Pria 73 tahun mengalami depresi selama 2 tahun sejak istrinya meninggal. Anda akan memberikan
antidepresi dan obat-P anda adalah amitriptilin 25 mg/hari pada saat awal, lalu dosis dinaikkan
perlahan-lahan sampai dicapai dosis efektif (maksimum 150mg/hari)
Amitriptilin
Indikasi:
depresi, terutama bila diperlukan sedasi; nocturnal enuresis pada anak.
Peringatan:
penyakit jantung (terutama dengan aritmia), epilepsi, hamil, menyusui, lansia, gangguan faal hati,
penyakit tiroid, psikosis, glaukoma sudut sempit, retensi urin, bersamaan dengan terapi
elektrokonvulsif, hindari pemutusan obat mendadak, hati-hati pada anestesia, porfiria.
Interaksi:
Berikut ini adalah sejumlah interaksi yang dapat terjadi apabila mengonsumsi
amitriptyline bersama dengan obat-obatan lain:
Kontraindikasi:
infark miokardial yang baru, aritmia, mania, penyakit hati berat.
Efek Samping:
mulut kering, sedasi, pandangan kabur, konstipasi, mual, sulit buang air kecil, efek pada
kardiovaskular (aritmia, hipotensi postural, takikardia, sinkope, terutama pada dosis tinggi),
berkeringat, tremor, ruam, gangguan perilaku (terutama anak), hipomania, bingung (terutama
lansia), gangguan fungsi seksual, perubahan gula darah, nafsu makan bertambah. Lebih jarang
dapat terjadi: lidah hitam, ileus paralitik, kejang, agranulositosis, leukopenia, eosinofilia, purpura,
trombositopenia, hiponatremia, sakit kuning.
Dosis:
Oral: depresi: dosis awal 75 mg 1 kali (lansia dan remaja 30-75 mg/hari), dosis terbagi, atau dosis
tunggal menjelang tidur. Naikkan bertahap bila perlu, maksimal 150 mg. Dosis pemeliharaan lazim:
50-100 mg/hari. ANAK di bawah 16 tahun, tidak dianjurkan untuk depresi. Nocturnal enuresis, ANAK
7-10 tahun 10-20 mg, 11-16 tahun 25-50 mg, malam hari. Maksimal periode pengobatan (termasuk
pemutusan obat secara bertahap) 3 bulan.
https://www.alomedika.com/obat/psikofarmaka/antidepresan-dan-antimania/amitriptilin-
2/farmakologi
10. Lenox RH, Frazer A. Mechanism of Action of Antidepressants and Mood Stabilizers. Dalam:
Davis KL, Charney D, Coyle JT, Nemeroff C (ed). Neuropsychopharmacology: The Fifth
Generation of Progress. Lippincott, Williams, & Wilkins, Philadelphia, Pennsylvania, 2002
11. Daly JM, Wilens T. The Use of Tricyclic Antidepressants in Children and Adolescents.
Pediatr Clin North Am. 1998; 45(5): 1123-35
Efek samping amitriptyline yang berbahaya berupa peningkatan keinginan bunuh diri pada
penggunaan sebagai antidepresan pada anak, remaja, dan dewasa muda. Interaksi obat yang
berbahaya adalah dengan obat yang dapat memperpanjang interval QT seperti kuinidin dan
prokainamid.
Efek Samping
Efek samping amitriptyline dapat dibagi per sistem organ sebagai berikut:
Efek samping kardiologis: peningkatan risiko infark miokard, hipertensi, dan hipotensi
ortostatik. Dapat pula terjadi pemanjangan interval QT, takikardia, aritmia, dan palpitasi
Efek samping hematologis: agranulositosis, eusinofilia, leukopenia, trombositopenia
Efek samping psikiatri: insomnia, ansietas, agitasi, halusinasi. Pada anak dapat terjadi hipomania
Efek samping neurologis: sindrom ekstrapiramidal, pusing, sakit kepala, letargi,
koma, confusion, parastesia, ataxia, keringat berlebih, kejang, stroke, pingsan, atau sedasi
Efek samping gastrointestinal: konstipasi, diare, mulut kering, mual, muntah, kelelahan,
stomatitis, peningkatan nafus makan, penambahan berat badan
Efek samping oftalmologis: pandangan kabur, peningkatan tekanan intraokular
Efek samping lain: peningkatan kadar enzim hati, alopesia, anoreksia, kelelahan, fotosensitivitas,
ruam, disfungsi seksual, tinnitus, retensi urin, gangguan berkemih, urtikaria, syndrome of
inappropriate antidiuretic hormone secretion (SIADH), tremor, dan xerostomia
Amitriptyline bisa menyebabkan perubahan kadar gula darah sehingga pada pasien diabetes
diperlukan pemantauan gula darah rutin untuk menentukan perlu tidaknya perubahan dosis obat
Pada frekuensi yang lebih jarang dapat menyebabkan hepatitis[2,5]
Interaksi Obat
5. Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Amitriptilin. 2017. Dapat diakses pada:
http://pionas.pom.go.id/monografi/amitriptilin-hidroklorida
Orang lanjut usia adalah salah satu dari kelompok pasien beresiko tinggi. Jadwal dosis antidepresi yang
dianjurkan untuk kelompok ini biasanya hanya separuh dari dosis orang dewasa karena dua hal.
Pertama, pada orang lansia jendela terapi antidepresi bergeser ke bawah (kadar obat yang lebih rendah
sudah memadai). Dengan dosis orang dewsa, kadar plasmanya akan berada diatas jendela terapi
sehingga timbul efek samping, khususnya efek antikolinergik dan efek terhadap jantung. Kedua,
metabolisme obat dan bersihan ginjal dari obat dan metabolitnya juga berkurang pada usia lanjut juga
meningkatkan kadar plasma. Maka, dengan dosis biasa untuk orang dewasa, pasien anda mungkin akan
terpajan pada efek samping yang berbahaya yang tidak perlu terjadi.