Anda di halaman 1dari 7

Amlodipin

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI


Amlodipin adalah obat tekanan darah tinggi (hipertensi). Obat ini adalah obat hipertensi yang
paling sering diresepkan di Indonesia setelah captopril. Terdapat banyak golongan obat
antihipertensi. Amlodipin termasuk ke dalam golongan obat penghambat kanal kalsium.

Selain untuk hipertensi, amlodipin juga diindikasikan untuk penyakit berikut:

1. Penyakit jantung koroner, dan


2. Nyeri dada (angina)

Amlodipin relatif aman dan tidak ada kontraindikasi khusus. Satu-satunya kondisi yang tidak
boleh obat ini diberikan ialah alergi (hipersensitivitas) terhadap amlodipin. Namun amlodipin
perlu pengawasan dokter bila diberikan pada kondisi berikut:

1. Gagal jantung akut;


2. Hipotensi yang disertai gejala seperti pingsan;
3. Bengkak pada kaki yang semakin bertambah;
4. Kelainan fungsi jantung (kardiomiopati hipertrofi);
5. Kelainan fungsi hati;

EFEK SAMPING
Secara umum amlodipin tidak meninmbulkan efek samping yang berbahaya. Beberapa efek
samping yang pernah dilaporkan ialah:

1. Bengkak (1,8-10,8%):
Bengkak terutama ditemukan di sisi kiri-kanan tulang kering kaki. Bengkak adalah
efek samping tersering yang timbul. Sering kali bengkak pada kaki dikuatirkan pasien
sebagai tanda gagal jantung, namun sebenarnnya merupakan efek samping dari
amlodipin;
2. Sakit kepala (7,3%);
3. Lemas (4,5%);
4. Pusing berputar (1,1-3,4%);
5. Mual (2,9%);
6. Nyeri perut (1,6%);
7. Mengantuk (1,4%).

DOSIS
Amlodipin merupakan obat berbentuk tablet dengan sediaan dosis 2,5 mg, 5 mg, dan 10 mg.
Amlodipin tersedia luas dalam bentuk obat generik maupun paten.

Berbeda dengan captopril, waktu mulai kerja amlodipin dalam tubuh lebih lama daripada
captopril tetapi efeknya dapat bertahan hingga 24 jam. Dengan demikian, amlodipin cukup
diberikan satu kali sehari. Untuk terapi hipertensi, pertama kali amlodipin diberikan dalam
dosis 5 mg sehari. Dosis kemudian ditingkatkan sesuai respon tekanan darah pasien. Dosis
maksimum ialah 10 mg sehari.

Untuk terapi nyeri dada (angina), amlodipin diberikan dalam dosis 5-10 mg sehari. Demikian
juga untuk penyakit jantung koroner, amlodipin diberikan dalam dosis 5-10 mg sehari. Pada
penderita dengan kelainan fungsi hati, dosis obat biasanya dimulai dari 2,5 mg sehari, baru
ditingkatkan menjadi 5 mg.

RETAPHYL SR

Nama Obat : RETAPHYL SR

Indikasi :
Meringankan dan mengatasi serangan asma bronkial

Golongan :Pernafasan/mulut dan gigi

Kandungan :
Teofilin 300 mg/kapl lepas lambat.

Perhatian :
Hati-hati bagi penderita tukak lambung dan diabetes, penggunaan dosis tinggi dapat
menimbulkan efek toksis sptiritasi lambung dankonvulsitoksisitas berat berupa aritmia,
munta terus-menerus, pada anak-anak bisa terjadi hematemesis, stimulasi SSP,diapheresis
dan demam.

Kontra Indikasi :
Hipersensitif terhadap teofilin dan senyawa golongan xantin,
tukak lambung, diabetes

Efek Samping :
Mual, Muntah, sakit kepala,diare, jantung berdebar, insomnia, kardiovaskuler seperti
palpitasi, takikardia, aritma ventrikuler, pernafasan seperti tachypnea, rash, hiperglikemia.
AMBROKSOL
Jenis obat Obat mukolitik

Golongan Obat resep

Mengencerkan dahak agar lebih mudah dikeluarkan melalui batuk sehingga


melegakan saluran pernapasan. Obat ini digunakan dalam beberapa kondisi
yang menghasilkan banyak dahak seperti:

Manfaat Bronkiektasis
Emfisema
Bronkitis kronis dan akut
Bronkitis asmatik
Pneumokoniosis bronkitis

Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak

Bentuk obat Tablet dan obat cair untuk diminum

Peringatan:

Bagi wanita hamil dan menyusui, sesuaikan dengan anjuran dokter. Wanita hamil dengan
janin yang berada dalam usia dua belas minggu pertama, disarankan untuk tidak
mengonsumsi obat ini.
Tanyakan dosis ambroxol untuk anak-anak kepada dokter.
Harap berhati-hati bagi penderita ulkus atau tukak lambung.
Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

Dosis Ambroxol

Untuk dewasa, dosis biasanya diberikan sebanyak 30 hingga 120 mg perhari. Dosis akan
disesuaikan dengan kondisi pasien, tingkat keparahannya dan respons tubuh terhadap obat.
Pada pasien anak-anak, dosis juga akan disesuaikan dengan berat badan mereka.

Mengonsumsi Ambroxol dengan Benar

Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan ambroxol sebelum mulai
mengonsumsinya. Konsumsi ambroxol setelah makan atau dengan camilan.

Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya. Usahakan
untuk mengonsumsi ambroxol pada jam yang sama tiap hari untuk memaksimalisasi efeknya.

Bagi pasien yang lupa mengonsumsi ambroxol, disarankan segera meminumnya begitu
teringat jika jadwal dosis berikutnya tidak terlalu dekat. Jangan menggandakan dosis
ambroxol pada jadwal berikutnya untuk mengganti dosis yang terlewat.
Kenali Efek Samping dan Bahaya Ambroxol

Ambroxol kadang dapat menyebabkan efek samping yaitu gangguan pada sistem pencernaan
seperti rasa mual, muntah, dan nyeri ulu hati tapi efek samping ini umumnya ringan

FUROSEMID

Furosemide merupakan obat yang digunakan untuk membuang cairan berlebih di dalam
tubuh. Cairan berlebih yang menumpuk di dalam tubuh dapat menyebabkan sesak napas,
lelah, kaki dan pergelangan kaki membengkak. Kondisi ini juga dikenal dengan sebutan
edema dan bisa disebabkan oleh penyakit gagal jantung, penyakit hati dan penyakit ginjal.

Furosemide juga digunakan untuk tekanan darah tinggi saat obat diuretik lainnya tidak bisa
mengatasinya lagi. Obat ini bisa digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan obat diuretik
lainnya, seperti triamteneatau spironolactone. Kadang-kadang obat ini juga diberi bersama
dengan mineral kalium.

Jenis obat Diuretik


Golongan Obat resep
Mengendalikan tekanan darah tinggi dan edema (retensi
Manfaat
cairan)
Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak
Bentuk Tablet, cairan yang diminum dan obat suntik

Peringatan:

Bagi wanita hamil, sesuaikan dengan anjuran dokter tentang pemakaian obat ini.
Furosemide sebaiknya tidak dikonsumsi ketika sedang menyusui karena dapat
berdampak pada bayi.
Harap berhati-hati bagi penderita penyakit ginjal, prostat, hati, rematik asam urat dan
diabetes.
Harap waspada bagi yang mengalami dehidrasi, sulit buang air kecil, memiliki tingkat
natrium dan kalium rendah dalam darah.
Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

Dosis Furosemide

Dosis akan disesuaikan dengan kondisi yang ingin ditangani, kondisi kesehatan pasien dan
kemudian direvisi menurut respons tubuh pasien terhadap obat. Dosis yang umum diresepkan
dokter adalah antara 20-80 mg per hari. Sedangkan bagi anak-anak, konsultasikan dosis
terlebih dahulu kepada dokter.

Mengonsumsi Furosemide dengan Benar

Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan furosemide sebelum mulai
menggunakannya.

Furosemide dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan. Jika Anda diresepkan
furosemide tablet, gunakan air putih untuk membantu menelannya.
Obat ini sebaiknya dikonsumsi sebelum sore hari karena Anda akan merasa perlu ke toilet
beberapa kali selama beberapa jam dan hal ini akan mengganggu tidur Anda jika
mengonsumsinya terlalu malam.

Bagi pasien yang lupa mengonsumsi furosemide, disarankan segera meminumnya begitu
teringat jika jadwal dosis berikutnya tidak terlalu dekat. Jangan menggandakan dosis
furosemide pada jadwal berikutnya untuk mengganti dosis yang terlewat.

Pastikan Anda memeriksakan diri ke dokter secara teratur selama mengonsumsi furosemide
agar dokter dapat memonitor perkembangan kondisi Anda.

Mengonsumsi minuman keras saat sedang menggunakan furosemide berpotensi membuat


Anda pusing jadi sebaiknya dihindari.

Kenali Efek Samping dan Bahaya Furosemide

Sama seperti obat-obatan lainnya, furosemide berpotensi menyebabkan efek samping. Tapi
seiring dengan penyesuaian tubuh dengan obat, efek samping akan berkurang dan mereda.
Efek samping yang umum terjadi akibat mengonsumsi obat ini adalah:

Mulut terasa kering


Sensitif terhadap cahaya matahari
Pusing
Sakit kepala
Sakit perut
Penglihatan buram
Merasa lelah

Segera hentikan konsumsi obat dan hubungi dokter jika Anda mengalami efek samping
berkelanjutan atau alergi.

NDIKASI DAN KONTRAINDIKASI


Medrol adalah nama dagang obat metilprednisolon, yaitu obat golongan kortikosteroid yang
bekerja sebagai antiperadangan dan antialergi. Selain itu, obat ini juga digunakan pada
penyakit-penyakit yang timbul akibat gangguan sistim kekebalan tubuh (imunitas). Angka 4
mg menunjukkan besarnya bahan aktif metilprednisolon di dalam Medrol.

Metilprednisolon yang dikandung oleh Medrol 4 mg merupakan glukokortikoid, yaitu zat


yang mirip dengan zat yang diproduksi oleh kelenjar anak ginjal.

Indikasi pemberian Medrol 4 mg antara lain adalah:

1. Penyakit yang mengenai kelenjar anak ginjal, misalnya penyakit insufisiensi adrenal dan
hiperplasia adrenal kongenital. Pada penyakit tersebut, kelenjar anak ginjal tidak atau kurang
memproduksi zat glukokortikoid, sehingga harus disuplai dari luar tubuh. Kekurangan
tersebut dipenuhi oleh Medrol 4 mg;
2. Penyakit yang ditandai dengan peradangan, misalnya artritis reumatoid (peradangan
sendi) dan ankylosing spondylitis (peradangan tulang belakang);
3. Penyakit kolagen seperti systemic lupus eritomatosus dan arteritis (peradangan
pembuluh arteri);
4. Penyakit kulit seperti pemfigus (bentol berisi cairan pada kulit) dan eksim;
5. Penyakit alergi seperti asma atau pilek alergi (rhinitis);
6. Penyakit paru-paru seperti sarcoidosis paru-paru;
7. Penyakit usus seperti penyakit Crohns dan kolitis ulseratif;
8. Penyakit darah seperti trombositpenik purpura, anemia hemolitik, dan leukemia.

Selain untuk berbagai macam penyakit seperti yang telah disebutkan, Medrol 4 mg juga
digunakan untuk mencegah timbulnya reaksi penolakan tubuh terhadap organ cangkokan,
misalnya pada kasus pencangkokan ginjal, hati, paru-paru, dan lain-lain.

Medrol 4 mg dikontraindikasikan terhadap orang atau kondisi berikut:

1. Riwayat alergi terhadap metilprednisolon;


2. Wanita hamil dan menyusui;
3. Penyakit kelenjar gondok (tiroid), lambung, jantung, ginjal, hati, tekanan darah tinggi,
gangguan suasana hati (mood), epilepsi, diabetes, glaukoma (tekanan bola mata meningkat),
osteoporosis (pengeroposan tulang);
4. Penyakit infeksi berat, baik oleh bakteri, virus, maupun jamur;
5. Baru saja menjalani vaksinasi, terutama vaksin yang berisi virus hidup seperti vaksin
polio;
6. Mengkonsumsi obat lain yang dapat berinteraksi dengan Medrol 4 mg misalnya
ibuprofen, aspirin, fenitoin, warfarin, dll.
7. Mengkonsumsi obat pelancar kencing misalnya tiazid atau furosemid.

EFEK SAMPING
Efek samping Medrol 4 mg sangat tergantung pada besar dan lamanya penggunaan.
Umumnya penggunaan jangka pendek lebih sedikit kemungkinan terjadi efek samping
dibandingkan dengan penggunaan jangka panjang.

Efek samping paling sering dijumpai dari Medrol 4 mg antara lain adalah:

1. Lebih rentan terhadap infeksi;


2. Nyeri otot atau sendi;
3. Penumpukan cairan dalam tubuh, terutama di kaki, wajah, atau tangan;
4. Peningkatan berat badan;
5. Peningkatan tekanan darah;
6. Kerapuhan tulang;
7. Perlambatan penyembuhan luka;
8. Ulkus (luka) lambung;
9. Kulit tipis dan mudah terkelupas.

DOSIS
Dosis Medrol 4 mg tergantung pada individu dan jenis penyakit yang diobati. Umumnya,
digunakan dosis terendah yang masih efektif. Rentang dosis Medrol 4 mg sangat luas,
berkisar dari 2 60 mg. Untuk penyakit-penyakit biasa seperti alergi makanan atau pilek
karena alergi, dosis Medrol 4 mg adalah 3 kali sehari 1 tablet.

Sedangkan untuk keadaan atau penyakit tertentu seperti cangkok organ, gangguan kelenjar
anak ginjal, radang sendi, dll, Medrol 4 mg biasanya digunakan dalam jangka waktu lama
dengan dosis yang lebih besar. Perlu diperhatikan, pada penggunaan seperti ini, tidak boleh
dilakukan penghentian mendadak konsumsi Medrol 4 mg, karena dapat menimbulkan efek
withdrawal (penarikan), yang ditandai dengan mual, muntah, bahkan keadaan krisis berupa
turunnya tekanan darah dan kegagalan organ tubuh (syok).

Anda mungkin juga menyukai