu penggunaan
Benzodiazepine tidak dianjurkan pada pasien pasien tersebut. Untuk mengurangi resiko
ketergantungan obat, maksimum lama pemberian adalah 3 bulan ( 100 hari )dalam rentang
dosis terapiutik
4. IMPLIKASI KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a) Kaji tingkat ansietas, gejala gejala meliputi : kegelisahan, menjaga jarak, insomnia,
ketidakmampuan konsentrasi, peningkatan denyut jantung, peningkatan pernafasan,
peningkatan tekanan darah, konfusi, tremor, bicara cepat.
b) Kaji adanya pikiran bunuh diri
c) Kaji riwayat alergi, hipersensitifitas terhadap obat
d) Kaji riwayat glaucoma
e) Kaji tanggal menstruasi terakhir ( kemungkinan kehamilan ) termasuk penggunaan
kontrasepsi
f) Kaji apakah masih menyusui anak
g) Kaji konsumsi alcohol saat ini dan masa lalu
h) Kaji apakah pasien mengendarai mobil sendiri, mengoperasikan mesin berbahaya
i) Kaji timbulnya reaksi merugikan atau efek samping obat
j) Kaji pengetahuan pasien / keluarga mengenai penyakit dan kebutuhan pengobatan

k) Kolaborasi untuk pemeriksaan hitung sel darah, fungsi hati pada pasien dengan terapi
jangka panjang
l) Perbahan uji lab : uji fungsi ginjal abnormal
m)Kaji adanya gejala putus obat
n) Penatalaksanaan gejala putus obat
Pantau tanda tanda vital
Tempatkan pasien dalam ruangan dengan stimulus yang rendah
Siapkan kewaspdaan kejang
Barbiturate kerja lama seperti fenobarbital dapat diberikan untuk menekan
gejala gejala putus obat tersebut
Fenitoin dapat diberikan untuk mencegah kejang
Beberapa dokter meresepkan penggunaan oksazepam sesuai kebutuhan untuk
mengatasi gejala putus obat
B. Diagnose keperawatan potensial
a) Resiko tinggi cidera b/d kejang, panic, putus obat
b) Resiko kekerasan pada diri sendiri
c) Ansietas
d) Deficit pengetahuan

5. PENDIDIKAN PASIEN / KELUARGA


a) Jangan mengendarai mobil atau menjalankan mesin berbahaya
b) Jangan menghentikan penggunaan secara tiba tiba, karena dapat menyebabkan masalah
putus obat yang serius
c) Jangan mengkonsumsi depresan SSP lain ( termasuk alcohol )
d) Jangan menggunakan obat tanpa resep dokter
e) Waspada terhadap resiko penggunaan alprazolam selama kehamilan
f) Segera laporkan pada perawat atau dokter jika terdeteksi gejala-gejala berikut,
mengantuk, pusing, palpitasi, mual muntah, kesulitan berkemih, peningkatan agitasi
g) Waspada kemungkinan efek samping
h) Bawa selalu kartu kartu berobat secara periodic

DAFTAR PUSTAKA

Marangell. L.,2006. Psychopharmacology 2nd Edition.Americans Psyciatric Publising. Inc


Maslim R.,2003. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi ketiga. Bagian Kedokteran Jiwa
FK. Unika Atmajaya. Jakarta
Stuart dan Sundeen, 1998. Buku saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3 EGC. Jakarta
Towsend M., 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri. Edisi 3.
EGC. Jakarta
Towsend M., 2003. Buku Saku Pedoman Pengobatan Dalam Keperawatan Psikiatri. EGC.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai