KELOMPOK D1-1 :
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2018
1
I. PENDAHULUAN
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara
merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Injeksi biasanya
diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat ke dalam
sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam wadah dosis tunggal atau
wadah dosis ganda.(Farmakope Indonesia Ed III hal 13).
Pada umumnya pemberian dengan cara parenteral dilakukan bila diinginkan kerja obat
yang cepat, bagi pasien yang tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima pengobatan
secara oral atau bila obat itu sendiri tidak efektif dengan cara pemberian lain (Ansel hal 399). Commented [u1]: Tambahin lagi selain secara parenteral,
fenobarbital bisa diberikan secara apa, jelasin lebih lengkap.
Epilepsi adalah nama umum untuk sekelompok gangguan atau penyakit susunan syaraf Terus jelasin kalian pilih fenobarbital na diberikan secara apa
dan kenapa alasannya
pusat yang timbul spontan dan berulang dengan episode singkat dengan gejala utama Commented [u2]: Sebelum jelasin penyakitnya, diparagraf
sebelumnya jelasin dulu kegunaan fenobarbital na untuk apa
kesadaran menurun sampai hilang. Bangkitan ini biasanya disertai kejang (konvulsi), aja, baru jelasin penyakitnya. Jangan tiba-tiba jelasin epilepsi
hiperaktivitas otonomik, gangguan sensorik atau psikis dan selalu disertai gambaran letupan
EEG (abnormal dan eksesif). Antikonvulsi (antikejang) digunakan untuk mencegah dan
mengobati bangkitan epilepsi dan bangkitan non-epilepsi. Hingga kini ada 16 obat
antiepilepsi dan obat-obat tersebut digolongkan dalam 5 golongan kimiawi, yakni hidantoin,
barbiturat, oksazolidindion, suksimid dan asetil urea. Bromida obat pertama yang digunakan
untuk terapi epilepsi telah ditinggalkan karena ditemukannya berbagai antiepilepsi baru yang
lebih efektif. Fenobarbital diketahui memiliki efek antikonvulsi spesifik, yang berarti efek
antikonvulsinya tidak berkaitan langsung dengan efek hipnotiknya (Farmakologi dan Terapi
Ed. 5 hal. 179).
Fenobarbital asam 5,5 fenil-etil barbiturate merupakan senyawa organik pertama yang
digunakan dalam pengobatan antikonvulsi. Kerjanya membatasi penjalaran aktivitas dan
bangkitan dan menaikkan ambang rangsang. Fenobarbital masih merupakan obat antikonvulsi
pilihan karena cukup efektif, murah. Dosis efektifnya relative rendah. Efek sedative, dalam
hal ini dianggap efek samping, dapat diatasi dengan pemberian stimulan sentral tanpa
mengurangi efek antikonvulsi.(Farmakologi dan Terapi Ed. 5 hal. 185). Commented [u3]: Setelah paragraf ini jelasin definisi sterilisasi
2
III. DATA PREFORMULASI
A. Zat Aktif
3
polietilenglikol
atau propilen
glikol (Drug Commented [u4]: De, cari kestabilan fenobarbital Na dalam
etanol. Kalo dia udah larut dalam propilen glikol ngapain pake
Information 88 etanol lagi, cari dulu tapinya di etanol stabil dan kelarutannya
gimana???. JANGAN LUPA CANTUMIN PUSTAKA
hal 1111 &
Handbook on
Injectable
Drugs hal
1044)
pH:
fenobarbital
9,2-10,2 (FI V
hal 441)
injeksi
fenobarbital:
8,5-10,5
( Drug
Information 88
hal. 1111).
Titik Lebur:
174-178° (FI
IV Hal 659).
B. Zat Tambahan
Nama Zat Sifat fisika Konsentrasi OTT Cara Kegunaan
kimia dan Sterilisasi
stabilitas
Etanol Pemerian: - (Handbook Dengan Autoklaf Pelarut campur
Cairan mudah Of oksidator, (Handbook of (Handbook of
menguap, jernih, Pharmaceutical aldehid dan Pharmaceutical Pharmaceutical
4
tidak Excipient hal wadah Excipients hal. excipients hal
berwarna; bau 17) alumunium 17) 17)
khas dan (Handbook of
menyebabkan Pharmaceutical
rasa terbakar excipients hal
pada 17)
lidah. Mudah
menguap
walaupun pada
suhu rendah dan
mendidih pada
suhu 78ºC,
mudah terbakar.
(FI V hal 392)
Kelarutan :
Bercampur
dengan air dan
praktis
bercampur
dengan semua
pelarut organik.
(FI V hal 392)
Berat jenis :
0,8119 – 0,8139
(Handbook of
Pharmaceutical
excipients hal
17)
Stabilitas :
Disimpan di
5
tempat sejuk
(Handbook of
Pharmaceutical
excipients hal
17)
6
(Handbook of
Pharmacetical
excipients hal
592)
Berat Jenis :
1,038
(Handbook of
Pharmacetical
excipients hal
592)
Aqua pro Pemerian: - - Autoklaf (FI Sebagai zat
injeksi Cairan jernih IV Hal 112- pembawa
tidak berwarna, 113) injeksi (FI IV
tidak berbau Hal 112-113)
(FI IV Hal 112-
113)
Stabilitas :
Uji yang tertera
pada uji
keamanan hayati
(FI III Hal 97)
karena jumlah total cairan ditentukan pemakaiannya untuk satu kali injeksi (Voight Hal 464).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan injeksi dalam ampul, antara lain:
1. Tidak perlu isotonis, kecuali untuk injeksi subkutan dan volume besar
2. Jika diperlukan dapat ditambahkan dapar untuk mempertahankan stabilitas pH
7
3. Pengisian ke dalam ampul menggunakan buret, dimana ujung buret disterilkan terlebih
dahulu dengan alkohol 70% dan buret dibilas dengan larutan obat yang akan diisi.
Wadah dan tutup wadah untuk injeksi di buat dari kaca atau plastik, tidak boleh bereaksi
dengan obat atau mempengaruhi khasiatnya dan tidak memberikan zarah kecil serta harus
memungkinkan melakukan pemeriksaan isinya dengaan mudah. Wadah kaca ditutup kedap
dengan cara meleburkan mulut wadah atau dengan cara lain yang cocok (Farmakoe Indonesia
Edisi III hal 17-18).
D. Farmakologi
Farmakologi
Fenobarbital mempunyai aksi obat dari sedative hipnotik barbiturate. Fenobarbital
menghasilkan efek antikonvulsan pada dosis subhipnotik. Zat ini menurunkan konsentrasi
serum bilirubin pada neonatal dan pasien dengan hiperbilirubinemia konginetal
nonhemolitik terkonjugasi serta pasien dengan intrahepatic kolestasis kronis, akibat dari
induksi glukonil transferase, enzim yang terkonjugasi dengan bilirubin ( Drug
Information 88 hal 1227)
Farmakodinamik
Barbiturat tidak dapat mengurangi rasa nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran, dan
dosis kecil barbiturate dapat meningkatkan reaksi terhadap rangsangan nyeri. Pada
beberapa individu, dan dalam keadaan tertentu, misalnya adanya rasa sakit, barbiturate
tidak menyebabkan efek sedasi melainkan malah menimbulkan eksitasi (kegelisahan dan
delirium). Hal ini mungkin disebabkan adanya depresi pusat penghambatan.
(Farmakologi dan Terapi hal 148)
Farmakokinetik
Absorbsi
Barbiturat bentuk garam natriumnya diabsorbsi lebih cepat daripada bentuk asam
bebasnya, terutama bila diberikan sebagai sediaan cair. Mula kerja bervariasi antara 10-
60 menit.
8
Distribusi
Barbiturat didistribusi secara luas dan dapat lewat plasenta. Barbiturat yang sangat
larut lemak, akan ditimbun di jaringan dan otot. Kecuali barbiturat yang kurang larut
lemak seperti fenobarbital akan di metabolisme dan dikonjugasi di hati.
Metabolisme
Barbiturat yang hidrofilik seperti fenobarbital di metabolisme dan/atau dikonjugasi
hampir sempurna di hati sebelum diekskresikan lewat ginjal. Oksidasi gugusan pada atom
C-5 merupakan metabolisme yang terutama menghentikan aktivitas biologisnya. Dalam
beberapa hal (misalnya pada fenobarbital), N-glukosilasi merupakan jalur metabolisme
penting.
Ekskresi
Kira-kira 25 % fenobarbital dan hampir semua aprobarbital diekskresi ke dalam urin
dalam bentuk utuh. Ekskresinya dapat ditingkatkan dengan diuresis osmotik atau
alkalinasi urin (Farmakologi dan Terapi hal 150-151).
Interaksi Obat
Kombinasi barbiturate dengan depresan SSP lain misalnya etanol akan meningkatkan
efek depresinya; Antihistamin, isoniazid, metilfenidat, dan penghambat MAO juga dapat
menaikkan efek depresi barbiturate (Farmakologi dan Terapi hal 151)
Indikasi
Barbiturat masih digunakan pada terapi darurat kejang, seperti tetanus, eklamsia,
status epilepsy, perdarahan serebral dan keracunan konvulsan. Fenobarbital paling sering
digunakan karena aktivitas antikonvulsinya, tapi mula kerja obat ini kurang cepat, bahkan
pada pemberian IV masih dibutuhkan waktu 15 menit / lebih untuk mencapai kadar
puncak di otak. Fenobarbital digunakan untuk mengobati hiperbilirubinemia dan
kemicterus pada neonates, karena penggunaannya dapat menaikkan glukoronitransferase
hati dan ikatan bilirubin Y protein. Efek fenobarbitaal pada metabolisme dan ekskresi
garam empedu telah dipakai untuk pengobatan kasus kolestasis tertentu (Farmakologi dan
Terapi hal 152)
9
Kontraindikasi
Barbiturat tidak boleh diberikan pada pasien alergi barbiturate, penyakit hati atau
ginjal, hipoksia dan penyakit Parkinson. Barbiturate juga tidak boleh diberikan kepada
pasien psikoneuritik tertentu, karena dapat menambah kebingungan di malam hari, yang
terjadi pada pasien usia lanjut. (Farmakologi dan Terapi hal 152)
Efek Samping
1. Eksitasi paradoksal
Pada beberapa individu, pemakaian ulang barbiturate (terutama fenobarbital)
lebih menimbulkan eksitasi daripada depresi. Idiosinkrasi ini relative umum terjadi
diantara pasien usia lanjut dan terbelakang.
2. Hangover
Gejala ini merupakan residu depresi SSP setelah efek hipnotik berakhir. Efek
residu mungkin berupa vertigo, mual, muntah atau diare.
3. Rasa nyeri
Menimbulkan mialgia, neuralgia, artrargia, terutama pada pasien psikoneuritik
yang menderita insomnia. pemakaian dalam keadaan nyeri, (terutama fenobarbital
dan N-desmetil barbiturate) menimbulkan eksitasi daripada depresi.
4. Hipersensitivitas
Reaksi alergi terutama pada individu yang menderita asma, urtikaria, angioedema,
dan keadaan serupa. Jarang terjadi dermatosis eksfoliativa yang berakhir fatal pada
penggunaan fenobarbital (Farmakologi dan Terapi hal 151).
IV. FORMULASI
a. Formula Rujukan
1. (Handbook on Injectable Drugs hal 1044)
Fenobarbital Na 130 mg
Alkohol 10 %
Benzyl alkohol 1,5 %
Propilen glikol 67,8 %
Aqua pi qs
10
2. (Drug Information 88 Hal 1113)
Fenobarbital Na 130 mg
Alkohol 10 %
Propilen glikol 75 %
11
4. Propilen glikol digunakan untuk meningkatkan kelarutan dari zat aktif fenobarbital
agar menjadi mudah larut dalam zat pembawanya dan berfungsi juga untuk
menjaga kestabilan fenobarbital Na dalam bentuk larutan.
5. Digunakan aqua steril pro injeksi dikarenakan aqua steril pro injeksi merupakan air
yang digunakan untuk obat suntik yang telah disterilkan sehingga saat sediaan
diinjeksikan tidak memicu kekebalan tubuh dan menyebabkan terjadinya demam.
6. Sediaan dikemas dalam bentuk ampul dikarenakan sediaan digunakan dalam dosis
tunggal di mana penggunaan sediaan hanya satu kali pemakaian. Selain itu, untuk
mencegah kontak dengan fisik maupun zat kimiawi sehingga sterilitas sediaan
dapat terjamin.
Alat :
Bahan :
Fenobarbital Na
Propilen glikol
Alkohol
Aqua pro injeksi
12
B. Cara Sterilisasi Alat
(Desinfection,
Batang pengaduk, fvspatula, Commented [u10]: Typo de
Direndam alkohol selama sterilization and
4 pinset, kaca arloji, pipet,
30 menit preservation hal
penjepit besi
233)
Direbus air mendidih
5 Karet pipet tetes (FI III hal 18)
selama 30 menit
Autoklaf pada suhu
(Handbook hal
6 Etanol 121oC selama 15 menit
17)
Autoklaf pada suhu
(Handbook hal
7 Propilen glikol 121oC selama 15 menit
593)
Autoklaf pada suhu
(Martindale 28 :
8 Sterilisasi sediaan 121oC selama 15 menit
687)
13
Ket :
n = jumlah ampul
2 = cadangan
v = volume ampul + kelebihan volume
2 x 3 = untuk pembilasan Commented [u11]: Keterangan dulu baru hitungan fenobarbital
de. Penulisannya kurang tepat
Etanol = 10 % x 24 ml = 2,4 ml
Propilen glikol = 67,8 % x 24 ml = 16,27 ml
Aqua = 24 - (3,12 + 2,4 + 16,27 )
= 2,21 ml
Perhitungan pelarut campur
Diketahui kadar fenobarbital Na = (3,12/24) x 100 % = 13 %
% pelarut campur = 100 % - 13 % = 87 %
Berat pelarut campur = 87 % x 24 ml = 20,88 ml
Berat air = berat pel. Campur – (berat etanol + berat PPG)
= berat pel. Campur – ((vol x bj etanol)+(vol x bj PPG))
= 20,88 – ((2,4 x 0,8129)+(16,27 x 1,036)) Commented [u12]: 1,036 apa 1,038 de?? Liat data pre kamu
kok beda sama perhitungan disini. Konsisten de yang bener yang
= 20,88 - (1,951 + 16,856) mana?
B. Penimbangan
Bahan Bobot Teori
Fenobarbital 3,12 g
Etanol 2,4 ml
Aqua pi 2,21 ml
14
VII. CARA PEMBUATAN
Prinsip : sterilisasi akhir dengan menggunakan autoklaf.
keseragaman volume)
12. Dibungkus dengan alumunium foil, dipanaskan di autoklaf 1210 C 15 menit
13. Dilakukan uji evaluasi QC (Uji kejernihan, uji keseragaman volume, uji sterilitas,
uji kebocoran dan uji penetapan kadar)
14. Diberi etiket dan masukkan dalam kemasan.
15
VIII. EVALUASI
A. IPC (In Process control)
1. Uji Kejernihan ( Lachman Teori dan Praktek Farmasi Industri hal 1355 )
- Metode : Visual
- Cara kerja : Memeriksa wadah bersih dari dari luar di bawah
penerangan cahaya yang baik terhalang terhadap refleksi ke dalam
matanya dan menggunakan latar belakang hitam putih dengan rangkaian
isi dijalankan dengan suatu aksi memutar.
- Syarat : semua wadah diperiksa secara visual dan tiap partikel
yang terlihat dibuang dari infus volume besar, batas 50 partikel 10µm dan
tidak lebih besar, serta 5 partikel > 25µm/ml
4. Uji Kebocoran (Lachman Teori dan Praktek Industri hal 1354) Commented [u14]: Ini bukan ipc tapi qc
16
B. QC (Quality Control)
1. Penetapan kadar fenobarbital (Farmakope Indonesia edisi V hal 442)
Metode uji : lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi.
- Dapar pH 4,5 : Larutkan lebih kurang 6,6 g natrium asetat trihidrat P dan 3,0
ml asam asetat glasial P dalam 1000 ml air; jika perlu, atur pH hingga 4,5 ±
0,1 dengan asam asetat glasial P.
- Fase gerak : Buat campuran Dapar pH 4,5-metanol P (3 : 2), saring dan
awaudarakan.
- Larutan baku internal : Timbang saksama sejumlah kafein, larutkan dalam
campuran metanol P-Dapar pH 4,5 (1 : 1) hingga kadar lebih kurang 125 μg
per ml.
- Larutan baku : Timbang saksama lebih kurang 15 mg Fenobarbital BPFI,
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan 25 ml Fase gerak dan
jika perlu sonikasi agar larut. Tambahkan 15,0 ml Larutan baku internal,
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda, hingga diperoleh kadar lebih
kurang 0,3 mg per ml.
- Larutan uji : Pipet sejumlah volume injeksi setara dengan lebih kurang 65
mg fenobarbital natrium, masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml,
tambahkan 15,0 ml Larutan baku internal, encerkan dengan Fase gerak
sampai tanda.
- KCKT : Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detekor 254 nm
dan kolom 4 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 2
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
resolusi, R, antara puncak analit dan puncak baku internal tidak kurang dari
1,2, faktor ikutan puncak analit dan puncak baku internal tidak lebih besar
dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
2,0 %.
17
- Syarat : Injeksi Fenobarbital Natrium mengandung Fenobarbital Natrium,
C12H11N2NaO3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari
jumlah yang tertera pada etiket.
4. Uji Kejernihan ( Lachman Teori dan Praktek Farmasi Industri hal 1355 )
- Metode : Visual
- Cara kerja : Memeriksa wadah bersih dari dari luar di bawah penerangan
cahaya yang baik terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya dan
menggunakan latar belakang hitam putih dengan rangkaian isi dijalankan
dengan suatu aksi memutar.
- Syarat : semua wadah diperiksa secara visual dan tiap partikel yang
terlihat dibuang dari infus volume besar, batas 50 partikel 10µm dan tidak
lebih besar, serta 5 partikel > 25µm/ml
18
- Ambil isi tiap wadah dengan alat suntik hipodermik kering berukuran tidak
lebih dari 3 kali vloume yang akan diukur dan dilengkapi dengan jarum
suntik nomor 21, panjang tidak kurang dari 2,5 cm.
- Keluarkan gelembung udara dari dalam jarum dan alat suntik dan
pindahkan isi dalam alat suntik, tanpa mengosongkan bagian jarum, ke
dalam gelas ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan sehingga
volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari
kapasitas tertera (garis-garis penunjuk volume gelas ukur menunjuk
volume yang ditampung, bukan yang dituang).
b. Cara II:
- Isi alat suntik dapat dipindahkan ke dalam gelas piala kering yang telah
ditara, volume dalam ml diperoleh dari hasil perhitungan berat (g) dibagi
bobot jenis cairan.
- Isi dari dua atau tiga wadah 1 ml atau 2 ml dapat digabungkan untuk
pengukuran dengan menggunakan jarum suntik kering terpisah untuk
mengambil isi tiap wadah.
- Isi dari wadah 10 ml atau lebih dapat ditentukan dengan membuka wadah,
memindahkan isi secara langsung ke dalam gelas ukur atau gelas piala
yang telah ditara.
IX. Pengemasan
Wadah : Ampul coklat 1 ml
Kotak : Dus
Brosur dan etiket : Terlampir
X. Daftar Pustaka
19
3. Reynold, James EF. 2009. Martindale The Extra Pharmacopeia. 36th edition. London:
The Pharmaceutical Press.
4. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran. 2007. Farmakologi dan
Terapi ed. 5. Jakarta: Universitas Indonesia.
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia ed III. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995.Farmakope Indonesia ed IV. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
7. Evory MC, Gerald K.1988.Drug Information 88. USA: American Society of Health
System Pharmacist.
8. Lucas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril, Yogyakarta : Penerbit Andi.
9. Trissel, LA, Handbook on Injectable Drugs 10th edition, Maryland: American society of
Health-System Pharmacist.
10.Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi ke-5. Yogyakarta :Gadjah
Mada University Press.
11.Wade, Ainley et al. 2000. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Washington D.C:
American Pharmaceutical Association.
20