Anda di halaman 1dari 32

OBAT SISTEM PERNAPASAN

A. Nasal Decongestan

LORATADIN + PSEUDOEFEDRIN SULFAT

Indikasi:
Mengurangi gejala hidung tersumbat, bersin, rinorea, lakrimasi yang berkaitan dengan
rinitis alergi dan flu.
Peringatan:
Glaukoma, ulkus peptik stenosing, obstruksi piloroduodenal, hipertropi prostat atau
obstruksi leher kandung kemih, penyakit kardiovaskular, peningkatan tekanan intraokular,
diabetes melitus, pasien yang menerima pengobatan digitalis, hipotensi, lansia, gangguan
fungsi ginjal (GFR < 30 ml/min), gangguan fungsi hati berat, kehamilan, dan menyusui.
Interaksi:
Ketokonazol, eritromisin, atau simetidin: peningkatan konsentrasi plasma loratadin.
Penghambat MAO: dapat menimbulkan reaksi hipertensi. Metildopa, mekamilamin,
reserpin, dan alkaloid veratrum: pseudoefedrin dan loratadin mengurangi efek sebagai
antihipertensi. Digitalis: dapat meningkatkan aktivitas ektopik pacemaker. Antasida:
meningkatkan absorpsi pseudoefedrin. Kaolin: menurunkan absorpsi pseudoefedrin.
Kontraindikasi:
Hipersensitivitas, pasien yang menerima pengobatan penghambat MAO atau baru berhenti
pengobatan dalam 14 hari, glaukoma sudut sempit, retensi urin, hipertensi berat, penyakit
arteri koroner berat, hipertiroid, dan anak di bawah 12 tahun
Efek Samping:
Umum: insomnia, mulut kering, sakit kepala, dan somnolen (kantuk). Jarang: cemas,
pusing, lelah, mual, abdominal distress, anoreksia, haus, takikardi, faringitis, rinitis,
jerawat, pruritus, ruam, urtikaria, artalgia, bingung, disfonia, hiperkinesia, hipoestesia,
penurunan libido, parestesia, tremor, vertigo, kemerahan, hipotensi postural, keringat
berlebihan, gangguan penglihatan, sakit telinga, tinitus, gangguan perasa, agitasi, apati,
depresi, euporia, paroneiria, peningkatan nafsu makan, perubahan buang air besar,
dispepsia, eruktasi, hemoroid, perubahan warna lidah, gangguan pada lidah (tongue
disorder), mual, gangguan hati sementara, dehidrasi, peningkatan berat badan, hipertensi,
palpitasi, migrain, bronkospasma, batuk, dispnea, epistaksis, hidung tersumbat, bersin,
iritasi pada hidung, disuria, gangguan mikturisi, nokturia, poliuria,retensi urin, astenia,
sakit pada punggung, kram tungkai bawah, malaise, rigor, alopesia, anafilaksis,
angioedema, dan kejang.
Dosis:
Oral: Dewasa dan anak > 12 tahun, 1 tablet 2 kali sehari.

PSEUDOEFEDRIN HIDROKLORIDA

Indikasi: Pasien dengan hidung dan sinus paranasal yang tersumbat, pilek, di mana obat
ini dapat mengurangi gejala sumbatan dan pilek serta nyeri yang dapat
ditimbulkan oleh proses sumbatan tersebut.

Peringatan: Pasien dengan hipertensi, hipertiroid, diabetes melitus, penyakit arteri


koroner, glaukoma, hipertrofi prostat, dan gangguan fungsi hati dan ginjal
yang berat.
Efek Samping : Efek samping dari pseudoefedrin HCl ini adalah meningkatnya tekanan
darah, nadi yang lebih cepat dari normal, insomnia, gelisah, tremor, kulit
kemerahan dan sulit untuk berkemih. Anak kecil dan orang tua lebih
sering mengalami efek samping dibandingkan kelompok usia lain.
Dosis : 60 mg 4 kali sehari; 10 ml 3 kali sehari; Anak 2-5 tahun: 2,5 mL; 6-12 tahun: 5
ml.

PSEUDOEFEDRIN + DESLORATADIN

Pseudoephedrine adalah obat dengan fungsi untuk meredakan sementara gejala


hidung tersumbat dan sinus akibat infeksi (seperti salesma, flu) atau penyakit pernafasan
lainnya (seperti alergi serbuk bunga, alergi biasa, bronkitis). Pseudoephedrine adalah zat
dekongestan (simpatomimetik). Pseudoephedrine bekerja dengan mengecilkan pembuluh
darah untuk mengurangi pembengkakan dan penyumbatan.
Indikasi:

Untuk melegakan gejala nasal dan non nasal pada rhinitis alergi, termasuk hidung
tersumbat.

Peringatan:

Tidak untuk digunakan pada anak dibawah usia 12 tahun. Hentikan pengobatan jika terjadi
hipertensi, takikardi, palpitasi, aritmia jantung, mual atau gejala neurologis lainnya.

Interaksi:

Obat ini menurunkan efek antihipertensi jika dikonsumsi bersama penghambat beta
adrenergik, metildopa, mecamilamin, reserpin dan alkaloid veratrum. Pseudoefedrin yang
dikonsumsi bersama dengan digitalis dapat meningkatkan aktivitas pacemaker etopi.
Tidak dianjurkan kombinasi dengan bromokriptin, kabergolin, lisurdin, pergolida.
Penggunaan bersamaan dengan penghambat MAO dapat menyebabkan vasokonstriksi dan
peningkatan tekanan darah. Penggunaan bersama antasid meningkatkan kecepatan
absorpsi pseudoefedrin sulfat, sedangkan kaolin menurunkannya.

Kontraindikasi:
Hipersensitif, glaukoma sudut sempit, retensi urin, pasien yang menerima pengobatan
penghambat MAO atau baru berhenti pengobatan dalam 14 hari, hipertensi berat, penyakit
arteri koroner berat, riwayat stroke hemoragik atau risiko terjadi stroke hemoragik.

Dosis
Dosis umum dewasa untuk hidung tersumbat (pilek)

Immediate release: 30 – 60 mg dikonsumsi tiap 4 hingga 6 jam sebagaimana dibutuhkan.

Sustained release: 120 mg dikonsumsi tiap 12 jam sebagaimana dibutuhkan..

Sustained release suspension: 45 – 100 mg dikonsumsi tiap 12 jam sebagaimana


dibutuhkan.

Dosis maksimum harian: 240 mg/hari.

Dosis umum anak-anak untuk hidung tersumbat (pilek)

Usia 2 – 5 tahun:

Immediate release: 15 mg setiap 6 jam.

Sustained release: 12.5 hingga 25 mg dikonsumsi tiap 12 jam sebagaimana dibutuhkan.

Dosis maksimum harian: 60 mg/hari.

Dosis alternatif: 1 mg/kg/dosis tiap 6 jam, dosis maksimum: 15 mg.

Usia 6 – 12 tahun:

Immediate release: 30 mg setiap 6 jam.

Sustained release suspension: 25 hingga 50 mg dikonsumsi tiap 12 jam sebagaimana


dibutuhkan.

Dosis maksimum harian: 120 mg/hari.

Usia >12 tahun:

Immediate release: 30 – 60 mg dikonsumsi tiap 4 hingga 6 jam sebagaimana dibutuhkan.

Sustained release: 120 mg dikonsumsi tiap 12 jam sebagaimana dibutuhkan..

Sustained release suspension: 50 – 100 mg dikonsumsi tiap 12 jam sebagaimana


dibutuhkan.
Dosis maksimum harian: 240 mg/hari.

Efek samping yang lebih umum, mencakup:

 hilang nafsu makan


 rasa panas, geli, atau kemerahan dibawah kulit Anda
 merasa semangat atau senang (khususnya pada anak-anak)
 gangguan tidur (insomnia)
 ruam kulit atau gatal

B. Antitusif
1. Keodein (F.I): metilmorfin, *Codipront

Alkaloida candu ini memiliki sifat menyerupai morfin, tetapi efek analgetis dan
meredakan batuknya jauh lebih lemah, begitu pula efek depresinya terhadap
pernapasan. Obat ini banyak digunakan sebagai pereda batuk dan penghilang rasa sakit,
biasanya dikombinasi dengan asetosal yang memberikan efek potensiasi. Dosis
analgetis yang efektif terletak di anatara 15 – 60 mg. Sama dengan morfin, kodein juga
dapat membebaskan histamine (histamine-liberator).

Peringatan :

Codeine bisa memperlambat atau menghentikan pernapasan, dan mungkin


menyebabkan kecanduan. Oleh karena itu, ikutilah pemakaian obat ini sesuai dengan
anjuran dokter. Jangan pernah memberi obat ini pada orang lain tanpa sepengetahuan
dokter.
Kegunaan :
a) Sebagai analgesik untuk meringankan nyeri ringan sampai sedang
b) Untuk menghilangkan gejala batuk dan diare

Kontraindikasi :
1. Hipersensitivitas terhadap codeine, opioid lain atau eksipien lainnya
2. Depresi pernapasan akut
3. Penyakit saluran pernafasan obstruktif-misalnya emfisema
4. Asma-Opioidtidak boleh diberikan selama serangan asma
5. Gagal hati
6. Pada ibu menyusui
7. Pada pasien penderita CYP2D6 ultra rapid metabolisers
8. Cedera kepala
9. Resiko ileus paralitik

Efek sampingnya jarang terjadi pada dosis biasa dan terbatas pada obstipasi, mual dan
muntah, pusing, dan termangu-mangu. Pada anak kecil dapat terjadi konvulsi dan
depresi pernapasan. Dalam dosis tinggi dapat menimbulkan efek sentral tersebut.
Walaupun kurang hebat dan lebih jarang daripada morfin, obat ini dapat pula
mengakibatkan ketagihan.

Dosis: oral sebagai aalgetikum dan pereda batuk 3-5 dd 10-40 mg dan maksimum 200
mg sehari. Pada diare 3-4 dd 25-40 mg.

2. Noskapin

Alkaloida candu alamiah ini tidak memiliki rumus fenantren, seperti kodein dan
morfin, melainkan termasuk dalam kelompok benzilisokinolin seperti alkaloda candu
lainnya (papaverin dan tebain). Efek meredakan batuknya tidak sekuat kodein, tetapi
tidak mengakibatkan depresi pernapasan atau obstipasi, sedangkan efk sedatifnya dapat
diabaikan. Risiko adiksinya ringan sekali. Berkat sifat baik ini, kini obat ini banyak
digunakan dalam berbagai sediaan obat batuk popular. Noskapin tidak bersifat analgetis
dan merupakan pembebas histamine yang kuat dengan efek bronchokonstriksi dan
hipotensi (selewat) pada dosis besar.
Peringatan :

1. Wanita hamil dan manyusui tidak boleh mengonsumsi obat ini.


2. Pasien yang sedang menjalani pengobatan lain pada waktu yang sama, terutama
golongan inhibitor monoamin oksidase dan antikoagulan (warfarin).
3. Noscapine dapat meningkatkan efek zat penenang terpusat yang ditimbulkan oleh
zat alkohol dan obat-obatan hipnotik.
4. Penderita gangguan pada hati dan ginjal.
5. Penderita yang sedang menjalani terapi suplemen, pengobatan herba, atau
pengobatan pelengkap lainnya.
6. Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis saat menggunakan noscapine, segera temui
dokter.

Kontraindikasi :

1. Hipersensitivitas
2. Kehamilan

Efek sampingnya jarang terjadi dan berupa nyeri kepala, reaksi kulit, dan perasaan
lelah letih tidak bersemangat.
Dosis: oral 3-4 kali sehari 15-50 mg, maksimal 250 mg sehari
3. Dekstrometofan: methoxylevorphanol, Detusif, *Romilar/exp, *Benadryl DMP

Dekstrometorfan (DXM atau DM) adalah obat dari kelas morphinan dengan
sedatif, disosiatif, dan stimulan (pada dosis tinggi). Untuk batuk jangka panjang dan
juga batuk yang mengeluarkan dahak tidak dianjurkan untuk menggunakan obat ini.
Indikasi:

Batuk kering tidak produktif.

Peringatan:

Kehamilan dan menyusui, data keamanan pada anak kurang lengkap.

Kontraindikasi:

Asma, batuk produktif, gangguan fungsi hati, sensitif terhadap dekstrometorfan.

Efek sampingnya hanya ringan dan terbatas pada rasa mengantuk, termangu-mangu,
pusing, nyeri kepala, dan gangguan lambung-usus.
Dosis: oral 3-4 dd 10-20 mg (bromide) p.c., anak-anak 2-6 tahun 3-4 dd 8 mg, 6-12
tahun 3-4 dd 15 mg.
C. Antihistamin
1. Prometazin: (phenargen exp)
Sebagai antihistaminikum berdaya meredakan rangsangan batuk berkat sifat sedative
dan antikolinergik yang kuat.
Peringatan:

1. Bagi wanita hamil dan menyusui, sesuaikan dosis dengan anjuran dokter.
2. Promethazine tidak boleh diberikan kepada anak yang berusia di bawah dua tahun.
Harap berhati-hati jika Anda menderita gangguan prostat, gangguan ginjal,
gangguan hati, epilepsi, glaukoma, gangguan pernapasan, dan penyumbatan usus.
3. Konsultasikan pada dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat apa pun. Jangan
mengonsumsi promethazine bersamaan dengan obat-obatan lainnya tanpa petunjuk
dari dokter. Hal ini dikhawatirkan dapat menyebabkan efek samping yang
membahayakan.
4. Hindari mengemudi atau mengoperasikan mesin saat menjalani pengobatan dengan
promethazine karena obat ini dapat bisa menimbulkan efek samping pandangan
kabur dan rasa kantuk.
5. Alkohol dapat menyebabkan rasa kantuk semakin parah, karena itu jauhi alkohol
selama mengonsumsi promethazine.
6. Obat ini tidak boleh digunakan lebih dari tujuh hari tanpa anjuran dari dokter.
7. Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

Mekanisme Kerja:
Promethazine sebagai antihistamin tergolong ke dalam H1-antagonis. Seperti
antihistamin H1-antagonis lainnya promethazine berkompetisi dengan histamine bebas
untuk berikatan dengan reseptor H1 yang berada di saluran gastrointestinal, uterus,
pembuluh darah besar, dan otot bronkus. Rasa mual dapat teratasi akibat adanya
aktivitas dari pusat antikolinergik yang dapat juga berimplikasi pada aktivitas di area
chemoreceptor medullar.
Efek samping
Antikolinergiknya dapat menyebabkan gangguan buang air kecil dan akomodasi pada
manula.
Dosis : 3 dd 25-50 mg (garam HCl) d.c., anak-anak diatas 1 tahun 2-4 dd 0,2 mg/kg.

2. Oksomemazin

Indikasi:

gejala alergi kulit dan respirasi, batuk.

Peringatan:

sensitif pada fenotiazin.

Dosis : 2-3 dd 15 mg, anak-anak 1-2 tahun 2,5-10 mg sehari, 2-5 tahun 10-20 mg
sehari, 5-10 tahun 2-3 dd 10 mg.

3. Difenhidramin (Benadryl)

Sebagai zat antihistamin (H-Blocker), senyawa ini bersifat hipnotis-sedatif dan dengan
demikian meredakan rangsangan batuk. Pada bayi dapat menimbulkan perangsangan
paradoksal, misalnya mengeringnya selaput lender karena efek antikolinergiknya.
Dosis : 3-4 dd 25-50 mg
Difenhidramin merupakan antihistamin turunan etanolamin, generasi pertama
antihistamin. Difenhidramin bekerja dengan cara menghalangi kinerja senyawa
histamin alami tubuh yang menyebabkan munculnya gejala alergi. Selain gejala alergi,
Difenhidramin juga dapat digunakan untuk menekan batuk, menangani mabuk
perjalanan, serta sebagai obat tidur. Difenhidramin
Indikasi Difenhidramin: Symptomatic gejala alergi yang disebabkan oleh pelepasan
histamin termasuk alergi hidung dan alergi dermatosis, tambahan untuk epinefrin dalam
pengobatan anafilaksis, bantuan tidur malam hari, pencegahan atau pengobatan mabuk,
antitusif, manajemen sindrom Parkinsonian termasuk obat-induced gejala
ekstrapiramidal; topikal untuk menghilangkan nyeri dan gatal yang terkait dengan
gigitan serangga, luka ringan dan luka bakar, atau ruam karena racun
Kontra Indikasi: Hipersensitif terhadap difenhidramin atau komponen lain dari
formulasi asthma akut karena aktivitas antikolinergik antagonis H1 dapat mengentalkan
sekresi bronkial pada saluran pernapasan sehingga memperberat serangan asma akut.
Pada bayi baru lahir karena potensial menyebabkan kejang atau menstimulasi SSP
paradoksikal
Dosis dan cara Pemakaian:
1. Dosis oral:
 Dewasa dan remaja: 25-50 mg 3-4 kali sehari, dengan interval 4-6 jam, bila
perlu. Dosis maksimal 300 mg/hr.
 Usia lanjut (usila): Mulai dengan dosis dewasa serendah mungkin. Usia lanjut
lebih sensitif terhadap efek antikolinergik.
 Anak-anak > 9.1 kg: 12.5-25 mg 3-4 kali per hari, dengan interval 4-6 jam.
Sebagai alternatif, berikan 5 mg/kg/hr, terbagi dalam 3-4 dosis.
 Dosis maksimal 300 mg/hr.Anak-anak 9.1 kg: 6.25-12.5 mg 3-4 kali per hari,
dengan interval 4-6 jam.
 Alternatif lain, berikan 5 mg/kg/hr, terbagi dalam 3-4 dosis. Dosis maksimal
300 mg/hr.
2. Intravena atau intramuscular:
 Dewasa dan remaja: 10-50 mg IM atau IV setiap 4-6 jam, bila perlu. Dosis
tunggal 100 mg dapat diberikan bila perlu.
 Dosis maksimal 400 mg/hr.Usila: Mulai dengan dosis dewasa terkecil. Usila
lebih sensitif terhadap efek antikolinergik.
 Anak-anak: 5 mg/kg/hr IM atau IV, terbagi dalam 3-4 dosis. Untuk pengobatan
rinitis alergi atau selesma: Dosis oral: Dewasa dan remaja: 25-50 mg tiap 4-6
jam, maksimal 300 mg sehari.
3. Usia lanjut: Mulai dengan dosis dewasa serendah mungkin .
4. Usia lanjut lebih sensitif terhadap efek antikolinergik
 Anak-anak 6-12 tahun: 12.5-25 mg tiap 4-6 jam, maksimal 150 mg sehari.
 Anak-anak < 6 tahun dengan berat > 9.1 kg: 12.5-25 mg 3-4 kali per hari, dengan
interval 4-6 jam. Alternatif lain, 5 mg/kg/hr, terbagi dalam 3-4 dosis. Dosis
maksimal 150 mg/hr.
 Anak-anak < 6 tahun dengan berat 9.1 kg: 6.25-12.5 mg 3-4 kali per hari, dengan
interval 4-6 jam. Alternatif lain, 5 mg/kg/hr, terbagi dalam 3-4 dosis. Dosis
maksimal 150 mg/hr.
Efek Samping Difenhidramin:
Pernapasan: sekret bronki mengental.

4.Loratadine

Loratadine adalah salah satu golongan obat antihistamin-H1 (H1 antagonist)


generasi kedua. Loratadine bekerja pada reseptor histamin H-1 di sel-sel perifer tubuh
dan memiliki efek sedatif yang jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan
antihistamin H-1 generasi pertama
Indikasi Loratadine
1. Rinitis alergi
2. Urtikaria (Biduran)

Kegunaan Loratadine

 Mengatasi peradangan pada selaput lendir hidung (rinitis) akibat reaksi alergi.
 Meredakan gejala hidung berair atau tersumbat, bersin-bersin, mata gatal atau berair,
dan batuk akibat reaksi alergi.
 Mengurangi bentol atau ruam merah yang gatal pada kulit akibat reaksi alergi
(urtikaria).

Rincian Dosis Loratadine

Rinitis Alergi

Anak-anak (2-5 tahun)

Dosis: 5 mg, 1 kali sehari

Dosis maksimum: 5 mg per hari

Anak-anak (≥ 6 tahun) dan Dewasa

Dosis: 10 mg, 1 kali sehari

Dosis maksimum: 10 mg per hari

Efek Samping Loratadine

Sering terjadi

Sakit kepala, mengantuk, mulut kering, cemas, dan kelelahan.

Jarang terjadi

Mual, nyeri perut, peningkatan nafsu makan; insomnia, takikardia, berdebar-debar;


reaksi alergi dan syok anafilaksis serta gangguan fungsi hati.

Sangat jarang terjadi

Pusing dan kejang-kejang; penurunan kesadaran; kesemutan, depresi dan paranoid;


demam, infeksi virus, telinga berdengung, dan kelelahan; dispepsia, diare, konstipasi,
nyeri perut dan lambung, dysgeusia (perubahan sensasi mengecap) dan peningkatan
produksi air liur; ruam dan gatal pada wajah; sering buang air kecil, warna urin menjadi
lebih pekat, penundaan siklus menstruasi; hipertensi, nyeri dada, dan hipotensi; batuk-
batuk, epistaksis (mimisan), hidung kering, faringitis (radang tenggorokan) dan mialgia
(nyeri otot atau pegal-pegal).
5. Mebhydrolin

Mebhydrolin adalah obat yang digunakan untuk mengatasi gejala alergi yang
disebabkan oleh pelepasan zat histamin, Beberapa gejala alergi tersebut antara lain :

 Pruritus. Sensasi gatal yang meliputi sebagian atau seluruh tubuh.


 Biduran (urtikaria). Munculnya bilur merah atau putih pada kulit yang terasa gatal.
 Rinitis vasomotor dan rinitis alergi. Peradangan yang terjadi pada selaput di dalam
hidung.
 Konjungtivitis. Peradangan selaput di bagian depan mata, sehingga mata menjadi
kemerahan.
Alergi obat-obatan.
 Dermatitis alergi. Atau disebut juga eksim atopik, yaitu merupakan peradangan pada
kulit yang menyebabkan rasa gatal-gatal.

Mebhidrolin (INN) atau mebhydroline termasuk sedatif antihistamin golongan


antagonis reseptor histamin H1. Histamin secara alami sudah ada dalam tubuh yang
dapat menghasilkan berbagai reaksi alergi.

Dosis mebhydrolin berbeda-beda untuk tiap pasien. Biasanya, dosis ditentukan dokter
berdasarkan kondisi penyakit dan respons tubuh tiap pasien.

Dokter umumnya meresepkan 100-300 miligram mebhydrolin per hari yang dibagi
dalam dua dosis bagi pasien dewasa. Dosis mebhydrolin untuk anak-anak berusia 6-12
tahun biasanya disesuaikan dengan berat badan mereka. Namun, umumnya dokter
meresepkan 100-200 miligram mebhydrolin per hari terbagi dalam dua dosis untuk
pasien anak-anak usia 6-12 tahun.
Reaksi orang terhadap sebuah obat berbeda-beda. Beberapa efek samping mebhydrolin
antara lain :

 Efek samping yang paling umum dari obat golongan anti histamin termasuk
mebhydrolin adalah sedasi, mengantuk dan retardasi psikomotor. Efek ini bersifat
sementara dan akan segera hilang jika pemakaian obat dihentikan.
 Efek samping yang jarang misalnya kebingungan, kegelisahan, gugup, tremor,
kejang, dan halusinasi.
 Efek samping yang lain misalnya mual, muntah, sakit kepala dan efek
antimuskarinik seperti retensi urin, mulut kering, diare, anemia hemolitik,
leukopenia, agranulositosis, trombositopenia penglihatan kabur, dan gangguan
pencernaan.

Indikasi

1. Untuk mengurangi gejala-gejala alergi seperti urtikaria , urtikaria idiopatik kronis


dan alergi kulit lainnya
2. Untuk mengurangi rhinitis alergi

Kontraindikasi

1. Jangan di gunakan bagi penderita yang memiliki riwayat hipersensitif(alergi)


terhadap mebhydrolin atau obat golongan antihistamin lainnya
2. Sebaiknya jangan digunakan untuk bayi prematur dan bayi baru lahir, hipertrofi
prostat, glaukoma dan penderita asma akut

Peringatan dan perhatian

1. Wanita yang sedang merencanakan kehamilan, sedang hamil, atau menyusui,


sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan mebhydrolin
2. Sebaiknya tidak mengemudikan kendaraan atau mengoperasikan alat berat, karena
mebhydrolin bisa menyebabkan kantuk
3. Hindari konsumsi minuman alkohol, karena dapat meningkatkan efek alkohol dalam
tubuh
4. Harap berhati-hati bagi yang sedang menderita diabetes glaukoma sudut sempit
gangguan prostat, retensi urine dan lesi fokal pada korteks selebral
5. Pemakaian antihistamin harus dihentikan sekitar 48 jam sebelum menjalani tes alergi
kulit, karena dapat mengganggu hasil tes
6. Mebhydrolin harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan gangguan hati,
dosis harus dikurangi pada pasien dengan gangguan ginjal
7. Karena resiko yang lebih tinggi dari antihistamin pada bayi terutama pada bayi yang
baru lahir dan prematur, terapi antihistamin sebaiknya tidak dilakukan pada ibu
menyusui
8. Bagi pengidap asma akut, diharapkan berkonsultasi dengan dokter jika ingin
mengkonsumsi obat yang termasuk jenis antihistamin dan antialergi ini

6. Promethazine

Promethazine adalah obat bebas terbatas yang termasuk ke dalam golongan obat
phenothiazines. Obat ini digunakan untuk menangani gejala alergi, mual, muntah,
insomnia ringan, serta pencegahan motion sickness atau mabuk kendaraan.

Peringatan

1. Bagi wanita hamil dan menyusui, sesuaikan dosis dengan anjuran dokter
2. Tidak beloh diberikan kepada anak yang berusia di bawah dua tahun. Harap berhati-
hati jika anda menderita gangguan prostat, gangguan ginjal, gangguan hati, epilepsi,
glaukoma, gangguan pernapasan dan penyumbatan usus
3. Konsultasikan pada dokterjika anda sedang mengkonsumsi obat apa pun. Jangan
mengkonsumsi promethazine bersamaan dengan obat-obatan lainnya tanpa petunjuk
dari dokter. Hal ini dikhawatirkan dapat menyebabkan efek samping yang
membahayakan
4. Hindari mengemudi atau mengoperasikan mesin saat menjalani pengobatan dengan
promethazine karena obta ini dapat bisa menimbulkan efek samping pandangan
kabur dan kantuk
5. Alkohol dapat menyebabkan rasa kantuk semakin parah karena itu jauhi alkohol
selama mengkonsumsi promethazine
6. Obat ini tidak boleh digunakan lebih dari tujuh hari tanpa anjuran dari dokter
7. Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis segera temui dokter

Interaksi

Interaksi obat dapat mengubah kinerja obat Anda atau meningkatkan risiko efek
samping yang serius. Tidak semua kemungkinan interaksi obat tercantum dalam
dokumen ini. Simpan daftar semua produk yang Anda gunakan (termasuk obat-obatan
resep/nonresep dan produk herbal) dan konsultasikan pada dokter atau apoteker. Jangan
memulai, memberhentikan, atau mengganti dosis obat apapun tanpa persetujuan dokter.

Dosis

1. Standar dosis dewasa untuk Anaphylaxis

 Parenteral: 25 mg IV atau IM sekali, dilanjutkan dengan pengawasan ketat


untuk melihat respon. Dosis ini dapat diulangi dalam waktu 2 jam bila
diperlukan. Pengobatan oral segera diberikan sesegera mungkin jika pengobatan
diperlukan
 Oral: 25 mg diminum sekali. Dosis ini dapat diulangi setiap 4 jam sesuai
kebutuhan.
 Rectal: 25 mg diberikan sekali. Dosis ini dapat diberikan ulang setiap 4 jam
sesuai kebutuhan.

2. Standar dosis dewasa untuk Reaksi Alergi

 Oral atau rectal: 12.5 mg sebelum makan dan 25 mg saat akan tidur, bila
diperlukan. Alternatif, 25 mg dosis tunggal diberikan saat akan tidur atau 6.25
mg sampai 12.5 mg tiga kali sehari
 IM atau IV: 25 mg, dapat diulangi dalam waktu 2 jam bila diperlukan.
3. Standar dosis dewasa untuk Alergi Rhinitis

 Parenteral: 25 mg IV atau IM sekali, dilanjutkan dengan pengawasan ketat


untuk melihat respon. Dosis ini dapat diulangi dalam waktu 2 jam bila
diperlukan. Pengobatan oral diberikan sesegera mungkin jika pengobatan
diperlukan
 Oral: 25 mg saat akan tidur. Alternatif, 12.5 mg dapat diberikan sebelum makan
malam dan diberikan lagi saat akan tidur untuk efek antihistamine.
 Rectal: 25 mg saat akan tidur. Alternatif, 12.5 mg dapat diberikan sebelum
makan malam dan diberikan lagi saat akan tidur untuk efek antihistamine.
 Keamanan dari penggunaan promethazine dalam waktu lama untuk mengobati
alergi rhinitis belum ditentukan.

4. Standar dosis dewasa untuk Sedasi Ringan

 Parenteral: 25 mg IV atau IM sekali, dilanjutkan dengan pengawasan ketat


untuk melihat respon. Dosis tambahan, sampai dengan 50 mg, dapat diberikan
untuk memperoleh efek klinis yang diinginkan.
 Oral: 25 mg sekali. Dosis tambahan, sampai dengan 50 mg, dapat diberikan
untuk memperoleh efek klinis yang diinginkan.
 Rectal: 25 mg sekali. Dosis tambahan, sampai dengan 50 mg, dapat diberikan
untuk memperoleh efek klinis yang diinginkan.

5. Standar dosis dewasa untuk Mabuk

 Oral atau rectal: 25 mg 30 sampai 60 menit sebelum keberangkatan, kemudian


setiap 12 jam sesuai kebutuhan
 Standar dosis dewasa untuk Mual/Muntah-muntah
 Oral, rectal, IM atau IV: 12.5 sampai dengan 25 mg setiap 4 sampai 6 jam
sesuai kebutuhan.

6. Standar dosis dewasa untuk Opiate Adjunct


 Oral, rectal, IM atau IV: 25 sampai dengan 50 mg setiap 4 jam yang diperlukan
untuk menambah efek opioid yang diberikan secara bersamaan.

7. Standar dosis dewasa untuk Urticaria

 Parenteral: 25 mg IV atau IM, dilanjutkan dengan pengawasan ketat untuk


melihat respon. Dapat dapat diberikan ulang dalam kurun waktu 2 jam bila
dibutuhkan. Pengobatan oral diberikan sesegera mungkin bila pengobatan
lanjutan diperlukan.
 Oral: 25 mg menjelang tidur. Alternatif, 12.5 mg dapat diberikan sebelum
makan malam dan diberikan ulang menjelang tidur untuk efek antihistamine
 Rectal: 25 mg menjelang tidur. Alternatif, 12.5 mg dapat diberikan sebelum
makan malam dan diberikan ulang menjelang tidur untuk efek antihistamine

8. Standar dosis dewasa untuk Sedasi

 Oral, rectal, IM atau IV: 25 sampai dengan 50 mg/dosis

9. Standar dosis dewasa untuk Vertigo

Acute Vertigo:

Awal: 25 mg IM, IV, diminum atau supositoria.

Pemeliharaan:

12.5 sampai dengan 50 mg setiap 4 sampai 8 jam

Dosis maksimal tidak melebihi 75 mg.

10. Standar dosis pediatrik untuk Reaksi Alergi

 Lebih dari atau setara dengan 2 tahun: oral atau rectal: 0.1 mg/kg/dosis setiap 6
jam selama siang dan 0.5 mg/kg/dosis saat menjelang tidur sesuai kebutuhan

11. Standar dosis pediatrik untuk Mabuk Darat


 Lebih dari atau setara dengan 2 tahun: oral atau rectal: 0.5 mg/kg (tidak lebih
dari 25 mg) 30 menit sampai dengan 1 jam sebelum keberangkatan, kemudian
setiap 12 jam sesuai kebutuhan.

12. Standar dosis pediatrik untuk Mual/Muntah-muntah

 Lebih dari atau setara dengan 2 tahun: oral atau rectal, IM atau IV: 0.25 sampai
1 mg/kg/dosis (tidak lebih dari 25 mg) 4 sampai dengan 6 kali sehari sesuai
kebutuhan

13. Standar dosis pediatrik untuk Sedasi

Lebih dari atau setara dengan 2 tahun:

Sedasi: oral, IM, IV, atau rectal: 0.5 sampai 1 mg/kg/dosis (tidak lebih dari 25 mg)
setiap 6 jam sesuai kebutuhan.

Lebih dari atau setara dengan 2 tahun: pra operasi analgesia/hypnotic adjunct: IM,
IV: 1.1 mg/kg sekali dikombinasikan dengan analgesik atau hypnotic (dosis
dikurangi) dan dengan agent sejenis atropine (pada dosis yang sesuai). Catatan:
dosis promethazine tidak boleh melewati separuh dari dosis yang disarankan bagi
orang dewasa.

Promethazine tersedia dalam dosis-dosis sebagai berikut.

Tablets: 12.5 mg; 25 mg; 50 mg

Efek Samping Promethazine

Berikut efek lain yang mungkin saja terjadi selama mengonsumsi obat ini:

Umum terjadi: mengantuk, pandangan kabur, mulut terasa kering, sakit kepala,
tinnitus (dengung pada telinga),konstipasi, sulit buang air kecil, fotosensitivitas (kulit
menjadi sensitif terhadap sinar matahari).

Kemungkinan fatal, segera hubungi dokter: berkedut atau gerakan tak terkendali
pada mata Anda, lidah, wajah, lengan, atau kaki; gemetar yang tak terkendali,
meneteskan air liur, kesulitan menelan, masalah pada keseimbangan atau saat berjalan;
merasa cemas dan resah, gelisah; demam tinggi, kaku pada otot berkeringat, detak
jantung cepat atau tidak teratur, napas cepat; merasa akan pingsan; kejang-kejang; kulit
pucat, mudah luka atau berdarah, tenggorokan sakit, gejala flu; penglihatan menurun
pada malam hari, mata berair, sensitif terhadap cahaya meningkat; halusinasi; mual dan
nyeri perut, ruam kulit; jarang buang air kecil; nyeri sendi atau bengkak disertai dengan
demam, kelenjar bengkak, nyeri otot, tingkah laku atau pikiran yang berbeda dari
biasanya, warna kulit tidak merata; atau detak jantung lambat, denyut nadi lemah,
pingsan, napas lambat.

D. Muskolitik
Bekerja dengan mengencerkan sekret pada saluran nafas dengan jalan memecah
benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida pada sputum. Efek perubahan akan
timbul melalui reaksi kimia yang akan merubah viskositas mukopolisakarida sputum.
Agen mukolitik ada 3 macam, yakni : bromheksin, ambroksol dan asetilsistein.

 Bromheksin

Merupakan derifat sintetik vasicine dalam bentuk sinetis. Biasa diberikan untuk
penderita bronkhitis atau kelainan saluran nafas yang lain. Di UGD diberikan pada
pasien dengan gangguan bronkus agar dahak keluar.

Indikasi

Oral : mukolitik untuk meredakan batuk berdahak . Injeksi : sekretolitik pada


bronkopulmonari akut dan kronik terkait sekresi mukus abnormal dan gangguan
saluar mukus
Peringatan

Tukak lambung, kehamilan, menyusui, penghentian pengobatan jika terjadi lesi kulit
ataumukosa

Kontraindikasi

Hipersensitivitas

Dosis

Oral : diminum saat perut kosong (1 jam sebelum- 2 jam sebelum makan). Tablet 8
mg atau sirup 4 mg/5ml: Dewasa dan anak-anak >10 tahun : 1 tablet atau 10 ml sirup
3 kali sehari, anak 5-10 tahun : ½ tablet atau 5 ml sirup 3 kali sehari, anak 2-5 tahun:
½ tablet atau 5 ml sirup 2 kali sehari

Cairan injeksi 4 mg/2ml: 1 ampul(waktu pemberian 2-3 menit) sebanyak 22-3 kali
sehari, dapat diberikan sebagai cairan infus IV bersama glukosa, fruktosa, garam
fisiologi dan larutan ringer.

Efek samping

Hipersensitivitas, syok dan reaksi anafilaktik, bronkospasme, mual, muntah, diare,


nyeri perut bagian atas, ruam angiodema, urtikaria, pruritus

 Ambroxol
Merupakan metabolit bromheksin yang mekanisme kerjanya sama dengan
bromheksin. Namun masih diperlukan banyak penelitian lanjutan untuk mengetahui
efektifitas obat ini.ambroxol adalah salah satu obat yang masuk ke dalam golongan
mukolitik yaitu obat yang berfungsi untuk mengencerkan dahak. Ambroxol umumnya
digunakan untuk mengatasi gangguan pernapasan akibat produksi dahak yang
berlebihan pada kondisi seperti bronliektasis dan emfisema.

Peringatan

1. Tanyakan dosis ambroxol untuk anak-anak kepada dokter


2. Harap hati-hati bagi penderita ulkus atau tukak lambung
3. Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis segera temui dokter

Dosis

Untuk dewasa dosis biasanya diberikan sebanyak 30 hingga 120 mg perhari. Dosis
disesuaikan dengan kondisi pasien, tingkat keparahan dan respon tubuh tergadap obat.
Pada pasien anak-anak , dosis juga akan disesuaikan dengan berat badan mereka.

Interaksi Obat

Penggunaan ambroxol bersamman dengan antibiotik seperti cefuroxime, amoxicillin,


doxycylin dan erythromycin dapat meningkatkan konsentrasi antibiotik di dalam
jaringan paru-paru. Penggunaan ambroxol bersamaan dengan obat penekan refleks
batuk, tidak disarankan.

Efek Samping
1. Gangguan pencernaan ringan
2. Mual dan muntah
3. Sakit ulu hati
4. Dyspepsia

Indikasi

1. Bronkitis
2. Bronkitis asmatik
3. Emfisema
4. Bronkiektasis
5. Tracheobronchitis

 Asetilsistein

Obat Asetilsistein dapat digunakan sebagai mukolitik untuk penyakit paru-paru


seperti bronchitis, emfisema, pneumonia dan sistik fibrosis untuk dewasa dan anak-
anak baik secara inhalasi maupun oral. Obat Asetilsistein juga dapat digunakan
sebagai antidot saat terjadi keracunan parasetamol. Obat Asetilsistein juga dapat
digunakan untuk membantu mengatasi sindrom mata kering pada dewasa yang
disebabkan oleh gangguan produksi cairan mata. Akan banyak diberikan pada pasien
dengan bronkopulmonari kronis, pneumonia, fibrosiskistik dan pada penyakit dengan
mukus yang amat kental sebagai faktor penyakit.

Indikasi

Terapi hipersekresi mukus kental dan tebal pada saluran pernapasan

Peringatan

Pasien yang sulit mengeluarkan sekret, penderita asma bronkial, berbahaya untuk
pasien asma bronkial akut

Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap N-asetilsistein

Efek samping

Pada pengguanaan sistemik; menimbulkan reaksi hipersensitif seperti urtikaria dan


bronkospasme. Pada penggunaan aerosol, iritasi nasofaringeal dan saluran cerna
seperti pilek, stomatitis, mual dan muntah

Dosis

Nebulasi 1 ampul 1-2 kali sehari selama 5-10 hari

Dosis Asetilsistein yang dapat digunakan di antaranya:

 Dosis Asetilsistein inhalasi untuk mukolitik pada dewasa: penggunaan larutan


Asetilsistein 10% sebanyak 6-10 mL 3-4x sehari, dapat ditingkatkan menjadi 2-20
mL setiap 2-6 jam bila perlu. Bila menggunakan larutan Asetilsistein 20% dapat
digunakan sebanyak 3-5 mL 3-4x sehari, dapat ditingkatkan menjadi 1-10 mL
setiap 2-6 jam bila perlu.
 Dosis Asetilsistein inhalasi untuk mukolitik pada anak: penggunaan larutan
Asetilsistein 10% sebanyak 6-10 mL 3-4x sehari, dapat ditingkatkan menjadi 2-20
mL setiap 2-6 jam bila perlu. Bila menggunakan larutan Asetilsistein 20% dapat
digunakan sebanyak 3-5 mL 3-4x sehari, dapat ditingkatkan menjadi 1-10 mL
setiap 2-6 jam bila perlu.
 Dosis Asetilsistein inhalasi endotrakeal untuk mukolitik pada pasien dewasa
dengan trakeostomi: penggunaan larutan Asetilsistein 10% atau 20% sebanyak 1-2
mL setiap jam.
 Dosis Asetilsistein inhalasi endotrakeal untuk mukolitik pada pasien anak dengan
trakeostomi: penggunaan larutan Asetilsistein 10% atau 20% sebanyak 1-2 mL
setiap jam.
 Dosis Asetilsistein oral untuk mukolitik pada pasien dewasa: Dosis tablet/kapsul
granul/tablet effervescent: 600 mg 1x sehari atau 200mg 3x sehari.
 Dosis Asetilsistein oral untuk mukolitik pada pasien anak: untuk anak usia 1 bulan
sampai usia < 2 tahun: 100 mg 2x sehari; untuk anak usia 2-7 tahun: 200 mg 1x
sehari; untuk anak usia > 7 tahun: 600 mg 1x sehari atau 200 mg 3x sehari.
 Dosis Asetilsistein untuk keracunan parasetamol pada dewasa secara intravena:
Dosis awal yang diberikan adalah 150 mg/kgBB (maksimal 16,5 g) yang dilarutkan
dalam 200 mL cairan infus selama 1 jam, diikuti dengan dosis lanjutan yaitu 50
mg/kgBB (maksimal 5,5 g) yang dilarutkan dalam 500 mL cairan infus dan
diberikan dalam waktu 4 jam, kemudian dosis lanjutan berikutnya adalah 100
mg/kgBB (maksimal 11 g) yang dilarutkan dalam 1L cairan infuse dan diberikan
dalam waktu 16 jam.
 Dosis Asetilsistein untuk keracunan parasetamol pada anak secara intravena: Untuk
anak dengan berat badan <20 kg: Dosis awalan yang diberikan adalah 150
mg/kgBB yang dilarutkan dalam cairan infuse sebanyak 3 mL/kgBB dan diberikan
dalam waktu 1 jam, diikuti dengan dosis lanjutan yaitu 50 mg/kgBB yang
dilarutkan dalam cairan infus sebanyak 7 ml/kgBB selama 4 jam, kemudian dosis
lanjutan berikutnya adalah 100 mg/kgBB yang dilarutkan dalam cairan infus
sebanyak 14 mL/kgBB dan diberikan selama 16 jam. Untuk anak dengan berat
badan 20 – 40 kg: Dosis awalan yang diberikan adalah 150 mg/kgBB yang
dilarutkan dalam cairan infuse sebanyak 100 mL dan diberikan dalam waktu 1 jam,
diikuti dengan dosis lanjutan yaitu 50 mg/kgBB yang dilarutkan dalam cairan infus
sebanyak 250 mL selama 4 jam, kemudian dosis lanjutan berikutnya adalah 100
mg/kgBB yang dilarutkan dalam cairan infus sebanyak 500 mL dan diberikan
selama 16 jam. Untuk anak dengan berat badan > 40 kg dosis yang diberikan sama
seperti dewasa.
 Dosis Asetilsistein untuk keracunan paracetamol pada dewasa secara oral: Dosis
awal 150 mg/kgBB, diikuti dengan dosis lanjutan 70 mg/kgBB setiap 4 jam sampai
70 dosis.
 Dosis Asetilsistein untuk keracunan paracetamol pada anak secara oral: Dosis awal
150 mg/kgBB, diikuti dengan dosis lanjutan 70 mg/kgBB setiap 4 jam sampai 70
dosis.
 Penggunaan Asetilsistein untuk tetes mata pada sindrom mata kering dewasa yang
disebabkan oleh produksi cairan mata yang abnormal: Menggunakan larutan
Asetilsistein 5% 1-2 tetes pada mata yang sakit 3-4 x sehari.

E. Ekspektoran
Ekspektoran adalah golongan obat yang akan merangsang pengeluaran sekret ataupun
dahak dari saluran pernafasan. Mekanisme kerjanya diduga berhubungan dengan stimulasi
mukosa lambung yang selanjutnya akan timbul reflek yang merangsang sekresi kelenjar
saluran nafas melalui nervus vagus, sehingga nantinya akan menurunkan viskositas
sputum hingga dahak akan mudah keluar.

1. Kaliumiodida
Iodida menstimulasi sekresi mucus di cabang tenggorokan dan mencairkannya, tetapi
sebagai obat batuk (Hampir) tidak efektif
Efek Samping : gangguan tiroid , Struma, Ucticaria dan iod-acne, juga hiperkaliemia(
pada fungsi ginjal buruk).
Dosis: Pada batuk oral 3 dd 0,5-1 g, maks. 6 g sehari.

2. Amoniumklorida

Amoniumklorida adalah salah satu bahan yang digunakan da dalam kandungan


obat batuk. Amonium klorida menghasilkan efek ekspektoran yaitu mengencerkan
dahak, sehingga penderita lebih mudah mengeluarkannya. Berdaya diuretic lemah yang
menyebabkan acidosis, yakni kelebihan asam dalam darah. Keasaman darah
merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi napas meningkat dan gerakkan bulu
getar (cilia) disaluran napas distimulasi. Sekresi dahak juga meningkat. Maka senyawa
ini banyak digunakan dalam sediaaan sirop batuk, misalnya obat batuk hitam.
Peringatan
 Amonium klorida (tablet/sirup)
1. Hindari mengkonsumsi amonium klorida jika memiliki alergi terhadap obat ini
2. Hindari mengkonsumsi amonium klorida jika sedang mengkonsumsi obat batuk
lainnya
3. Beri tahu dokter jika memiliki asma atau menderita batuk kronis
4. Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah mengkonsumsi amonium klorida,
segera hubungi dokter
 Amonium klorida (injeksi)
1. Beri tahu dokter jika memiliki alergi terhadap amonium klorida
2. Beri tahu dokter apabila saan ini anda sedang menjalani pengobatan dengan obat-
obatan lainnya, termasuk suplemen dan produk herba
3. Harap berhati-hati jika memiliki gangguan kesehatan, seperti penyakit ginjal dan
hati, gangguan irama jantung, atau kondisi kekurangan natrium (hiponatremia)
4. Segera hubungi dokter jika muncul tanda atau gejala keracunan amonium, seperti
pucat, berkeringat, napas tidak beraturan, muntah, bradikardia, aritmia dan
kejang.
Interaksi obat
Amonium klorida dalam bentuk tablet atau sirup umumnya tidak menimbulkan
efek interaksi yang bersifat signifikan, dengan obat atau produk medis lainnya. Namun,
untuk amonium klorida dalam bentuk suntikan, bila digunakan bersama dengan obat
spironolactone dapat meningkatkan asidosis.

Efek Sampingnya
Acidosis ( khusus pada anak-anak dan pasien ginjal) dan gangguan lambung (mual,
muntah), berhubung sifatnya yang merangsang mukosa, mengantuk , hipokalemia,
kekurangan kalsium, kejang dan gangguan kesadaran atau mental

Dosis : oral 3-4 dd 100-150 mg, maks. 3 g seharinya.

3. Guaifenesin ( Gliserilguaiakolat, Toplexil)


Guaifenesin adalah obat yang digunakan untuk mengobati batuk akibat gangguan
di saluran pernapasan seperti flu dan bronkitis. Obat ini bekerja dengan mengencerkan
dahak di saluran pernapasan sehingga melegakan pernapasan. Digunakan sebagai
ekspektorans dalam berbagai jenis sediaan bentuk popular. Pada dosis tinggi bekerja
merelaksasi otot seperti mefenesin.

Peringatan
1. Hindari konsumsi jika alergi terhadap obat ini
2. Segera ke dokter jika sudah menggunakan obat ini lebih dari 7 hari namun kondisi
tidak membaik
3. Beri tahu dokter jika anda memiliki riwayat asma, bronkitis kronis, emfisema, batuk
disertai dahak yang banyak atau batuk darah
4. Beri tahu dokter jika sedang menjalani pengobatan dengan obat lain, termasuk
suplemen dan produk herba
5. Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakannya segera temui dokter

Efek Samping :
Iritasi Lambung (mual,muntah) yang dapat dikurangi bila diminum dengan segelas air,
pusing, mengantuk, sakit kepala, ruam dan pembentukan batu ginjal
Dosis:
 Untuk dewasa, dosis yang digunakan yaitu 200-400 mg setiap 4 jam bila dibutuhkan.
Bila menggunakan tablet evtended release dosisnya yaitu 600-1200 mg 2 kali sehari
bila dibutuhkan. Dosis maksimal sehari yaitu 2400 mg
 Penggunaannya pada anak hanya diperbolehkan pada usia di atas 4 tahun. Untuk
anak usia 4-6 tahun, dosis yang digunakan yaitu 50-100 mg setiap 4 jam bila
dibutuhkn dengan dosis 600mg/hari. Lalu untuk anak 6-12 tahun sebanyak 100-200
mg setiap 4 jam nila dibutuhkan dengan dosis maksimal 1200mg/hari

4. Gliserilguaikolat

Menurut penelitian belum ada bukti manfaat obat dengan dosis tertentu akan baik bagi
pasien, hanya persepsi saja. Ada efek samping jika obat dikonsumsi dalam dosis besar,
yakni efek sedatif, mual dan muntah. Sediaan yang beredar di pasaran adalah dalam
bentuk sirup 100 mg/5 ml, dengan dosis dewasa yang disarankan adalah 2-4 kali 200-
400 mg per hari

CARA KERJA OBAT :


Mengencerkan dahak pada saluran nafas sehingga mempermudah pengeluaran dahak.

INDIKASI :
Meredakan batuk berdahak ( sebagai ekspektoran).
KONTRA INDIKASI :
Penderita yang hipersensitif terhadap Glyceryl Guaiacolate.

EFEK SAMPING :
Jarang terjadi yaitu : mual, mengantuk.

POSOLOGI :

 Dewasa : 2 – 4 tablet setiap 4 jam, maksimum 24 tablet sehari


 Anak 6 – 12 tahun : 1 -2 tablet setiap 4 jam, maksimum 12 tablet sehari.
 Anak 2 – 6 tahun : ½ – 1 tablet setiap 4 jam, maksimum 6 tablet sehari. , Atau
menurut petunjuk dokter.

PERINGATAN DAN PERHATIAN :


Jika digunakan oleh wanita hamil, wanita menyusui,dan anak di bawah usia 2 tahun
harus di bawah pengawasan dokter.

Anda mungkin juga menyukai