Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PATOFISIOLOGI TULANG DAN SENDI


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Patofisiologi

Dosen Pengampu :
Dr. Ary Nahdiayani Amalia

Oleh Kelompok 8 :
Nuzul Putmaeni (19/FAM1877)
Dicky Hermawan (19/FAM178)
Asma Fitriani (19/FAM179)
Nida Uniafa (19/FAM180)
Amelia Resti Fauzi (19/FAM181)
Hellen Triolinda (19/FAM182)

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


STIKES IBNU SINA AJIBARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tulang dan sendi merupakan sistem gerak pada tubuh yang
mempunyai banyak fungsi untuk menunjang kehidupan manusia. Tanpa
keduanya, manusia akan kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Sendi lutut manusia pada dasarnya terdiri dari empat tulang yang dilekatkan
oleh lingkar jaringan besar yang disebut ligament. Struktur kompleks sendi
lutut ini bekerja secara bersamaan untuk memberikan keluwesan dan
dukungan pada tubuh, serta pergerakan yang lebih luas.
Ligament pada sendi lutut juga merupakan bagian tubuh yang terus
menerus mengalami tekanan saat menjalankan aktivitas sehari-hari. Maka jika
tidak dirawat serta mendapatkan nutrisi yang tepat dapat menimbulkan nyeri,
rasa tidak nyaman, dan terbatasnya gerakan. Trauma yang disebabkan oleh
kecelakaan, jatuh, atau pukulan langsung pada lutut bisa menyebabkan cedera
pada ligamen di berbagai lokasi pada bagian atas lutut, bagian luar lutut atau
di dalam lutut itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Anatomi Fisiologi tulang?
2. Bagaimana Anatomi Fisiologi sendi?
3. Bagaimana patofisiologi tulang ?
4. Bagaimana patofisiologi sendi ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Anatomi Fisiologi tulang
2. Mengetahui Anatomi Fisiologi sendi
3. Mengetahui Patofisiologi tulang
4. Mengetahui Patofisiologi sendi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi tulang dan sendi


1. Tulang
Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat
lainnya yang terdiri atas hampir 50 % air dan bagian padat, selebihnya
terdiri dari bahan mineral terutama calsium kurang lebih 67 % dan bahan
seluler 33%.
Fungsi dari tulang adalah sebagai berikut :
 Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
 Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru, dan jaringan
lunak).
 Memberikan pergerakan (otot berhubungan dengan kontraksi dan
pergerakan).
 Membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang
(hematopoesis).
 Menyimpan garam-garam mineral (kalsium, fosfor, magnesium dan
fluor).
Struktur tulang:
Tulang diselimuti di bagian luar oleh membran fibrus padat disebut
periosteum. Periosteum memberikan nutrisi pada tulang dan
memungkinkan tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan
ligament. Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah, dan limfatik.
Lapisan yang terdekat mengandung osteoblast . Dibagian dalamnya
terdapat endosteum yaitu membran vascular tipis yang menutupi rongga
sumsum tulang panjang dan rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast
terletak dekat endosteum dan dalam lacuna howship (cekungan pada
permukan tulang).
Sumsum tulang merupakan jaringan vascular dalam rongga
sumsum (batang) tulang panjang dan tulang pipih. Sumsum tulang merah
terutama terletak di sternum, ilium, vetebra dan rusuk pada orang dewasa,
bertanggungjawab dalam produksi sel darah merah dan putih. Pada orang
dewasa tulang panjang terisi oleh sumsum lemak kuning. Jaringan tulang
mempunyai vaskularisasi yang baik. Tulang kanselus menerima asupan
darah melalui pembuluh metafis dan epifis. Pembuluh periosteum
mengangkut darah ke tulang kompak melalui kanal volkman. Selain itu
terdapat arteri nutrient yang menembus periosteum dan memasuki rongga
meduler melalui foramina (lubang-lubang kecil). Arteri nutrient memasok
darah ke sumsum tulang, System vena ada yang keluar sendiri dan ada
yang mengikuti arteri.
Tulang tersusun dari 3 jenis sel yaitu :
a. Osteoblas
Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan
mensekresikan matrik tulang. Matrik tulang tersusun atas 98% kolagen
dan 2% substansi dasar (glukosaminoglikan/ asam polisakarida dan
proteoglikan). Matrik tulang merupakan kerangka dimana garam
garam mineral ditimbun terutama calsium, fluor, magnesium dan
phosphor.
b. Osteosit
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai
pemeliharaan fungsi tulang dan terletak pada osteon (unit matrik
tulang). Osteon yaitu unit fungsional mikroskopik tulang dewasa yang
di tengahnya terdapat kapiler dan disekeliling kapiler tedapat matrik
tulang yang disebut lamella. Di dalam lamella terdapat osteosit, yang
memperoleh nutrisi lewat prosesus yang berlanjut kedalam kanalikuli
yang halus (kanal yang menghubungkan dengan pembuluh darah yang
terletak kurang lebih 0,1 mm).
c. Osteoklas
Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak memungkinkan
mineral dan matriks tulang dapat diabsorpsi, penghancuran dan
remodeling tulang. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas
mengikis tulang. Tulang merupakan jaringan yang dinamis dalam
keadaan peralihan tulang (resorpsi dan pembentukan tulang). Kalium
dalam tubuh orang dewasa diganti 18% pertahun.

Gambar 1.1 struktur tulang


2. Persendian
Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-
tulang ini dipadukan dengan berbagai cara misalnya dengan kapsul sendi,
pita fibrosa, ligamen, tendon, fasia atau otot.
Dalam membentuk rangka tubuh, tulang yang satu berhubungan
dengan tulang yang lain melalui jaringan penyambung yang disebut
persendian. Pada persendian terdapat cairan pelumas (cairan sinofial). Otot
yang melekat pada tulang oleh jaringan ikat disebut tendon. Sedangkan,
jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang disebut ligamen.
Secara structural sendi dibagi menjadi: sendi fibrosa, kartilaginosa,
sinovial. Dan berdasarkan fungsionalnya sendi dibagi menjadi: sendi
sinartrosis, amfiartrosis, diarthroses.
a. Sendi Fibrosa/ sinartrosis
Sendi yang tidak dapat bergerak atau merekat ikat, maka tidak mungkin
gerakan antara tulang-tulangnya. Sendi fibrosa tidak mempunyai lapisan tulang
rawan dan tulang yang satu dengan lainnya dihubungkan oleh jaringan
penyambung fibrosa. contohnya sutura pada tulang tengkorak, sendi kaitan
dan sendi kantong (gigi), dan sindesmosis (permukaan sendi dihubungkan oleh
membran).

b. Sendi Kartilaginosa/ amfiartrosis


Sendi dengan gerakan sedikit, dan permukaan persendian- persendiannya
dipisahkan oleh bahan antara dan hanya mungkin sedikit gerakan. Sendi
tersebut ujung-ujung tulangnya dibungkus tulang rawan hyalin, disokong oleh
ligament dan hanya dapat sedikit bergerak.
Ada dua tipe kartilago :
1. Sinkondrosis
Sendi yang seluruh persendianyan diliputi oleh tulang rawan hialin
2. Simfisis
Sendi yang tulangnya memiliki hubungan fibrokartilago dan selapis
tipis tulang rawan hialin yang menyelimuti permukaan sendi. Contohnya
:simfisis pubis (bantalan tulang rawan yang mempersatukan kedua tulang
pubis), sendi antara manubrium dan badan sternum, dan sendi temporer /
sendi tulang rawan primer yang dijumpai antara diafisis dan epifisis.
c. Sendi Sinovial/ diarthroses
Sendi tubuh yang dapat digerakkan. Sendi ini memiliki rongga sendi dan
permukaan sendi dilapisi tulang rawan hialin. Kapsul sendi terdiri dari suatu
selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalam yang terbentuk dari jaringan
penyambung berpembuluh darah banyak dan sinovium yang membentuk suatu
kantong yang melapisi suatu sendi dan membungkus tendon-tendo yang
melintasi sendi. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang
membasahi permukaan sendi. Caiaran sinovial normalnya bening, tidak
membeku dan tidak berwarana. Jumlah yang ditemukan pada tiap-tiap sendi
relative kecil 1-3 ml. Cairan sinovial bertindak pula juga sebagi sumber nutrisi
bagi tulang rawan sendi.
Tulang rawan memegang peranana penting, dalam membagi organ tubuh.
Tulang rawan sendi terdi dari substansi dasar yang terdiri dari kolagen tipe II
dan proteoglikan yang dihasilkan oleh sel-sel tulang rawan. Proteoglikan yang
ditemukan pada tulang rawan sendi sangat hidrofilik, sehingga memungkinkan
rawan tersebut mampu menahan kerusakan sewaktu sendi menerima beban
berat. Perubahan susunan kolagen dan pembentukan proteoglikan dapat terjadi
setelah cedera atau ketika usia bertambah.
Persendian yang bergerak bebas dan banyak ragamnya. Berbagai jenis
sendi sinovial yaitu sendi datar / sendi geser, sendi putar, sendi engsel, sendi
kondiloid, sendi berporos, dan sendi pelana / sendi timbal balik.Gerak pada
sendi ada 3 kelompok utama yaitu gerakan meluncur, gerkan bersudut /
anguler, dan gerakan rotasi.
Adapun pergerakan yang dapat dilakukan oleh sendi-sendi adalah fleksi,
ekstensi, adduksi, abduksi, rotasi, sirkumduksi dan Pergerakan khusus seperti
supinasi, pronasi, inversion, eversio, protaksio.
Sendi diartrosis terdiri dari:
1. Sendi peluru
Sendi peluru adalah persendian yang memungkinkan gerakan yang
lebih bebas. Sendi ini terjadi apabila ujung tulang yang satu berbentuk
bonggol, seperti peluru masuk ke ujung tulang lain yang berbentuk
cekungan. Contoh sendi peluru adalah hubungan tulang panggul dengan
tulang paha, dan tulang belikat dengan tulang atas. 

2. Sendi engsel
Memungkinkan gerakan melipat hanya satu arah, Persendian yang
menyebabkan gerakan satu arah karena berporos satu disebut sendi engsel.
Contoh sendi engsel ialah hubungan tulang pada siku, lutut, dan jari-jari.
3. Sendi pelana
Sendi pelana adalah persendian yang membentuk sendi, seperti
pelana, dan berporos dua. Contohnya, terdapat pada ibu jari dan pergelangan
tangan
Memungkinkan gerakan 2 bidang yang saling tegak lurus. misal persendian
dasar ibu jari yang merupakan sendi pelana 2 sumbu.

4. Sendi pivot
Memungkinkan rotasi untuk melakukan aktivitas untuk memutar
pegangan pintu, misal persendian antara radius dan ulna.
5. Sendi peluncur
Memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah. Contoh adalah sendi-
sendi tulang karpalia di pergelangan tangan

A. PATOFISIOLOGI TULANG DAN SENDI


1. Kelainan Pada Tulang
A. Osteoporosis
Osteoporosis yaitu kelainan yang terjadi penurunhan massa tulang total.
Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal. Kecepatan resorpsi
tulang dari kecepatan pembentukan tulang yang mengakibatkan penurunan
massa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh, dan mudah
patah.

Patofisiologi :
 Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara
seimbang yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang. Setiap ada
ada perubahan dalam kesimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih besar
dari proses penbenutkan maka kan terjadi penurunan massa tulang.
 Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun
untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pada bagianh trabekula.
 Pada usia 40-45 tahun, baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan
tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5 %/ tahun dan bagian trabekula pada
usia lebih muda.
 Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20-
30 % dan pada wanita 40-50 %.
 Penurunan massa tulang lebih cepat pada bagian-bagian tubuh seperti
metakarfal, kolum femoris, dan korpus vertebra.
 Bagian-bagian tubuh yang sering fraktur adalah vertebra, paha bagian
proksimal dan radius bagian distal.
B. Osteomalasia
Osteomalasia adalah penyakit metabilisme tulang yang di tandai dengan
tidak memadainya mineralisasi tulang. Pada orang dewasa osteomalasia
bersifat kronik dan deformitas skeletalnya tidak seberat pada anak karena
pertumbuhan skletal telah selesai. Pada pasien ini,sejumlah besar osteoroid
atau remodelling tulang baru tidak mengalami kalsifikasi, diperiksakan bahwa
defek primernya adalah kekurangan vitamin D aktif ( kalsitrol), yang memacu
absorpsi kalsium dari traktus GI, dan menfasilitasi tulang. Pasokan kalsium dan
fosfat dalam cairan ekstra sel rendah. Tanpa vitamin D yang mencukupi,
kalsium dan fosfat tidak dapat di masukkan ke tempak kalsifikasi tulang.
Patofisilogi:
 Ada berbagai kasus osteomalasia yang terjadi akibat gangguan umum
metabolisme mineral. Faktor risiko terjadinya osteomalasia meliputi
kekurangan dalam diet, malabsorpsi, gasterktomi, gagal ginjal kronik, terapi
antikonvulsan berkepentingan dan kekurangan vitamin D.
 Tipe malnutrisi ( kekurangan vitamin D) sering berhubungan dengan
kalsium yang jelek terutama akibat kemiskinan, tetapi memakan makanan
dan kurangnya pengetahuan mengenai nutrisi juga merupakan salah satu
faktor. Paling sering terjadi dibagian dimana vitamin D tidak ditambahkan
dalam makanan dan dimana terjadi kekurangan dalam diet dan jauh dari
sinar matahari.
 Osteomalasia dapat terjadi sebagai akibat kegagalan absorpsi kalsium atau
kehilangan kalsium yang berlebihan dari tubuh. Kelainan GI dimana
absorpsi lemak tidak memadai sering menimbulkan osteomalasia melalui
kehilangan vitamin D dan kalsium, kalsium diekskresikan melalui feces
dalam kombinasi dengan asam lemak.
C. Osteomyelitis
Osteomyelitis dapat terjadi sebagai akibat kegagalan absorpsi kalsium
atau kehilangan kalsium yang berlebihan dari tubuh.
 Etiologi
 Osteomyilitis ini biasanya disebabkan oleh bakteri maupun virus, jamu
dan mikroorganisme lain.
 Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran henatopgen (melalui darah) dari
fokus infeksi dari tempat lain.
 Osteomylitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan
lunak seperti ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler. Atau
kontaminasi lansung tulang misalnya fraktur terbuka, cedera traumatik
seperti luka tembak dan pembedahan tulang.
 Patofisiologi
 Staphylococcus aurens merupakan penyebab 70% - 80%menginfeksi
tulang.
 Awitan osteomylitis ortopedi dapt terjadi dalam 3 bulan pertama ( akut
fulminan staduim I ) dan sering berhubungan dengan hematomaatau
infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat ( stadium II) terjadi antara 4-24
bulansetelah pembedahan. Osteomylitis lama ( stadium III )biasanya
akibat penyebaran hematogen dan terjadi dua tahun atau lebih setelah
pembedahan.
 Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan vaskularisasi dan edema. Setelah 2-3 hari trombus pada
pembulu darah terjadi pada tempat tersebut. Sehingga mengakibatkan
iskemia dengan nekrotis tulang. Seiringan dengan peningkatan dan dapat
menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya.
D. Skoliosis
Skoliosis adalah penyimpangan tulang belakang ke lateral dari garis
tengah. Skoliosis merupakan deformitor tulang belakan yang menggambarkan
deviasi vertebrata ke arah lateral. Bentuk dan tiap-tiap ruas tulang manusia
pada umumnya adalah sama hanya ada perbedaan sedikit tergantung pada kerja
yang di tanganinya.

 Etiologi
 faktor heriditas
yaitu yang di turunkan secara auotsomal dominan, kelainan ini
dapat terjadi karena akibat adanyaabnormalitas tulang bawahyang
mengenai vertebra atauipun struktur-strukturnya.
 Kongenital
Yaitu didapat sejak lahir. Adapula yang tidak didapat sejak lahir
tetapi berkembang pada masa berikutnya.
 Idiopatik
Tidak di ketahui penyebabnya, tetapi jenis ini lebih umum
biasanya berkembang pada masa remaja.
 Struktural
Perubahan pada steruktur tulang belakang karena sebab yang
bervariasi
 Patofisiologi
Skoliosis dapat terjadi hanya pada daerah tulang spinalis termasuk
rongga tulang spinal. Lengkungan dsapat berbentuk S atau C. Derajat
lengkungan penting untuk di ketahui karena hal dapat menentukan jumlah
tulang rusuk yang mengalami pergeseran. Pada tingkat rootasi lengkungan
yang cukup besar mungkin dapat menekan dan menimbulkan keterbatasan
pada organ penting yaitu paru-paru dan jantung.
Aspek paling penting terjadinya deformitas adalah progresivitas
pertumbuhan tulang. Dengan terjadinya pembengkokan tulang vertebra ke
arah lateraldi sertai dengan rotasi tulang belakang. Maka akan diikutio
dengan perkembangan sekunder pada tulang vertebra dan iga. Oleh karena
adanya gangguan pertumbuhan yang bersifat progresif, di samping terjadi
perubahan pada vertebra, juga terdapt perubaahan pada tulang iga. Dimana
bertambahnya kurva yang menyebabkan deformitasi tulang iga semakin
jelas.
Pada kanalis spinalis terjadi pendorongan dan penyempitan kanalis spinalis
oleh karena terjadinya penebalan dan pemendekan lamina pada sisi konkaf.
Kesimbangan lengkungan juga penting karena mempengaruhi stabilitas dadi
tulang belakang dan pergerakan panggul.
E. Osteosarcoma
Osteosarcoma adalah suatu pertumbuhan yang sangat cepat pada tumor
maligna tulang. Osteosarcoma merupakan tumor ganas tulang yang paling
sering ditemukan. Tumor ini merupakan tumor ganas yang menyebar secara
cepat pada periosteum dan jaringan ikat luarnya.
 Etiologi
Penyebab yang pasti terhadap kanker belum di ketahui secara jelas
tetapi faktor-faqktor etilogilah yang membantu terbetuknya kanker sudah
banyak di ketahui yang disebut bahan-bahan karsinogen, sinar ultraviolet,
sinar radioaktif parasif dan virus.
 Patofisiologi
Keganasan sel pada mulanya berawal pada sumsum tulang dari
jaringan sel tulang ( sarcoma ) sehingga sel-sel tulang akan pada nodul-
nodul limfe, ginjal, dan hati sehingga dapat mengakibatkan adanya
pengaruh aktivitas hamateotik sum-sumj tulang yang cepat pada tulang
sehingga sel-sel plasma yang belum matang akan terus membelah terjadi
penambahan jumlah sel yang tidak terkontrol lagi.
F. Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al, 2000). Sedangkan menurut
Linda Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation menyeb
utkan bahwa Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan
tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.
Pernyataan ini sama yang diterangkan dalam buku Luckman and Sorensen’s
Medical Surgical Nursing.
 Etiologi
 Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik
terjadinya kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur
terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
 Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat
yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah
bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
 Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan
dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
 Patofisiologi
ulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila
tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang,
maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau
terputusnya kontinuitas tulang (Carpnito, Lynda Juall, 1995). Setelah terjadi
fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow,
dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi
karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula
tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah.
Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon
inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit,
dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari
proses penyembuhan tulang nantinya (Black, J.M, et al, 1993)
 Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
a) Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang
tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat
menyebabkan fraktur.
b) Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya
tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan,
elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.
( Ignatavicius, Donna D, 1995 ).
 Biologi penyembuhan tulang
Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain.
Fraktur merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan
jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru
dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan
tulang, yaitu:
a) Stadium Satu-Pembentukan Hematoma
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah
fraktur. Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang
rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium
ini berlangsung 24 – 48 jam dan perdarahan berhenti sama sekali.
b) Stadium Dua-Proliferasi Seluler
Pada stadium initerjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi
fibro kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum,dan bone
marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami
proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan
disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam
beberapa hari terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua
fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah
fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.
c) Stadium Tiga-Pembentukan Kallus
Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan
osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai
membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh
kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi
sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur
dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada
permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur
(anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat
fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.
d) Stadium Empat-Konsolidasi
Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang
berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan
memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis
fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang
tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang
lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk
membawa beban yang normal.
e) Stadium Lima-Remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat.
Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang
oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus.
Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya
lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum
dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya.
 Komplikasi fraktur
a) Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya
nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan
dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi
splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.
b) Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari
luar seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.
c) Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang
sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-
sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah
dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai
dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.
d) Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e) Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang
rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali
dengan adanya Volkman’s Ischemia.
f) Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
Ini biasanya terjadi pada fraktur.
G. Amputasi
Amputasi berasal dari kata amputare yang kurang lebih diartikan
pancung. Amputasi dapat pula diartikan sebagai memisahkan bagian tubuh
sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Dalam ilmu kedokteran diartikan
“membuang” sebagian atau seluruh anggota gerak, sesuatu yang menonjol atau
tonjolan alat (organ tubuh).Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan
dalam kondisi pilihan terakhir manakala organ yang terjadi pada ekstremitas
sudah tidak mungkin mendapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain,
atau manakala organ mendapat membahayakan tubuh klien secara utuh atau
merusak argon tubuh yang lain separti dapat menimbulkan komplikasi infeksi
2. Kelainan Pada Sendi
Sendi adalah pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini dipadukan
dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen,
tendon, fasia, atau otot.
Ada tiga tipe sendi, yaitu :
 Sendi fibrosa (sinarthroidal), merupakan sendi yang tidak dapat bergerak.
 Sendi kartilaginosa (amphiarthroidal), merupakan sendi yang sedikit bergerak.
 Sendi sinovial (diarthroidal), merupakan sendi yang dapat bergerak dengan
bebas.

Macam-macam kelainan pada sendi:


A. Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah suatu penyakit sendi degeneratif yang terutama
terjadi pada orang yang berusia lanjut dan ditandai oleh degenerasi kartilago
artikularis, perubahan pada membran sinovia serta hipertrofi tulang pada
tepinya. Rasa nyeri dan kaku, khususnya setelah melakukan aktivitas yang
lama akan menyertai perubahan degeneratif tersebut.
 Insidens, Etiologi Dan Patologi
Osteoarthritis merupakan bentuk penyakit sendi yang paling sering
ditemukan. Diperkirakan ⅓ dari orang berusia >35 tahun, menunjukkan
bukti radiografik yang memperlihatkan penyakit osteoarthritis dengan
prevalensi yang terus meningkat sampai 80 tahun. Meskipun mayoritas
pasien, khususnya yang berusia muda, menderita penyakit ringan dan relatif
asimptomatik, osteoarthritis merupakan salah satu dari beberapa penyebab
utama yang menimbulkan disabilitas orang yang berusia > 65 tahun.
Osteoarthritis mungkin bukan satu penyakit melainkan beberapa
penyakit yang semuanya memperlihatkan gambaran klinis dan patologis
yang serupa. Akan tetapi terdapat dua perubahan morfologis utama, yaitu
kerusakan fokal tulang rawan sendi yang progresif dan pembentukan tulang
baru pada dasar lesi tulang rawan dan tepi sendi yang dikenal sebagai
osteofit. Penelitian menunjukkan bahwa perubahan metabolisme tulang
rawan sendi sudah timbul sejak awal proses patologis osteoarthritis.
Perubahan metabolisme tulang tersebut berupa peningkatan aktivitas
enzim-enzim yang merusak makromolekul matriks tulang rawan sendi yaitu
kolagen dan proteoglikan. Perusakan ini membuat kadar proteoglikan dan
kolagen berkurang sehingga kadar air tulang rawan sendi juga berkurang
Beberapa faktor turut terlibat dalam timbulnya osteoarthritis ini.
Penambahan usia semata tidak menyebabkan osteoarthritis, sekalipun
perubahan selular atau matriks pada kartilago yang terjadi bersamaan
dengan penuaan kemungkinan menjadi predisposisi bagi lanjut usia untuk
mengalami osteoarthritis. Faktor-faktor lain yang diperkirakan menjadi
predisposisi adalah obesitas, trauma, kelainan endokrin (misalnya diabetes
mellitus) dan kelainan primer persendian (misalnya arthritis inflamatorik).
 Keluhan dan Gejala
Gejala klinis osteoartritis bervariasi, bergantung pada sendi yang
terkena, lama dan intensitas penyakitnya, serta respons penderita terhadap
penyakit yang dideritanya. Gejala Osteoarthritis adalah sebagai berikut:
 nyeri sendi yang khas yaitu nyeri yang bertambah berat pada waktu
menopang berat badan atau waktu aktivitas (melakukan gerakan), dan
membaik bila diistirahatkan
 gerakan sendi menjadi terhambat karena nyeri
 pada beberapa penderita, nyeri sendi atau kaku sendi dapat timbul setelah
istirahat lama, misalnya duduk di kursi atau mobil (perjalanan jauh), atau
setelah bangun tidur di pagi hari
 kadang disertai suara gemeretak/kemretek pada sendi yang sakit
 penderita mungkin menunjukkan salah satu sendinya (sering lutut atau
tangan) secara perlahan membesar
Secara klinis, osteoartritis dapat dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu :
 Subklinis.
Pada tingkatan ini belum ada keluhan atau tanda klinis lainnya.
Kelainan baru terbatas pada tingkat seluler dan biokimiawi sendi.
 Manifest.
Pada tingkat ini biasanya penderita datang ke dokter. Kerusakan
rawan sendi bertambah luas disertai reaksi peradangan.
 Dekompensasi
Rawan sendi telah rusak sama sekali, mungkin terjadi deformitas dan
kontraktur. Pada tahap ini biasanya diperlukan tindakan bedah.
B. Arthritis Rheumatoid
Menurut definisi, artritis rheumatoid adalah penyakit inflamasi yang
mengenai jaringan ikat sendi, bersifat progresif, simetrik, dan sistemik serta
cenderung menjadi kronik. Atau arthritis reumatoid adalah kelainan sistemik
dengan manifestasi utama pada persendian yang berkembang secara perlahan-
lahan dalam beberapa minggu. Artritis reumatoid merupakan inflamasi kronik
yang paling sering ditemukan pada sendi, insidensnya sekitar 3% dari
penduduk menderita kelainan ini dan terutama ditemukan pada umur 20-30
tahun, lebih sering pada wanita daripada pria dengan perbandingan 3:1.
Penyakit ini menyerang sendi-sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki dan
sendi-sendi besar pada lutut, panggul serta pergelangan tangan.
 Etiologi
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang
dikemukakan mengenai penyebab artritis reumatoid, yaitu :
 Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus
 Endokrin
 Autoimun
 Metabolik
 Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya.

Pada saat ini, artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun
dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi
mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikoplasma atau grup
difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi
penderita.
C. Arthritis Gout
Artritis gout adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi
kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi (tofi). Gout juga merupakan istilah
yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh
meningkatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia). Serta Artritis gout suatu
penyakit autoimun dimana persendian secara simetris mengalami peradangan,
sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan
kerusakan bagian dalam sendi.
a) Insidens dan Patogenesis
Gout dapat bersifat primer maupun sekunder. Gout primer merupakan
akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau ekskresi
asam urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat
tertentu.
Pada keadaan normal kadar urat serum pada pria mulai meningkat
setelah pubertas. Pada wanita kadar urat tidak meningkat sampai setelah
menopause karena estrogen meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal.
Setelah menopause kadar urat serum meningkat seperti pada pria.
Gout jarang terjadi pada wanita. Sekitar 95% penderita gout adalah
pria. Gout dapat ditemukan di seluruh dunia, pada semua ras manusia. Ada
prevalensi familial dalam penyakit gout yang mengesankan suatu dasar
genetik dari penyakit ini. Namun ada sejumlah faktor yang agaknya
mempengaruhi timbulnya penyakit ini, termasuk diet, berat badan, dan gaya
hidup.
b) Gejala
Gejala gout berkembang dalam 4 tahap :
 Tahap Asimptomatik : Pada tahap ini kadar asam urat dalam darah
meningkat, tidak menimbulkan gejala.
 Tahap Akut : Serangan akut pertama datang tiba-tiba dan cepat
memuncak, umumnya terjadi pada tengah malam atau menjelang pagi.
Serangan ini berupa rasa nyeri yang hebat pada sendi yang terkena,
mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan perlahan-lahan akan
sembuh spontan dan menghilang dengan sendirinya dalam waktu 14 hari.
 Tahap Interkritikal : Pada tahap ini penderita dapat kembali bergerak
normal serta melakukan berbagai aktivitas olahraga tanpa merasa sakit
sama sekali. Kalau rasa nyeri pada serangan pertama itu hilang bukan
berarti penyakit sembuh total, biasanya beberapa tahun kemudian akan
ada serangan kedua. Namun ada juga serangan yang terjadi hanya sekali
sepanjang hidup, semua ini tergantung bagaimana sipenderita
mengatasinya.
 Tahap Kronik : Tahap ini akan terjadi bila penyakit diabaikan sehingga
menjadi akut. Frekuensi serangan akan meningkat 4-5 kali setahun tanpa
disertai masa bebas serangan. Masa sakit menjadi lebih panjang bahkan
kadang rasa nyerinya berlangsung terus-menerus disertai bengkak dan
kaku pada sendi yang sakit.
BAB III
KESIMPULAN

Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat


lainnya yang terdiri atas hampir 50 % air dan bagian padat, selebihnya
terdiri dari bahan mineral terutama calsium kurang lebih 67 % dan bahan
seluler 33%.
Tulang tersusun dari 3 jenis sel yaitu :
a. Osteoblas
b. Osteosit
c. Osteoklas
PATOFISIOLOGI TULANG DAN SENDI
1. Kelainan Pada Tulang
a. Osteoporosis
b. Osteomalasia
c. Osteomyelitis
d. Skoliosis
e. Osteosarcoma
f. Fraktur
g. Amputasi

2. Kelainan Pada Sendi


a. Osteoarthritis
b. Arthritis Rheumatoid
c. Arthritis Gout
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/9148289/Macam_Macam_Penyakit_Pada_Tulang_Dan_Sen
di

https://www.academia.edu/27146320/SISTEM_MUSKULOSKELETAL

Anda mungkin juga menyukai