Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan semakin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada
semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem
muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya
beberapa golongan reumatik.

Salah satu golongan penyakit reumatik yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal


adalah rheumatoid arthritis. Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot hingga fungsinya
dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi
otot. Dengan meningkatnnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun
usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita rematik. Bagaimana timbulnya kejadian
reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti. Reumatik bukan
merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu sindrom. Golongan penyakit yang
menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak, namun semua menunjukkan
adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli dibidang rematologi, rematik dapat
terungkap sebagai keluhan atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama
pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan serta adanya
tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi, kelemahan otot dan gangguan gerak.
(sonarto,1982)

Dari berbagai masalah ksehatan itu ternyata gangguan muskuloskletal menempati urutan
kedua 14,5 % setelah pnyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit masyarakat usia >55 tahun
(Household Survey on Health,1996) dan berdasarkan WHO di jawa ditemukan bahwa
rheumatoid arthritis menempati urutan pertama ( 49% ) dari pola penyakit lansia (Boedhi
Darmojo et.al, 1991). Sehingga perawat mengambil tema tentang asuhan keperawatan pada
klien rematoid artritis.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan rheumatoid arthritis?
2. Apa Anatomi dan fisiologi dari rheumatoid arthritis ?
3. Apa etiologi rheumatoid arthritis?
4. Apa manifestasi klinis rheumatoid arthritis?
5. Bagaimana patofisiologi rheumatoidarthritis?
6. Apa saja komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh penyakit rheumatoid arthritis?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang rheumatoidarthritis?
8. Bagaimana penatalaksanaan rheumatoidarthritis?

C. TUJUAN

Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan
pada klien dengan penyakit rematoid artritis.

Tujuan Khusus

1. Menjelaskan pengertian rheumatoid arthritis.

2. Menjelaskan etiologi rheumatoid arthritis

3. Menjelaskan manifestasi klinis rheumatoidarthritis.

4. Menjelaskan patofisiologi rheumatoidarthritis.

5. Menjelaskan komplikasi rheumatoid arthritis.

6. Menjelaskan pemeriksaan penunjangrheumatoid arthritis?

7. Menjelaskan pencegahan rheumatoidarthritis.

8. Menjelaskan penatalaksanaan rheumatoidarthritis

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR

1. DEFINISI

Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi. Kedua,
itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan
rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi
tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002).

Engram (1998) mengatakan bahwa, rheumatoid arthritis adalah penyakit jaringan


penyambung sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial
dari sendi diartroidial.

Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada
saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan
dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai
banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur – struktur
sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang.

Arthritis rheumatoid adalah penyakit sistemik dengan gejala ekstra – artikuler. (Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. 2001).

2. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligament, tendon, fasia, bursae dan
persendian.

a. Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler. Tulang berasal dari
embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses “osteogenesis” menjadi tulang.
Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast.

3
Proses mengerasnya tulang akibat menimbunya garam kalsium.
Fungsi tulang adalah sebagai berikut:
• Mendukung jaringan tubuh dan menbuntuk tubuh.
• Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru) dan jaringan lunak.
• Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan )
• Membuat sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hema topoiesis).
• Menyimpan garam-garam mineral. Misalnya kalsium, fosfor.
Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya:
• Tulang panjang (femur, humerus ) terdiri dari satu batang dan dua epifisis. Batang
dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.epifisis dibentuk oleh spongi bone
(Cacellous atau trabecular )
• Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous (spongy) dengan
suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
• Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat dengan lapisan
luar adalah tulang cancellous.
• Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.
• Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang
berdekatan dengan persendian dan didukung oleh tendon danjaringan fasial,missal
patella (kap lutut)

b.Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan untuk
menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri dari:
• Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan berfungsi untuk memberikan
pengontrolan pergerakan, mempertahankan sikap dan menghasilkan panas
• Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan, saluran perkemihan dan
pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sisten saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah
control keinginan.
• Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak dibawah control
keinginan.

c.Kartilago
Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat. Kartilago sangat kuat
tapi fleksibel dan tidak bervascular. Nutrisi mencapai kesel-sel kartilago dengan proses difusi

4
melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibros yang menutupi
kartilago) atau sejumlah serat-serat kolagen didapatkan pada kartilago.

d.Ligament
Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana merupakan ahir dari
suatu otot dan dan berfungsi mengikat suatu tulang.

e.Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang membungkus setiap otot
dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon tertentu,
khususnya pada pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membrane
synofial yang memberikan lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan tendon.

f.Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan langsung
dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai pembungkus tebal, jaringan penyambung
yang membungkus fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah.bagian ahair
diketahui sebagai fasia dalam.

g.Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu tempat, dimana
digunakan diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi pada kulit dan tulang, antara tendon
dan tulang antara otot. Bursae bertindak sebagai penampang antara bagian yang bergerak
sepaerti pada olecranon bursae, terletak antara presesus dan kulit.

h.Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak ada.
Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian, tatu letah dimana tulang berada
bersama-sama. Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe
pergerakan yang memungkinkan dan klasifikasi didasarkan pada jumlah pergerakan yang
dilakukan.
Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama persendian yaitu:
• Sendi synarthroses (sendi yang tidak bergerak)
• Sendi amphiartroses (sendi yang sedikit pergerakannya)
• Sendi diarthoses (sendi yang banyak pergerakannya)
Perubahan fisiologis pada proses menjadi tua

5
Ada jangka periode waktu tertentu dimana individu paling mudah mengalami perubahan
musculoskeletal. Perubahan ini terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja karena
pertumbuhan atau perkembangan yang cepat atau timbulnya terjadi pada usia tua. Perubahan
struktur system muskuloskeletal dan fungsinya sangat bervariasi diantara individu selama
proses menjadi tua.
Perubahan yang terjadi pada proses menjadi tua merupakan suatu kelanjutan dari
kemunduran yang dimulai dari usia pertengahan. Jumlah total dari sel-sel bertumbuh
berkurang akibat perubahan jaringan prnyambung, penurunan pada jumlah dan elasitas dari
jaringan subkutan dan hilangnya serat otot, tonus dan kekuatan.
Perubahan fisiologis yang umum adalah:
• Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm. pada maturasi usia tua.
• Lebar bahu menurun.
• Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha

3. ETIOLOGI

Penyebab Artritis Reumatoid masih belum diketahui. Faktor genetik dan beberapa
faktor lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini. Hal ini terbukti
dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks histokompatibilitas utama kelas II,
khususnya HLA-DR4 dengan AR seropositif. Pengemban HLA-DR4memiliki resiko relatif
4:1 untuk menderita penyakit ini.
Kecenderungan wanita untuk menderita AR dan sering dijumpainya remisi pada wanita yang
sedang hamil menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah
satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini. Walaupun demikian karena pemberian
hormon estrogen eksternal tidak pernah menghasilkan perbaikan sebagaimana yang
diharapkan, sehingga kini belum berhasil dipastikan bahwa faktor hormonal memang
merupakan penyebab penyakit ini.
Sejak tahun 1930, infeksi telah diduga merupakan penyebab AR. Dugaan faktor infeksi
sebagai penyebab AR juga timbul karena umumnya onset penyakit ini terjadi secara
mendadak dan timbul dengan disertai oleh gambaran inflamasi yang mencolok.
Walaupun hingga kini belum berhasil dilakukan isolasi suatu mikroorganisme dari jaringan
sinovial, hal ini tidak menyingkirkan kemungkinan bahwa terdapat suatu komponen
peptidoglikan atau endotoksin mikroorganisme yang dapat mencetuskan terjadinya AR.

6
Agen infeksius yang diduga merupakan penyebab AR antara lain adalah bakteri, mikoplasma
atau virus.
Heat shock protein (HSP) adalah sekelompok protein berukuran sedang (60 sampai 90 kDa)
yang dibentuk oleh sel seluruh spesies sebagai respons terhadap stress. Walaupun telah
diketahui terdapat hubungan antara HSP dan sel T pada pasien AR, mekanisme ini belum
diketahui dengan jelas.

4. PATOFISIOLOGI

RA merupakan penyakit autoimun sistemik yang menyerang sendi. Reaksi autoimun terjadi
dalam jaringan sinovial. Kerusakan sendi mulai terjadi dari proliferasi makrofag dan fibroblas
sinovial. Limfosit menginfiltrasi daerah perivaskular dan terjadi proliferasi sel-sel endotel
kemudian terjadi neovaskularisasi. Pembuluh darah pada sendi yang terlibat mengalami
oklusi oleh bekuan kecil atau sel-sel inflamasi. Terbentuknya pannus akibat terjadinya
pertumbuhan yang iregular pada jaringan sinovial yang mengalami inflamasi. Pannus
kemudian menginvasi dan merusak rawan sendi dan tulang Respon imunologi melibatkan
peran sitokin, interleukin, proteinase dan faktor pertumbuhan. Respon ini mengakibatkan
destruksi sendi dan komplikasi sistemik (Surjana, 2009).

Patofisiologi artritis reumatoid (Suarjana, 2009) Sel T dan sel B merupakan respon imunologi
spesifik. Sel T merupakan bagian dari sistem immunologi spesifik selular berupa Th1, Th2,
Th17, Treg, Tdth, CTL/Tc, NKT. Sitokin dan sel B merupakan respon imunologi spesifik
humoral, sel B berupa IgG, IgA, IgM, IgE, IgD (Baratwidjaja, 2012). Peran sel T pada RA
diawali oleh interaksi antara reseptor sel T dengan share epitop dari major histocompability
complex class II (MHCII-SE) dan peptida pada antigen-presenting cell (APC) pada sinovium
atau sistemik. Dan peran sel B dalam imunopatologis RA belum diketahi secara pasti
(Suarjana, 2009).

5. MANIFESTASI KLINIS

Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi, kurangnya
nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi serta kekakuan otot dan kekauan
sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping itu juga manifestasi klinis rheumatoid
arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium serta beratnya penyakit. Rasa
nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang
klasik untuk rheumatoid arthritis (Smeltzer & Bare, 2002).

7
Gejala sistemik dari rheumatoid arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu, takikardi,
berat badan menurun, anemia (Long, 1996).

6. KOMPLIKASI

1. Osteoporosis

2. Gangguan jantung

3. Gangguan paru

4. Infeksi yang dapat mengenai organ yang lain didekat persendian.


5. Carpal Tunnel Syndrome Penekanan yang terlalu besar ke salah satu nervus
4. Mielopati servikalDisebabkan oleh diskolasi sendi vertebra
5. Meningkatkan resiko mortalitas dan morbiditas
6. Infeksi Septik Arthritis

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Tes faktor reumatoid positif, antinuclear antibody (ANA), posotif bermakna pada
sebagian penderita.

2. LED naik pada penyakit aktif : Umumnya meningkat pesat ( 80 – 100 mm/h)
mungkin kembali normal sewaktu gejala – gejala meningkat; anemia; albumin serum rendah
dan fosfatase alkali meningkat.

3. Rontgen menunjukkan erosi terutama pada sendi – sendi tangan, kaki dan pergelangan
pada stadium dini; kemudian, pada tiap sendi.

4. Kelainan destruktif yang progresif pada sendi dan disorganisasi pada penyakit yang
berat.

5. Kadar asam urat lebih dari 7 mg/dl.

8
8. PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan Keperawatan

1. Memberikan Pendidikan

Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian tentang patofisiologi, penyebab dan


prognosis penyakit termasuk komponen penatalaksanaan regimen obat yang kompleks.
Pendidikan tentang penyakit ini kepada pasien, keluarga dan siapa saja yang berhubungan
dengan pasien.

Pendidikan pencegahan yang diberikan pada klien berupa istirahat yang cukup, gunakan
kaos kaki atau sarung tangan sewaktu tidur malam, kurangi aktivitas yang berat secara
perlahan – lahan.

2. Istirahat

Sangat penting karena Rematoid Artritis biasanya disertai rasa lelah yang hebat. Oleh
karena itu, pasien harus membagi waktu istirahat dan beraktivitas.

3. Latihan Fisik

Dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan
aktif dan pasif semua sendi yang sakit, minimalnya 2x sehari.

4. Termotrafi

Lakukan kompres panas pada sendi – sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat
mengurangi nyeri.

5. Gizi

Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan mempertahankan
status gizi yang optimal serta mengurangi peradangan pada sendi.

Adapun syarat – syarat diet atritis reumatoid adalah protein cukup, lemak sedang, cukup
vitamin dan mineral, cairan disesuaikan dengan urine yang dikeluarkan setiap hari. Rata –
rata asupan cairan yang dianjurkan adalah 2 – 2 ½ L/hari, karbohidrat dapat diberikan lebih
banyak yaitu 65 – 75% dari kebutuhan energi total.

9
b. Penatalaksanaan Medik

Pemberian Obat-obatan :
• Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikan pada dosis yang telah
ditentukan.
• Obat-obat untuk Reumatoid Artitis :
• Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik, Anty Inflamatory)
• Indomethacin/Indocin(Analgetik, Anti Inflamatori)
• Ibufropen/motrin (Analgetik, Anti Inflamatori)
• Tolmetin sodium/Tolectin(Analgetik Anti Inflamatori)
• Naproxsen/naprosin (Analgetik, Anti Inflamatori)
• Sulindac/Clinoril (Analgetik, Anti Inflamatori)
• Piroxicam/Feldene (Analgetik, Anti Inflamatori)

10
B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Sistem Muskuloskeletal

a. Inspeksi :

- Perhatian keadaan sendi-sendi pada leher, spina servikal, spina torakal, lumbai, bahu
siku, pergelangan, tangan dan jari tangan, pinggul, lutut, ekstermitas bawah dan panggul

- Amati kemerahan dan bengkak pada jaringan lunak sekitar sendi.

b. Palpasi :

- Adanya nyeri sendi padadaerah yang disertai kemerahan / bengkak.

Dengan skala nyeri :

Ringan :0–3

Sedang :3–7

Berat : 7 – 10

- Temperatur hangat pada sendi yang nyeri.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada yang dapat ditemukan pada klien rheumatoid


arthritis(doengoes, 2000) adalah sebagai berikut :

a. Nyeri akut kronis berhubungan dengan distensi jaringan akibat akumulasi cairan/
proses inflamasi/ destruksi sendi.

b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri/


ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan kekuatan otot.

c. Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan


kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energy atau
ketidakseimbangan mobilitas.

d. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan


kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak, atau depresi.

11
e. Resiko tinggi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan
proses penyakit degenerative jangka panjang, system pendukung tidak adekuat.

f. Kurang pengetahuan/ kebutuhan belajar mengenai penyakit, prognosis, dan pengobatan


berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi.

3. Intervensi

Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria
Masalah Kolaborasi Hasil Intervensi
Nyeri akut NOC :
berhubungan dengan: § Pain Level,
- Agen injuri (biologi, § pain control, NIC :
kimia, fisik, psikologis), § comfort level § Lakukan pengkajian nyeri secara
kerusakan jaringan Setelah dilakukan komprehensif termasuk lokasi,
DS: tinfakan keperawatan karakteristik, durasi, frekuensi,
- Laporan secara verbal selama …. Pasien tidak kualitas dan faktor presipitasi
DO: mengalami nyeri,§ Observasi reaksi nonverbal dari
- Posisi untuk menahan dengan kriteria hasil: ketidaknyamanan
nyeri - Mampu mengontrol§ Bantu pasien dan keluarga untuk
- Tingkah laku berhati- nyeri (tahu penyebab mencari dan menemukan dukungan
hati nyeri, mampu§ Kontrol lingkungan yang dapat
- Gangguan tidur (mata menggunakan tehnik mempengaruhi nyeri seperti suhu
sayu, tampak capek, sulit nonfarmakologi untuk ruangan, pencahayaan dan kebisingan
atau gerakan kacau, mengurangi nyeri,§ Kurangi faktor presipitasi nyeri
menyeringai) mencari bantuan) § Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
- Terfokus pada diri - Melaporkan bahwa menentukan intervensi
sendiri nyeri berkurang dengan§ Ajarkan tentang teknik non
- Fokus menyempit menggunakan farmakologi: napas dala, relaksasi,
(penurunan persepsi manajemen nyeri distraksi, kompres hangat/ dingin
waktu, kerusakan proses - Mampu mengenali§ Berikan analgetik untuk mengurangi
berpikir, penurunan nyeri (skala, intensitas, nyeri: ……...
interaksi dengan orang frekuensi dan tanda§ Tingkatkan istirahat
dan lingkungan) nyeri) § Berikan informasi tentang nyeri
- Tingkah laku distraksi, - Menyatakan rasa seperti penyebab nyeri, berapa lama
contoh : jalan-jalan, nyaman setelah nyeri nyeri akan berkurang dan antisipasi
menemui orang lain berkurang ketidaknyamanan dari prosedur
dan/atau aktivitas, - Tanda vital dalam§ Monitor vital sign sebelum dan
aktivitas berulang-ulang) rentang normal sesudah pemberian analgesik pertama
- Respon autonom (seperti - Tidak mengalami kali

12
diaphoresis, perubahan gangguan tidur
tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
- Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

Hambatan mobilitas NOC : NIC :


fisik ❖ Joint Movement : Active Exercise therapy :
Berhubungan dengan : ❖ Mobility Level ambulation
- Gangguan metabolisme ❖ Self care : ADLs ▪ Monitoring vital sign
sel ❖ Transfer performance sebelm/sesudah latihan
- Keterlembatan Setelah dilakukan tindakan dan lihat respon pasien
perkembangan keperawatan saat latihan
- Pengobatan selama….gangguan mobilitas ▪ Konsultasikan dengan
- Kurang support fisik teratasi dengan kriteria terapi fisik tentang
lingkungan hasil: rencana ambulasi
- Keterbatasan ketahan ❖ Klien meningkat dalam sesuai dengan
kardiovaskuler aktivitas fisik kebutuhan
- Kehilangan integritas ❖ Mengerti tujuan dari ▪ Bantu klien untuk
struktur tulang peningkatan mobilitas menggunakan tongkat
- Terapi pembatasan ❖ Memverbalisasikan saat berjalan dan cegah
gerak perasaan dalam terhadap cedera
- Kurang pengetahuan meningkatkan kekuatan ▪ Ajarkan pasien atau
tentang kegunaan dan kemampuan berpindah tenaga kesehatan lain
pergerakan fisik ❖ Memperagakan tentang teknik ambulasi
- Indeks massa tubuh penggunaan alat Bantu ▪ Kaji kemampuan
diatas 75 tahun untuk mobilisasi (walker) pasien dalam
percentil sesuai dengan mobilisasi
usia ▪ Latih pasien dalam
- Kerusakan persepsi pemenuhan kebutuhan
sensori ADLs secara mandiri
- Tidak nyaman, nyeri sesuai kemampuan
- Kerusakan ▪ Dampingi dan Bantu
muskuloskeletal dan pasien saat mobilisasi
neuromuskuler dan bantu penuhi
- Intoleransi kebutuhan ADLs ps.

13
aktivitas/penurunan ▪ Berikan alat Bantu jika
kekuatan dan stamina klien memerlukan.
- Depresi mood atau ▪ Ajarkan pasien
cemas bagaimana merubah
- Kerusakan kognitif posisi dan berikan
- bantuan jika diperlukan

Gangguan body image NOC: NIC :


berhubungan dengan: ❖ Body image Body image enhancement
Biofisika (penyakit ❖ Self esteem - Kaji secara verbal dan
kronis), kognitif/persepsi Setelah dilakukan tindakan nonverbal respon klien
(nyeri kronis), keperawatan selama …. terhadap tubuhnya
kultural/spiritual, gangguan body image - Monitor frekuensi
penyakit, krisis pasien teratasi dengan kriteria mengkritik dirinya
situasional, trauma/injury, hasil: - Jelaskan tentang
pengobatan (pembedahan, ❖ Body image positif pengobatan,
kemoterapi, radiasi) ❖ Mampu mengidentifikasi perawatan, kemajuan
DS: kekuatan personal dan prognosis penyakit
- Depersonalisasi ❖ Mendiskripsikan secara - Dorong klien
bagian tubuh faktual perubahan fungsi mengungkapkan
- Perasaan negatif tubuh perasaannya
tentang tubuh ❖ Mempertahankan interaksi - Identifikasi arti
- Secara verbal sosial pengurangan melalui
menyatakan pemakaian alat bantu
perubahan gaya hidup - Fasilitasi kontak
DO : dengan individu lain
- Perubahan aktual dalam kelompok kecil
struktur dan fungsi
tubuh
- Kehilangan bagian
tubuh
- Bagian tubuh tidak
berfungsi

Defisit perawatan diri NOC : NIC :


Berhubungan dengan : ❖ Self care : Activity of Self Care assistane : ADLs
penurunan atau Daily Living (ADLs) ▪ Monitor kemempuan klien
kurangnya motivasi, Setelah dilakukan tindakan untuk perawatan diri yang
hambatan lingkungan, keperawatan selama …. mandiri.
kerusakan Defisit perawatan diri ▪ Monitor kebutuhan klien
muskuloskeletal, teratas dengan kriteria untuk alat-alat bantu untuk
kerusakan hasil: kebersihan diri,
neuromuskular, nyeri,
14
kerusakan persepsi/ ❖ Klien terbebas dari bau berpakaian, berhias,
kognitif, kecemasan, badan toileting dan makan.
kelemahan dan kelelahan. ❖ Menyatakan ▪ Sediakan bantuan sampai
kenyamanan terhadap klien mampu secara utuh
DO : kemampuan untuk untuk melakukan self-care.
ketidakmampuan untuk melakukan ADLs ▪ Dorong klien untuk
mandi, ketidakmampuan ❖ Dapat melakukan melakukan aktivitas sehari-
untuk berpakaian, ADLS dengan bantuan hari yang normal sesuai
ketidakmampuan untuk kemampuan yang dimiliki.
makan, ketidakmampuan ▪ Dorong untuk melakukan
untuk toileting secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.
▪ Ajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya
jika pasien tidak mampu
untuk melakukannya.
▪ Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
▪ Pertimbangkan usia klien
jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

Defisiensi pengetahuan NOC : NOC :


Factor yang o Knowledge : disease o Berikan penilaian tepat
berhubungan : process tentang tingkat
o Keterbatasan kognitif o Knowledge : health pengetahuan pasien
o Salah intepretasi behavior tentang proses penyakit
informasi Kriteria hasil : yang spesifik
o Kurang pajanan o Pasien dan keluarga o Jelaskan patofisiologi
o Kurang minat dalam menyatakan paham dari penyakit dan

15
belajar tentang penyakit, bagaimana hal ini
o Kurang dapat kondisi, prognosis, berhubungan dengan
mengingat dan program anatomi dan fisiologi,
o Tidak familier dengan pengobatan dengan cara yang tepat.
sumber o Pasien dan keluarga o Gambarkan tanda dan
DS: Menyatakan secara mampu melaksanakan gejala yang biasa muncul
verbal adanya masalah prosedur yang pada penyakit, dengan
DO: ketidakakuratan dijelaskan secara cara yang tepat
mengikuti instruksi, benar o Gambarkan proses
perilaku tidak o Pasien dan keluarga penyakit, dengan cara
sesuai,peningkatan Vital mampu menjelaskan yang tepat
sign, wajah tegang,gelisah kembali apa yang o Identifikasi kemungkinan
dijelaskan penyebab, dengan cara
perawatan/tim yang tepat
kesehatan lainnya o Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
o Hindari jaminan yang
tepat
o Sediakan bagi keluarga
informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
o Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan dating dan atau
proses pengontrolan
penyakit
o Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
o Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
o Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas
local dengan cara yang
tepat
o Intruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan dengan cara
yang tepat

16
4.Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan.

Implementasi merupakan tahap proses keperawatan di mana perawat memberikan intervensi


keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap klien.

5.Evaluasi:
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan perawat untuk
menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi klien.

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses kepweawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.

17
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Arthritis rheumatoid adalah penyakit sistemik dengan gejala ekstra-artikuler. ( Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah,Volume 3. 2001 ).

Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai mengenai


membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian,
kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. ( Diane C. Baughman. 2000 )

Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen – antibodi), faktor metabolik dan infeksi
virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).

B. SARAN

Sebaiknya kita menjaga aktivitas, pola tidur, diet dan yang lainnya agar seimbang, untuk
menghindari AR menyerang pada sistem imun kita.

18
DAFTAR PUSTAKA

Doenges E Marilynn.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Kalim.Handono.1996.Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Mansjoer.Arif.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculaapius FKUI.

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi

8.Jakarta : EGC

Setiadi (2012), Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan, Yogyakarta: Graha Ilmu

Potter & Perry. (2009). Fundamental of Nursing 7 th Edition.

Hidayat A. Aziz Alimul (2007), Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: Salemba
Medika

Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis
MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange,
International Edition, Connecticut 2005, 729-32.

19

Anda mungkin juga menyukai