Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL

PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN STERIL


“INJEKSI AMPUL FENOBARBITAL NA”

KELOMPOK D1-1 :

1. Ega Risqiaputra (2015210068)


2. Adela Pritalia (2016210001)
3. Afrida Riyani Sani (2016210006)
4. Amart Bashar (2016210012)
5. Annisa Aulia Sabililla (2016210022)
6. Appersita Febri Yumita (2016210023)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2018

1
I. PENDAHULUAN
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara
merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Injeksi biasanya
diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat ke dalam
sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam wadah dosis tunggal atau
wadah dosis ganda.(Farmakope Indonesia Ed III hal 13).
Pada umumnya pemberian dengan cara parenteral dilakukan bila diinginkan kerja obat
yang cepat, bagi pasien yang tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima pengobatan
secara oral atau bila obat itu sendiri tidak efektif dengan cara pemberian lain (Ansel hal 399). Commented [u1]: Tambahin lagi selain secara parenteral,
fenobarbital bisa diberikan secara apa, jelasin lebih lengkap.
Epilepsi adalah nama umum untuk sekelompok gangguan atau penyakit susunan syaraf Terus jelasin kalian pilih fenobarbital na diberikan secara apa
dan kenapa alasannya
pusat yang timbul spontan dan berulang dengan episode singkat dengan gejala utama Commented [u2]: Sebelum jelasin penyakitnya, diparagraf
sebelumnya jelasin dulu kegunaan fenobarbital na untuk apa
kesadaran menurun sampai hilang. Bangkitan ini biasanya disertai kejang (konvulsi), aja, baru jelasin penyakitnya. Jangan tiba-tiba jelasin epilepsi

hiperaktivitas otonomik, gangguan sensorik atau psikis dan selalu disertai gambaran letupan
EEG (abnormal dan eksesif). Antikonvulsi (antikejang) digunakan untuk mencegah dan
mengobati bangkitan epilepsi dan bangkitan non-epilepsi. Hingga kini ada 16 obat
antiepilepsi dan obat-obat tersebut digolongkan dalam 5 golongan kimiawi, yakni hidantoin,
barbiturat, oksazolidindion, suksimid dan asetil urea. Bromida obat pertama yang digunakan
untuk terapi epilepsi telah ditinggalkan karena ditemukannya berbagai antiepilepsi baru yang
lebih efektif. Fenobarbital diketahui memiliki efek antikonvulsi spesifik, yang berarti efek
antikonvulsinya tidak berkaitan langsung dengan efek hipnotiknya (Farmakologi dan Terapi
Ed. 5 hal. 179).
Fenobarbital asam 5,5 fenil-etil barbiturate merupakan senyawa organik pertama yang
digunakan dalam pengobatan antikonvulsi. Kerjanya membatasi penjalaran aktivitas dan
bangkitan dan menaikkan ambang rangsang. Fenobarbital masih merupakan obat antikonvulsi
pilihan karena cukup efektif, murah. Dosis efektifnya relative rendah. Efek sedative, dalam
hal ini dianggap efek samping, dapat diatasi dengan pemberian stimulan sentral tanpa
mengurangi efek antikonvulsi.(Farmakologi dan Terapi Ed. 5 hal. 185). Commented [u3]: Setelah paragraf ini jelasin definisi sterilisasi

2
III. DATA PREFORMULASI
A. Zat Aktif

Nama Zat Sifat fisika Khasiat & OTT Cara Cara

Aktif dan kimia Dosis Sterilisasi Penggunaan

Fenobarbital Pemerian: Khasiat : Inkompatibel dengan Na Autoklaf Intravena dan


Na (BM : Hablur Antikejang cephalothin,klorpromazin (Martindale intamuskular
254,22) dan berlapis / (Drug HCl, klindamisin fosfat, 28 hal 811) (Martindale36th
BM hablur Information dipenhidramin HCl, hal 494)
Fenobarbital : berbentuk 88 hal 1111). efedrin sulfat, insulin,
232,24. granul, putih Dosis : kanamisin sulfat, Na
(FI V hal 439 atau serbuk Intramuskular penitoin, tiamin HCl dan
& 441) putih; 200 mg, yang lainnya berdasarkan
higroskopik; Intravena 10 pH (Martindale 28 hal
tidak berbau; mg/kg – 1 g 811).
rasa pahit (FI (Martindale
V hal 441). 36th hal 494) Commented [u5]: Lampiran dosis kurang, cantumin. Terus
tandain dibagian mananya yah.
Kelarutan:
Sangat mudah
larut dalam air
(1-10), larut
dalam etanol
(FI V Hal
441).
Stabilitas:
Larutan dari
fenobarbital
Na umumnya
tidak stabil.
Zat ini lebih
stabil pada

3
polietilenglikol
atau propilen
glikol (Drug Commented [u4]: De, cari kestabilan fenobarbital Na dalam
etanol. Kalo dia udah larut dalam propilen glikol ngapain pake
Information 88 etanol lagi, cari dulu tapinya di etanol stabil dan kelarutannya
gimana???. JANGAN LUPA CANTUMIN PUSTAKA
hal 1111 &
Handbook on
Injectable
Drugs hal
1044)
pH:
fenobarbital
9,2-10,2 (FI V
hal 441)
injeksi
fenobarbital:
8,5-10,5
( Drug
Information 88
hal. 1111).
Titik Lebur:
174-178° (FI
IV Hal 659).

B. Zat Tambahan
Nama Zat Sifat fisika Konsentrasi OTT Cara Kegunaan
kimia dan Sterilisasi
stabilitas
Etanol Pemerian: - (Handbook Dengan Autoklaf Pelarut campur
Cairan mudah Of oksidator, (Handbook of (Handbook of
menguap, jernih, Pharmaceutical aldehid dan Pharmaceutical Pharmaceutical

4
tidak Excipient hal wadah Excipients hal. excipients hal
berwarna; bau 17) alumunium 17) 17)
khas dan (Handbook of
menyebabkan Pharmaceutical
rasa terbakar excipients hal
pada 17)
lidah. Mudah
menguap
walaupun pada
suhu rendah dan
mendidih pada
suhu 78ºC,
mudah terbakar.
(FI V hal 392)
Kelarutan :
Bercampur
dengan air dan
praktis
bercampur
dengan semua
pelarut organik.
(FI V hal 392)

Berat jenis :
0,8119 – 0,8139
(Handbook of
Pharmaceutical
excipients hal
17)
Stabilitas :
Disimpan di

5
tempat sejuk
(Handbook of
Pharmaceutical
excipients hal
17)

Propilenglikol Pemerian : 10-60% Pottasium Autoklaf Pelarut campur


Cairan kental, (Handbook of permanganat (Handbook of (Handbook of
jernih, tidak Pharmaceutical (Handbook of Pharmaceutical Pharmaceutical
berwarna; rasa Excipient hal. Pharmaceutical Excipient hal. Excipients hal
khas; praktis 592) excipients hal 592) 592)
tidak berbau; 592)
menyerap air
pada udara
lembab (FI V hal
1070)
Kelarutan :
Dapat bercampur
dengan air (FI V
hal 1070).
Stabilitas :
Pada ruang
sejuk, PPG stabil
pada wadah yang
tertutup rapat.
PPG stabil
secara kimia
ketika dicampur
dengan alkohol
(95%), glicerin
dan air)

6
(Handbook of
Pharmacetical
excipients hal
592)
Berat Jenis :
1,038
(Handbook of
Pharmacetical
excipients hal
592)
Aqua pro Pemerian: - - Autoklaf (FI Sebagai zat
injeksi Cairan jernih IV Hal 112- pembawa
tidak berwarna, 113) injeksi (FI IV
tidak berbau Hal 112-113)
(FI IV Hal 112-
113)
Stabilitas :
Uji yang tertera
pada uji
keamanan hayati
(FI III Hal 97)

C. Teknologi Farmasi Commented [u6]: Di teknologi farmasi tambahin 1.bagaimana


cara pengisian ampul lebih jelas dan lengkap,
Ampul adalah wadah yang kedap udara berbentuk silindris terbuat dari gelas, yang 2.terus jelasin kalo ampul penggunaanya gimana? Boleh berkali-kali
ga? Cara gunain ampul gimana, JELASIN YANG JELAS!
3.Tambahin aturan kelebihan volume pada ampul ada di FI 3 Atau4
memiliki ujung runcing (leher) dan bidang dasar datar dengan ukuran nominal adalah 1, 2, 5, CARI !
4.Alasan kenapa kalian memilih fenobarbital na dibuat sediaan
10, 20 kadang-kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul merupakan wadah takaran tunggal oleh ampul

karena jumlah total cairan ditentukan pemakaiannya untuk satu kali injeksi (Voight Hal 464).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan injeksi dalam ampul, antara lain:
1. Tidak perlu isotonis, kecuali untuk injeksi subkutan dan volume besar
2. Jika diperlukan dapat ditambahkan dapar untuk mempertahankan stabilitas pH

7
3. Pengisian ke dalam ampul menggunakan buret, dimana ujung buret disterilkan terlebih
dahulu dengan alkohol 70% dan buret dibilas dengan larutan obat yang akan diisi.

Wadah dan tutup wadah untuk injeksi di buat dari kaca atau plastik, tidak boleh bereaksi
dengan obat atau mempengaruhi khasiatnya dan tidak memberikan zarah kecil serta harus
memungkinkan melakukan pemeriksaan isinya dengaan mudah. Wadah kaca ditutup kedap
dengan cara meleburkan mulut wadah atau dengan cara lain yang cocok (Farmakoe Indonesia
Edisi III hal 17-18).

D. Farmakologi
Farmakologi
Fenobarbital mempunyai aksi obat dari sedative hipnotik barbiturate. Fenobarbital
menghasilkan efek antikonvulsan pada dosis subhipnotik. Zat ini menurunkan konsentrasi
serum bilirubin pada neonatal dan pasien dengan hiperbilirubinemia konginetal
nonhemolitik terkonjugasi serta pasien dengan intrahepatic kolestasis kronis, akibat dari
induksi glukonil transferase, enzim yang terkonjugasi dengan bilirubin ( Drug
Information 88 hal 1227)

Farmakodinamik
Barbiturat tidak dapat mengurangi rasa nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran, dan
dosis kecil barbiturate dapat meningkatkan reaksi terhadap rangsangan nyeri. Pada
beberapa individu, dan dalam keadaan tertentu, misalnya adanya rasa sakit, barbiturate
tidak menyebabkan efek sedasi melainkan malah menimbulkan eksitasi (kegelisahan dan
delirium). Hal ini mungkin disebabkan adanya depresi pusat penghambatan.
(Farmakologi dan Terapi hal 148)

Farmakokinetik
Absorbsi
Barbiturat bentuk garam natriumnya diabsorbsi lebih cepat daripada bentuk asam
bebasnya, terutama bila diberikan sebagai sediaan cair. Mula kerja bervariasi antara 10-
60 menit.

8
Distribusi
Barbiturat didistribusi secara luas dan dapat lewat plasenta. Barbiturat yang sangat
larut lemak, akan ditimbun di jaringan dan otot. Kecuali barbiturat yang kurang larut
lemak seperti fenobarbital akan di metabolisme dan dikonjugasi di hati.
Metabolisme
Barbiturat yang hidrofilik seperti fenobarbital di metabolisme dan/atau dikonjugasi
hampir sempurna di hati sebelum diekskresikan lewat ginjal. Oksidasi gugusan pada atom
C-5 merupakan metabolisme yang terutama menghentikan aktivitas biologisnya. Dalam
beberapa hal (misalnya pada fenobarbital), N-glukosilasi merupakan jalur metabolisme
penting.
Ekskresi
Kira-kira 25 % fenobarbital dan hampir semua aprobarbital diekskresi ke dalam urin
dalam bentuk utuh. Ekskresinya dapat ditingkatkan dengan diuresis osmotik atau
alkalinasi urin (Farmakologi dan Terapi hal 150-151).

Interaksi Obat
Kombinasi barbiturate dengan depresan SSP lain misalnya etanol akan meningkatkan
efek depresinya; Antihistamin, isoniazid, metilfenidat, dan penghambat MAO juga dapat
menaikkan efek depresi barbiturate (Farmakologi dan Terapi hal 151)

Indikasi
Barbiturat masih digunakan pada terapi darurat kejang, seperti tetanus, eklamsia,
status epilepsy, perdarahan serebral dan keracunan konvulsan. Fenobarbital paling sering
digunakan karena aktivitas antikonvulsinya, tapi mula kerja obat ini kurang cepat, bahkan
pada pemberian IV masih dibutuhkan waktu 15 menit / lebih untuk mencapai kadar
puncak di otak. Fenobarbital digunakan untuk mengobati hiperbilirubinemia dan
kemicterus pada neonates, karena penggunaannya dapat menaikkan glukoronitransferase
hati dan ikatan bilirubin Y protein. Efek fenobarbitaal pada metabolisme dan ekskresi
garam empedu telah dipakai untuk pengobatan kasus kolestasis tertentu (Farmakologi dan
Terapi hal 152)

9
Kontraindikasi
Barbiturat tidak boleh diberikan pada pasien alergi barbiturate, penyakit hati atau
ginjal, hipoksia dan penyakit Parkinson. Barbiturate juga tidak boleh diberikan kepada
pasien psikoneuritik tertentu, karena dapat menambah kebingungan di malam hari, yang
terjadi pada pasien usia lanjut. (Farmakologi dan Terapi hal 152)

Efek Samping
1. Eksitasi paradoksal
Pada beberapa individu, pemakaian ulang barbiturate (terutama fenobarbital)
lebih menimbulkan eksitasi daripada depresi. Idiosinkrasi ini relative umum terjadi
diantara pasien usia lanjut dan terbelakang.
2. Hangover
Gejala ini merupakan residu depresi SSP setelah efek hipnotik berakhir. Efek
residu mungkin berupa vertigo, mual, muntah atau diare.
3. Rasa nyeri
Menimbulkan mialgia, neuralgia, artrargia, terutama pada pasien psikoneuritik
yang menderita insomnia. pemakaian dalam keadaan nyeri, (terutama fenobarbital
dan N-desmetil barbiturate) menimbulkan eksitasi daripada depresi.
4. Hipersensitivitas
Reaksi alergi terutama pada individu yang menderita asma, urtikaria, angioedema,
dan keadaan serupa. Jarang terjadi dermatosis eksfoliativa yang berakhir fatal pada
penggunaan fenobarbital (Farmakologi dan Terapi hal 151).

IV. FORMULASI
a. Formula Rujukan
1. (Handbook on Injectable Drugs hal 1044)
Fenobarbital Na 130 mg
Alkohol 10 %
Benzyl alkohol 1,5 %
Propilen glikol 67,8 %
Aqua pi qs

10
2. (Drug Information 88 Hal 1113)
Fenobarbital Na 130 mg
Alkohol 10 %
Propilen glikol 75 %

3. (Drug Information 88 Hal 1113)


Fenobarbital Na 130 mg
Alkohol 10%
Propylene glycol 67,8%
Aqua pro injeksi q.s Commented [u7]: De, yang bener yang mana formulanya pastiin
lagi buat formula jadi, pilih yang mana yang bener. Coba liat di
literature. Belajar car abaca yang bener komposisinya. Baca jangan
setengah-setengah
b. Formula Jadi Commented [u8]: Pastiin lagi formula jadinya pilih yang bener.
Baca lagi coba luteraturnya
Berdasarkan Drug Information 88 Hal 1113
Dibuat sebanyak 14 ampul @1 mL Commented [u9]: Cari tau PELAJARI kenapa ko kamu buatnya
14 ampul, alasannya apa?
Tiap ampul mengandung:
Fenobarbital Na 130 mg
Alkohol 10 %
Propilen glikol 67,8 %
Aqua pro injeksi ad 1 mL

c. Alasan Pemilihan Bahan


1. Fenobarbital memiliki khasiat antikejang. Fenobarbital pada umumnya sangat sukar
larut dalam air, sehingga dipilih dalam bentuk garamnya yang lebih mudah larut
dalam air.
2. Digunakan dosis 130 mg/ml dikarenakan dosis tersebut pada satu kali penyuntikan
berlangsung selama 6 jam sehingga lebih memberikan kenyamanan untuk pasien.
3. Penambahan alkohol dan propilen glikol ialah untuk meningkatkan kelarutan
(pelarut campur) dari zat aktif fenobarbital Na agar menjadi mudah larut dalam zat
pembawanya.

11
4. Propilen glikol digunakan untuk meningkatkan kelarutan dari zat aktif fenobarbital
agar menjadi mudah larut dalam zat pembawanya dan berfungsi juga untuk
menjaga kestabilan fenobarbital Na dalam bentuk larutan.
5. Digunakan aqua steril pro injeksi dikarenakan aqua steril pro injeksi merupakan air
yang digunakan untuk obat suntik yang telah disterilkan sehingga saat sediaan
diinjeksikan tidak memicu kekebalan tubuh dan menyebabkan terjadinya demam.
6. Sediaan dikemas dalam bentuk ampul dikarenakan sediaan digunakan dalam dosis
tunggal di mana penggunaan sediaan hanya satu kali pemakaian. Selain itu, untuk
mencegah kontak dengan fisik maupun zat kimiawi sehingga sterilitas sediaan
dapat terjamin.

V. ALAT, BAHAN DAN CARA STERILISASI ALAT


A. Alat dan Bahan

Alat :

 Syringe  Penjepit kayu


 Ampul  Kaca arloji
 Erlenmeyer  Spatula
 Gelas piala  Kertas saring
 Corong  Otoklaf
 Batang pengaduk
 Pinset

Bahan :

 Fenobarbital Na
 Propilen glikol
 Alkohol
 Aqua pro injeksi

12
B. Cara Sterilisasi Alat

No. Alat dan Bahan Cara Sterilisasi Literatur


Didihkan selama 30
1 Aqua p.i menit (FI III hal 14)

Pemanasan dengan oven


Beaker, corong, erlenmeyer, suhu 150oC, selama 1
2 (FI III hal 18)
ampul, pipet tetes jam

Autoklaf pada suhu


3 Gelas ukur, kertas saring 121oC selama 15 menit (FI III hal 18)

(Desinfection,
Batang pengaduk, fvspatula, Commented [u10]: Typo de
Direndam alkohol selama sterilization and
4 pinset, kaca arloji, pipet,
30 menit preservation hal
penjepit besi
233)
Direbus air mendidih
5 Karet pipet tetes (FI III hal 18)
selama 30 menit
Autoklaf pada suhu
(Handbook hal
6 Etanol 121oC selama 15 menit
17)
Autoklaf pada suhu
(Handbook hal
7 Propilen glikol 121oC selama 15 menit
593)
Autoklaf pada suhu
(Martindale 28 :
8 Sterilisasi sediaan 121oC selama 15 menit
687)

VI. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN


A. Perhitungan

 Dibuat 14 ampul dengan volume @1 mL


 Kelebihan volume (Farmakope Indonesia V hal 1570) = 0,10 ml
Volume ampul : 1 ml + 0,10 ml = 1,10 ml
Volume injeksi = {(n+2) v + (2x3)} ml
= {(14+2) 1,10 + (2x3)}
= 23,6 mL ̴ 24 mL
 Fenobarbital = 130 mg/ml x 24 mL = 3,120 g

13
Ket :
n = jumlah ampul
2 = cadangan
v = volume ampul + kelebihan volume
2 x 3 = untuk pembilasan Commented [u11]: Keterangan dulu baru hitungan fenobarbital
de. Penulisannya kurang tepat
 Etanol = 10 % x 24 ml = 2,4 ml
 Propilen glikol = 67,8 % x 24 ml = 16,27 ml
 Aqua = 24 - (3,12 + 2,4 + 16,27 )
= 2,21 ml
Perhitungan pelarut campur
Diketahui kadar fenobarbital Na = (3,12/24) x 100 % = 13 %
% pelarut campur = 100 % - 13 % = 87 %
Berat pelarut campur = 87 % x 24 ml = 20,88 ml
Berat air = berat pel. Campur – (berat etanol + berat PPG)
= berat pel. Campur – ((vol x bj etanol)+(vol x bj PPG))
= 20,88 – ((2,4 x 0,8129)+(16,27 x 1,036)) Commented [u12]: 1,036 apa 1,038 de?? Liat data pre kamu
kok beda sama perhitungan disini. Konsisten de yang bener yang
= 20,88 - (1,951 + 16,856) mana?

= 2,073 gram atau 2,073 ml


Vol. Pelarut campur = 2,073 ml + 2,4 ml + 16,27 ml
= 20,743 ml

B. Penimbangan
Bahan Bobot Teori

Fenobarbital 3,12 g

Etanol 2,4 ml

Propilen glikol 16,27 ml

Aqua pi 2,21 ml

14
VII. CARA PEMBUATAN
Prinsip : sterilisasi akhir dengan menggunakan autoklaf.

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


2. Dicuci alat dan sterilkan alat
 Beaker, corong, Erlenmeyer, pipet tetes, ampul (sterilisasi dengan
oven, 1500C selama 1 jam )
 Gelas ukur dan kertas saring (sterilisasi dengan otoklaf, 1210C selama 15
menit)
 Batang pengaduk , spatula, kaca arloji , penjepit besi (sterilisasi dengan cara
direndam dalam alkohol 96% selama 30 menit).
3. Dilakukan kalibrasi pada beaker glass mL diberi tanda.
4. Dilakukan pembuatan aqua pi dengan cara aquadest dididihkan selama 30 menit
kemudian saring.
5. Ditimbang bahan-bahan yang akan digunakan.
6. Dibuat pelarut campur yang terdiri dari etanol, propilen glikol dan aqua pi.
Selanjutnya dilarutkan fenobarbital Na ke dalam pelarut campur.
7. Di cek pH.(9,2-10,2).
8. Disaring larutan dengan kertas saring steril
9. Dimasukkan larutan obat dalam syringe, lalu masukkan dalam ampul masing-
masing 1 ml
10. Ampul ditutup
11. Dilakukan uji evaluasi IPC (Uji kejernihan, uji pH, uji kebocoran, uji Commented [u13]: Ini uji QC bukan IPC

keseragaman volume)
12. Dibungkus dengan alumunium foil, dipanaskan di autoklaf 1210 C 15 menit
13. Dilakukan uji evaluasi QC (Uji kejernihan, uji keseragaman volume, uji sterilitas,
uji kebocoran dan uji penetapan kadar)
14. Diberi etiket dan masukkan dalam kemasan.

15
VIII. EVALUASI
A. IPC (In Process control)
1. Uji Kejernihan ( Lachman Teori dan Praktek Farmasi Industri hal 1355 )
- Metode : Visual
- Cara kerja : Memeriksa wadah bersih dari dari luar di bawah
penerangan cahaya yang baik terhalang terhadap refleksi ke dalam
matanya dan menggunakan latar belakang hitam putih dengan rangkaian
isi dijalankan dengan suatu aksi memutar.
- Syarat : semua wadah diperiksa secara visual dan tiap partikel
yang terlihat dibuang dari infus volume besar, batas 50 partikel 10µm dan
tidak lebih besar, serta 5 partikel > 25µm/ml

2. Uji keseragaman volume ( FI IV hal 1044 )


- Wadah diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat
keseragaman volume secara visual.
- Syarat : Volume tiap ampul seragam

3. Uji pH ( FI IV hal 1039 )


Cek pH larutan dengan menggunakan pH meter atau kertas indikator universal.
- Dengan pH meter :
Sebelum digunakan, periksa elektroda dan jembatan garam. Kalibrasi pH
meter. Pembakuan pH meter : Bilas elektroda dan sel beberapa kali
dengan larutan uji dan isi sel dengan sedikit larutan uji. Baca harga pH.
Gunakan air bebas CO2 untuk pelarutan dengan pengenceran larutan uji.
- Syarat : harus sama dengan pH zat aktif (8,5-10,5)

4. Uji Kebocoran (Lachman Teori dan Praktek Industri hal 1354) Commented [u14]: Ini bukan ipc tapi qc

- Letakkan ampul dengan posisi terbalik dalam beaker glass yang


beralaskan kapas basah pada saat otoklaf. Indikasi adanya kebocoran
setelah diuji jika volume pada ampul berkurang maka terjadinya
kebocoran pada ampul.

16
B. QC (Quality Control)
1. Penetapan kadar fenobarbital (Farmakope Indonesia edisi V hal 442)
Metode uji : lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi.
- Dapar pH 4,5 : Larutkan lebih kurang 6,6 g natrium asetat trihidrat P dan 3,0
ml asam asetat glasial P dalam 1000 ml air; jika perlu, atur pH hingga 4,5 ±
0,1 dengan asam asetat glasial P.
- Fase gerak : Buat campuran Dapar pH 4,5-metanol P (3 : 2), saring dan
awaudarakan.
- Larutan baku internal : Timbang saksama sejumlah kafein, larutkan dalam
campuran metanol P-Dapar pH 4,5 (1 : 1) hingga kadar lebih kurang 125 μg
per ml.
- Larutan baku : Timbang saksama lebih kurang 15 mg Fenobarbital BPFI,
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan 25 ml Fase gerak dan
jika perlu sonikasi agar larut. Tambahkan 15,0 ml Larutan baku internal,
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda, hingga diperoleh kadar lebih
kurang 0,3 mg per ml.
- Larutan uji : Pipet sejumlah volume injeksi setara dengan lebih kurang 65
mg fenobarbital natrium, masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml,
tambahkan 15,0 ml Larutan baku internal, encerkan dengan Fase gerak
sampai tanda.
- KCKT : Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detekor 254 nm
dan kolom 4 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 2
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
resolusi, R, antara puncak analit dan puncak baku internal tidak kurang dari
1,2, faktor ikutan puncak analit dan puncak baku internal tidak lebih besar
dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
2,0 %.

17
- Syarat : Injeksi Fenobarbital Natrium mengandung Fenobarbital Natrium,
C12H11N2NaO3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari
jumlah yang tertera pada etiket.

2. Uji sterilitas ( FI IV hal 855 )


- Asas : Larutan uji + media perbenihan → inkubasi pada 20 - 25ºC →
kekeruhan / pertumbuhan m.o ( tidak steril ).
- Prosedur uji : Teknik penyaringan dengan filter membran ( dibagi menjadi 2
bagian), lalu diinkubasi.
- Syarat : Steril

3. Uji Kebocoran (Lachman Teori dan Praktek Industri hal 1354)


- Letakkan ampul dengan posisi terbalik dalam beaker glass yang beralaskan
kapas basah pada saat otoklaf. Indikasi adanya kebocoran setelah diuji jika
volume pada ampul berkurang maka terjadinya kebocoran pada ampul.

4. Uji Kejernihan ( Lachman Teori dan Praktek Farmasi Industri hal 1355 )
- Metode : Visual
- Cara kerja : Memeriksa wadah bersih dari dari luar di bawah penerangan
cahaya yang baik terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya dan
menggunakan latar belakang hitam putih dengan rangkaian isi dijalankan
dengan suatu aksi memutar.
- Syarat : semua wadah diperiksa secara visual dan tiap partikel yang
terlihat dibuang dari infus volume besar, batas 50 partikel 10µm dan tidak
lebih besar, serta 5 partikel > 25µm/ml

5. Uji keseragaman volume ( FI IV hal 1044 )


a. Cara I:
- Pilih 1 atau lebih wadah, bila volume 10 ml atau lebih, 3 wadah atau lebih
bila volume 3 ml sampai 10 ml, atau 5 wadah atau lebih bila volume 3 ml
atau kurang.

18
- Ambil isi tiap wadah dengan alat suntik hipodermik kering berukuran tidak
lebih dari 3 kali vloume yang akan diukur dan dilengkapi dengan jarum
suntik nomor 21, panjang tidak kurang dari 2,5 cm.
- Keluarkan gelembung udara dari dalam jarum dan alat suntik dan
pindahkan isi dalam alat suntik, tanpa mengosongkan bagian jarum, ke
dalam gelas ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan sehingga
volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari
kapasitas tertera (garis-garis penunjuk volume gelas ukur menunjuk
volume yang ditampung, bukan yang dituang).

b. Cara II:
- Isi alat suntik dapat dipindahkan ke dalam gelas piala kering yang telah
ditara, volume dalam ml diperoleh dari hasil perhitungan berat (g) dibagi
bobot jenis cairan.
- Isi dari dua atau tiga wadah 1 ml atau 2 ml dapat digabungkan untuk
pengukuran dengan menggunakan jarum suntik kering terpisah untuk
mengambil isi tiap wadah.
- Isi dari wadah 10 ml atau lebih dapat ditentukan dengan membuka wadah,
memindahkan isi secara langsung ke dalam gelas ukur atau gelas piala
yang telah ditara.

IX. Pengemasan
Wadah : Ampul coklat 1 ml
Kotak : Dus
Brosur dan etiket : Terlampir

X. Daftar Pustaka

1. Ansel, Howard C.2008.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi ed.4. Jakarta: UI Press.


2. Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. UI
Press: Jakarta.

19
3. Reynold, James EF. 2009. Martindale The Extra Pharmacopeia. 36th edition. London:
The Pharmaceutical Press.
4. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran. 2007. Farmakologi dan
Terapi ed. 5. Jakarta: Universitas Indonesia.
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia ed III. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995.Farmakope Indonesia ed IV. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
7. Evory MC, Gerald K.1988.Drug Information 88. USA: American Society of Health
System Pharmacist.
8. Lucas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril, Yogyakarta : Penerbit Andi.
9. Trissel, LA, Handbook on Injectable Drugs 10th edition, Maryland: American society of
Health-System Pharmacist.
10.Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi ke-5. Yogyakarta :Gadjah
Mada University Press.
11.Wade, Ainley et al. 2000. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Washington D.C:
American Pharmaceutical Association.

20

Anda mungkin juga menyukai