Anda di halaman 1dari 19

B.

Konsep Dasar Medis


1. Pengertian
Kata arthritis berasal dari dua kata yunani. Pertama, arthron
yang berarti sendi, kedua itis yang berarti peradangan. Secara harfiah,
arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah
suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan
dan kaki) mengalami peradangan (Nasrullah, 2016).
Rheumatoid arthritis merupakan gangguan kesehatan inflamasi
sistemik yang diperantarai oleh imunitas (Esther, 2010).
Rheumatoid artritis adalah penyakit inflamasi non-bakterial
yang bersifat progresif kronis mengenai sendi dan tidak diketahui
penyebabnya. Pada saat ini, rheumatoid arhtritis disebabkan oleh
faktor autoimun dan infeksi (Muttaqin, 2011).

2. Klasifikasi
Menurut Buffer (2010), klasifikasi rheumatoid arthritis menjadi empat
tipe yaitu :
a. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat tujuh
kriteria tanda dan gejala sendi yang berlangsung terus-menerus,
paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
b. Rheumatoid artritis defisit pada tipe ini harus terdapat lima kriteria
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus-menerus,
paling sedikit dalam waktu enam minggu.
c. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat tiga
kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus-
menerus, paling sedikit dalam waktu enam minggu.
d. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat dua
kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus-
menerus paling sedikit dalam waktu tiga bulan.

6
3. Etiologi
Rheumatoid arthritis termasuk golongan penyakit autoimun
yang menyerang sistem imun penderita menyebabkan terjadinya
radang pada cairan sinovial. Perjalanan penyakit ini berlangsung cukup
progresif sehingga tulang rawan dan tulang yang disekitar persendian
akan tergangguan yang menyebabkan otot, ligament, tendon dan
persendian menjadi lemah. Selain faktor autoimunitas faktor lain juga
mempengaruhi terjadinya rheumatoid arthritis adalah faktor genetik,
faktor infeksi, faktor obat-obatan. Selain itu, faktor hormonal dan
faktor kebiasaan merokok dapaf memperberat gejala pada penyakit dan
jenis makanan tinggi purin (Windari, 2018)

4. Anatomi Fisiologis
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan
mengurus pergerakan. Komponen utama dari sistem muskulosketal
adalah tulang dan jaringan ikat yang tersusun kurang lebih 25% berat
badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri dari
tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, dan jaringan-jaringan
khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
a. Tulang
Tulang adalah jaringan yang paling keras antara jaringan ikat yang
terdiri atas 50% air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari bahan
mineral terutama kalsium kurang lebih 67% dan bahan seluler
33%. Fungsi dari tulang sebagai berikut :
1) Mendukung jaringan tubuh dan memerikan bentuk tubuh.
2) Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru, dan jaringan
lunak)
3) Memberikan pergerakan (otot berhubungan dengan kontraksi
dan pergerakan)
4) Membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang
(hemotopoesis)
5) Menyimpan garam-garam mineral (kalsium,
fosfor, ,magnesium dan fluour)

Struktur tulang diselimuti di bagian luar oleh membrane fibrus


pudar disebut periosteum. Periosteum memberikan nutrisi pada
tulang dan memungkinkan tumbuh, selain sebagai tempat
perlekatan tendon, dan ligament. Periosteum mengandung saraf,
pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan yang terdekat mengandung
osteoklast. Dibagian dalamnya terdapat endosteum yaitu
membrane vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang
Panjang dan rongga dan dalam tulang kanselus. Osteoklast terletak
dekat endosteum dan dalam lacuna howship (cekungan pada
permukaan tulang). Tulang tersusun dari tiga jenis sel yaitu :

1) Osteoblast
Osteoblast berfungsi dalam pembentukan tulang dengan
mensekresikan matrik tulang. Matrik tulang tersusun atas 98%
kolegen dan 2% subtansi dasar (glukosaminoglikan/asam
polisakarida dan proteoglikan). Materik tulang merupakan
kerangka dimana garam garam mineral ditimbun terutama
calsium, fluor, magnesium dan phosphor.

2) Osteosit
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai
pemeliharaan fungsi tulang dan terletak pada osteon (unit
materik tulang). Osteon yaitu tengahnya terdapat kapiler dan
disekeliling kapiler terdapat materik tulang yang disebut
lamella. Di dalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh
nutrisi lewat prosesus yang berlanjut kedalam yang halus
(kanal yang menghubungkan dengan pembuluh darah yang
terletak kurang lebih 0,1 mm)
3) Osteoklas
Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak memungkinkan
mineral dan materiks tulang dapat diabsorpsi, penghancuran
dan remodelling tulang. Tidak seperti osteoblast dan osteosit,
osteoklas mengikis tulang. Tulang merupakan jaringan yang
dinamis dalam keadaan peralihan tulang (resorpsi dan
pembentukan tulang). Kalium dalam tubuh orang dewasa
diganti 18% pertahun.
Berdasarkan brntuknya tulang dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1) Tulang Panjang/Tulang Pipa
Tulang ini sering terdapat dalam anggota gerak. Fungsinya
sebagai alat ungkit dari tubuh dan memungkinkan atas tulang
kortikal dan ujung tulang Panjang yang dinamakan epifis
tersusun terutama oleh tulang kanselus. Plat epifis memisahkan
epifis dan diafisis dan merupakan pusat pertumbuhan
longitudinal pada anak-anak, yang pada orang dewasa
akanmengalami kalsifikasi. Misalnya pada tulang humerus dan
femur.
2) Tulang Pendek
Tulang ini sering didapat pada tulang-tulang karpalia di tangan
dan tarsalia di kaki. Fungsinya pendukung seperti tampak pada
pergelangan tangan. Bentuknya tidak teratur dan inti dari
konslus (spongi) dengan suatu lapisan luar tulang yang padat.
3) Tulang pipih
Tulang ini sering terdapat di tengkorak, pinggul/koxa, sternum,
dan iga-iga, serta scapula (tulang belikat). Fungsinya sebagai
pelindung organ vital dan menyediakan permukaan luas untuk
kaitan otot-otot, merupakan tempat penting untuk
hematopoesis. Tulang pipih tersusun dari tulang kanselus
diantara 2 tulang kotikal.
4) Tulang Tak Beraturan
Berbentuk unik sesuai dengan fungsinya. Struktur tulang tidak
beraturan, terdiri dari tulang, kanselous di antara tulang
kortikal. Contoh : tulang vertebrata, dn tulang wajah.
5) Tulang Sesamoid
Merupakan tulang kecil disekitar tulang yang berdekatan
dengan persendian dan didukung oleh tendon dan jaringan
fasial. Contoh : tulang patella (Kap lutut).
b. Persendian
Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang.
Tulang-tulang ini dapat dipadukan dengan berbagai cara misalnya
dengan kapsul sendi, pita fibrose, ligament, tendon, fasia, atau otot.
Alam membentuk rangka tubuh, tulang yang satu berhubungan
dengan tulang yang lain melalui jaringan penyambung yang
disebut persendian. Pada persendian terdapat cairan pelumas
(cairan sinofial). Otot yang melekat pada tulang oleh jaringan ikat
disebut tendon. Fungsi sendi adalah untuk memberikan fleksibilitas
dan pergerakan pada tempatnya, juga sebagai poros anggota gerak.
Ada beberapa sendi dalam tubuh yang hanya memberikan sedikit
pergerakan, namu tetap saja sangat berfungsi untuk memberikan
kestabilan pada tubuh.
Sedangkan, jaringan yang berhubungan tulang dengan
tulang disebut ligament. Secara struktural sendi dibagi menjadi :
sendi fibrosa, kartilaginosa, synovial, dan berdasarkan
fungsionalnya sendi dibagi menjadi : sendi sinartrosis, amfiartrosis,
diarthroses.
1) Sendi Fibrose/ sinartrosis
Sendi yang tidak dapat bergerak atau merekat ikat, maka
tidak mungkin gerakan anatara tulang-tulangnya. Sendi fibrose
tidak mempunyai lapisan tulang rawan dan tulang yang satu
dengan lainnya dihubungkan oleh jaringan penyambung
fibrose. Contoh sutura pada tulang tengkorak, sendir kaitan dan
sendi kantong (gigi), dan sindesmosis (permukaan sendi
dihubungkan oleh membran).
2) Sendi Kartilaginosa / amfiartrosis
Sendi dengan gerakan sedikit, dan permukaan
persendian-persendiannya dipisahkan oleh bahan antara dan
hanya mungkin sedikit gerakan. Sendi tersebut ujung-unjung
tulangnya dibungkus tulang rawan hyaline, disokong oleh
ligament dan hanya dapat sedikit bergerak. Ada dua tipe
kartilago :
a) Sinkondrasis
Sendi yang seluruh persendiannya diliputi oleh tulang
rawan hialin.
b) Simfisis
Sendi yang tulangnya memiliki hubungan fibrokartilago
dan selapis tipis tulang rawan hialin yang menyelimuti
permukaan sendi. Contohnya : simfisis pubis (bantalan
tulang raan yang mempersatukan kedua tulang pubis), sendi
antara manubrium dan badan sternum, dan sendi temporer/
sendi tulang rawan primer yang dijumpai antara diafisis dan
epifisis.
c) Sendi Sinovial/diarthroses
Sendi tubuh yang dapat digerakkan. Sendi ini memiliki
rongga sendi dan permukaan sendi dilapisi tulang rawan
hialin. Kapsul sendi tersiri dari suatu selaput penutupfibrose
padat, suatu lapisan dalam yang terbentuk dari jaringan
penyambung berpembuluh darah banyak dan synovium
yang membentuk suatu kantong yang melapisi suatu sendi
dan membungkus tandon-tandon yang melintasi
sendi.sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental
yang membasahi permukaan sendi. Cairan synovial
normalnya bening, tidak membeku dan tidak berwarna.
Jumlah yang ditemukan pada tiap-tiap sendi relative kecil
1-3 ml. cairan synovial bertindak pula juga sebagi sumber
nutrisi bagi tulang rawan sendi.
Tulang rawan memegang peranan penting, dalam
membagi organ tubuh. Tulang rawan sendi terdiri dari
subtansi dasar yang terdiri dari kolegen tipe II dan
proteoglikan yang dihasilkan oleh sel-sel tulang rawan.
Proteoglikan yang ditemukan pada tulang rawan sendi
sangat hidrofilik, sehingga memungkinkan rawan tersebut
mampu menahan kerusakan waktu sendi menerima beban
berat. Perubahan susunan kolagen dan pembentukan
proeteolikan dapat terjadi setelah cedera atau ketika usia
bertambah.
Persendian yang bergerak bebas dan banyak
ragamnya. Berbagai jenis sendi synovial yaitu sendi
datar/sendi geser; sendi putar ; sendi engsel; sendi
kondiloid, sendi berporos, dan sendi pelana/ sendi timbal
balik. Gerak pada sendi ada kelompok utama yaitu gerakan
meluncur, gerakan bersudut /anguler, dan gerakan rotasi.
Adapun pergerakan yang dapat dilakukan oleh
sendi-sendi adalah fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi, rotasi,
sirkumduksi dan pergerakan khusus seperti supinasi,
pronasi, inversion, eversion, protaksio.

c. Otot
Otot yang melekat pada tulang memungkinkan tubuh bergerak.
Kontraksi otot menghasilkan suatu usaha mekanik untuk bergerak
maupun produksi panas untuk mempertahankan temperature tubuh.
Jaringan otot terdiri atas semua jaringan-jaringan kontraktil.
Menurut fungsi kontraksi dan hasil gerakan dari seluruh bagian
tubuh otot dikelompokkan dalam :
1) Otot rangka (striadted atau otot lurik)
Terdapat pada sitem skelet, memberikan pengontrolan
pergerakan, mempertahankan postur tubuh dan menghasilkan
panas.
2) Otot polos
Terdapat pada saluran pencernaan, perkemihan, pembuluh
darah. Otot ini mendapat rangsangan dari saraf otonom yang
berkontraksi diluar kesadaran.
3) Otot jantung
Hanya dapat pada jantung dan berkontraksi diluar
pengendalian. Otot rangka dinamai menurut bentuknya seperti
deltoid, menurut jurusan serabutnya seperti rektus abdominis,
menurut kedudukan ototnya seperti pektoralis mayot, menurut
fungsinya seperti fleksor dan ekstensor. Otot rangka ada yang
berukuran Panjang berkontraksi bila ada rangsangan. Energi
kontraksi otot diperoleh melaui pemecahan ATP dan kegiatan
kalsium.
Otot terbagi dua tempat tertentu yaitu :
1) Origo
Tempat yang kuat dianggap sebagai tempat dimana otot
timbul.
2) Isernio
Lebih dapat bergerak dimana tempat kearah mana otot
berjalan. Kontraksi otot rangka dapat terjadi hanya jika
dirangsang. Energi kontraksi otot dipenuhi dari pemecahan
ATP dan kegiatan kalsium. Serat-serat dengan oksigenasi
secara adekuat dapat berkontraksi lebih kuat, bila
dibandingkan dengan oksigenasi tidak adekuat. Pergerakan
tarikan otot pada tulang yang berperan sebagai pengungkit
dan sendi berperan sebagai tumpuan atau penopang

5. Patofisiologis
Pada rheumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan
sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan sinovial (menebal).
Proses fagositosis menghasilkkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-
enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema,
proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus.
Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi
tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan
menganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot
akan mengalami perubahan degenerative dengan menghilangnya
elastisitas otot dan kekakuan kontraksi otot.
Lamanya rheumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai
dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara
ada orang yang sembuh dari serangan dan selanjutnya tidak diserang
lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat
ditandai dengan kerusakan sendi yang terus-menerus dan terjadi
vaskulitis yang difus (Nasrullah, 2016).

6. Manifestasi Klinis
Menurut Nasrullah (2016), tanda dan gejala rheumatoid arthritis
antara lain :
a. Nyeri persendian
b. Pembengkakan
c. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari.
d. Sendi-sendi terasa panas
e. Demam
f. Berat badan menurun
g. Tampak warna kemerahan disekitar sendi
h. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal

Pada tahap lanjut akan muncul tanda dan gejala seperti :

a. Gerakan menjadi terbatas


b. Adanya nyeri tekan
c. Deformitas bertambah pembengkakan
d. Kelemahan depresi
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nasrullah (2016) pemeriksaan penunjang rheumatoid
arthritis antara lain :
a. Pemeriksaan LED umumnya meningkat pesat (80-100 mm/h)
mungkin kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat
b. Protein C-reaktif posisi selama masa eksaserbasi
c. SDP meningkat pada waktu timbul proses inflamasi
d. Ig (Ig M dan Ig G) peningkatan besar menunjukan proses
autoimun sebagai penyebar rheumatoid arthritis
e. Sinar X dari sendi yang sakit menunjukan pembengkakan pada
jaringan lunak, erosi dan sendi osteoporosis dari tulang yang
berdektan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista
tulang, memperkecil jarak sendi dan sublukasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersaman.
f. Biopsi membrane sinovial menunjukan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.

8. Penatalaksanan Medis
a. Farmakologi
1) Anti inflamasi non steroid (NSAID) contoh : aspirin yang
diberikan pada dosis yang telah ditentukan
2) Obat-obat untuk rheumatoid artritis antara lain :
a) Acetyl salicylic acid, cholyn salicylate (analgetik ,
antipiretik dan anti inflamasi)
b) Indomethacin/Indocin (analgetik dan anti inflamasi)
c) Ibuprofen/motrin (analgetik, anti inflamasi)
d) Tolmetin sodium/tolectin (analgetik/ anti inflamasi)
e) Naproxen/naprosin (analgetik, anti inflmasi)
f) Sulindac/clinoril (analgetik, anti inflmasi)
g) Piroxicam/feldene (analgetik, anti inflamasi.
b. Nonfarmakologi
Terapi nonfarmakologi menurut Nanda (2015), sebagai berikut :
1) Olahraga teratur, istrahat yang cukup dan ketahui penyebab dan
tandagejala penyakit.
2) Kompres panas dapat mengatasi kekakuan dan kompres air
dingin dapat membantu meredakan nyeri
3) Hindari makanan yang banyak mengandung purin seperti
minuman beralkohol, ragi, jeroan, kacang-kacangan, bayam
dan asparagus
4) Banyak minum air putih untuk membantu mengencerkan asam
urat yang terdapat dalam darah sehingga tidak tertimbun
disendi
5) Mengkonsumsi makanan yang bergizi dan pertahankan berat
badan

9. Perubahan Sistem Muskuloskeletal Pada Lansia


Menua merupakan suatu hal yang wajar dialami oleh setiap
manusia. Menjadi tua atau menua akan mengakibatkan turunnya fungsi
tubuh atau terjadinya perubahan fisiologis. Pada lansia perubahan
fisiologis terjadi secara menyeluruh, baik fisik, sosial, mental, dan
moral spiritual, yang keseluruhannya saling berkaitan dan saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Perubahan fisiologis yang
umum terjadi pada lansia yaitu perubahan pada sistem muskuloskeletal
(Padila, 2013).
Perubahan sistem muskuloskeletal pada usia lanjut antara lain
penurunan kekuatan otot yang disebabkan oleh penurunan masa otot,
ukuran otot mengecil, sel otot yang mati digantikan oleh jaringan ikat
dan lemak, kekuatan atau jumlah daya yang dihasilkan oleh otot
menurun dengan bertambahnya usia, serta kekuatan otot ekstrimitas
bawah berkurang sebesar 40% antara usia 30 sampai 80 tahun (Padila,
2013).
Lanjut usia juga akan mengalami penurunan cairan tulang yang
mengakibatkan tulang menjadi mudah rapuh, bungkuk, persendian
membesar dan menjadi kaku, kram, tremor, tendon mengkerut dan
mengalami sklerosis (Artinawati, 2014).
Penurunan pada massa tulang merupakan hal yang umum
dialami oleh lansia. Penurunan itu sendiri dapat diakibatkan oleh
ketidakaktifan fisik, perubahan hormonal dan resorpsi tulang. Efek dari
penurunan ini adalah tulang menjadi lemah, kekuatan otot menurun,
cairan sinovial mengental dan terjadi klasifikasi kartilago (Artinawati,
2014).

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data secara
sistematis yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan
fungsional dan untuk menentukan pola respon pasien. Hal yang perlu
dikaji adalah:
a. Data demografi
b. Riwayat keluarga lengkap dengan genogram
c. Riwayat pekerjaan yakni pekerjaan sebelum sakit dan pekerjaan
saat ini
d. Riwayat lingkungan hidup terdapat tipe tempat tinggal,kondisi
tempat tinggal
e. Pola-pola pemeliharaan kesehatan :
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : nyeri sendi karena pergeseran, nyeri tekan, yang
memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan sendi di pagi
hari, biasanyan terjadi secara bilateral dan simetris.
Keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup,
aktivitas, istirahat, dan pekerjaan. Gejala lain adalah keletihan
dan kelelahan yang hebat. Tanda : malaise, keterbatasan
renatang gerak: atrofil otot, kulit; kontraktur/kelainan pada
sendi dan otot.
2) Kardiovaskuler
Gejala: fenomena Raynaud jari tangan/kaki, misal pucat
intermitten, sianotik, kemudian kemerahan pada jari sebelum
warna kembali normal.
3) Integritas Ego
Gejala: faktor-faktor stress akut/kronis, misal finansial
pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan sosial.
Keputusan dan ketidakberdayaan .Ancaman pada konsep diri,
citra tubuh, identitas diri misal ketergantungan pada orang lain,
dan perubahan bentuk anggota tubuh.
4) Makanan atau cairan
Gejala: ketidakmampuan untuk menghasilkan/mengonsumsi
maakan/cairan adekuat; mual, anoreksia, dan kesulitan untuk
mengunyah. Tanda; penurunan berat badan, dan membrane
mukosa kering.
5) Hygiene
Gejala; berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
perawataan pribadi secara mandiri. Ketergantungan pada orang
lain.
6) Neurosensori
Gejala; kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya
sensasi pada jari tangan. Tanda; pembengkakan sendi simetris
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala; fase akut dari nyeri (disertai/tidak disertai
pembengkakan jaringan lunak pada sendi). Rasa nyeri kronis
dan kekakuan (terutama pada pagi hari).
8) Keamanan
Gejala; kulit mengkilat, tegang; nodus subkutaneus. Lesi kulit,
ulkus kaki, kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan
rumah tangga.Demam ringan menetap, kekeringan pada mata,
dan membran mukosa.
9) Interaksi sosial
Gejala; kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain,
perubahan peran dan isolasi.
10) Penyuluhan
Gejala: Riwayat RA pada keluarga (pada awitan remaja).
Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, “penyembuhan“
arthritis tanpa pengujian. Riwayat perikarditis, lesikatup,
fibrosis pulmonal, pleuritis.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agens pencedera fisiologis
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskulusketal
c. Resiko jatuh berhubungan dengan usia lebih 65 tahun
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


o
1 Nyeri kronis berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
kondisi muskuluskletal kronis keperawatan diharapkan : Definisi :
Tingkat nyeri Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau
Definisi : emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
Mengidentifikasi dan nomengelola fungsional
pengalaman sensorik atau emosional yang Observasi
berkaitan dengan kerusakan jaringan atau Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
fungsional intensitas nyeri
Kriteria hasil : Identifikasi skala nyeri
- Keluhan nyeri menurun Identifikasi respon nyeri non verbal
- Meringis menurun Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
- Gelisah menurun nyeri
- Kesulitan tidur menurun Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Frekuensi nadi membaik Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Pola nafas membaik Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Nafsu makan membaik Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2 Gangguan mobilitas fisik Setelah dlilakukan tindakan Dukungan ambulasi


berhubungan dengan gangguan keperawatan diharapkan Definisi
muskuluskletal Mobilitas fisik meningkat Memfasilitasi pasien untuk meningkatkan aktivitas
Definisi : berpindah
Kemampuan dalam Gerakan fisik dari Observasi
satu atau lebih ekstremitas secara mendiri Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Kriteria hasil : Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
- Pergerakan ekstremitas Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
meningkat memulai ambulasi
- Kekuatan otot meningkat Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
- Rentang gerak (ROM) Terapeutik
meningkat Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis.
- Nyeri menurun tongkat, kruk)
- Kaku sendi menurun Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
Kelemahan fisik menurun Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
Anjurkan melakukan ambulasi dini
Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis.
berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)

3 Risiko jatuh berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan jatuh


usia >60 tahun keperawatan diharapkan tingkat jatuh Observasi
menurun. dengan kriteria hasil : Identifikasi faktor risiko jatuh (misal usia > 65 tahun,
- Jatuh dari tempat tidur menurun. penurunan tingkat kesadaran, defisit kognitif, hipotensi
- Jatuh saat berdiri menurun. ortostatik, gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan,
neuropati).
- Jatuh saat duduk menurun. Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau
- Jatuh saat berjalan menurun. sesuai dengan kebijakan institusi.
- Jatuh saat naik tangga menurun. Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan risiko
- Jatuh saat dikamar mandi jatuh (misal: lantai licin, penerangan kurang).
menurun. Hitung risiko jatuh dengan menggunakan skala (misal: Fall
Jatuh saat membungkuk menurun Morse Scale, Humpty Dumpty Scale), jika perlu.
Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur ke kursi
roda dan sebaliknya.
Terapeutik
Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga.
Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam
kondisi terkunci.
Pasang handrail temapt tidur.
Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah.
Tempatkan pasien beresiko tinggi jatuh dekat dengan
pantauan perawat dan nurse station.
Gunakan alat bantu berjalan (misal Kursi roda, Walker).
Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien.
Edukasi
Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan
untuk berpindah.
Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin.
Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan
tubuh.
Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri.
Ajarkan cara menggunakan bel pemanggil untuk
memanggil perawat.

Anda mungkin juga menyukai