Anda di halaman 1dari 10

Nama : Yunisah Fitri

NIM : 2111102411121

Mata Kuliah : Farmakologi

Menyebutkan 5 Obat masing-masing mahasiswa mengenai Farmakokinetika disertai dengan


Referensinya.

1. Oploid

Opioid adalah obat penghilang rasa sakit yang bekerja dengan reseptor opioid di dalam sel
tubuh. Opioid adalah salah satu obat pereda rasa sakit yang banyak digunakan dalam dunia
kedokteran. Namun, sama seperti obat lainnya, opioid tidak bisa digunakan sembarangan.
Berikut manfaat, jenis, dan efek samping opioid yang perlu diketahui.

Opioid adalah obat penghilang rasa sakit yang bekerja dengan reseptor opioid di dalam sel
tubuh. Obat ini dibuat dari tanaman opium seperti morfin (Kadian, Ms Contin) atau disintesis
di laboratorium seperti fentanil (Actiq, Duragesic).

Ketika opioid masuk dan mengalir di dalam darah, obat yang satu ini akan menempel pada
reseptor opioid di sel-sel otak, sumsum tulang belakang, dan organ lain yang terlibat dalam
rasa sakit dan senang. Sel kemudian melepaskan sinyal yang meredam rasa sakit dari otak ke
tubuh dan melepaskan dopamin dalam jumlah besar ke seluruh tubuh dan menciptakan
perasaan senang.

Biasanya golongan obat yang termasuk ke dalam opioid digunakan untuk mengurangi rasa
nyeri sedang hingga berat. Misalnya untuk membantu mengendalikan rasa sakit yang Anda
alami setelah operasi.

Opioid yang diresepkan biasanya digunakan untuk mengobati rasa nyeri sedang hingga berat.
Selain itu, obat ini biasanya diresepkan setelah operasi atau cedera dan mengatasi rasa nyeri
yang berhubungan dengan penyakit kanker.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir opioid juga banyak diresepkan untuk mengobati rasa
nyeri kronis nonkanker seperti nyeri punggung dan juga osteoarthritis .

Opioid digunakan dalam pengobatan kondisi berikut:

 Nyeri ringan hingga sedang – di mana obat-obatan yang lebih lemah, seperti
asetaminofen (parasetamol), terbukti tidak efektif atau tidak cukup. Opioid majemuk
dan opioid lemah dapat digunakan untuk indikasi ini.
 Nyeri sedang hingga berat – yang penggunaannya dijamin dalam kasus yang lebih
serius seperti nyeri parah akut, nyeri kronis (di mana opioid lemah atau NSAID
terbukti tidak mencukupi) dan untuk meredakan sesak napas dalam perawatan paliatif.
 Penambahan narkotika – beberapa opioid – seperti buprenorfin – tersedia sebagai
implan, digunakan untuk mengobati penambahan narkotika (sering dikombinasikan
dengan antagonis opioid, seperti nalokson {lihat produk kombinasi, Suboxone}.
 Overdosis opioid – antagonis opioid termasuk nalokson dan naltrexone, obat-obatan
yang digunakan untuk membalikkan efek opioid dalam kasus overdosis. Antagonis
opioid juga dapat dikombinasikan dengan analgesik opioid lain untuk mengurangi
risiko penyalahgunaan.

Efek samping yang terkait dengan opioid meliputi:

 Mual, muntah
 Sembelit – penurunan motilitas akibat agonisme mu-opioid di usus besar
 Miosis – stimulasi nukleus Edinger-Westphal di batang otak
 Pusing
 Gatal – karena pelepasan histamin terkait mu-opioid
 Kantuk
 Euforia – dengan opioid yang lebih kuat atau melalui overdosis
 Depresi neurologis
 Depresi pernapasan

2. Hidrokortison

Hydrocortisone atau hidrokortison adalah obat yang digunakan untuk meredakan


peradangan, mengurangi reaksi sistem kekebalan tubuh, dan mengatasi kekurangan
hormon hidrokortison. Obat ini hanya dapat digunakan dengan resep dokter.

Hydrocortisone merupakan obat golongan kortikosteroid. Obat ini bekerja dengan


menurunkan respon sistem kekebalan tubuh, sehingga gejala dan keluhan, termasuk nyeri
dan pembengkakan bisa berkurang. Obat ini tersedia dalam bentuk obat tablet, salep,
cream atau krim, lotion, serta suntik.
osis hydrocortisone yang diresepkan tergantung pada kondisi yang diderita dan respons
pasien terhadap obat. Berikut takaran umum hidrokortison berdasarkan kondisi yang dialami:

Kondisi: Dermatosis (kondisi atau penyakit tertentu di permukaan kulit)

 Dewasa
Dosis: hydrocortisone 0,1–2,5% dalam bentuk sediaan krim, salep, atau losion
dioleskan pada area kulit yang mengalami dermatosis, sebanyak 1–2 kali sehari.

Kondisi: Radang sendi

 Dewasa
Dosis: 5–50 mg dengan suntikan langsung ke sendi (intra-articular)

Kondisi: Radang jaringan lunak

 Dewasa
Dosis: 100–200 mg dengan suntikan langsung ke area yang meradang

Kondisi: Kekurangan hormon adrenokortikal akut

 Dewasa
Dosis: 100-500 mg dengan suntikan melalui pembuluh darah (intravena/IV) 3–4 kali
sehari.
 Anak-anak
Dosis untuk anak usia <1 tahun: 25 mg IV
Dosis untuk anak usia 1–5 tahun: 50 mg IV
Dosis untuk anak usia 6–12 tahun: 100 mg IV

Kondisi: Terapi pengganti kekurangan hormon adrenokortikal akut

 Dewasa
Dosis: 20–30 mg tablet per hari, dibagi menjadi 2 dosis
 Anak-anak
Dosis: 400–800 mkg/BB tablet per hari, dibagi menjadi 2–3 dosis

Ada beberapa interaksi yang dapat terjadi jika hidrokortison digunakan bersamaan dengan
obat lain, di antaranya:

 Peningkatan risiko terjadinya hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) dan


hipokalemia jika digunakan dengan thiazide
 Peningkatan risiko terjadinya tukak lambung dan perdarahan saluran pencernaan jika
digunakan dengan obat antiinflamasi nonsteroid
 Penurunan kadar obat antimuskarinik atau salisilat
 Penurunan efektivitas hydrocortisone jika digunakan dengan carbamazepine,
phenytoin, pirimidone, barbiturat, atau rifampicin
 Penurunan efektivitas dari hydrocortisone jika digunakan dengan estrogen dan obat
kontrasepsi oral
 Peningkatan kadar kedua obat dalam darah jika hydrocortisone digunakan dengan
ciclosporin
Beberapa efek samping yang dapat muncul setelah menggunakan hidrokortison adalah:

 Mual atau muntah


 Sakit kepala atau pusing
 Nafsu makan meningkat
 Gangguan kulit, seperti kulit terasa kering atau menipis, stretch mark, muncul
jerawat, atau pembuluh darah kulit pecah

Penggunaan hydrocortisone tablet dalam jangka panjang juga dapat membuat siklus
menstruasi menjadi tidak teratur, mempercepat pertumbuhan rambut di kulit, dan
menyebabkan penumpukan lemak di wajah (moon face). Lakukan pemeriksaan ke dokter jika
Anda mengalami efek samping tersebut.

Segera temui dokter jika terjadi reaksi alergi obat atau efek samping yang perlu diwaspadai,
seperti:

 Penurunan frekuensi buang air kecil


 Gangguan penglihatan, seperti buramnya penglihatan
 Gangguan mental, seperti depresi, cemas, atau perubahan suasana hati (mood swing)
 Gangguan tidur
 Palpitasi atau aritmia (gangguan irama denyut jantung)
 Rasa letih dan lemas yang tidak biasa
 Susah bernapas
 Feses berdarah atau berwarna kehitaman
 Sakit perut yang parah
 Mudah memar
 Bengkak pada telapak kaki atau kaki bagian bawah
 Gejala infeksi, seperti demam, sakit tenggorokan, batuk, atau pilek
 Rasa sakit di lengan, kaki, pinggul, punggung, atau tulang rusuk
3. Clobazam

Clobazam adalah obat yang digunakan untuk mengatasi kejang pada epilepsi. Salah satu
jenis epilepsi berat yang bisa ditangani oleh clobazam adalah Lennox-Gastaut syndrome.
Selain untuk mengatasi kejang, clobazam juga bisa digunakan untuk mengatasi gangguan
kecemasan.

Clobazam bekerja dengan cara menyeimbangkan aliran listrik yang ada di dalam otak dan
melemaskan otot-otot yang menegang selama kejang, sehingga kejang dapat teratasi.
Obat ini tidak boleh digunakan sembarangan dan harus sesuai dengan resep dokter.

Golongan : Obat resep


Kategori : Antikonvulsan golongan benzodiazepin
Manfaat : Mengatasi kejang pada epilepsi
Digunakan oleh : Dewasa dan anak-anak
Bentuk : Tablet dan sirup

Dosis clobazam dapat berbeda pada tiap pasien. Berikut ini adalah dosis umum penggunaan
clobazam berdasarkan kondisi dan usia pasien:

Kondisi: Epilepsi

 Dewasa: dosis awal adalah 20–30 mg per hari, dosis dapat ditingkatkan sampai
maksimal 60 mg per hari.
 Anak usia 6 tahun ke atas: dosis awal adalah 5 mg per hari, dosis dapat ditingkatkan
sampai maksimal 60 mg per hari. Dosis pemeliharaan adalah 0,3–1 mg/kgBB per hari.

Kondisi: Gangguan kecemasan

 Dewasa: 20–30 mg per hari, dapat dibagi menjadi beberapa jadwal konsumsi. Dosis
dapat ditingkatkan sampai 60 mg per hari.
 Lansia: 10–20 mg per hari.

Clobazam yang penggunaannya dihentikan secara sembarangan dapat menyebabkan


timbulnya gejala putus obat. Selain itu, ada beberapa efek samping yang dapat timbul setelah
mengonsumsi clobazam, yaitu:

 Kantuk
 Sakit kepala
 Sembelit
 Kikuk atau gangguan keseimbangan
 Nafsu makan terganggu
 Rasa lelah
 Muntah
 Batuk
 Nyeri sendi
 Mulut kering
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping tidak kunjung mereda atau semakin
bertambah berat. Segera ke dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat yang bisa ditandai
dengan munculnya bengkak pada bibir atau kelopak mata, sulit bernapas, muncul ruam yang
gatal pada kulit, atau mengalami efek samping yang lebih serius, seperti:

 Sulit menelan
 Gemetar atau tremor
 Demam
 Gangguan berbicara atau bicara menjadi tidak jelas
 Rasa lelah yang semakin berat
 Cemas, bingung, tidak bisa mengontrol emosi

4. Arthrifen
Arthifen adalah salah satu obat dagang yang mengandung Ibuprofen dan diproduksi oleh PT.
Armoxindo Farma. Arthifen digunakan untuk menurunkan demam, meredakan nyeri ringan
dan sakit akibat pilek atau flu. Obat ini termasuk ke dalam golongan nonsteroidal anti-
inflammatory drug (NSAID). Arthifen bekerja dengan cara menghalangi produksi substansi
alami tubuh yang menyebabkan peradangan. Manfaatnya adalah membantu mengurangi
bengkak, nyeri, atau demam.

1. Arthrifen Suspensi
o Golongan: Obat Bebas Terbatas
o Kelas Terapi: Analgestik dan antipiretik
o Kandungan: Ibuprofen 100 mg/5 mL
o Bentuk: Suspensi
o Satuan penjualan: Botol 
o Kemasan: Box, Botol @ 60 mL
o Farmasi: PT. Armoxindo Farma
o
2. Arhifen Tablet Salut Gula
o Golongan: Obat Bebas Terbatas
o Kelas Terapi: Analgestik dan antipiretik
o Kandungan: Ibuprofen 200 mg
o Bentuk: Tablet Salut Gula
o Satuan penjualan: Strip
o Kemasan: Box, 25 Catch Cover @ 1 Strip @ 4 Tablet Salut Gula
o Farmasi: PT. Armoxindo Farma

Dosis Cara Penggunaan Arthrifen adalah sebagai berikut:

1. Arthrifen Tablet
o Aturan minum: 1-2 tablet, diminum 3-4 kali sehari.
2. Arthrifen Suspensi
o Dewasa: 2-4 sendok takar (10-20 ml), diminum 3-4 kali sehari. Durasi
maksimal: 3 hari.
o Anak usia ≥6 bulan: diberikan dosis 5-10 mg / kg berat badan setiap 6-8 jam.
Maksimal: 40 mg / kg berat badan sehari (Maksimal: 400 mg per dosis).

Efek samping penggunaan Arthrifen yang mungkin terjadi adalah:

 mual dan muntah


 Perut kembung
 Nyeri ulu hati
 Tinja berwarna hitam atau disertai darah
 Diare atau sembelit
 Muntah darah
 Sakit kepala
 Tukak lambung

Kontraindikasi
Hindari penggunaan pada pasien dengan indikasi:

 Hipersensitivitas (termasuk asma) terhadap ibuprofen atau NSAID lain.


 Memiliki riwayat perdarahan saluran pencernaan, perforasi, atau ulserasi yang
berhubungan dengan terapi NSAID.
 Penderita ulserasi gastrointestinal, perforasi atau perdarahan.
 Penderita gagal jantung berat atau pasien yang menjalani operasi cangkok bypass
arteri koroner.
 Penderita gangguan hati atau ginjal berat.
 Kehamilan (trimester 3).

Interaksi Obat

 Peningkatan risiko ulserasi gastrointestinal, perforasi atau perdarahan jika diberikan


bersamaan dengan golongan obat NSAID lain (misalnya aspirin), antiplatelet,
antikoagulan (misalnya warfarin), kortikosteroid, SSRI.
 Peningkatan risiko hiperkalemia dan toksisitas ginjal ika diberikan bersamaan dengan
ciclosporin, tacrolimus.
 Peningkatan kadar dan risiko toksisitas ika diberikan bersamaan dengan litium,
metotreksat.
 Dapat menurunkan efek antihipertensi inhibitor ACE, antagonis reseptor angiotensin
II; efek natriuretik diuretik.

5. Episan Suspensi

Manfaat Episan adalah untuk mengatasi gangguan pada sistem pencernaan dengan cara
melindungi luka yang terdapat di lambung dan saluran pencernaan lain. Zat ini merupakan
salah satu obat antitukak paling ampuh. Jika melihat pada beberapa kondisi spesifik yang
terjadi terkait dengan gangguan lambung, berikut adalah beberapa kondisi yang bisa diatasi
dengan Episan: Tukak lambung Tukak duodenum (usus dua belas jari) Mencegah pendarahan
sistem pencernaan akibat stres Mengobati gastritis atau maag kronis Mengobati penyakit
asam lambung atau GERD (Gastroesophageal reflux disease) Dosis Episan Episan hadir
dalam sediaan suspensi dan dikemas dalam botol dengan pilihan isi 100 ml dan 200 ml.
Setiap satu sendok takar atau 5 ml Episan sirup mengandung 500 mg Sucralfate. Berikut
adalah dosis Episan yang dianjurkan: Dewasa: 2 sendok takar, diberikan 4 kali sehari. Dosis
harian tidak melebihi 8 gr Sucralfate atau 16 sendok takar per hari. Dosis di atas merupakan
dosis yang lazim diberikan. Dosis bisa berganti bergantung pada kondisi dan kebutuhan
pasien. Jangan menambahkan maupun mengurangi dosis tanpa berkonsultasi dengan dokter
atau apoteker sebelumnya.

 Golongan: Obat Keras.


 Kelas Terapi: Antasida, Agen Antireflux, dan Antiulceran
 Kandungan Episan: Sucralfate 500 mg/ 5 ml
 Bentuk: Sirup.
 Satuan Penjualan: Botol.
 Kemasan: Botol 200 mL; Botol 100 mL.
 Farmasi: Sanbe Farma.

Berikut adalah beberapa Interaksi obat yang umumnya terjadi saat penggunaan Episan:
Cimetidine, ciprofloxacin, digoxin, ketoconazole, norfloxacin, fenitoin, ranitidin, tetrasiklin
dan teofilin. Obat lain harus diminum 2 jam sebelum mengonsumsi sukralfat.

Setiap obat tentunya memiliki potensi menimbulkan efek samping, begitu juga dengan
Episan. Berikut adalah efek samping Episan yang mungkin timbul: Sembelit Diare Mual
Muntah Mulut kering Menyebabkan kantuk Sakit kepala Sakit kepala berputar-putar atau
vertigo Gangguan kulit seperti pruritus Reaksi alergi Efek samping yang disebutkan di atas
tidak terjadi pada semua pasien. Efek samping bisa terjadi bergantung pada kondisi pasien
atau akibat dari penggunaan dosis yang kurang tepat.

Berikut adalah beberapa Interaksi obat yang umumnya terjadi saat penggunaan Episan:
Cimetidine, ciprofloxacin, digoxin, ketoconazole, norfloxacin, fenitoin, ranitidin, tetrasiklin dan
teofilin. Obat lain harus diminum 2 jam sebelum mengonsumsi sukralfat.
(Farset, 2020) (Pane, 2020) (Pane d. M., 2020) (klikdokter, n.d.) (Darmawan, 2019)

References
Darmawan, J. (2019, maret 6). Efek Samping dan Interaksi Obat Sukralfat. Retrieved from Efek
Samping dan Interaksi Obat Sukralfat: https://www.alomedika.com/obat/obat-untuk-
saluran-cerna/antasida-dan-antiulkus/sukralfat/efek-samping-dan-interaksi-obat

Farset. (2020, september 2). Farmakologi Obat Golongan Opioid. Retrieved from Farmakologi Obat
Golongan Opioid: https://gudangilmu.farmasetika.com/farmakologi-obat-golongan-opioid/

klikdokter. (n.d.). Arthrifen. Retrieved from Arthrifen: https://www.klikdokter.com/obat/arthrifen

Pane, d. M. (2020, oktober 22). Clobazam. Retrieved from Clobazam:


https://www.alodokter.com/clobazam

Pane, D. M. (2020, juni 25). Hydrocortisone. Retrieved from Hydrocortisone:


https://www.alodokter.com/hydrocortisone

Anda mungkin juga menyukai