PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Atrhritis Reumatoid adalah penyakit autoimun dan sistemimun yang
menyebabkan peradangan kronis pada sendi. RA akibat reaksi autoimun dalam jaringan synovial
melibatkan proses fagositosis. Penyebab RA belum jelas sampai sekarang, namun faktor
keturunan berpengaruh atas timbulnya keluhan sendi ini. Nyeri RA umumnya sering ditangan,
sendi, siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut. Nyeri dan bengkak pada sendi dapat berlangsung
terus menerus dan lama gejala keluhannya akan semakin berat (Chabib, L. dkk., 2016).
Atrhritis Reumatoid merupakan penyakit autoimun yang banyak diderita oleh kaum lanjut
usia. Penderita perempuan 2-3 kali lebih banyak dari penderita laki-laki (Yatim,F 2006).
Angka kejadian RA pada tahun 2016 yang dilaporkan oleh organisasi kesehatan dunia
WHO adalah mencapai 20% dari penduduk dunia, dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-
20 tahun dan 20% adalah mereka yang berusia 55 tahun, sedangkan hasil riset kesehatan dasar
(Rikesda) Indonesia tahun 2013 prevalensi penyakit RA adalah 24,7%. Prevalensi yang didiagnosa
nakes lebih tinggi perempuan 13,4% dibandingkan dengan laki-laki 10,3%. Angka ini
menunjukkan bahwa nyeri akibat rematik sudah sangat mengganggu aktivitas masyarakat
Indonesia (Maris F, Yuliana S, 2016). Gangguan aktivitas ini bisa berlangsung jangka panjang
karena penyakit RA bersifat kronis. Untuk memonitor penyakit RA para klinisi memerlukan
pemeriksaan laboratorium.
Artritis rheumatoid diyakini sebagai respon imun terhadap antigen yang tidak di ketahui.
Stimulusnya respon imun terhadap antigen yang tidak di ketahui. Stimulusnya dapat virus atau
B. Tujuan Penulisan
2. Mengetahui peran perawat dalam menjalankan intervensi pada pasien yang mengalami
Arthritis Reumatoid
1
C. Manfaat Penulisan
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Sistem muskuloskeletal terdiri dari rangka tulang dan tiga tipe otot : (1) rangka, (2)
jantung, (3) polos. Jenis – jenis otot dibedakan berdasarkan adanya lurik, sumber saraf dan
pada pergerakan dan posisi. Rangka tulang memberikan dukungan, proteksi, dan pergerakan
rangka. Kontraksi otot rangka menghasilkan pergerakan pada rangka ini. Rangka tubuh
memberikan tempat penyimpanan bagi kalsium dan ion – ion lainnya. Otot rangka, yang
merupakan 40% - 50% beraat badan, memegang peranan utama dalam metabolisme dan
1) Otot Rangka
Otot rangka melekat pada tulang atau rangka tubuh. Otot rangka dinamakan
demikian karena beberapa hal yaitu : (1) pergerakan (misalnya : fleksi, ekstensi dengan
pergerakan pada tulang rangka), (2) bentuk (misalnya : kuadrilateral, memanjang, (3)
letak (misalnya pelekatan otot pada rangka), (4) insersi (misalnya : perekatan yang
dapat bergerak di dalam otot), (5) jumlah divisi, (6) lokasi, (7) arah serat (misalnya :
transerval).
Kontraksi otot rangka mengerahkan kekuatan pada tulang atau kulit dan pergerakan
mereka. Sebagian otot rangka berada dibawah kontrol volunter pada sistem sadar,
3
sebagian lainnya di bawah kontrol oleh devisi somatik pada sistem saraf perifer,
Otot rangka terdiri atas banyak sel – sel individu yang disebut oleh serat otot. Serat –
serat ini diikat oleh lapisan tipis dari jaringan penghubung fibrosa (fasia). Fasia juga
memasuki otot, memisahkannya dari bundel (fasikulus). Otot rangka melekat pada
tulang rangka menggunakan perpanjangan fasia yang sangat tipis atau oleh tendon.
Tendon memberika perlekatan yang lebih kuat pada tulang daripada fasia.
Pada uji mikroskipik, bayak nukleus dari sel – sel otot tampak dan dikelompokkan ke
dalam miofibril yang menyerupai benang. Pengamatan yang lebih dekat akan miofibril
yang memperlihatkan corak terang dan gelat yang bergantian (lurik). Sel – sel otot
dapat diagi ke dalam segmen yang lebih kecil yaitu sarkomer, digambarkan oleh pita
Z. sarkomer adalah struktur pada otot dimana kontraksi yang sebenarnya terjadi. Dua
miofilamen primer terdapat pada sarkomer : filamen miosin tebal dan filamen aktin
yang tipis. Filamen adalah protein yang menempel secara singkat dan menembus atau
2) Otot Jantung
Otot jantung (miokardium) bersifat involunter dan hanya terdapat di jantung. Otot ini
terdiri atas sel – sel otot yang bercabang dan berlurik yang dihubungkan oleh taut
imbas (gap junction). Gap junction adlah hubungan antara sel – sel yang
memungkinkan terjadinya komunikasi secara listrik dan kimia. Otot jantung dikontrol
oleh faktor intrinsik (seperti jumlah darah dari vena ynag kembali ke atrium kanan),
3) Otot Polos
Otot ‘polos’ tidak memiliki lurik yang terlihat berkontraksi secara involunter dna
terdapat pada dinding – dinding rongga organ (misalnya saluran pencernaan,
pembuluh darah, kandung kemih) dan area lain (misalnya, mata). Otot ini dikontrol
oleh sistem saraf otonomik, hormon, dan faktor intrinstik dari organ (misalnya,
peregangan disebabkan oleh adanya mkanan di usus halus). Gap junction antara sel –
b. Sistem Skeletal
Manusia memiliki endoskeleton yang berada di dalam jaringan lunak pada tubuh.
Endoskeleton ini terdiri atas jaringan hiidup yang mampu untuk tumbuh, beradaptasi,
dan memperbaiki diri. Tubuh manusia dewasa memiliki 206 tulang, yang di bagi menjadi
2 kategori mayor berdasarkan posisi : aksial dan apendikular. Tulang aksial (80 tulang)
terdiri atas tengkorak kolumna vertebral, dan tulang dada. Tulang apendikular (126
4
tulang) termasuk tulang – tulang pada ekstremitas, bahu, dan pelvis. Tulang juga dapat di
1) Tulang Panjang lebih oanjang daripada lebarnya dan ditemukan di ekstremitas atas
dan bawah. Humerus, radius, ulna, femur, tibia, fibula, metatarsal, metekarpal, dan
falangs adalah tulang panjang.
2) Tulang Pendek (misalnya, karpal, tarsal) tidak memiliki axis yang panjang, berbentuk
kubus.
3) Tulang Pipih (misalnya rusuk, kranium, skapula, dan beberapa bagian dari pelvis
girdle) melindungi bagian tubuh yang lunak dan memberikan permukaan yang luas
4) Tulang Iregular memiliki berbagai macam bentuk, seperti tulang belakang, osikel
telinga, tulang wajah, dan pelvis. Tulang iregular mirip dengan tulang lain dalam
struktur dan komposisi.
c. Macam-macam sendi
Sendi adalah tempat dimana dua tulang atau lebih membentuk persendian. Sendi
tulang.
1) Sendi Fibrosa
Tulang yang membentuk sendi ini terhubung dengan materi fibrosa yang keras.
Susunan sendi seperti ini menyebabkan tidak ada pergerakan. Misalnya, sendi antara
tengkorak, sutruktura.
2) Sendi Kartilago
Sendi ini dibentuk oleh bantalan fibro-kartilago, materi keras yang bekerja sebagai
shock absorber . Sendi hanya dapat sedikit digerakkan. Misalnya, sendi di antara
vertebra, yakni diskus intervetebra dan simfisis pubis.
5
3) Sendi Sinovial
Sendi ini ditandai dengan adanya kapsul atau ruang antara tulang yang membentuk
persendian. Ujung tulang ini saling berkaitan erat oleh jaringan fibrosa dan kapsul
dilubrikasi oleh sedikit cairan. Sendi ini memfasilitasi gerakan yang leluasa. Sendi
Sinovial disusun oleh bagian-bagian berikut ini:
a) Kartilago Hialin, yang meliputi ujung tulang pada sendi. Karilago ini memiliki
b) Ligamen Kapsular, atau kapsul yang dikelilingi dan dibungkus oleh jaringan
c) Membran Sinovial, yang melapisi permukaan ligament kapsula dan terdiri atas sel
epitelium.
d) Cairan Sinovial, merupakan cairan seperti putih telur, kental, dan bening yang
disekresi oleh membran sinovial ke rongga sinovial. Cairan ini berfungsi untuk
(1) Sendi Lesung (ball and socket joint), satu ujung kepala tulang masuk
(2) Sendi Engsel, ujung sendi tulang membentuk susunan seperti engsel pintu
sehingga gerekannya terbatas hanya fleksi dan ekstensi, misalnya lengan
atas, lutut, tumit, sendi antara falang dan jari tangan serta sendi jari kaki.
(3) Sendi Selongsor (gliding joint), permukaan sandi tampak gepeng atau
sangat sedikit melengkung, tetapi jumlah gerekan yang dilakukan sangat
(4) Sendi Putar (pivot joint), sendi ini memungkinkan tulang atau ekstermitas
untuk berotasi. Misalnya, gerakan kepala berotasi.
6
(5) Sendi Kondiloid, kondil sendi masuk kedalam soket sendi. Misalnya, kondil
(6) Sendi Pelana, tulang yang membentuk sendi yang menyerupai orang yang
duduk di tas pelana. Misalnya, antara trapezium pergelangan tangan dan
tulang metakarpal pertama serta oposisi ibu jari, yaitu kemampuan ibu jari
yang menyentuh tiap ujung jari. Rentang gerakannya serupa dengan sendi
kondiloid tetapi lebih felksibel.
Sendi sinovial ekstermitas utama dibagi menjadi sendi ekstermitas atas dan
ekstermitas bawah.
Sendi yang tergolong sendi lesung ini merupakan sendi yang paling
berotasi kepada takik radius dan ulna. Gerakan sendi ini merupakan
Sendi ini merupakan sendi kondiloid antara ujung distal radius dan
ujung proksimal skafoid, lunate, dan triquetral. Gerakannya meliputi
Sendi ini merupakan sendi sinovial antara tulang karpal dan metakaral,
antara metekarpal dan falang, serta antar falang. Gerakannya
merupakan gerakan ektensi, fleksi serta oposisi ibu jari.
7
(b) Sendi ektermitas bawah
I. Sendi lutut
Sendi lutut meruaka sendi engsel yang dibentuk oleh kondil femur,
kondil tibia, dan permukaan posterior patella. Sendi terberas dan
paling sering cedera. Sendi lutut dan siku dibungkus ligament kapsula.
merupakan gerakan enfersi dan infers antara tarsal dan bukan di sendi
lutut.
II. Sendi kaki dan ibu jari kaki
Sendi ini merupakan sendi antara tarsal, antara tarsal dan metatarsala,
Artritis Rematoid (RA) adlah suatu penyakit sistemik yang berdifat progresif, yang
cenderung menjadi kronis dan menyerang sendi serta jaringan lunak.AR adalah suatu
penyakit autoimun dimana secara simetris, persendian (biasanya sendi tangan dan kaki)
mengalami peradangan sehingga menyebabkan terjadinya pembengkakan, nyeri, dan kerap
kali menyebabkan pada bagia dalam sendi.
8
Karakteristik AR adalah radang cairan sendi (sinovitis inflamatoir) yang persisten,
penyakit multisistem yan kronis karena dapat menyebabkan sejumlah gejala di seluruh tubuh
dengan manifestasi sistemik yang bervariasi. AR menyerang semua orang dan ras. Sekalipun
pada umumnya serangan AR pertama kali muncul ketika orang berusia 25 – 50 tahun, de
facto ia bisa terjadi pada semua usia. Jumlah penderita AR pada perempuan usia 60 tahun ke
atas adalah enam kali lipat di bandingkan jumlah penderita AR pada perempuan usia muda.
Dan hal ini terjadi di seluruh dunia.
Penyakit ini terjadi sekitar 1% (antara 0,3% - 2,1%) dari jumlah penduduk dunia. Dan,
perempuan berpotensi mengidap penyakit ini lebih sering (2 – 3 kali lebih sering) ketimbang
pria. Semakin bertambah usia, semakin tinggi tingkat prevelansi penyakit ini. Da, pada usia
yang lebih tua, kejadian pada wanita tidak berbeda dengan pria. Faktor – faktor resiko AR
adalah genetika, lingkungan hormon, dan infeksi.
Pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendiri yang harus berlangsung
Pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendiri yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
Pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
Pada tipe ini harus terdapat 3 tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung
Pada tipe ini harus terdapat 12 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
ada lebih dari 80% penyakit. Selain RF, antibody terhadap kolagen,EBV, antigen inti, dan
beberaa antigen lain telah didefinisikan. Namun beberapa autoantibodi pada RA masih
kurang jelas. Penelitian berkuat pada status imunogis sebelum kesakitan. Antibodi
9
antikeratin (AKA) dan faktor anti-perinuklear (APF) nampaknya merupakan penanda
perkembangan RA pada klien positif. Namun namaknya RA muncul sebagai bagian dari
kasus penada imunogenetik lain akan membantu identifikasi klien pada RA awal dan
pada kembar franatal. Enelitian menujukkan laporan konsisten mengenai hilangnya nyeri
sendi dan bengkak ketika kehamilan pada klien wanita dengan RA mungkin disebabkan
perbedaan genetik antara ibu dan anak. Ini merupaka aren menarik untuk diteliti. Bukti
genetic terlihat pada hubungan antara RA dan HLA-DRA4, yang meruakan halel di MHC
4. Patofisiologi
Ironisnya, IgG merupakan antibodi ilmiah manusia. Tidak diketahui dengan pasti
bagaimana tubuh memproduksi antibody (RF) terhadap IgG dan mengakibatkan IgG
bagian sistem imun dalam mendeteksi antigen. Lebih lanjut, pembentukan komleks
antigen- antibodi tersebut mengaktifkan sistem komplomen dan melepaskan enzim
10
Penelitian awal menunjukkan interleukin 8, yang dikenal sebagai neutrophil
activating peptide I (NAP-1) memiliki peran penting dalam roses imflamasi RA dan
autoantibodi dalam sirkulasi dapat digunakan sebagai penanda yang berguna untuk
sinovial menjadi bengkak, iritasi, dan imflamasi. Seiring penumpukan komleks imun pada
membran sinovial, atau permukaan kartilago artikuler, komplek tersebut difagositosit
oleh leukosit polimorfonuklear (PMN), monosit, dan limfosit. Sayangnya, fagositosis
menghentikan kompleks imun dan melepaskan enzim (radikal oksigen, asam arakidonat)
pembentukan pannus, yang merupakan jaringan parut dengan banyak pembuluh darah
yang disusun oleh limfosit, makrofag, histosit, fibroblast, dan sel mast.
Tidak diragukan lagi, bahwa elemen paling merusak pada RA dan pannus. Pannus
dapat mengikis dan merusak kartilago artikuler, akhirnya menghasilkan erosi tulang
subkondral, kista tulang, fisura dan pertumbuhan tulang laju, dan osteofit. Penelitian
termasuk tumor nekrosis faktor (TNF) dapat menyebabkan kerusakan kartilago. Pannus
juga melukai dan memperpendek tendo dan ligamen menyebabkan kelemahan
5. Manifestasi Klinis
sistemik parah. Secara keseluruhan RA ditandai siklus penderitaan dan keringanan, durasi
diagnosis klinis. Temuan lain sepertin hasil uji laboratorium, pemeriksaan radiologis, dan
analisis cairan synovial membantu dalam penegakan diagnosis. Kriteria menggaris
bawahin simetris imflamasi sendi pergelangan tangan. Sendi metakarpofageal (MCP) dan
11
sendi interfalang proksimal (PIP). Sendi intra falang distal (DIP) jarang terlibat dalam RA
dan lebih sering terpengaruh osteoarthritis. Empat atau lebih dari enam kriteria harus
ada sebelum penyakit di katagorikan sebagai RA. empat kriteria utama berkaitan dengan
kekakuan dan pembengkakan harus ada paling tidak 6 minggu dan 2 dari 5 (bengkak
dan nodus kulit) harus diperiksa oleh dokter. Kriteria ini merupakan kriteria penanda
untuk RA.
Gambaran klinis RA bervariasi bukan han ya per klien, namun dalam satu individu
tersebut selama perjalanan penyakit tersebut. Ledakan akut poliartikuler selama
beberapa hari dapat saja muncul. RA akan muncul bertahap selama beberapa minggu
hingga bulan dan diikuti dengan gejala sistemik, seperti anoreksia, penurunan berat
badan, kelelahan, nyeri otot, dan kaku. Nyeri sendi dan pembengkakan berhubungan
dengan kak-kaku di pagi hari selama beberapa jam. Keterlibatan sendi biasanya simetris
dan poliartikuler, paling sering terjadi pada jari tangan, pergelangan tangan,
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Uji Laboratorium
serum dan urine biasanya normal pada RA. Anti-CCP (cyclic citrullinated protein
b. Uji Serologis
dan RF. Titer ANA terlihat pada 15-20% klien, lebih dari setengah pada yang
memiliki sindrom Felty. RF merupakan autoantibodi langsung terhadap IgM, positif
pada 80% klien. Kadar tang lebih tinggi terdapat pada penyakit yang aktif.
hasil perawatan. Pada tahap awal, pembengkakan jaringan lunak ditandai dengan
meningkatnya bayangan pada hasil rontgen di daerah sekitar sendi. Pembengkakan
12
mana kapsul melekat, erosi terlihat pada sendi kecil di tangan dan kaki, di mana
tulang kurang padat. Subklusasi dan pergeseran sendi data terlihat pada hasil
penyakit taha lanjut, kerusakan tulang subkondral dan terjadi osteoporosis difus.
kartilago, dan pembentukan jaringan parut (pannus). Pindai tulang dan sendi dapat
digunakan untuk deteksi awal perubahan sendi dan lebih siap untuk menegakkan
diagnosis.
a. Farmakologi
agar pasien tetap bisa bekerja dan hidup sedia kala. Pada prinsipnya, terapi yang
yang terserang AR, anatar lain : mengompres sendi dengan air hangat dan air dingin
secara bergantian memberi obat nyeri.
13
OBAT DOSIS RATA- INDIKASI KONTRA INDIKASI EFEK SAMPING
RATA
Asipirin 600-900 mg. 4- 1. Mengurangi rasa Tidak semua boleh 1. iritasi pada
Diclofenac 50 mg tid atau Mengatasi nyeri yang Obat ini tidak boleh Efek samping
(voltaren) qid; atau 75 yang diakibatkan oleh diminum oleh pasien pada darah dan
mg bid proses degenerative dengan ukus pada sistem limfatik
merah, sel
darahputih, dan
trombist sangat
jarang terjadi
Flubiprofen 50-100 mg tid Sebagai control 1. pasien dengan alergi Berikut ini efek
(Ansaid) atau qid, tidak pencegahan, dan reactionsto non- samping yang
lebih dari perbaikan penyakit steroid anti-inflamasi dapat terjadi
rheumatoid flubiprofen :
osteoarthritis 3. diare
4. mual dan
muntah
(Motrin, Advil) 400-800 mg nyeri ringan sampai terhadap obat anti- menimbulkan :
tid atau qid sedang nyeri setelah inflamasi non-steroid 1. sakit dan
14
operasi nyeri pada (AINS)dan dapat juga nyeri pada
muntah
4. Kembung
(Indicin) atau tid perawatan, control, indometachin tidak boleh yang dapat
2. encok 3. lelah
3. osteoarthritis 4. mual dan
4. pembengkakan muntah
b. Non Farmakologi
Tujuan utama dari terapi RA adalah meredakan nyeri dan inflamasi, memelihara fungsi,
dan mencegah deformitas.
1) Terapi Imunosuresi
2) Terapi rehabilitas
Pasien diberikan informasi yang lengkap dan benar tentang pengobatan dan
perjalanan penyakitnya kedepan. Pasien diminta untuk berperan aktif dalam
b) Fisioterapi
pasien diajak untuk melakukan beberapa aktivitas untuk melakukan beragam
aktivitas latihan yang diperlukan untuk mendapatkan gerak sendi yang baik dan
optimal agar massa otot tetap dan stabil. Dengan melakukan fisioterapi,
kekakuan dan nyeri pada sendi dapat teratasi. Selian latihan gerak, teknik
15
fisioterai yang dapat dilakukan, antara lain : terapi listrik, pemanasan atau
c) Okupasi
Bertujuan untuk membantu pasien agar dapat melakukan tugas sehari-hari
dengan memasisikan sendi secara baik, sehingga dapat berfungsi dengan baik
dan terhindar dari gerakan berlebihan yang data menimbulkan rasa nyeri.
(1) Panas dan dingin
Panas dan dingin dilakukan untuk efek analgesik dan efek merelakskan otot.
Moist heat umumnya paling efektif dan dapat diberikan dengan tub bath
atau shower. Nyeri sendi mereda ada beberapa pasien melalui pemberian
dingin
(2) Alat bantu dan belat
Alat bantu seerti tongkat, walker atau peninggi duduk toiler adalah yang
paling berguna pada pasien yang mengalami artritis pinggul atau lutut yang
adalah berbaring pada posisi prone selama beberapa jam sehari pada
tempat tidur yang keras secara umum belat harus dilakukan untuk periode
terpendek yang diperlukan, harus dibuat dari bahan dengan berat ringan,
dan harus mudah dipindahkan untuk melakukan latihan ROM satu kali atau
sayur, buah, makanan rendah lemak dan kolestrol, dan berhenti makan
ketika mulai merasa Kenyan. Seperti kita ketahui bersama, untuk bisa
menjalankan seluruh fungsi tubuh atau be kerja dibutuhkan tenaga/energi.
Lemak adalah sumber tenaga dengan kalori terbesar per gram, yaitu 9
kalori/ 1 gar, sedangkan KH 4 kalori/ 1 garam.
16
(4) Pembedahan
sendi total dan asuhan keperawatan pasien yang menjalani pembedahan ini
untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada sendi dengan pengobatan dini yang tepat.
a. Olah raga secara rutin. Semua jenis olah raga dapat dilakukan sejauh nyeri atau
b. Pertahankan berat badan normal. Berat badan yang berlebihan memberikan tekanan
yang lebih besar pada persendiaan sehingga meningkatkan risiko nyeri lutut, panggul,
dan punggung
c. Nutrisi bagi sebagian besar mengalami RA, biasanya, diet seimbang direkomendasikan.
Beberapa pasien dapat memperoleh manfaat dari penggantian diet lemak biasa dengan
17
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
ARTHRITIS REUMATOID
A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
Mengkaji : nyeri, kekakuan, keletihan,keletihan, masalah sendi, lokasi, durasi, awitan, efek
pada fungsi, demam pola tidur, kesakitan, atau pembedahan sebelumnya, kemampuan untuk
suhu, rentang gerak, nyeri, kulit, nodul, purpura, pernapasan, batuk, crackler, kardiovaskular,
tidak definitive. Kiia serum dan urin biasanya normal pada RA. Anti. Anti-CCP ini sama
b. Uji serilogis digunakan untuk menegakan diagnosis RA, termasuk antibody antinuclear
(ANA) dan RF. Titer ANA terlihat pada 15-20% klien lebih dari setengah pada yang
memiliki sindrom felty, RF merupakan autoantibodi langsung terhadap IgM, postif pada
80 % klien kadar yang lebih tinggi terdaat pada penyakit yang aktif keberadaan IgM, RF
tidak spesifik untuk RA. Peningkatan kadar terjadi pada lansia setelah,setelah imuninasi
atau infeksi. Kadar RF juga terdapat pada penyakit reumtoid termasuk LSE,
perburukan pada gejala klinis mereka, akan tetapi klien dengan RA scronegatif, memiliki
hasil akihir lebih baik dan jarang memengaruhiekstraartikuler. Bukti terkini memiliki
pengenalan seronegatif dan seropositive poliartritis entitas/kesatuan yang berbeda.
c. Uji radiologis. Temuan radiologis membantu untuk mengetahui aktivitas penyakit dan
memantau hasil hasil perawatan. Pada tahap awal pembengkakan jaringan ditandai
dengan pembengkakan sejumlah besar jaringan pada sendi sering menyebabkan
pembengkakan kerusakan
d. Analisis cairan sinovial menunjukkan warna normal hingga keruh atau kunig gelap
pemeriksaan artoroskopi biasanya menunjukkan warna jaringan parut (pannus). Pindai
tulang dan sendi dapat digunakan untuk deteksi awal erubahan sendi dapat lebih siap
untuk menegakkan diagnosis
18
B. Diagnosa Keperawatan
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan akut atau potensional atau yang digambarkan sebagai kerusakan
internasional (Association For The Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
Batasan Karakteristik:
a. Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri (mis; skala Wong-Baker
FACES, skala analog visual, skala penilaian numeric)
b. Keluhan tentang karateristik nyeri dengan menggunakan standar instrument nyeri
a. Agens cedera fisik (mis; abses, amputasi, luka bakar, mengangkat berat, prosedur
2. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh sendi, bengkok
deformitas.
Definisi: Persepsi terhadap penampilan dan fungsi tubuh sendiri
Batasan karakteristik:
a. Gangguan fungsi tubuh
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan integritas struktur tulang, kekakuan sendi
Definisi: keterbatasan dalam pergerakan fisik atau lebih ekstermitas secara mandiri dan
terarah
Domain 4. Aktivitas/istirahat
Kelas 2. Aktivtas/olahraga
Batasan karakteristik:
19
a. Keterbatasan rentang gerak
b. Penurunan kemampuan
c. Ketidak nyamanan
Domain 5. Persepsi/kognisi
Kelas 4. Kognisi
Batasan karakteristik:
a. Kurang pengetahuan
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kwatir yang samar disertai respons otonom (sumber
sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu; perasaan takut yang disebabkan
oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
menghadapi ancaman
Batasan Karakteristik:
a. Kedutan otot
b. Kesemutan pada ekstremitas
c. Gelisah
d. Sangat kawatir
Faktor yang berhubungan:
20
C. Nursing Care Plane
Perencanaan
Diagnosis Keperawatan
NOC NIC
1. Nyeri Akut yang b.d 1. Kontrol Nyeri 1. Terapi Latihan: Mobilitas Sendi Definisi:
perubahan patologis Definisi: Tindakan pribadi untuk Penggunaan gerakan tubuh baik aktif
oleh artritis rheumatoid. mengontrol nyeri maupun pasif untuk meningkatkan atau
Baker FACES, skala c. Menggunakan analgesic yang di c. Tentukan level motivasi pasien untuk
b. Keluhan tentang terkontrol pada professional d. Jelaskan pada pasien atau keluarga
karakteristik nyeri kesehatan [4] manfaat dan tujuan melakukan latihan
dengan sendi
b.d perubahan Definisi: Persepsi terhadap Definisi: Meningkatkan persepsi dan sikap
penampilan tubuh penampilan dan fungsi tubuh sendiri pasien baik yang disadari maupun tidak
21
b. Gangguan struktur b. Deskripsi bagian tubuh yang menyiapakan pasien terkait dengan
pembedahan.
fisik b.d kerusakan Definisi: kemampuan untuk bisa Definisi: penggunaan kegiatan, postur
integritas struktur bergerak bebas di tempat dengan dan gerakan spesifik untuk
tulang, kekakuan sendi atau tanpa alat bantu mempertahankan, meningkatkan, atau
3= cukup terganggu
b. menjaga dan meningkatkan
4= sedikit terganggu
c. keseimbangan
5= tidak terganggu c. Instruksikan pasien untuk melakukan
latihan keseimbangan, seperti berdiri
22
depan, peregangan dan resistensi,
yang sesuai
keseimbangan
f. Bantu dengan rogram penguatan
informasi dibuktikan arthritis, pengobatan pencegahan dan pergerakan dalam aktivitas sehari-hari
dengan batasan erkembangan penyakit dan untuk mencegah kelelahan dan
a. Kurangnya Aktivitas-aktivitas:
pengetahuan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji komitmen pasien untuk belajar
23
5. Ansietas b.d kurannya 1. Status Kenyamanan Fisik 1. Relaksasi Otot Progesif
informasi tentang Definisi: Kenyamanan fisik yang Definisi: memfasilitasi peregangan dan
penyakit, penurunan berkaitan dengan sensasi tubuh dan pelepasan kelompok otot yang akan
produktifitas (status mekanisme homeostatis menghasilkan perbedaan sensasi.
peran) dengan batasan Setelah dilakukan tindakan a. Pilih setting [lingkungan] yang tenang
karakteristik: keperawatan, diharapkan pasien: dan nyaman
b. Perasaan gelisah
c. Otot tegang 2. Tingkat Menenangkan
Aktivitas-aktivitas:
klien
d. Identifikasi orang-orang terdekat klien
24
metode mengurangi kecemasan
25
Essai
Hubungan Derajat Aktivitas Penyakit dengan Depresi pada Pasien Arthritis Reumatoid
Dalam makalah yang kami buat ini terdapat tanda dan gejala pada pasien Arthritis Reumatoid
yang telah dibuktikan didalam EBN ini yaitu nyeri, bengkak, kekakuan pada sendi. Artritis reumatoid
(AR) merupakan penyakit kronik, sistemik yang menyebabkan inflamasi sinovial sehingga
menyebabkan kerusakan progresif dari kartilago artikular dan deformitas. Artritis reumatoid terjadi
pada 1% populasi penduduk di seluruh dunia yang meliputi segala umur dan lebih dominan pada
wanita dengan perbandingan 3:1. Depresi sering menyertai pasien AR dengan angka kejadian sebesar
Penelitian yang dilakukan oleh Mostafa, dkk menyatakan bahwa prevalensi depresi pada
pasien AR adalah 15,29%. Pada penelitian lain, depresi memiliki prevalensi sebesar 13-42%. Depresi
pada pasien AR dinilai dapat memengaruhi derajat aktivitas penyakit. Penelitian yang dilakukan oleh
Sunar, dkk menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara derajat aktivitas penyakit AR
dengan kejadian depresi. Selain itu, depresi pada pasien AR juga merupakan faktor risiko independen
terjadinya penyakit kardiovaskuler dan infark miokard, kecenderungan bunuh diri, dan kematian,
bahkan setelah derajat aktivitas AR, disabilitas, dan nyerinya telah teratasi.
Penilaian mood pasien oleh klinisi dapat meningkatkan kewaspadaan dan identifikasi depresi
dini. Skrining secara berkala, intervensi dini, dan rujukan secara tepat pada saat dibutuhkan merupakan
kesempatan untuk mengobati depresi pada pasien AR sedini mungkin. Beck Depression Inventory
(BDI) dinilai dapat membantu untuk mengenali depresi pada pasien tersebut dengan spesifisitas dan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proporsi depresi pada pasien AR dan hubungan
antara derajat aktivitas penyakit dengan depresi pada pasien AR.Desain penelitian adalah studi potong
lintang. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Reumatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumah
Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Pengambilan data dilakukan selama periode Januari
2017–Maret 2017. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien yang terdiagnosis AR berdasarkan
kriteria American College of Rheumatology yang bersedia mengikuti penelitian, baik pasien baru
Sedangkan, kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah: (1) pasien yang sudah terdiagnosis
depresi sebelum terdiagnosis AR; (2) pasien yang sebelumnya sudah pernah mendapatkan
pengobatan depresi; dan (3) pasien yang mempunyai penyakit kronik lainnya seperti diabetes melitus,
sirosis hepatis, gagal ginjal kronis, gagal jantung kronis, penyakit lupus sistemik, dan
fibromialgia.Sebanyak 145 pasien AR di Poli Reumatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM
diikutkan dalam penelitian ini.
26
Sembilan puluh persen di antaranya adalah perempuan dengan median usia 55 (rentang 19-
83) tahun seperti terlihat dalam tabel 1. Median lama sakit AR pada pasien ini adalah 36 (rentang 2-
300) bulan dengan median jumlah sendi yang nyeri 2 (0-25) sendi dan jumlah sendi yang bengkak
antara 0 sampai 5 sendi. Berdasarkan hasil anamnesis, didapatkan hanya sebanyak 31% subjek
memiliki stresor psikis yang meliputi masalah keluarga, ekonomi, hubungan interpersonal, dan
pekerjaan. Prevalensi depresi pada penelitian ini sebesar 35,9% (IK 95% 30-42%). (IK = )Hasil analisis
penyakit sedang (53,8%). Rentang DAS 28 pada penelitian ini adalah 1,5 sampai 6,9 dengan mediannya
adalah 3,8.Median usia dan jenis kelamin pasien AR pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan
penelitian yang dilakukan peneliti-peneliti di negara lain.2,3 Data tersebut sesuai dengan data
epidemiologi bahwa AR lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria.2,3 Dari penelitian ini
diketahui bahwa dari kelompok yang terdeteksi depresi, 92,3 % adalah wanita. Pasien AR memiliki
kemungkinan terkena depresi dua kali lebih tinggi dibandingkan populasi normal.
Nyeri dan disabilita dapat merupakan faktor presipitasi pada pasien yang memang sudah
mempunyai latar belakang sosial yang sulit, seperti masalah ekonomi dan kurangnya dukungan sosial.
Depresi, frustasi, dan gangguan psikososial menyebabkan keluhan nyeri dan kebutuhan untuk terapi
analgetik menjadi meningkat, serta memengaruhi kepatuhan pengobatan jangka panjang sehingga
berisiko untuk gagal dalam pengobatan dan prognosis yang lebih buruk.
Penelitian ini tidak saja menganalisis hubungan antara derajat aktivitas penyakit dengan
depresi, tetapi juga menganalisis kelompok mana dari derajat aktivitas penyakit yang mempunyai
hubungan bermakna. Namun demikian, depresi merupakan entitas penyakit dengan berbagai faktor
predisposisi dan faktor presipitasi yang saling memengaruhi dan sulit untuk dipisahkan. Adanya faktor
psikososial seperti jenis kelamin, umur, pendapatan, tingkat pendidikan, lama sakit, dan sebagainya
yang dapat berperan terhadap terjadinya depresi dan dapat memengaruhi hasil penelitian, tidak
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Arthritis Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendiaan (biasanya sendi
tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan nyeri
dan sering kali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Tanda dan gejala pada
umumnya berupa nyeri pada persendian, bengkak (rheumatoid nodul), dan kekakuan pada sendi
B. Saran
asuhan keperawatan pada pasien gangguan sistem imun yang mengalami Arthritis Reumatoid.
Mahasiswa keperawatan juga diharapkan mampu mengimplementasikan bagaimana cara
28
DAFTAR PUSTAKA
dr. Junaidi Iskandar. 2013. Rematik % Asam Urat. Jakarta: BIP KELOMPOK GRAMEDIA
JOICE M. BLACK & JANE HOKANSON HAWKS. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. EDISI 8 BUKU 2.
Singapore: ELSEVIER
HUDA AMIN & HARDHI KUSUMA. 2016. Asuhan Kepetawatan Praktis. JILID 2.
Jogjakarta: MediAction
International NANDA. 2015-2017. Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta:EGC
LeMone Priscilla, Karen M. Burke % Gerene Bauldoff. 2016. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 4 EDISI 5.
Jakarta: EGC
M. Bulecheck Gloria, Howard K. Butcher, Joanne M. Dochterman & Cheryl M. Wagner. 2013. Nursing
Interventions Classification (NIC). Singapore: ELSEVIER
Moorhead Sue, Marion Johnson, Meridean L.Maas & Elizabeth Swanson. 2013. Nursing Outcomes
29
GLOSARIUM
Analgesic : istilah yang digunakan untuk Endoskeleton : kerangka tulang atau berbasis
mewakili sekelompok obat yang digunakan tulang rawan yang sepenuhnya di dalam tubuh
sebagai penahan sakit Edukasi : sebuah proses pembelajaran kepada
Antibodi : glikoprotein dengan struktur masyarakat atau klien dengan metode
Antikeratin : adalah asam organik bernitrogen Somatik : semua jenis sel yang membntuk
yang terdapat secara alami di dalam hewan suatu organisme kecuali sel gamet organisme
vertebrata tertentu
(cakram bentuk- C yang melindungi lutut) yang Filamen : protein yang menempel secara
rusak singkat dan menembus atau bergerak antara
Aspirasi : suatu keinginan yang kuat atau cita- satu dengan lainnya untuk menyebabkan otot
cita berkontraksi
Biopsi : tindakan diagnostik yang dilakukan Fleksi : gerak menekuk atau membengkokkan
dengan mengambil sample jaringan atau sel Gap junction : hubungan antara sel – sel yang
untuk dianalisis di laboratorium, baik untuk memungkinkan terjadinya komunikasi secara
peserta didik dan mewujudkan proses pengumpil, yang merupakan tulang digerakkan
pembelajaran yang baik Interleukin : salah satu dari beberapa limfokin
Ektermitas : anggota badan seperti lengan dan yang mempromosikan makrofag dan sel T
tungkai pembunuh dan sel B dan komponen lain dari
sistem kekebbalan tubuh
30
Intervensi : sebuah perbuatan atau tindakan Poliartikuler : bersifat melibatkan banyak
campur angan yang dilkakun oleh persendian
Involunter : otot yang tidak dapat dikontrol Predisposisi : menjadi lebih mungkin atau
secara sadar, dan bukan berkontraksi karena rentan
implus sadar dikirim oleh sistem saraf otonom Reaksi aglutinasi : reaksi antara antigen yang
atau sel – sel khusus tertentu tidak larut dengan antibody yang larut
kartilago artikuler : jaringan yang meliputi Resistensi obat : perlawanan yang terjadi ketika
ujung tulang dan memungkinkan distribusi bakteri, virus dan parasit lainnya secara
beban tekanan terhadap penampang tulang, bertahap kehilangan kepekaan terhadap obat
penahan gesekan untuk gesekan sendi Regulasi : suatu cara yang digunakan untuk
Leukosit : sel darah putih mengendalikan masyarakat dengan aturan
Limfosit : salah satu jenis sel darah putih tertentu
Makrofag : jenis sel darah putih yang Reumatoid : peradangan kronis pada sendi
membersihkan tubuh dari partikel mikroskopik yang menyebabkan rasa sakit, bengkak dan
yang tidak diinginkan seperti bakteri dan sel – kaku pada persendian
umumnya tidak terlihat oleh mata biasa pada disebabkan oleh energi kinetik
manusia, biasanya perlu alat bantuan seperti Sinovitis : peradangan pada membran sinovial,
mikroskop jaringan yang melapisi dan melindungi sendi
Okupasi : bentuk layanan kesehatan kepada Sistem muskuloskeletal : sistem rangka yang
masyarakat atau pasien yang mengalami tersusun atas tulang
gangguan fisik atau mental dengan Sistemik : penyakit atau gejala yang
mengerjakan sasaran yang terseleksi untuk Terapi Imunosuresi : terapi dengan obat yang
meningkatkan kemandirian individu digunakan untuk menekan respon imum seprti
rantai kejadian yang menuju kepada terjadinya Terapi rehabilitas : sebuah kegiatan ataupun
patogen tersebut proses untuk membantu para penderita yang
31
mempunyai penyakit serius atau cacat yang bagian dari kerangka ini mencakup tungkai
memperlukan pengobatan medis bawah dan atas, gelang bahu, dan gelang
berada di bagian tengah sumbu tubuh vertebra servikal : tulang tidak beraturan yang
Tulang apendikular : rangka tambahan yang membentuk punggung yang mudah
menyusun alat gerak, yaitu tangan dan kaki, digerakkan
32
LEMBAR KONSUL MAKALAH
KELOMPOK :7
Tanda Tangan
No Hari/Tanggal Materi Yang Di Konsulkan Saran Dosen
Dosen
33