TINJAUAN PUSTAKA
2.1Konsep Dasar Lansia
2.1.1Pengertian Lansia
Menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 tentang
kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008).
Lansia bukan merupakan suatu penyakit, namun merupakan tahap
lanjut dari suatu kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan
tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan, penurunan kemampuan
berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh itu bersifat alamiah atau fisiologis.
Penurunan tersebut disebabkan berkurangnya jumlah dan kemampuan sel
tubuh. Pada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak usia 45
tahun dan akan menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun
(Pudjiastuti, 2003).
Menurut Constantindes (1994 dalam Nugroho 2000) menua adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur
dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua
merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai
sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup.
2.1.2Batasan-Batasan Lansia
Menurut WHO dalam Nugroho (1992) lanjut usia meliputi:
2.1.4.1Teori Biologi
Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology
slow teory, teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.
a. Teori genetik dan mutasi
Menurut teori genetik dan mutasi, menua terprogram secara genetik
untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan
biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada
saatnya akan mengalami mutasi sebagai contoh khas adalah mutasi dari selsel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsi sel).
Terjadi penggumpalan pigmen atau lemak dalam keadaaan teori,
akumulasi, dari produk sisa, sebagai contoh adalah pigmen lipofusin di sel
otot jantung dan sel susunan saraf pusat pada lansia yang mengakibatkan
terganggunya fungsi sel itu sendiri.
Pada teori biologi dikenal istilah pemakaian dan perusakan (wear
and tear) yang terjadi karena kelebihan usaha dan stres yang menyebabkan
sel-sel tubuh menjadi lelah (pemakaian). Pada teori ini juga didapatkan
terjadinya peningkatan jumlah kolagen dalam tubuh lansia, tidak ada
perlindungan terhadap radiasi, penyakit, dan kekurangan gizi.
10
11
theory),
teori
akitivitas
(activity
theory),
teori
12
13
14
1) Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam
proses penuaan, tetapi berdasarkan pada pengalamannya di masa lalu,
lansia harus memilih peran apa yang harus dipertahankan atau
dihilangkan.
2) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti.
3) Lansia berkesempatan untuk memilih berbagai macam cara untuk
beradaptasi.
e. Teori perkembangan
Erickson (1930) dalam Maryam (2008) membagi kehidupan menjadi
delapan fase yaitu :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
15
teori ini tidak menggariskan bagaimana cara menjadi tua yang diinginkan
atau yang seharusnya diterapkan pada lansia tersebut.
Pokok-pokok dalam teori perkembangan adalah sebagai berikut.
1) Masa
tua
merupakan
saat
lansia
merumuskan
seluruh
masa
kehidupannya.
2) Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial
yang baru, yaitu pensiunan dan atau menduda atau menjanda.
3) Lansia harus menyesuaikan diri sebagai akibat perannya yang berakhir
di dalam keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya akibat
pensiun, serta ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-temannya.
f. Teori stratifikasi usia
Keunggulan teori stratifikasi usia adalah bahwa pendekatan yang
dilakukan
bersifat
deterministik
dana
dapat
dipergunakan
untuk
16
kasih,
dan
harapan.Fowler
meyakini
bahwa
perkembangan
17
reflex,
cairan
tulang
menurun
sehingga
mudah
rapuh
18
insomnia,penglihatan,
pendengaran,
pengecapan,
19
20
kurang kegiatan fisik dan mental sepanjang hari sehingga mereka masih
semangat sepanjang malam, tertidur sebentar-bentar sepanjang hari,
gengguan cemas dan depresi, tempat tidur dan suasana kamar kurang
nyaman, sering berkemih pada waktu malam karena banyak minum
pada malam hari, infeksi saluran kemih (Maryam, 2008).
Ada beberapa faktor resiko yang mendukung terjadinya masalah
kesehatan jiwa pada lansia adalah kesehatan fisik yang buruk, perpisahan
dengan pasangan, perumahan dan transportasi yang tidak memadai, sumber
finansial berkurang, dan dukungan sosial berkurang (Maryam, 2008).
21
22
23
berpikir
secara
realitas
sehingga
akan
menimbulkan
kecemasan.
4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat memengaruhi konsep diri
individu.
6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress
akan mempengaruhi individu dalam berespons terhadap konflik yang
dialami kerena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dala
keluarga.
7. Riwayat kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons
individu
dalam
berespons
terhadap
konflik
dan
mengatasi
kecemasannya.
8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepin dapat menekan
24
respon
kognitif
yaitu
waspada
serta
memungkinkan
25
teror.
Rincian
terpecah
dari
proporsinya.
Karena
26
melihatkan
disorganisasi
kepribadian.
Dengan
panic,
terjadi
antisipasi
Respon Maladaptif
ringan
sedang
berat
panik
27
Kecemasan
pada
remaja
mayoritas
disebabkan
oleh
28
Faktor eksternal
1)
Dukungan sosial
29
Kerekatan emosional.
Integrasi sosial
Pengakuan
Ketergantungan yang dapat diandalkan
Bimbingan
Kesempatan untuk mengasuh
2)
Dukungan keluarga
Friedman (1998) bahwa keluarga berfungsi sebagai sistem
Dukungan informasional
b)
Dukungan penilaian
c)
Dukungan instrumental
d)
Dukungan emosional
2.2.6
30
Subkomponen
Somatik
Pertanyaan ke1
2
3
8
9
17
21
22
23
2.
Kognitif
5
12
16
18
19
24
25
3.
Afektif
6
7
10
11
13
14
31
Pertanyaan
Apakah Anda merasa jantung berdebar
kencang dan kuat?
Apakah nafas Anda pendek?
Apakah Anda mengalami gangguan
pencernaan?
Apakah Anda sulit untuk tidur?
Apakah Anda kesulitan untuk tetap
tertidur/tidak nyenyak?
Apakah Anda sulit untuk duduk diam?
Apakah Anda merasa lelah?
Apakah Anda merasa otot-otot tegang?
Apakah Anda mengalami sakit
punggung, sakit leher, atau otot kram?
Apakah Anda merasa seperti hal yang
tidak nyata atau diluar diri Anda
sendiri?
Apakah
Anda
merasa
seperti
kehilangan kontrol?
Apakah Anda mengalami kesulitan
berkonsentrasi?
Apakah
Anda
merasa
seperti
pusing/bingung?
Apakah Anda merasa terlalu khawatir?
Apakah
Anda
tidak
bisa
mengendalikan kecemasan Anda?
Apakah Anda merasa hidup Anda
tidak terkontrol?
Apakah Anda merasa sesuatu yang
menakutkan akan terjadi?
Apakah Anda takut dihakimi oleh
orang lain?
Apakah
Anda
malu/takut
dipermalukan?
Apakah Anda mudah tersinggung?
Apakah Anda mudah marah?
Apakah Anda mudah terkejut?
Apakah Anda kurang tertarik dalam
melakukan sesuatu yang Anda
senangi?
15
20
Nilai 19-37
: kecemasan ringan
Nilai 38-55
: kecemasan sedang
Nilai 56-75
: kecemasan berat
2.2.7
Penatalaksanaan Cemas
32
33
efek
penyembuhan
34
yang
memberi
kesempatan
untuk
beristirahat dan stress lingkungan eksternal dan stress internal dan pikiran.
Hal ini menghindari penggunaan semua tenaga vital saat bereaksi terhadap
stressor, respon relaksasi, mengembalikan proses fisik, mental dan emosi
(Davis, 1995) .
2.2.11 Indikasi
1.Lansia yang mengalami gangguan tidur
2.Lansia yang sering mengalami stress
3.Lansia yang mengalami kecemasan
4.Lansia yang mengalami depresi
2.2.12 Hal-Hal yang Harus diperhatikan Dalam Melakukan Relaksasi
Otot Autogenik
Dalam melaksanakan teknik relaksasi progresif juga harus
memperhatikan empat komponen utama, yaitu lingkungan yang tenang
(menghindarkan sebanyak mungkin kebisingan dan gangguan-gangguan),
posisi yang nyaman (duduk tanpa ketegangan otot), sikap yang dapat diubah
(mengosongkan semua pikiran dari alam sadar), keadaan mental (fisiologis)
sehingga akan kooperatif saat pelaksanaan (Taylor, 1997).
2.2.13 Petunjuk Pelatihan
Relaksasi otot autogenik memberikan cara mengidentifikasi otot dan
kumpulan otot tertentuserta membedakan antara perasaan tegang dan
relaksasi dalam. Empat kelompok otot yang utama yang meliputi: pertama,
tangan, lengan bawah, dan otot biseps, kedua, kepala, muka, tenggorokan
dan bahu, termasuk pemusatan perhatian pada dahi, pipi, hidung, mata,
rahang, bibir, lidah dan leher. Sedapat mungkin perhatian dicurahkan pada
kepala, karena dari pandangan emosional, otot yang paling penting dalam
tubuh berada di sekitar area ini, ketiga, dada, lambung, dan panggung
bagian bawah, keempat, paha, pantat, betis dan kaki.
35
36
37
38
39
40
41
opiate morfin reseptor dari sistem analgesia yang berasal dari otak yang
disebut beta endhorphin, zat ini dihasilkan dari latihan-latihan dan bentuk
lain seperti stimulus fisik diantaranya dengan relaksasi progressif.
Beberapa ahli meyakini bahwa kegiatan ini akan menambah atau
meningkatkan produksi endorphin (Rosdhal, 1999). Menurut Guyton
(1994) kemampuan otot sendiri untuk mengatur besarnya signal sakit yang
masuk ke dalam system saraf dengan cara pengaturan rasa sakit yang
dimaksud sistem analgesia. Dengan teknik Relaksasi Otot Autogenik dapat
meningkatkan produksi endhorphin otak. Jadi, endhorpin dapat dilepaskan
bila dilakukan stimulasi dengan relaksasi atau massage.
Menurut penelitian yang di lakukan oleh Georgina Sutherland
( 2005 ) bahwa terapi autogenik merupakanterapi relaksasiberkhasiat
untukmenangkalmasalahpsikososial yangmenimpa padakualitas
hiduporang yang hidup dengan Multiple Sclerhosis.
42
Serotonin
Menurunkan Adrenalin
Relax
Relaksasi sentral
Demand O2
Kecemasan
Gambar 2.5 Kerangka konsep Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Lansia yang
Menggunakam Terapi Relaksasi Otot Autogenik dan Tidak Menggunakan Terapi
Relaksasi Otot Autogenik di Pos Anggrek Bulan 04 RW 13 Kelurahan Sisir Batu.
43
Hipotesis Penelitian
44
45