NIM : 2111102411121
1. Oploid
Opioid adalah obat penghilang rasa sakit yang bekerja dengan reseptor opioid di dalam sel
tubuh. Opioid adalah salah satu obat pereda rasa sakit yang banyak digunakan dalam dunia
kedokteran. Namun, sama seperti obat lainnya, opioid tidak bisa digunakan sembarangan.
Berikut manfaat, jenis, dan efek samping opioid yang perlu diketahui.
Opioid adalah obat penghilang rasa sakit yang bekerja dengan reseptor opioid di dalam sel
tubuh. Obat ini dibuat dari tanaman opium seperti morfin (Kadian, Ms Contin) atau disintesis
di laboratorium seperti fentanil (Actiq, Duragesic).
Ketika opioid masuk dan mengalir di dalam darah, obat yang satu ini akan menempel pada
reseptor opioid di sel-sel otak, sumsum tulang belakang, dan organ lain yang terlibat dalam
rasa sakit dan senang. Sel kemudian melepaskan sinyal yang meredam rasa sakit dari otak ke
tubuh dan melepaskan dopamin dalam jumlah besar ke seluruh tubuh dan menciptakan
perasaan senang.
Biasanya golongan obat yang termasuk ke dalam opioid digunakan untuk mengurangi rasa
nyeri sedang hingga berat. Misalnya untuk membantu mengendalikan rasa sakit yang Anda
alami setelah operasi.
Opioid yang diresepkan biasanya digunakan untuk mengobati rasa nyeri sedang hingga berat.
Selain itu, obat ini biasanya diresepkan setelah operasi atau cedera dan mengatasi rasa nyeri
yang berhubungan dengan penyakit kanker.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir opioid juga banyak diresepkan untuk mengobati rasa
nyeri kronis nonkanker seperti nyeri punggung dan juga osteoarthritis .
Nyeri ringan hingga sedang – di mana obat-obatan yang lebih lemah, seperti
asetaminofen (parasetamol), terbukti tidak efektif atau tidak cukup. Opioid majemuk
dan opioid lemah dapat digunakan untuk indikasi ini.
Nyeri sedang hingga berat – yang penggunaannya dijamin dalam kasus yang lebih
serius seperti nyeri parah akut, nyeri kronis (di mana opioid lemah atau NSAID
terbukti tidak mencukupi) dan untuk meredakan sesak napas dalam perawatan paliatif.
Penambahan narkotika – beberapa opioid – seperti buprenorfin – tersedia sebagai
implan, digunakan untuk mengobati penambahan narkotika (sering dikombinasikan
dengan antagonis opioid, seperti nalokson {lihat produk kombinasi, Suboxone}.
Overdosis opioid – antagonis opioid termasuk nalokson dan naltrexone, obat-obatan
yang digunakan untuk membalikkan efek opioid dalam kasus overdosis. Antagonis
opioid juga dapat dikombinasikan dengan analgesik opioid lain untuk mengurangi
risiko penyalahgunaan.
Mual, muntah
Sembelit – penurunan motilitas akibat agonisme mu-opioid di usus besar
Miosis – stimulasi nukleus Edinger-Westphal di batang otak
Pusing
Gatal – karena pelepasan histamin terkait mu-opioid
Kantuk
Euforia – dengan opioid yang lebih kuat atau melalui overdosis
Depresi neurologis
Depresi pernapasan
2. Hidrokortison
Dewasa
Dosis: hydrocortisone 0,1–2,5% dalam bentuk sediaan krim, salep, atau losion
dioleskan pada area kulit yang mengalami dermatosis, sebanyak 1–2 kali sehari.
Dewasa
Dosis: 5–50 mg dengan suntikan langsung ke sendi (intra-articular)
Dewasa
Dosis: 100–200 mg dengan suntikan langsung ke area yang meradang
Dewasa
Dosis: 100-500 mg dengan suntikan melalui pembuluh darah (intravena/IV) 3–4 kali
sehari.
Anak-anak
Dosis untuk anak usia <1 tahun: 25 mg IV
Dosis untuk anak usia 1–5 tahun: 50 mg IV
Dosis untuk anak usia 6–12 tahun: 100 mg IV
Dewasa
Dosis: 20–30 mg tablet per hari, dibagi menjadi 2 dosis
Anak-anak
Dosis: 400–800 mkg/BB tablet per hari, dibagi menjadi 2–3 dosis
Ada beberapa interaksi yang dapat terjadi jika hidrokortison digunakan bersamaan dengan
obat lain, di antaranya:
Penggunaan hydrocortisone tablet dalam jangka panjang juga dapat membuat siklus
menstruasi menjadi tidak teratur, mempercepat pertumbuhan rambut di kulit, dan
menyebabkan penumpukan lemak di wajah (moon face). Lakukan pemeriksaan ke dokter jika
Anda mengalami efek samping tersebut.
Segera temui dokter jika terjadi reaksi alergi obat atau efek samping yang perlu diwaspadai,
seperti:
Clobazam adalah obat yang digunakan untuk mengatasi kejang pada epilepsi. Salah satu
jenis epilepsi berat yang bisa ditangani oleh clobazam adalah Lennox-Gastaut syndrome.
Selain untuk mengatasi kejang, clobazam juga bisa digunakan untuk mengatasi gangguan
kecemasan.
Clobazam bekerja dengan cara menyeimbangkan aliran listrik yang ada di dalam otak dan
melemaskan otot-otot yang menegang selama kejang, sehingga kejang dapat teratasi.
Obat ini tidak boleh digunakan sembarangan dan harus sesuai dengan resep dokter.
Dosis clobazam dapat berbeda pada tiap pasien. Berikut ini adalah dosis umum penggunaan
clobazam berdasarkan kondisi dan usia pasien:
Kondisi: Epilepsi
Dewasa: dosis awal adalah 20–30 mg per hari, dosis dapat ditingkatkan sampai
maksimal 60 mg per hari.
Anak usia 6 tahun ke atas: dosis awal adalah 5 mg per hari, dosis dapat ditingkatkan
sampai maksimal 60 mg per hari. Dosis pemeliharaan adalah 0,3–1 mg/kgBB per hari.
Dewasa: 20–30 mg per hari, dapat dibagi menjadi beberapa jadwal konsumsi. Dosis
dapat ditingkatkan sampai 60 mg per hari.
Lansia: 10–20 mg per hari.
Kantuk
Sakit kepala
Sembelit
Kikuk atau gangguan keseimbangan
Nafsu makan terganggu
Rasa lelah
Muntah
Batuk
Nyeri sendi
Mulut kering
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping tidak kunjung mereda atau semakin
bertambah berat. Segera ke dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat yang bisa ditandai
dengan munculnya bengkak pada bibir atau kelopak mata, sulit bernapas, muncul ruam yang
gatal pada kulit, atau mengalami efek samping yang lebih serius, seperti:
Sulit menelan
Gemetar atau tremor
Demam
Gangguan berbicara atau bicara menjadi tidak jelas
Rasa lelah yang semakin berat
Cemas, bingung, tidak bisa mengontrol emosi
4. Arthrifen
Arthifen adalah salah satu obat dagang yang mengandung Ibuprofen dan diproduksi oleh PT.
Armoxindo Farma. Arthifen digunakan untuk menurunkan demam, meredakan nyeri ringan
dan sakit akibat pilek atau flu. Obat ini termasuk ke dalam golongan nonsteroidal anti-
inflammatory drug (NSAID). Arthifen bekerja dengan cara menghalangi produksi substansi
alami tubuh yang menyebabkan peradangan. Manfaatnya adalah membantu mengurangi
bengkak, nyeri, atau demam.
1. Arthrifen Suspensi
o Golongan: Obat Bebas Terbatas
o Kelas Terapi: Analgestik dan antipiretik
o Kandungan: Ibuprofen 100 mg/5 mL
o Bentuk: Suspensi
o Satuan penjualan: Botol
o Kemasan: Box, Botol @ 60 mL
o Farmasi: PT. Armoxindo Farma
o
2. Arhifen Tablet Salut Gula
o Golongan: Obat Bebas Terbatas
o Kelas Terapi: Analgestik dan antipiretik
o Kandungan: Ibuprofen 200 mg
o Bentuk: Tablet Salut Gula
o Satuan penjualan: Strip
o Kemasan: Box, 25 Catch Cover @ 1 Strip @ 4 Tablet Salut Gula
o Farmasi: PT. Armoxindo Farma
1. Arthrifen Tablet
o Aturan minum: 1-2 tablet, diminum 3-4 kali sehari.
2. Arthrifen Suspensi
o Dewasa: 2-4 sendok takar (10-20 ml), diminum 3-4 kali sehari. Durasi
maksimal: 3 hari.
o Anak usia ≥6 bulan: diberikan dosis 5-10 mg / kg berat badan setiap 6-8 jam.
Maksimal: 40 mg / kg berat badan sehari (Maksimal: 400 mg per dosis).
Kontraindikasi
Hindari penggunaan pada pasien dengan indikasi:
Interaksi Obat
5. Episan Suspensi
Manfaat Episan adalah untuk mengatasi gangguan pada sistem pencernaan dengan cara
melindungi luka yang terdapat di lambung dan saluran pencernaan lain. Zat ini merupakan
salah satu obat antitukak paling ampuh. Jika melihat pada beberapa kondisi spesifik yang
terjadi terkait dengan gangguan lambung, berikut adalah beberapa kondisi yang bisa diatasi
dengan Episan: Tukak lambung Tukak duodenum (usus dua belas jari) Mencegah pendarahan
sistem pencernaan akibat stres Mengobati gastritis atau maag kronis Mengobati penyakit
asam lambung atau GERD (Gastroesophageal reflux disease) Dosis Episan Episan hadir
dalam sediaan suspensi dan dikemas dalam botol dengan pilihan isi 100 ml dan 200 ml.
Setiap satu sendok takar atau 5 ml Episan sirup mengandung 500 mg Sucralfate. Berikut
adalah dosis Episan yang dianjurkan: Dewasa: 2 sendok takar, diberikan 4 kali sehari. Dosis
harian tidak melebihi 8 gr Sucralfate atau 16 sendok takar per hari. Dosis di atas merupakan
dosis yang lazim diberikan. Dosis bisa berganti bergantung pada kondisi dan kebutuhan
pasien. Jangan menambahkan maupun mengurangi dosis tanpa berkonsultasi dengan dokter
atau apoteker sebelumnya.
Berikut adalah beberapa Interaksi obat yang umumnya terjadi saat penggunaan Episan:
Cimetidine, ciprofloxacin, digoxin, ketoconazole, norfloxacin, fenitoin, ranitidin, tetrasiklin
dan teofilin. Obat lain harus diminum 2 jam sebelum mengonsumsi sukralfat.
Setiap obat tentunya memiliki potensi menimbulkan efek samping, begitu juga dengan
Episan. Berikut adalah efek samping Episan yang mungkin timbul: Sembelit Diare Mual
Muntah Mulut kering Menyebabkan kantuk Sakit kepala Sakit kepala berputar-putar atau
vertigo Gangguan kulit seperti pruritus Reaksi alergi Efek samping yang disebutkan di atas
tidak terjadi pada semua pasien. Efek samping bisa terjadi bergantung pada kondisi pasien
atau akibat dari penggunaan dosis yang kurang tepat.
Berikut adalah beberapa Interaksi obat yang umumnya terjadi saat penggunaan Episan:
Cimetidine, ciprofloxacin, digoxin, ketoconazole, norfloxacin, fenitoin, ranitidin, tetrasiklin dan
teofilin. Obat lain harus diminum 2 jam sebelum mengonsumsi sukralfat.
(Farset, 2020) (Pane, 2020) (Pane d. M., 2020) (klikdokter, n.d.) (Darmawan, 2019)
References
Darmawan, J. (2019, maret 6). Efek Samping dan Interaksi Obat Sukralfat. Retrieved from Efek
Samping dan Interaksi Obat Sukralfat: https://www.alomedika.com/obat/obat-untuk-
saluran-cerna/antasida-dan-antiulkus/sukralfat/efek-samping-dan-interaksi-obat
Farset. (2020, september 2). Farmakologi Obat Golongan Opioid. Retrieved from Farmakologi Obat
Golongan Opioid: https://gudangilmu.farmasetika.com/farmakologi-obat-golongan-opioid/